Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

1.1 KONSEP MEDIS


1.1.1 Pengertian
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi (Wong, 2008:995).
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer
atau cair (Suriadi & Rita Yuliani, 2010:80).
Diare merupakan peningkatan fluiditas atau volume feses dan frekuensi
defekasi (Kowalak, 2011:343).
1.1.2 Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu
1) Faktor Infeksi
a) Infeksi enteral
Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak, meliputi :
(1)Infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,
Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb),
(2)Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, coxsackie, poliomyelitis)
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll)
(3)Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris, oxyuris, strongyloideus),
protozoa (entamoeba histolitica, giardia lamblia, trichomonas
hominis)
b) Infeksi parenteral
Merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan
diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis
dan sebagainya.
2) Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan
anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein
3) Faktor Makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4) Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
1.1.3. Klasifikasi
1) Diare Akut.
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung
singkat dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari (Mansjoer, 2000:501).
2) Diare Persisten
Adalah diare yang berlangsung antara 14-30 hari.
3) Diare Kronis.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu
(pada orang dewasa) sedangkan pada bayi dan anak- anak ditetapkan batas
waktu 2 minggu. Diare kronis adalah suatu keadaan bertambahnya kekerapan
dan konsistensi feses, timbul perlahan-lahan, berlanjut berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan baik menetap atau bertambah berat.
1.1.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gastroenteritis:
1) Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
2) Muntah (umumnya tidak lama)
3) Demam (mungkin ada atau tidak)
4) Kram abdomen, tenesmus
5) Membran mukosa kering
6) Fotanel cekung (bayi)
7) Berat badan turun
8) Malaise

1.1.5. Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah sebagai
berikut:
1) Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus
yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Diare yang disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur, parasit
akan mengadakan invasi ke sel epitel sel mukosa usus, berkembang biak
didaerah invasi tersebut serta mengeluarkan toksin dan merangsang
terjadinya perubahan sistem enzim di dalam sel mukosa usus halus (adenil
silkase). Akibatnya sel-sel epitel di usus akan hancur sehingga
menyebabkan sekresi air dan elektrolit pada usus halus. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan
usus untuk menyerap makanan, sehingga timbulnya diare. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare (Ngastiyah, 2008:224).
1.1.6. Dehidrasi
1) Dehidrasi hipertonik (hipernatremik)
Pada keadaan ini didapatkan kekurangan cairan dan kelebihan natrium,
bila dibandingkan dengan proporsi yang biasa ditemukan dalam cairan
ektraseluler dan darah. Ini biasanya akibat dari pemasukancairan hipertonik pada
saat diare (mempunyai kandunagan natrium, gula atau bahan aktif osmotik lain
yang tidak diabsorbsi secara efisien, dan pemasukan air yang tidak cukup atau
minum cairan yang hipotonik). Cairan hipertonik menyebabkan perbedaan
osmotik sehingga seringkali aliran air dari cairan ektraseluler dan peningkatan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler.
Gambaran utama dehidrasi hipernatremik adalah:
a) Terdapat kekurangan air dan natrium, tetapi proporsi kekurangan airnya
lebih banyak
b) Konsentrasi natrium serum meningkat (> 150 mmol / L)
c) Osmolaritas serum meningkat (> 295 mOsmol / L)
d) Sangat haus yang lebih berat derajatnya bila dibandingkan dengan derajat
dehidrasinya
e) Kejang mungkin bisa terjadi, terutama bila konsentrasi natrium lebih dari
165 mmol / L
2) Dehidrasi hipotonik
Anak dengan diare yang minum air dalam jumlah besar atau cairan
hipotonik yang mengandung kosentrasi garam atau bahan terlarut lain yang
rendah, atau yang mendapat infus 5 % glukosa dalam air, mungkin bisa
menderita hiponatremi. Hal ini terjadi karena air diabsorbsi dari usus
sementara kehilangan garam (NaCl) tetap berlangsung dan menyebabkan
kekurangan natrium dan kelebihan air. Gambaran umum dehidrasi
hiponatremik adalah:
a) Adanya kekurangan air dan natrium, tetapi kekurangan natriumnya secara
relatif lebih banyak
b) Konsentrasi natrium serum rendah (< 130 mmol/L)
c) Osmolaritas serum rendah (< 275 mOsmol/L)
3) Dehidrasi isotonik
Dehidrasi yang sering terjadi karena diare. Hal ini terjadi bila
kehilangan air dan natrium dalam proporsi yang sama dengan keadaan normal
yang ditemui dalam cairan ekstraseluler. Gambaran dehidrasi isotonik adalah
ektremitas dingin dan berkeringat, kesadaran menurun dan muncul gejala lain
shock hipovolemik (Soegeng, 2002).
1.1.7. Derajat Dehidrasi
1) Kehilangan berat badan
a) 2,5 % tidak ada dehidrasi
b) 2,5-5% Dehidrasi ringan
c) 5-10 % dehidrasi sedang
d) > 10% dehidrasi berat

2) Maurice king score


0 1 2
KU Sehat Gelisah, lekas Mengigau, koma
marah, apatis,
mengantuk
Kekenyalan Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Kulit
Mata Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Ubun-ubun Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering dan
membiru
Denyut Nadi Normal 120-140 >140
Nilai 0-2 : dehidrasi ringan
Nilai 3-6 : dehidrasi sedang
Nilai 7-12 : dehidrasi berat
3) Berdasarkan MTBS
GEJALA KLASIFIKASI
Terdapat 2 atau lebih tanda berikut DIARE DEHIDRASI
- Letargi BERAT
- Tidak bisa minum
- Cubitan kulit perut kembali
sangat lambat

Terdapat 2 atau lebih tanda berikut

- Gelisah/rewel/mudah marah
DIARE DEHIDRASI
- Mata cekung
RINGAN/ SEDANG
- Haus, mnum dengan lahap
- Cubitan kulit perut kembali
lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk DIARE TANPA
diklasifikasikan sebagai diare DEHIDRASI
dehidrasi berat atau sedang atau ringan

1.1.8. Pemeriksaan Penunjang


1) Pemeriksaan Darah :
a) Berat jenis plasma: untuk menentukkan defisit cairan akibat diare.
b) Elektrolit : K, Na, Ca, Cl, fosfor:mendeteksi adanya penurunan kadar
elektrolit akibat keluar bersama tinja. Hypokalemia dapat menyebabkan
aritmia jantung. Berkurangnya Natrium akibat diare dapat menyebabkan
terjadinya hiponatremia.
c) Pemeriksaan darah lengkap: anemia (hipokromik, kadang makrositik)
dapat terjadi karena malnutrisi atau malabsorbsi atau proses inflamasi,
peningkatan SDP
d) Analisa gas darah: mendeteksi adanya metabolik asidosis yang
menyebabkan pernafasan lebih cepat dan dalam (Kusmaull), penurunan
pH darah disebabkan karena terjadi penurunan bikarbonat.
e) Pemeriksaan ureum, serum kreatinin: mendeteksi fungsi ginjal, diare
menyebabkan perfusi ke ginjal menurun terjadi anuria yang bila tidak
segera diatasi bisa terjadi nekrosis tubular akut.
2) Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja meliputi volume, warna, konsistensi, adanya
mukus, darah, leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika
diare berhubungan dengan usus halus, tetapi ditemukan salmonella, E Coli,
enterovirus dan shigellosis. Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja
menunjukkan adanya peradangan pada kolon. PH tinja yang rendah
menunjukkan adanya malabsorbsi hidrat arang.
1.1.9. Penatalaksanaan
1) Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietatik (cara
pemberian makanan) dan obat-obatan.
a) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat
dehidrasi dan keadaan umum.
Pemberian cairan pada anak diare berdasarkan panduan MTBS (
Managemen Terpadu Balita sakit )
KLASIFIKASI TINDAKAN/PENGOBATAN
DIARE - Jika tidak ada klasifikasi berat lain :
DEHIDRASI Beri cairan untuk dehidrasi berat dan tablet zinc
BERAT sesuai rencana terapi C
- Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain:
Rujuk segera
Jika masih bisa minum beri ASI atau oralit selama
perjalanan
- Jika anak >2thn dan ada tanda kolera didaerah
tersebut beri tambahan anti biotik untuk kolera
- Beri cairan dan makanan sesuai rencana terabi B
DIARE - Jika ada klasifikasi berat lainnya
DEHIDRASI Rujuk
RINGAN/ - Nasihati kapan kembali
SEDANG - Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan
DIARE - Beri cairan, tablet zinc dan makanan sesuai rencana
TANPA Terapi A
DEHIDRASI - Nasihati kapan kembali segera
- Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan

Rencana Terapi A ( Penanganan Diare di Rumah )


Jelaskan pada ibu tentang aturan perawatan di rumah
(1) Beri cairan tambahan ( sebanyak anak mau ) Jelaskan pada ibu:
 Beri Asi lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian
 Jika anak memperoleh ASI eksklusif , berikan oralit atau air
matang sebagai tambahan
 Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, berikan 1 atau lebih
cairan berikut : oralit, cairan makanan (kuah sayur, air tajin )
atau air matang.
Anak harus diberikan larutan oralit dirumah jika:
 Anak telah diobati dengam rencana terapi B atau C dalam
kunjungan ini
 Anak tidak dapat kembali keklinik jika diarenya bertambah
parah
Ajari ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6
bungkus oralit untuk diberikan dirumah.
Tunjukkan kepada ibu berapa banyak harus memberikan
oralit/cairan lain yang harus diberikan setiap anak buang air besar.
 Sampai anak umur 1 tahun : 50-100ml setiap buang
air besar
 Umur 1-5 tahun : 100-200ml tiap buang air besar
(2) Beri tablet Zinc selama 10 hari
(3) Lanjutkan Pemberian Makan
Rencana terapi B ( penanganan dehidrasi Ringan/sedang dengan
Oralit
UMUR ≤ 4 bulan 4 - <12 bln 1 - <2 thn 2 - <5 thn
BB <6 kg 6-<10kg 10- <12kg 12 – 19kg
Jumlah 200-400 400-700 700-900 900-1400
(1) Tentukan oralit untuk 3 jam pertama
Jumlah oralit yang diperlukan sesuai BB ( dalam kg) x 75 ml
Digunakan umur jika berat badan anak tidak diketahui
- Jika anak mengingingkan boleh diberikan lebih banyak
dari pedoman diatas.
- Untuk anak berumur kurangdari 6 bulan yang tidak
menyusu, berikan juga air matang 100-200ml selama
periode ini
(2) Tunjukkan cara memberikan larutan oralit
- Minumkan sedikit-sedikit tapi sering dari cangkir/gelas
- Jika anak muntah, tunggu 10 mnt. Kemudian berikan lagi
lebih lambat
- Lanjutkan ASI selama anak mau
- Bila kelopak mata bengkak, hentikan pemberian oralit dan
berikan air matang atau ASI
(3) Berikan tablet zinc selama 10 hari
(4) Setelah 3 jam :
- Ulangi penilaian dan klasifikasi kembali derajat
dehidrasinya
- Pilih rencanan terapi yang sesuai
- Mulai memberi anak makan
(5) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesei –
- Tunjukan cara penyiapan oralit dirumah
- Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan
untuk menyeleseikan 3 jam pengobatan
- Beri oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan
menambahkan 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan pada
rencana terapi A
- Jelaskan 4 aturan perawatan dirumah :
1. Beri cairan tambahan
2. Beri tablet zinc selama 10 hari
3. Lanjutkan pemberian makan
4. Kapan harus kembali
Rencana terapi C ( penanganan dehidrasi berat dengan cepat )
(1) Beri cairan intra vena secepatnya .jika anak bisa minum, beri anak oralit
melalui mulut sementarainfus disiapkan. Beri 100ml / kg cairan ringer Lactat
atau jika tidak tersedia gunakan cairan NaCl yang dibagi sebagai berikut.
Umur Pemberian pertama Pemberian selanjutnya
30ml/kgbb selama 70ml/kgBB selama
Bayi ( <12 bulan 1 jam 5 jam
Anak ( 12 bulan – 5 30 menit 2 ½ jam
tahun )

(2) Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika nadi belum teraba, beri tetesan
lebih cepat
(3) Beri oralit ( 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum. Biasanya
sesudah 3-4 jam (pada bayi ) dan 1-2jam ( pada anak ) beri juga tablet zinc.
(4) Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam. Klasifikasikan
dehidrasi dan pilih rencana terapi yang sesuai
(5) Rujuk segera untuk pengobatan intravena
(6) Jika anak bisa minum bekali ibu larutan ora;it dan tunjukkan cara
meminumkan pada anak selama dalam perjalanan.

b) Pengobatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui
tinja dengan dan tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa atau karbohidrat lain (tepung beras, dll)
(1) Obat anti sekres
- Asetosal dosis 25 mg/kg, dengan dosis minimum 30 mg
- Klorpromazin, dosis 0,5-1 mg/kg BB/hr
(2) Obat spasmolitik
Obat yang dapat digunakan antara lain papaverin, ekstrak beladona, opinum
loperamid
(3) Antibiotik
Tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang jelas, bula penyebab kolera,
diberikan tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hr. Juga diberikan bila tredapat
penyakit penyerta seperti OMA, faringitis, bronkitis, atau bronkopneumonia
(Ngastyah, 1997:149).
1.1.10. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut
1) Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Hipokalemi (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan elektrokardiogram).
4) Hipoglikemi terjadi karena adanya gangguan dari absorbsi glukosa.
5) Intoleransi sekunder karena kerusakan vili mukosa usus yang disebabkan oleh
infeksi jamur, bakteri, atau virus sehingga villi usus tidak mampu menghasilkan
enzim laktase, akibatnya terjadi defisiensi enzim lactase sehingga laktosa tidak
dapat diabsorbsi.
6) Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
7) Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
1.2. KONSEP KEPERAWATAN
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Identitas Pasien
Nama, umur, jenis, kelamin, status, suku bangsa, agama, alamat, penanggung
jawab.
1.2.1.2 Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Frekuensi defekasi meningkat, perut mules, nyeri abdomen, mual, muntah,
penurunan nafsu makan, feces cair, lemas, suhu tubuh meningkat.
2) Riwayat penyakit sekarang
Mula-mula pasien akan mengeluh napsu makan berkurang kemudian timbul
diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Gejala muntah dapat timbul
sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus
berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu:
berat badan menurun, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
kering.
3) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien saat ini sedang mengkonsumsi antibiotik. Pasien melakukan
kontak dengan orang lain yang sebelumnya mengalami penyakit diare. Pasien
mengkonsumsi makanan yang kurang matang, disfungsi imun karena AIDS dapat
menurunkan pertahanan usus dan penurunan keasaman lambung akibat terganggunya
flora normal usus.
4) Riwayat lingkungan
Sanitasi lingkungan yang buruk, pemukiman yang kumuh dan padat penduduk,
kurangnya sumber air bersih, pemukiman yang padat serta sanitasi lingkungan yang
buruk, kurang gizi, pengolahan makanan yang tidak higienis dapat menjadi penyebab
gastroenteritis akut.
1.2.1.3 Pola Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Pola eliminasi: mengalami perubahan pada BAB, BAB >4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi: diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan
3) Pola aktivitas dan istirahat: akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.aktivitas juga terganggu karena kondisi
tubuh yang lemah.
4) Pola Hygiene: kebiasaan mandi setiap harinya
1.2.2 Pemeriksaan Fisik
1.2.2.1 Kepala: pada pasien dengan dehidrasi ringan ubun-ubun normal, dehidrasi
sedang ubun-ubun cekung, dehidrasi berat ubun-ubun sangat cekung.
1.2.2.2 Mata: pada pasien dengan dehidrasi ringan (ada air mata ,mata normal),
dehidrasi sedang (tidak ada air mata, mata cowong), dehidrasi berat (tidak ada
air mata, mata sangat cowong) konjungtiva pucat.
1.2.2.3 Hidung: terdapat pernafasan cuping hidung
1.2.2.4 Mulut: dehidrasi ringan (mukosa bibir lembab, haus), dehidrasi sedang
(mukosa bibir kering, haus), dehidrasi berat (mukosa bibir sangat kering,
haus), sianosis.
1.2.2.5 Thorax/dada: bisa terjadi pernafasan kusmaul. Ada suara nafas tambahan atau
tidak. Menggunakan otot bantu nafas atau tidak, takikardia, tekanan darah
meningkat
1.2.2.6 Abdomen : adanya distensi abdomen, bising usus meningkat, nyeri perut.
1.2.2.7 Vesika urinaria : oliguri, anuri
1.2.2.8 Kulit : dehirasi ringan turgor kulit kembali cepat, dehidrasi sedang turgor kulit
kembali lambat, dehidrasi berat turgor kulit kembali sangat lambat, kulit
kemerahan dan iritasi di daerah perianal.
1.2.3 Pemeriksaan Penunjang
1.1.10.1. Pemeriksaan Darah :
1) Berat jenis plasma: untuk menentukkan defisit cairan akibat diare.
2) Elektrolit : K, Na, Ca, Cl, fosfor:mendeteksi adanya penurunan kadar elektrolit
akibat keluar bersama tinja. Hypokalemia dapat menyebabkan aritmia jantung.
Berkurangnya Natrium akibat diare dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia.
3) Pemerisaan darah lengkap: anemia (hipokromik, kadang makrositik) dapat terjadi
karena malnutrisi atau malabsorbsi atau proses inflamasi, peningkatan SDP
4) Analisa gas darah: mendeteksi adanya metabolik asidosis yang menyebabkan
pernafasan lebih cepat dan dalam (Kusmaull), penurunan pH darah disebabkan
karena terjadi penurunan bikarbonat.
5) Pemeriksaan ureum, serum kreatinin: mendeteksi fungsi ginjal, diare
menyebabkan perfusi ke ginjal menurun terjadi anuria yang bila tidak segera
diatasi bisa terjadi nekrosis tubular akut.
1.1.10.2. Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan tinja meliputi volume, warna, konsistensi, adanya mukus, darah,
leukosit. Pada umumnya leukosit tidak dapat ditemukan jika diare berhubungan
dengan usus halus, tetapi ditemukan salmonella, E Coli, enterovirus dan shigellosis.
Terdapatnya mukus yang berlebihan dalam tinja menunjukkan adanya peradangan
pada kolon. PH tinja yang rendah menunjukkan adanya malabsorbsi hidrat arang.
1.2.4 Diagnosa Keperawatan
1) Resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Peningkatan suhu tubuh
4) Kerusakan integritas kulit
5) Resiko kerusakan pertukaran gas
6) Gangguan eliminasi urin
7) Intoleransi aktivitas
8) Resiko cedera
9) Kurang pengetahuan tentang diare
10) Ketidakefektifan perfusi jaringan
DIAGNOSA NOC NIC
Hipovolumia berhubungan NOC: NIC : Fluid management
dengan kehilangan cairan - Fluid balance - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
aktif (diare berat, muntah). Setelah dilakukan tindakan - Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi
- Kegagalan mekanisme keperawatan selama….. defisit volume adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
pengaturan cairan teratasi dengan indikator: - Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN ,
DS : - Mempertahankan urine output Hmt , osmolalitas urin, albumin, total protein )
- Haus sesuai dengan usia dan BB, BJ - Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
DO: urine normal, - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Penurunan turgor - Tekanan darah, nadi, suhu tubuh - Monitor status nutrisi
kulit/lidah dalam batas normal - Berikan cairan oral
- Membran mukosa/kulit - Tidak ada tanda tanda dehidrasi, - Berikan penggantian nasogatrik sesuai output (50 –
kering Elastisitas turgor kulit baik, 100cc/jam)
- Peningkatan denyut nadi, membran mukosa lembab, tidak - Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
penurunan tekanan darah, ada rasa haus yang berlebihan - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk
penurunan - Orientasi terhadap waktu dan - Atur kemungkinan tranfusi
volume/tekanan nadi tempat baik - Persiapan untuk tranfusi
- Pengisian vena menurun - Jumlah dan irama pernapasan - Pasang kateter jika perlu
- Perubahan status mental dalam batas normal - Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
- Konsentrasi urine - Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas
meningkat normal
- Temperatur tubuh - pH urin dalam batas normal
meningkat - Intake oral dan intravena
- Kehilangan berat badan adekuat
secara tiba-tiba
- Penurunan urine output
- HMT meningkat
Kelemahan
Diare berhubungan dengan NOC: NIC :
inflamasi, iritasi  Bowl Elimination Diare Management
gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan - Kelola pemeriksaan kultur sensitivitas feses
DS: keperawatan selama …. diare pasien - Evaluasi pengobatan yang berefek samping gastrointestinal
 Nyeri perut teratasi dengan indikator: - Evaluasi jenis intake makanan
 Urgensi - Tidak ada diare - Monitor kulit sekitar perianal terhadap adanya iritasi dan
 Kejang perut - Feses tidak ada darah dan mukus ulserasi
DO: - Nyeri perut tidak ada - Ajarkan pada keluarga penggunaan obat anti diare
 Lebih dari 3 x BAB - Pola BAB normal - Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat warna,
perhari - Elektrolit normal volume, frekuensi dan konsistensi feses
Bising usus hiperaktif - Asam basa normal - Ajarkan pada pasien tehnik pengurangan stress jika perlu
- Hidrasi baik (membran mukosa - Kolaburasi jika tanda dan gejala diare menetap
lembab, tidak panas, vital sign - Monitor hasil Lab (elektrolit dan leukosit)
normal, hematokrit dan urin output - Monitor turgor kulit, mukosa oral sebagai indikator dehidrasi
dalam batas normaL - Konsultasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat

Perfusi jaringan tidak efektif NOC : Circulation status NIC :Syock Management
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
kekurangan volume cairan selama………ketidakefektifan perfusi 1. Monitor TTV

jaringan gastrointestinal teratasi 2. Posisikan pasien untuk mendapat perfusi yang optimal

dengan indikator: 3. Berikan oksigen

- Jumlah, warna, konsistensi dan 4. Monitor irama jantung

bau feses dalam batas normal 5. Catat intake dan output secara akurat

- Tidak ada nyeri perut 6. Kaji tanda-tanda gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

- Bising usus normal (membran mukosa kering, sianosis, jaundice)

- Tekanan systole dan diastole 7. Pasang dann pertahankan akses vena besar

dalam rentang normal 8. Berikan cairan Iv sesuai kebutuhan

- Distensi vena leher tidak ada 9. Monitor fungsi ginjal

- Gangguan mental, orientasi 10. Pasang NGT jika perlu


11. Monitor output gaster
pengetahuan dan kekuatan otot
normal
- Na, K, Cl, Ca, Mg dan Biknat
dalam batas normal
- Tidak ada bunyi nafas
tambahan
- Intake output seimbang
- Tidak ada oedem perifer dan
asites
- Tdak ada rasa haus yang
abnormal
- Membran mukosa lembab
- Hematokrit dalam batas normal

Defisit Nutrisi NOC : NIC :


Berhubungan dengan : Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management

Intake yang berlebihan Intake 1. Kaji adanya alergi makanan

terhadap kebutuhan 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

metabolisme tubuh Setelah dilakukan tindakan dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
keperawatan selama …. Ketidak 4. Berikan substansi gula
DS : seimbangan nutrisi lebih teratasi 5. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
- Cepat kenyang setelah dengan indikatorl: mencegah konstipasi
makan - Mengerti factor yang 6. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
- Nafsu makan menurun meningkatkan berat badan dengan ahli gizi)
- Kram/nyeri abdomen - Mengidentfifikasi tingkah 7. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
DO: laku dibawah kontrol klien 8. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berat badan menurun - Memodifikasi diet dalam 9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
minimal 10% dibawah waktu yang lama untuk 10. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
rentang ideal mengontrol berat badan dibutuhkan
- Bising usus hiperaktif - Penurunan berat badan 1-2
- Otot menelan lemah pounds/mgg
- Membra mukosa pucat - Menggunakan energy untuk
aktivitas sehari hari

Anda mungkin juga menyukai