PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
• Untuk memenuhi tugas mata kuliah Imunologi II dengan menjelaskan mengenai malaria.
• Untuk lebih memahami mengenai mekanisme dan pemeriksaan malaria dan dapat
mengaplikasikan cara pemeriksaannya pada praktek kerja sehari – hari.
Malaria masih merupakan masalah penyakit endemik di wilayah Indonesia Timur khususnya Nusa
Tenggara Barat. Salah satu masalah yang dihadapi adalah kesulitan mendiagnosis secara cepat dan
tepat. Berdasarkan hasil evaluasi Program Pemantapan Mutu Eksternal Laboratorium Kesehatan
pada pemeriksaan mikroskopis malaria, yang dilakukan oleh Balai Laboratorium Kesehatan
Mataram, dari 19 laboratorium di NTB yang mengevaluasi menggunakan preparat positif malaria,
hanya 79% peteknik laboratorium yang dapat membaca preparat dengan benar. Kepentingan untuk
mendapatkan diagnosis yang cepat pada penderita yang diduga menderita malaria merupakan
tantangan untuk mendapatkan uji/metode laboratorik yang tepat, cepat, sensitif, mudah dilakukan,
serta ekonomis. Peranan keendemikan (endemisitas) malaria, migrasi penduduk yang cepat, serta
berpindah-pindah (traveling) dari daerah endemis, secara tidak langsung mempengaruhi masalah
diagnostik laboratorikmaupun terapi malaria. Perubahan gambaran morfologi parasit malaria, serta
variasi galur (strain), yang kemungkinan disebabkan oleh pemakaian obat antimalaria secara tidak
tepat (irasional), membuat masalah semakin sulit terpecahkan bila hanya mengandalkan teknik
diagnosis mikroskopis. Ditambah lagi rendahnya mutu mikroskop dan pereaksi (reagen) serta
kurang terlatihnya tenaga pemeriksa, menimbulkan kendala dalam memeriksa parasit malaria
secara mikroskopis yang selama ini merupakan standar emas (gold standard) pemeriksaan
laboratoris malaria.
BAB II
ISI
A. Pengertian
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. penyakit menular ini
sangat dominan di daerah tropis dan sub-tropis atau kawasan tropika yang biasa namun apabila
diabaikan dapat menjadi penyakit yang serius. Parasit penyebab malaria seperti malaria jenis
Plasmodium falciparum merupakan malaria tropika yang sering menyebabkan kematian. Ia adalah
suatu protozoa yang dipindahkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina
terutama pada waktu terbit dan terbenam matahari. Setidaknya 270 juta penduduk dunia menderita
malaria dan lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki risiko terkena malaria. WHO
mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit
yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria juga dapat diakibatkan karena perubahan
lingkungan sekitar seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan
penyebaran penyakit parasitik yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin
mengganas. Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim
mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular penyakit pun
bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya demam berdarah dan
malaria.
b) Nyamuk Anopheles
c. Secara oral
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung (P.gallinasium), burung dara (P.relection) dan
monyet (P.knowlesi).
F. Diagnosa Malaria
Sebagaimana penyakit pada umumnya, diagnosis malaria didasarkan pada manifestasi klinis
(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (Plasmodium) di dalam darah
penderita. Manifestasi klinis demam seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain
(demam dengue, demam tifoid) sehingga menyulitkan para klinisi untuk mendiagnosis malaria
dengan mengandalkan pengamatan manifestasi klinis saja, untuk itu diperlukan pemeriksaan
laboratorium sebagai penunjang diagnosis sedini mungkin. Secara garis besar pemeriksaan
laboratorium malaria digolongkan menjadi dua kelompok yaitu pemeriksaan mikroskopis dan uji
imunoserologis untuk mendeteksi adanya antigen spesifik atau antibody spesifik terhadap
Plasmodium. Namun yang dijadikan standar emas (gold standard) pemeriksaan laboratorium
malaria adalah metode mikroskopis untuk menemukan parasit Plasmodium di dalam darah tepi. Uji
imunoserologis dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis
malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi dimana pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dilakukan. Sebagai diagnosa banding penyakit malaria ini adalah demam tifoid, demam dengue,
ISPA. Demam tinggi, atau infeksi virus akut lainnya.
H. Pemeriksaan Laboratorium
Interpretasi hasil :
• + : 1-10 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop
• ++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 100 lapang pandang mikroskop
• +++ : 1-10 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop
• ++++ : 11-100 parasit stadium aseksual per 1 lapang pandang mikroskop
Sedangkan perhitungan secara kuantitatif dapat dilakukan baik pada sediaan darah tebal maupun
sediaan darah tipis. Jumlah parasit stadium aseksual (cincin, trofozoit, dan skizont) dan aseksual
(gametosit) biasanya dihitung secara terpisah.
Pada sediaan darah tebal parasit dihitung berdasarkan jumlah leukosit per mikro liter darah; jika
tidak diketahui biasanya diasumsikan leukosit penderita berjumlah berjumlah 8000/Ul, dengan
rumus berikut.
Sedangkan perhitungan parasit dalam sediaan darah tipis perlu diketahui jumlah eritrosit per Ul
darah. Jika nilai ini tidak diketahui, diasumsikan penderita mengandung eritrosit 5.000.000/Ul
(laki-laki) atau 4.500.000 / Ul (wanita). Jumlah parasit kemudian dihitung paling sedikit dalam 25
lapangan pandang mikroskopik atau total parasit/Ul dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Cara kerja :
1. Kit disimpan pada suhu ruang selama 30 menit.
2. 10 sampai 15 μl darah EDTA diambil menggunakan mikropipet dan diletakkan dalam lubang
sampel.
3. Hasil akan dibaca setelah 10-15 menit (terbentuk garis merah muda)
Interpretasi hasil
Garis yang paling atas (garis pertama) merupakan garis kendali (kontrol).
Garis dibawahnya (garis kedua) merupakan garis uji untuk Plasmodium vivax.
Garis yang terbawah (garis ketiga) adalah garis uji untuk Plasmodium falciparum.
Bila hasil uji negative, maka hanya pada garis kendali ( control) saja yang terbentuk garis merah
muda.
Bila hasil uji untuk Plasmodium falciparum positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji
terbawah akan berwarna merah muda, sedangkan garis tengah tidak terlihat.
Bila untuk Plasmodium vivax positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji kedua saja yang
terlihat .
Metode Dip-Stick
Teknik dip-stick mendeteksi secara imuno-enzimatik suatu protein kaya histidine II yang spesifik
parasit (immuno enzymatic detection of the parasite spesific histidine rich protein II). Tes spesifik
untuk plasmodium falciparum telah dicoba pada beberapa negara, antara lain di Indonesia. Tes ini
sederhana dan cepat karena dapat dilakukand alam waktu 10 menit dan dapat dilakukan secara
massal. Selain itu, tes ini dapat dilakukan oleh petugas yang tidak terampil dan memerlukan sedikti
latihan. Alatnya sederhana, kecil dan tidak memerlukanaliran listrik. Kelemahan tes dip-stick ini
adalah :
Hanya spesifik untuk plasmodium falciparum (untuk plasmodium vivax masih dalam tahap
pengembangan)
Tidak dapat mengukur densitas parasit (secara kuantitatif)
Antigen yang masih beredar beberapa hari setelah parasit hilang masih memberikan reaksi
positif.
Gametosit muda (immature) bukan yang matang (mature), mungkin masih dapat dideteksi.
Biaya tes ini cukup mahal.
Walaupun demikian tes yang sederhana dan stabil dapat digunakan untuk pemeriksaan
epidemiologi dan operasional. Hasil positif palsu (false positive) yang disebabkan oleh antigen
residual yang beredar dan oleh gametosit muda dalam darah biasanya ditemukan pada penderita
tanpa gejala (asimptomatik). Jadi seharusnya tidak mengakibatkan over treatment sebab tes ini
digunakan untuk menunjang diagnosis klinis pada penderita dengan gejala.
Prinsip pemeriksaan : imunokromatografi cairannya akan naik sepanjang kertas nitroselulosa. Pada
beberapa titik dikertas selulosa diletakan antibody monoclonal terhadap antigen malaria yang
spesifik sehingga pada penderita positif akan terjadi reaksi antigen antibody yang tervisualisasi
dalam bentuk garis.
Prosedur :
1. Serum diletakan di tabung ependorff kurang lebih 200 Ul.
2. Dip-stick dimasukan ke tabung ependorff.
3. Reaksi ditunggu hingga kira-kira 10 menit.
4. Hasil bias dibaca.
Mekanisme kerja kina sebagai OAM belum sepenuhnya dipahami, diduga menghambat detoksifikasi
heme parasit dalam vakuola makanan.
3. Proguanil
Proguanil adalah suatu biguanid yang dimetabolisme dalam tubuh (melalui enzim CYP2C19)
menjadi bentuk aktif sikloguanil. Sikloguanil menghambat pembentukan asam folat dan asam
nukleat, bersifat skizontosida darah yang bekera lambat, skizontosida jaringan terhadap
P.falcifarum, P.vivax, P.ovale, dan sporontosida.
4. Tetrasiklin
Tetrasiklin bersifat skizontosida darah untuk semua spesies plasmodium yang bekerja lambat,
skizontosida jaringan untuk P.falcifarum.
5. Klindamisin
Obat ini menghambat fase awal sintesis protein. Klindamisin bersifat skizontosida darah yang
bekerjalambat terhadap P.falciparum dan harus diberikan dalam kombinasi dengan OAM lain
seperti kina atau klorokuin.
F. Tindakan-tindakan Pencegahan:
1. Usahakan tidur dengan kelambu, memberi kawat kasa, memakai obat nyamuk bakar,
menyemprot ruang tidur, dan tindakan lain untuk mencegah nyamuk berkembang di rumah.
2. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah endemis malaria.
3. Menjaga kebersihan lingkungan dengan membersihkan ruang tidur, semak-semak sekitar
rumah, genangan air, dan kandang-kandang ternak.
4. Memperbanyak jumlah ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kelinci dengan menempatkan
mereka di luar rumah di dekat tempat nyamuk bertelur.
5. Memelihara ikan pada air yang tergenang, seperti kolam, sawah dan parit. Atau dengan memberi
sedikit minyak pada air yang tergenang.
6. Menanam padi secara serempak atau diselingi dengan tanaman kering atau pengeringan sawah
secara berkala
7. Menyemprot rumah dengan DDT.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang
eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria
memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Terdapat beberapa parasit
yang dapat menyebabkan penyakit malaria, yaitu plasmodium falciparum, vivax, malaria dan ovale.
Parasit ini menggunakan nyamuk sebagai hospes definitifnya, yaitu nyamuk Anopheles. Gejala klinis
penyakit ini terdiri dari 3 tahap, yaitu periode dingin, periode panas dan periode berkeringat.
Penularan penyakit ini bias secara alami, yaitu melalui gigitan langsung nyamuk anopheles dan
secara tidak alami yaitu secara bawaan dan secra mekanik. Diagnosanya dapat dilihat dari
manifestasi klinis yaitu terjadinya demam, imunnoserologi yaitu ditemukannya antigen HRP-2,
pLDH dan aldolase dan lewat pemeriksaan mikroskopik yaitu melihat morfologi sel darah merah
yang terinfeksi dan melihat asam nukleat pada parasit. Malaria ini dapat menyebabkan rasa sakit,
gangguan otak hingga menyebabkan kematian.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan lima metode, yaitu yang pertama menggunakan mikroskopik
cahaya dengan melihat morfologi eritrosit yang terinfeksi, yang kedua menggunakan mikroskop
flouresensi dengan melihat asam nukleat yang terdapat diparasit, yang ketiga dengan menggunakan
metode rapid test yaitu identifikasi antigen yang terdapat pada serum sampel, yang keempat
menggunakan dip-stick yaitu identifikasi antigen parasit malaria yang terdapat dalam serum sampel,
yang kelima dengan menggunakan PCR yaitu dengan menggandakan sekuens DNA/RNA yang
spesifik dengan menggunakan primer oligonukleotida yang spesifik pula lalu dibaca menggunakan
elektroforesis.
DAFTAR PUSTAKA