Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK DAN ANORGANIK

DENGAN PIROLISIS
FIRDA LUTFIATUL FITRIA NRP. 3314.201010
Program magister
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2015

1.1 Latar Belakang


Sampah padat merupakan hasil sisa aktivitas manusia dari kegiatan industri maupun
rumah tangga. Sampah padat dibedakan menjadi sampah organik (seperti sampah makanan,
daun, dan ranting pohon) dan anorganik (seperti plastik, ban bekas). Pembuangan sampah
yang lansung dibuang ke lingkungan tanpa pengolahan akan menimbulkan pencemaran
lingkungan. Namun sampah organik dan anorganik padat hingga saat ini di beberapa kota di
Indonesia masih ditangani dengan cara membakarnya di dalam incinerator dan produknya
berupa abu kurang bermanfaat. Di beberapa negara maju, cara ini sudah dilarang karena
dapat mengakibatkan pencemaran udara. Pencarian lokasi baru area landfill untuk
pembuangan akhir sampah padat juga mengalami kesulitan. Teknologi alternatif pengolahan
sampah padat yang mungkin dapat menjadi salah satu solusi terbaik, yaitu dengan cara
pirolisis (destilasi kering) menghasilkan produk berupa arang, cair (oil), dan gas yang cukup
luas pemanfaatannya.
Penggunaan reaktor pirolisis untuk menangani sampah padat akan memberi banyak
manfaat, terutama dapat menekan volume timbunan sampah padat di perkotaan. Pirolisis
adalah proses dekomposisi suatu bahan pada suhu tinggi tanpa adanya udara. Proses
dekomposisi pada pirolisis ini juga sering disebut dengan devolatilisasi. Produk utama dari
pirolisis yang dihasilkan adalah arang (char), minyak, dan gas. Arang yang terbentuk dapat
digunakan untuk bahan bakar ataupun digunakan sebagai karbon aktif. Sedangkan minyak
yang dihasilkan dapat digunakan sebagai zat additif atau campuran dalam bahan bakar.
Sedangkan gas yang terbentuk dapat dibakar secara langsung. Pirolisis telah digunakan
beribu-ribu tahun untuk menghasilkan arang dari biomasa.
Pirolisis merupakan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan efektif untuk
mengkonversi sampah menjadi energi. Teknik ini mampu menghasilkan gas pembakaran
yang berguna dan aman bagi lingkungan. Teknologi pirolisis ini dapat dikatakan sebagai
metode yang ramah lingkungan sebab produk sampingnya berupa CO 2 dan H2O yang
merupakan gas non toksik. Proses pirolisis menghasilkan senyawa-senyawa hidrokarbon cair
mulai dari C1 hingga C4 dan senyawa rantai panjang parafin dan olefin. Pirolisis dilakukan
pada kondisi sesuai dengan sifat masing-masing bahan. Sebelum pirolisis dilakukan maka
karakteristik atau sifat bahan harus diketahui dengan jelas.

1.2 Pirolisis
Pirolisis merupakan proses degradasi termal dari padatan yang dapat mengkonversi
thermokimia sehingga padatan tersebut menjadi gas (permanent gasses), cairan (pyrolitic
liquid) dan padatan (char) dalam kondisi tidak adanya oksigen.
Proses rekasi pirolisis dapat ditunjukkan pada reaksi berikut:
CxHyOz + Q → Char + Liquid + Gas + H2O
Keterangan: Q = pemanasan yang dibutuhkan dalam reaktor pirolisis

Pirolisis dapat disimpulkan mempunyai pengaruh yang kompleks yaitu dengan waktu
resistensi yang lama, pemanasan yang tinggi dalam reaktor akan mengakibatkan evaporasi
atau penguapan air, biomassa akan membentuk molekul yang lebih kecil, pembentukan
arang, dan menghasilkan gas yang banyak. Waktu resistensi yang lama dapat lebih mudah
kapasitas perawatan pada reaktor (Chen, et al., 2014).
Faktor-faktor atau kondisi yang
mempengaruhi proses pirolisis adalah :
1. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan dihasilkan karena, semakin ama waktu proses
pirolisis berlangsung. produk yang dihasilkannya (residu padat, tar, dan gas) makin naik.
Kenaikan itu sampai dengan waktu tak hingga (t) yaitu waktu yang diperlukan sampai hasil
padatan residu, tar, dan gas mencapai konstan. Nilai t dihitung sejak proses isotermal
berlangsung. Tetapi jika melebihi waktu optimal maka karbon akan teroksidasi oleh oksigen
(terbakar), menjadi karbondioksida dan abu. Untuk itu pada proses pirolisis penentuan waktu
optimal sangatlah penting.
2. Temperatur
Temperatur sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena sesuai dengan persamaan
Arhenius, temperatur makin tinggi nilai konstanta dekomposisi termal makin besar akibatnya
laju pirolisis bertambah dan konversi naik. Berdasarkan teorema Arrhenius hubungan
konstanta persamaan reaksi dengan suhu absolute, adalah
k = k0. e-(E/RT) (3)
dengan,
k = Konstanta kecepatan reaksi dekomposisi termal
ko = Faktor tumbukan (faktor frekuensi)
E = Energi aktivasi (kal/gr.mol)
T = Suhu absolute (0K)
R = Tetapan gas (1,987 kal/gr.mol 0K)
3. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh terhadap hasil,semakin besar ukuran partikel. Luas permukaan
per satuan berat semakin kecil,sehingga proses akan menjadi lambat. Maka dari itu biasanya
sampah yang akan diproses harus melalui tahap pencacahan.
4. Berat Partikel
Berat partikel mempengaruhi pirolisis karena semakin banyak bahan yang
dimasukkan,menyebabkan hasil bahan bakar cair(tar) dan arang meningkat.

1.3 Reaktor Pirolisis


Pirolisis dapat dibedakan beberapa tipe diantaranya Fixed-bed reactor dan Rotary
Kiln Pirolisis.
a. Fixed-bed reactor
Sistem pirolisis tipe Fixed-bed reactor rekator yang terdapat pendinginan gas dan sistem
pembersihan. Tipe ini merupakan reactor yang sederhana dan menghasilkan bahan bakar
yang seragam ukurannya. Sistem pendinginan dan pengolahan gas menggunakan filtrasi yaitu
cyclone, wet scrubbers and dry filters. Proses operasional Fixed-bed reactor biasanya
menghasilakan konsevasi karbon yang tinggi, padatan dengan resisten lama , sedikit gas dan
sedikit abu. Reaktor ini bisa dilakukan pada skala kecil. Fixed-bed reactor dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Gambar. Tipe Fixed-bed reactor (Chen, et al., 2014).

b. Fluidized-bed reactor
Reaktor yang fluidized-bed terdiri dari suatu campuran fluid-solid. Tipe ini biasanya
yang memberikan tekanan fluida dengan kandungan unsur solid particulate. Reaktor
Fluidized-bed banyak digunakan untuk pyrolysis cepat proses yang terjadi yaitu pemindahan
kalor cepat, reaksi pyrolysis yang baik dan area permukaan luas untuk kontak denagn cairan
dan padatan volume per unit.

c. Rotary Kiln
Tipe pirolisis ini merupakan proses dimana biomassa dengan reactor yang berputar pada plate

yang dipanaskan. Rotary Kiln tidak memerrlukan medium gas sehingga prosesnya yang
digunakan sedikit.

Gambar. Tipe Rotary Kiln Pirolisis (Chen, et al., 2014).


1.4 Pirolisis Biomassa
Penelitian mengenai proses karbonisasi (pengarangan) biomassa sebagai biokarbon.
Biomassa yang digunakan dalam penelitian ini adalah kayu (Oak dan Leucaena), tongkol
jagung dan sekam padi. Proses pembuatan biokarbon dilakukan dengan memberikan energi
panas kepada biomassa hingga terjadi proses penyalaan pada kondisi tanpa aliran udara yang
masuk ke sistem. Proses pembuatan dilakukan di dalam sebuah tungku elektrik dengan
elemen pemanas berada di dasar tungku. Kalor yang diberikan adalah 0,2 kwh. Kondisi ruang
karbonasi pada tekanan 1 MPa. Sampel dicetak pada cetakan silinder dengan tiga variasi
berat 0,5 kg hingga 1,4 kg. Penelitian ini menghasilkan massa arang yang terbentuk oleh
masing-masing biomassa adalah sebagai berikut, kayu oak sebesar 35,1 %, kayu leucaena
sebesar 40,0 %, tongkol jagung sebesar 33,1 % dan sekam padi sebesar 46,1 %.
Pirolisis biomassa proses yang tidak menggunakan oksigen berpotensial untuk
mengkontribusi kebutuhan bahan bakar minya dan produksi kimia. Produksi penyulingan bio
oil lebih besar nilainya dari pada penyulingan petroleum ekonomi seperti pembentukan bahan
bakar minyak, kerosin, dan lain-lainnya. Proses pirolisis menggunakan biomassa seperti
sampah padat dapat divariasi atau diadaptasikan untuk produksi komposisi desain bahan
bakar minyak atau gas utuk suplai energi seperti transportasi, pemanasan atau elektro.
Adanya sinergi dengan produksi biodiesel pada penyulingan produksi bio oil memiliki
persentase karbon yang seimbang (seperti bio oil dari sampah plastik atau ban bekas)
(Mohan, et al., 2006). Gambar skema produksi bio oil dengan tipe fluidized bed reactor dapat
dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar. Skema pirolisis tipe fluidized bed reactor (Mohan, et al., 2006)
Penelitian pirolisis sampah padat yaitu pirolisis lambat pada suhu 550oC dan rata-rata
pemanasan 4oC/ menit dan pirolisis cepat dengan temperatur 450oC, 480oC, 510oC dan 550oC
dengan berbeda input rata-rata 12 atau 24 g material/menit. Produk pirolisis ini diamati
komposisi dan distribusi produk yang berkualitas. Proses pirolisis lambat yang diperoleh
adalah air dan minyak yang memisah secara spontanitas. Pada semua kondisi proses pirolisis
lambat menghasilkan minyak yang berwarna coklat yang mengandung
poly(ethylenecopropylene). Analisis komposisi produk minyak pada proses pirolisis lambat
dan pirolisis cepat menggunakan Gas chromatography/mass spectrometry (GC/MS)
menunjukkan komposisi hidrokarbon alfalitik yang terbesar. Produk minyak pirolisis
memiliki nilai kalori yang tinggi antara 35 and 44 MJ/kg. Kondisi optimal untuk
menghasilkan minyak, kandungan bahan bakar dan wax adalah pada proses pirolisis cepat
dengan temperature 510oC dengan rata-rata input 24 g material/menit. Produk gas pirolisis
cepat memiliki komponen utama hidrokarbon dan memiliki rata-rata lower heating value
(LHV) antara 20 MJ/Nm3. Pada analisis Inductively Coupled Plasmaatomic Emission
Spectrometry (ICPAES) tidak ditemukannya logam berat pada produk minyak (cair). Tabel
hasil data produksi minyak, padatan, dan gas dapat dilihat pada tabel berikut (Velghe et al.,
2011).

Tabel hasil data produksi minyak, padatan, dan gas

Sampah kertas merupakan salah satu sampah yang pengolahannya secara pirolisis.
Penelitian pirolisis dilakukan tanpa nitrogen dengan pemanasan rata-rata 5 K min −1. Produk
pirolisis dihasilkan akan diambil dan dianalisis dengan gas chromatography dan elemental
analyzer. Produk pirolis yang dihasilkan yaitu non hidrokarbon (H2, CO, CO2, dan H2O) dan
hidrokarbon (C1–3, C4, C5, C6, 1-ring, C10–12, levoglucosan, C13–15, dan C16–18). Gas sintetik CO,
CO2, H2O, HCs mengandung nilai kalori tinggi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
yang dapat dipasarkan untuk mendukung pentingnya sumber daur ulang untuk sampah kertas
atau koran (Wu et al., 2003).
Sampah furnitur dapat digunakan kembali sebagai energi yang diperbarui kembali
atau sebagai produk bahan bakar. Pirolisis cepat merupakan proses termo kemikal yang dapat
mengkonversi sampah kayu menjadi minyak (bio oil). Penelitian ini mengamati variasi
kondisi reaksi pirolisis antara lain temperature, ukuran partikel dan flow rate dari fluidizing
medium. Hasil data menunjukkan pirolisis optimal memproduksi minyak pada temperatur
450oC. ukuran partikel yang besar atau kecil tidak mempengaruhi produksi minyak.
Peningkatkan Flow rate yang tinggi menunjukkan produksi minyak yang lebih efektif . (Heo
et al., 2010).
Penelitian tentang plasma pirolisis sampah organik menghasilkan dua produk yaitu
gas yang mempunyai nilai kalori antara 4–9 MJ/Nm3 dan karbon. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa plasma pyrolisis termal dapat digunakan sebagai pengolahan sampah
untuk dijadikan energi dan rekoveri material. Plasma pyrolisis termal memiliki keuntungan
antara lain efisien dalam transport pemanasan energi fisikal atau kemikal, proses yang efektif,
produksi plasma pyrolisis dapat berkelanjutan menghasilkan energi atau recycle materi, tidak
ada menghasilkan polusi yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan ramah lingkungan
(Huang and Tang, 2007).
Pirolisis sampah ban bekas dengan membandingkan tipe reaktor fixed bed dan moving
bed reactor. Temperatur yang digunakan yaitu 600 °C. Penelitian ini menunjukkan proses
fixed bed lebih lama dari pada moving bed reactor. Produk moving bed reactor terjadi dengan
pemanasan yang lebih cepat dan panjangnya waktu resisten pada gas. Produk pirolisis
samapah ban bekas antara lain dalam bentuk padatan (arang), cair yang komposisinya adalah
kompleks hidrokarbon dan gas yang komposisinya hidrokarbon, karbon dioksida, karbon
monoksida, sulfida hidrogen, dan hydrogen (Aylo´n et al., 2008).

1.5 Pirolisis plastik


Plastik saat ini dilihat sebagai sebagai masalah lingkungan dan kesehatan yang serius
di seluruh dunia, khususnya pemanafaatan sekali pakai seperti tas plastik untuk belanja dan
kantong sampah. Peningkatan pemanfaatan plastik juga telah mengakibatkan perhatian pada
peran plastik pada pencemaran lingkungan. Karakter plastik yaitu sulit diuraikan,
mengakibatkan pencemaran sungai, menumpuk di tanah, dan membahayakan kehidupan
makhluk hidup. Berbagai usaha menekan pertumbuhan sampah plastik telah dilakukan
diantaranya dengan manajemen reduce-reuse-recycle. Namun usaha itu tidak sepenuhnya
berhasil. Masih banyak sampah plastik yang bertebaran di lingkungan. Sampah kantong
plastik yang terbuang ke lingkungan kebanyakan akan berakhir di proses pembakaran atau
incenerator. Untuk menghilangkan sifat karsinogen akibat pembakaran, limbah plastik
tersebut dibakar pada suhu tinggi 1000oC sehingga tidak ekonomis. Limbah plastik yang
dapat didaur ulang dan bahan hasil daur ulang mempunyai kualitas yang rendah sehingga
metode daur ulang dipandang tidak efisien untuk memecahkan masalah limbah plastik.
Plastik adalah suatu material organik sintetik atau material organik semi sintetik yang berasal
dari minyak bumi dan gas alam. Produk plastik adalah polyethylene terephthalate (PET),
high density polyethylene (HDPE), polyvinyl chloride (PVC), low density polyethylene
(LDPE), polypropylene (PP), polistirena (PS), polyurethane dan polifenol, menghasilkan
limbah plastik yang kira-kira terdiri dari 50-60% jenis PE, 20-30% dari PP, 10-20% PS dan,
10% PVC.
Tabel. Kandungan Karbon Pada Polimer Plastik

Pirolisis plastik dapat mengatasi pembuangan sampah plastik dengan mengambil


hidrokarbon yang bermanfaat. Pada proses pirolisis, bahan polime ratau plastik dipanaskan
pada suhu tinggi, sehingga struktur makro molekulernya akan terpecah menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil dan hidrokarbon dengan rentang yang lebar terbentuk. Proses
pirolisis melibatkanpemanasan pada suhu 400-700°C. Komponen organik akan
terdekomposisi menghasilkan bahan cair (minyak) dan gas yang berguna untuk bahan bakar
atau bahan kimia. Plastic secara stabilitas termal dapat dikonversi menjadi bahan lain
stabilitasnya antara lain PC > HDPE > LDPE >PP > PA > PS > PVC.
Pirolisis merupakan teknologi proses degradasi tanpa menggunakan oksigen. Proses
pirolisis dapat memproduksi bahan bakar minyak dari sampah plastik yang sama dengan
diesel. Sampah plastik diolah menggunakan reaktor cylindrical dengan temperatur 300ºC –
350ºC. Gas yang dihasilkan juga dapat di gunakan untuk bahan bakar generator diesel
(Harshal dan Shailendra, 2013). Proses produksi bahan bakar minyak dari sampah plastik
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
.

Gambar. Konversi Plastik Menjadi Bahan Bakar Minyak (Cair) (Harshal dan
Shailendra, 2013)
Produksi hydrogen dan nilai karbon nanotube yang tinggi/ high-value carbon
nanotubes (CNTs) bersal dari samapah plastik menggunakan teknologi pirolisis sistem 2
tahap reaksi dengan katalis Ni−Mn−Al. sampah plastik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah minyak bekas dari motor, polyethylene (HDPE) dan polyethylene (HDPE) yang
memiliki kandungan polyvinyl chloride (PVC) Hasil menunjukkan bahwa hidrogen dapat
diproduksi dari yang proses pirolisis tetapi juga karbon nanotubes dibentuk karena adanya
katalisator. Kandungan 3 wt.% polyvinyl klorid di (PVC) dalam Sampah plastik HDPE
(HDPE/PVC) menunjukkan mengganggu aktivitas katalisator dan mengurangi kwantitas
(jumlah) dan kemurnian CNTs. Pada sampah 94.4 mmol H2 g−1 pirolisis HDPE dengan
adanya katalisator dan uap air pada temperature 800 °C (Wu et al., 2014).
Pirolisis sampah padat yaitu 5 macam dari bahan kayu, 6 macam plastic, material lain,
dan 2 RDF diamati pada temperature antara 30 °C- 1000 °C dan ukuran partikel 150 dan 250
lm. Degradasi termal untuk memperoleh bakar dimodelkan menjadi 4 reaksi parallel yaitu
devolatilisasi of cellulose, hemicellulose, lignin and plastik. Peningkatan aktivitas energi
dikalkulasi pada sampah plastik. Lignin merupakan kontribusi paling rendah.
Tabel. Data Parameter Pirolisis

Tabel. Karakteristik Temperature Pemanasan Sampah Padat


1.6 Kesimpulan
Pirolisis merupakan proses degradasi termal dari padatan yang dapat mengkonversi
thermokimia sehingga padatan tersebut menjadi gas (permanent gasses), cairan (pyrolitic
liquid) dan padatan (char) dalam kondisi tidak adanya oksigen. Pirolisis dapat digunakan
untuk pengolahan sampah padat organik dan anorganik seperti sampah biomassa, kayu/
furniture, plastic, ban bekas. Faktor yang mempengaruhi waktu, temperatur, ukuran partikel,
dan berat partikel.

Daftar Pustaka

Aylo´n,E., Ferna´ndez-Colino,A., Navarro,M.V., Murillo,R., Garcı´a,T., and Mastral,A.M.


2008. Waste Tire Pyrolysis: Comparison between Fixed Bed Reactor and Moving Bed
Reactor. Ind. Eng. Chem. Res. 2008, Vol. 47, No. 12, hal. 4029–4033
Chen, D., Yin, L., Wang,H., and He, P. 2014. Pyrolysis technologies for municipal solid
waste: A review. Waste Management. Vol. 34, No. 12, hal. 1-21.
Grammelis,P., Basinas,P., Malliopoulou,A., and Sakellaropoulos,G. 2009. Pyrolysis kinetics
and combustion characteristics of waste recovered fuels. Fuel, Vol. 88, No. 1, hal.
195–205.
Harshal, R.P. and Shailendra, M.L. 2013. Waste plastic Pyrolysis oil Alternative Fuel for CI
Engine – A Review. Research Journal of Engineering Sciences, Vol. 2, No. 2, hal. 26-
30.
Heo,H.S., Park,H.J., Park,Y.K., Ryu,C., Suh,D.J., Suh,Y.W., Yim,J.H., and Kim,S.S. 2010.
Bio-oil production from fast pyrolysis of waste furniture sawdust in a fluidized bed.
Bioresource Technology 101, No. 1, hal. S91–S96.
Huang,H and Tang,L. 2007. Treatment of organic waste using thermal plasma pyrolysis
technology. Energy Conversion and Management, Vol. 48, No. 4, hal.1331–1337.
Mohan,D., Pittman,C.U., and Steele,P.H. 2006. Pyrolysis of Wood/Biomass for Bio-oil: A
Critical Review. Energy & Fuels, Vol. 20, No. 3, hal. 848-889.
Velghe,I., Carleer,R., Yperman,J., and Schreurs,S. 2011. Study of the pyrolysis of municipal
solid waste for the production of valuable products. Journal of Analytical and Applied
Pyrolysi, Vol. 92, No. 2, hal. 366-375.
Wu,C., Nahil,M.A., Miskolczi,N., Huang,J., and Williams,P.T. 2014. Processing Real-World
Waste Plastics by Pyrolysis-Reforming for Hydrogen and High-Value Carbon
Nanotubes. Environmental Science & Technology, Vol. 48, No.1, hal. 819–826
Wu,CH., Chang,CY., Tseng,CH., and Lin,JP. 2003. Pyrolysis product distribution of waste
newspaper in MSW. Journal of Analytical and Applied Pyrolysis, Vol. 67, No. 1, hal.
41–53.

Anda mungkin juga menyukai