Anda di halaman 1dari 3

Created by :

- Arieska dara p (12700302)


- Cristin natalia

BASAL CELL MEMBRANE

Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian
luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga
keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis,
dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau subkutis.

Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di bawah deretan
sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis, tempat sel epitel melekat. Membran basalis
dahulu dianggap sebagai kondensasi substitusi dasar jaringan ikat di bawah epitel yang langsung
berhubungan dengan jaringan epitel. Sekarang membrana basalis dianggap sebagai hasil
produksi langsung sel epitel. Membrana basalis tidak dapat dilihat dengan mikroskop optik
dengan teknik pewarnaan Haematoksilin-Eosin (H.E.), Membrana basalis bersifat permeabel,
sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya dapat merespon epitelium melalui membrana.
Bahan membrana basilis tersusun oleh:
1. Lamina basalis, yang merupakan lapisan di bawah sel epitel terdiri atas filamen tipis.
Filamen membentuk anyaman dalam substansi dasar membrana basalis dan
berhubungan langsung dengan membran dasar sel epitil terdekat.

2. Lamina fibroretikularis, yang merupakan serabut kecil-kecil sebagai serabut retikuler,


di sebelah luar lamina basalis.
3. Substansi dasar yang mengandung protein polisakarida.

Modifikasi pada permukaan basal sel epitel yaitu :


1. Membrana basalis
Merupakan kondensasi bahan mukopolisakarida dan protein yang terdapat di
bawah permukaan basal semua epitel, walaupun ketebalannya tidak selalu sama.
Membrana basalis yang paling tebal terdapat di bawah epitel yang sering mengalami
gesekan seperti misalnya epidermis kulit.
 Invaginasi basal:
Merupakan bagian basal dari membran terlihat sebagai bangunan yang
berkelok-kelok. Fungsinya untuk memperluas permukaan sekresi dan absorbsi.
Contohnya pada sel-sel tubuli ginjal.
 Caveolae:
Pada bagian basal dari sel ada bangunan seperti tonjolan ke dalam.
2. Hemidesmosome

Penyakit yang berhubungan


a. Pemfigoid bullosa
Pemfigoid Bulosa (PB) adalah penyakit umum autoimun kronik yang
ditandai oleh adanya bula sub epidermal pada kulit. Penyakit ini biasanya diderita
pada orang tua dengan erupsi bulosa disertai rasa gatal menyeluruh dan lebih jarang
melibatkan mukosa. Pemfigoid bulosa ditandai oleh adanya bula sub epidermal yang
besar dan berdinding tegang, dan pada pemeriksaan imuno patologik ditemukan C3
(komponen komplemen ke-3) pada epidermal basement membrane zone, IgG
sirkulasi dan antibodi IgG yang terikat pada basement membrane zone.

Kondisi ini disebabkan oleh antibodi dan inflamasi abnormal terakumulasi di


lapisan tertentu pada kulit atau selaput lendir. Lapisan jaringan ini disebut "membran
basal”. Antibodi (imunoglobulin) mengikat protein di membran basal disebut antigen
hemidesmosomal pemfigoid bulosa dan ini menangkap sel-sel peradangan
(kemotaksis). Lesi paling sering ditemukan pada perut bagian bawah, paha bagian
medial atau anterior, dan fleksor lengan bawah. Diagnosis Pemfigoid Bulosa dapat
dilakukan dengan pemeriksaan biopsi kulit dengan pewarnaan rutin dan
imunofluoresens.

DAPUS

Djuanda A. Pemfigoid Bulosa. In: Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit


Kulit dan Kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai penerbit FK-UI; 2010. p. 210-1.

John RS. Pemphigus in Freedberg. In: Eisen, Wolff, Austen, Goldsmith, Katz
SI, leditors. Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. 7th ed. New York:
McGraw-Hill; 2008.

Anda mungkin juga menyukai