Anda di halaman 1dari 10

Tugas Ujian Kepaniteraan THT-KL

RSUD Cibinong

Penguji I:
Dr. Krisnabudhi, Sp. THT-KL
Penguji II:
Dr. Martinus

Disusun Oleh:
Cindy Herti Sirait
1161050121

KEPANITERAAN KLINIK THT-KL


PERIODE 12 JUNI – 22 JULI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
Pemeriksaan Audiometri
Audiometri nada murni adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengukur sensivitas
pendengaran dengan alat audiometer yang menggunakan nada murni (pure tone). Ambang nada
murni diukur dengan intensitas minimum yang dapat didengar selama satu atau dua detik melalui
hantaran udara ataupun hantaran tulang. Frekwensi yang dipakai berkisar antara 125 – 8000 Hz
dan diberikan secara bertingkat.

Audiometri harus memenuhi 3 persyaratan untuk mendapatkan keabsahan pemeriksaan yaitu (1)
audiometri yang telah dikalibrasi, (2) suasana/ruangan sekitar pemeriksa harus tenang, dan (3)
pemeriksa yang terlatih.

Komponen yang ada pada audiometri yaitu:

1. Oscilator: untuk menghasilkan bermacam nada murni

2. Amplifier: alat untuk menambah intensitas nada

3. Interuptor/pemutus: alat pemutus nada

4. Atteneurator: alat mengukurintensitas suara

5. Earphone: alat merubah sinyal listrik yang ditimbulkan audiometer menjadi sinyal suara
yang dapat didengar

6. Masking noise generator: untuk penulian telinga yang tidak diperiksa

Cara pemeriksaan audiometri adalah headphone dipasang pada telinga untuk mengukur
ambang nada melalui konduksi udara. Tempat pemeriksaan harus kedap udara. Pasien diberitahu
supaya menekan tombol bila mendengar suara walaupun kecil. Suara diberi interval 2 detik,
biasanya dimulai dengan frekwensi 1000 Hz sampai suara tidak terdengar. Kemudian dinaikkan
5 dB sampai suara terdengar. Ini dicatat sebagai audiometri nada murni (pure tone audiometry).

Biasanya yang diperiksa terlebih dahulu adalah telinga yang dianggap normal (tidak sakit)
pendengarannya melalui hantaran udara, kemudian diperiksa melalui hantara tulang. Kalau
perbedaan kekurangan pendengaran yang diperiksa 50 dB atau lebih dari telinga lainnya, maka
telinga yang tidak diperiksa harus ditulikan (masking). Ketika memeriksa satu telinga pada
intensitas tertentu, suara akan terdengar pada telinga yang satu lagi. Hal ini disebut “cross over”
yang dapat membuat salah interpretasi pada pemeriksaan audiometer.

Ada beberapa ketentuan yang praktis bila masking diperlukan yakni:

1. Masking untuk hantaran udara (AC) diperlukan bila terdapat perbedaan kehilangan
pendengaran sebesar 45 dB atau lebih pada waktu percobaan.

2. Masking untuk hantaran tulang (BC) diperlukan bila :


a. Apabila treshold hantaran tulang (BC) pada telinga yang dites lebih sensitif dari
treshold hantaran tulang yang tidak diperiksa.

b. Apabila tidak ada respon pada hantaran tulang setelah mempengaruhi maksimum
output dari audiometer.

Klasifikasi Rinitis
Tes Bisik
A. Syarat:
- Tempat : ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat rata atau dilapisi ”soft board” /
gorden) serta ada ajarak sepanjang 6 meter
- Penderita (yang diperiksa)
· Mata ditutup atau dihalangi agar tidak membaca gerak bibir
· Telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa
· Telinga yang tidak diperiksa ditutup (bisa ditutupi kapas yang dibasahi gliserin)
· Mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan
- Pemeriksa
· Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru, sesudah ekspirasi biasa
· Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita, biasanya
kata-kata benda yang ada di sekeliling kita.

B. Teknik Pemeriksaan
- Mula-mula penderita pada jarak 6 m dibisiki beberapa kata. Bila tidak menyahut pemeriksa
maju 1m (5 m dari penderita) dan tes ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa
maju 1m, demikian seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata
yang dibisikkan. Jarak dimana penderita dapat menyahut 8 dari 10 kata disebut sebagai jarak
pendengaran.
- Cara pemeriksaan yang sama dilakukan untuk telinga yang lain sampai ditemukan satu jarak
pendengaran.
C. Hasil tes
Pendengaran dapat dinilai secara kuantitatif (tajam pendengaran) dan secara kualitatif (jenis
ketulian)

KUANTITATIF KUALITATIF
FUNGSI SUARA BISIK
PENDENGARAN
Normal 6m TULI SENSORINEURAL
Sukar mendengar huruf desis (frekuensi tinggi),
Dalam batas normal 5m
seperti huruf s – sy – c
Tuli ringan 4m TULI KONDUKTIF
Sukar mendengar huruf lunak (frekuensi rendah),
Tuli sedang 3-2m seperti huruf m – n – w
Tuli berat ≤ 1m
Otitis Eksterna

Penatalaksanaan
1. Prinsip penatalaksanaan otitis eksterna a.l:
a. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati.
b. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani bilamana
mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk mengoleskan obat.
c. Pemilihan pengobatan lokal.
2. Acute localized external otitis/otitis eksterna sirkumskripta
a. Bila sudah jadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya
b. Berikan antibiotika baik oral maupun topikal, selama ± 5 hari. Antibiotika yang
digunakan biasanya sensitif kuman Staphylococcus aureus, yaitu neomycin atau polymixin B
yang dikombinasi dengan kortikosteroid.
c. Analgetika (mis : asam mefenamat dan antalgin)
Untuk mengobati otitis eksterna generalisata, pertama-tama dilakukan pembuangan sel-sel kulit
mati yang terinfeksi dari saluran telinga dengan alat penghisap atau kapas kering. Setelah saluran
telinga diersihkan, fungsi pendengaran biasanya kembali normal. Biasanya diberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotik selama beberapa hari.
Beberapa tetes telinga ada yang mengandung kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan.
Kadang diberikan obat tetes telinga yang mengandung asam asetat untuk mengembalikan
keasaman pada saluran telinga. Untuk mengurangi nyeri pada 24-48 jam pertama bisa diberikan
aseteminofen atau kodein. Infeksi yang sudah menyebar keluar saluran telinga (selulitis) diobati
dengan antibiotik peroral (melalui mulut).
Bisul dibiarkan pecah dengan sendirinya karena jika sengaja disayat bisa menyebabkan
penyebaran infeksi. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotik tidak efektif. Untuk
meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan bisa dilakukan pengompresan hangat
(sebentar saja) dan pemberian obat pereda nyeri.

Penatalaksanaan Otitis Eksterna


1. Liang telinga dibersihkan dengan menggunakan kapas lidi.
2. Pemasangan tampon pita ½ cm x 5 cm yang telah dibasahi dengan larutan Burowi filtrata pada
MAE (Meatus Auditorius Eksterna). Tampon secukupnya, tidak boleh diletakkan terlalu ke
dalam (nyeri/bahaya melukai membran timpani, sulit mengeluarkan).
3. Tampon setiap 2-3 jam sekali ditetesi dengan larutan Burowi agar tetap basah. Tampon diganti
setiap hari. Larutan Burowi dapat diganti dengan tetes telinga yang mengandung steroid dan
antibiotik.
4. Apabila diduga infeksi kuman Pseudomonas diberikan tetes yang mengandung neomycine dan
hydrocortisone.
5. Pada infeksi jamur digunakan tetes telinga larutan asam salisilat 2-5% dalam alkohol 20%.
6. Pada otitis eksterna kronik difus dapat diberikan triamsinolone 0,25% krim/salep atau
dexamethasone 0,1%.
7. Antibiotik oral tidak perlu diberikan.

Penatalaksanaan otitis eksterna bertujuan:


1. Membuang serumen, kotoran, dan sel-sel kulit mati dari liang telinga. Bersihkan dan
keringkan menggunakan alat penghisap atau kapas kering.
2. Mengeluarkan mikroorganisme. Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke
dalam liang telinga untuk menghindari infeksi bakterial akut dan ulserasi. Berikan juga
antibiotik sistemik jika perlu.
3. Mengurangi rasa sakit, peradangan dan edema. Berikan obat golongan kortikosteroid
misalnya metil prednisolone.
4. Menghilangkan rasa tidak enak.
5. Memulihkan pendengaran.
6. Menghilangkan gatal dan penggarukan yang berulang. Terapi antifungal untuk
menghindari infeksi jamur.
7. Terapi antialergi dan antiparasit.
8. Penatalaksanaan otitis eksterna kronik yaitu operasi rekonstruksi liang telinga.

Anda mungkin juga menyukai