Inovasi
Inovasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor yang menyebabkan kurang gizi telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan
secara internasional Meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak
balita, baik penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah.
Berdasarkan Soekirman dalam materi Aksi Pangan dan Gizi Nasional (Depkes, 2000),
penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi
juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit
diare atau demam dapat menderita kurang gizi. Demikian pada anak yang makannya tidak
cukup baik maka daya tahan tubuh akan melemah dan mudah terserang penyakit.
Kenyataannya baik makanan maupun penyakit secara bersama-sama merupakan penyebab
kurang gizi.
Kedua, penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan adalah
kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam
jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk
menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang
terjangkau oleh seluruh keluarga.
Faktor-faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan terdapat
kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan
anak dan keluarga makin banyak memanfaatkan pelayanan yang ada. Ketahanan pangan
keluarga juga terkait dengan ketersediaan pangan, harga pangan, dan daya beli keluarga, serta
pengetahuan tentang gizi dan kesehatan.
Upaya pelayanan gizi di puskesmas merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan dasar tingkat puskesmas yang perlu selalu ditingkatkan kualitasnya. Sebab
kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup
manusia, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta untuk mempertinggi
kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Upaya ini bertujuan mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatannya dan menyadari pentingnya
pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Masyarakat akan membutuhkan
pelayanan kesehatan dan informasi tentang masalah kesehatan dan gizi yang dihadapinya
(Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, 2000 : 12).
1
Puskesmas mengelola pelaksanaan upaya kesehatan termasuk pembinaan peran serta
masyarakat, serta melakukan koordinasi terhadap semua upaya dan sarana pelayanan
kesehatan yang ada di wilayahnya sesuai dengan kewenangannya. Program-program
kesehatan, terutama yang terkait dengan gizi perlu selalu disosialisasikan secara terus
menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam
kurun waktu yang relatif lama.
Dalam mensosialisasikan program-program tersebut diperlukannya media atau alat bantu
untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi.
Sejalan dengan hal tersebut, perlu diambil langkah-langkah terobosan dalam upaya
peningkatan pelayanan gizi di puskesmas. Salah satu terobosan yang ditempuh sejak awal
Repelita VI adalah pengembangan Pojok Gizi (POZI) di puskesmas yang merupakan upaya
untuk mengoptimalkan pelayanan gizi, baik kualitas maupun kuantitasnya .
Pentingnya pelayanan gizi di puskesmas sudah lama disadari, mengingat masalah gizi
dan pengaturan makanan / diet merupakan komponen penting masalah gizi dan penyakit
yang berkaitan dengan gizi. Sampai saat ini pelayanan gizi di puskesmas masih belum
optimal yang tentunya akan berdampak negatif terhadap upaya pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi dan berbagai penyakit penyertanya, yang dapat mengakibatkan
tingginya case “fatality” penyakit yang berkaitan dengan gizi seperti Diabetes Melitus (DM),
Hipertensi dan penyakit jantung koroner .
B. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
UPT. Puskesmas adalah unit pelaksanaan pembangunan kesehatan di wilayah
kecamatan. Yang dimaksud dengan unit pelaksana adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) yakni organisasi dilingkungan Dinas Kabupaten / Kota yang melaksanakan tugas
Teknis Opersional. Kriteria UPTD terdiri dari :
2
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya
tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja.Masalah gizi
dapat terjadi pada semua kelompok umur,mulai dari janin dalam kandungan sampai dewasa
dan lanjut usia.Masalah gizi sangatlah menentukan bagaimana kualitas sumber daya
manusia selanjutnya.
Adanya masalah gizi dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik secara langsung
maupun tidak langsung.Penyebab langsung masalah gizi adalah ketidak seimbangan antara
asupan makanan (jumlah dan mutu) serta zat gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh
secara optimal karena adanya gangguan penyerapan sebagai akibat adanya penyakit
infeksi.Sedangkan penyebab tidak langsung masalah gizi adalah tidak cukup tersedianya
pangan di rumah tangga,kurang baiknya pola asuh,serta kurang memadainya sanitasi,
kesehatan lingkungan dan kurang baiknya pelayanan kesehatan.Hal tersebut sangat erat
kaitannya dengan rendahnya pendidikan,tingkat pendapatan dan kemiskinan.
Pokok kegiatan perbaikan gizi yang telah dilaksanakan selama kurun waktu bulan
Januari sampai dengan Desember 2013 meliputi Usaha Perbaikan Gizi Keluarga
(UPGK),Penanggulangan kelainan gizi dan sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG).
3
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan yaitu mengupayakan agar
pelaksanaan pembangunan mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan
sebagai faktor pertimbangan utama
b. Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan yaitu
mengupayakan agar perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kebutuhan masyarakat
c. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu
3. STRATEGI
Untuk mencapai Visi, Misi Puskesmas tersebut diatas digunakan startegi sebagai berikut :
Pertanggujawaban wilayah
Pemberdayaan masyarakat
Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas sektor
Sistem Rujukan :
o Rujukan Upaya kesehatan perorangan
o Rujukan upaya kesehatan masyarakat
D. ANALISA SITUASI
a. Geografi
UPT. Puskesmas Dawan II terletak di Desa Gunaksa,Kecamatan Dawan, Kabupaten
Klungkung. Terdiri dari 5 desa dan 21 dusun dengan luas wilayah kerja 12,09 km 2
dengan batas wilayah sebagai berikut :
Wilayah kerja UPT. Puskesmas Dawan II merupakan daerah perbukitan dengan curah
hujan rendah tiap tahunnya. Tiap desa dapat dijangkau dengan kendaran roda 2 atau roda
4. jalan beraspal, waktu tempuh dari puskesmas ke dusun tersebut ± ½ jam dengan
berjalan kaki. Dan mata pencaharian penduduk, sebagian besar bertani dan berdagang.
Sedangkan untuk jarak tempuh dari puskesmas ke kabupaten ± 10 menit.
b. Demografi
Jumlah penduduk pada tahun 2013 di wilayah UPT. Puskesmas Dawan II adalah 18.040
jiwa, terdiri dari 8.874 jiwa laki-laki dan 9.166 jiwa perempuan. Jumlah KK miskin
adalah 568 KK ( 2.885 jiwa ).
Data ketenagaan, data kependudukan, data sekolah dan data peran serta masyarakat serta
dapat dilihat pada tabel berikut.
DATA KETENAGAAN
DI UPT. PUSKESMAS DAWAN II
TAHUN 2013
NO Jenis Tenaga Jumlah Jumlah Keterangan
Tenaga Kekurangan
yang ada
4
1 Dokter Umum 5 2 1 org = pendidikan, 1 org =
Nota Dinas
2 Dokter Gigi 2 - 1 Orang PTT
3 Sarjana Kesehatan 1 - -
Masyarakat (SKM)
4 Sarjana Keperawatan (S1) 1 - -
5 AKPER 8 3 2 Org jadi tim AGD di Dinkes
6 AKZI 2 - -
7 AKL 2 - -
8 Bidan 14 - PTT = 5 org
9 Analis Kesehatan 1 1 -
10 Perawat Kesehatan 3 - -
11 SMF/Apoteker 2/- -/1 1 org tenaga kontrak
12 Perawat Gigi 3 - -
13 Pekarya Kesehatan 1 - -
14 Tenaga Administrasi/SMA 3 2 1 org tenaga kontrak
15 Sopir 1 1 1 Org tenaga kontrak
16 JMD 1 -
17 Cleaning Service - 2
Jumlah 48 11
5
DATA SEKOLAH
TAHUN 2013
TAHUN 2013
E. ANGGARAN
Semua anggaran dana program perbaikian gizi di UPT. Puskesmas Dawan II bersumber dari
BOK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
PERINCIAN DANA
PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
DI WILAYAH UPT. PUSKESMAS DAWAN II TAHUN 2013
6
Jumlah Jumlah
Persentase Sumber
No Kegiatan Anggaran Realisasi
( %) Dana
( Rp) ( Rp)
1 Konseling ASI & MP-ASI 600.000 600.000 100 BOK
F. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memaparkan tentang intervensi terpadu
untuk mengatasi masalah gizi di wilayah kerja UPT. Puskesmas Dawan II guna peningkatan
pengetahuan melalui sistem dan sarana yang ada dipuskesmas serta upaya membuat pelayanan
Pojok Gizi dan Pojok Laktasi serta pembuatan inovasi lain seperti pembentukan kelompok
penderita kencing manis yang diharapkan dapat menambah tingkat pengetahuan tentang gizi
sebagai upaya promotif dan preventif pada bidang gizi di UPT.Puskesmas Dawan II.
7
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN LANGKAH
PEMECAHAN MASALAH
8
Pojok Gizi (POZI) adalah pelayanan gizi yang profesional yang diberikan di puskesmas
oleh tenaga gizi terdidik atau terlatih kepada setiap pengunjung puskesmas yang membutuhkan
dan bertujuan untuk pencegahan, penanggulangan, penyembuhan dan pemulihan penyakit yang
berkaitan dengan gizi.
Pengunjung yang datang ke POZI Puskesmas Dawan II akan memperoleh pelayanan gizi
yang menyeluruh melalui :
a. Pengkajian Gizi, yang meliputi :
- Status gizi yang meliputi pengukuran antropometri (BB, TB, Lingkar Lengan Atas /
LILA
- Pengkajian klinis, mengkaji dan meliputi tanda-tanda klinis atau kelainan fisik.
- Pengkajian laboratorium, mengkaji hasil pemeriksaan kadar gula darah, kadar Hb, urine,
cacing, sputum dan lain-lain.
- Pengkajian kebiasaan makan dengan cara food recall atau anamnesis yang merupakan
pengumpulan informasi tentang kebiasaan makan dan pola makan.
b. Konseling Gizi, memberikan informasi tentang gizi dan dietetik yang erat kaitan dengan
gizinya yang diawali dengan pengkajian gizi.
c. Dietetik, anjuran pemberian makan sesuai dengan dietnya.
Jadwal kerja POZI di UPT. Puskesmas Dawan II adalah setiap hari Senin sampai Rabu
pada jam kerja. Tetapi tidak menutup kemungkinan apabila ada pasien yang memerlukan
konsultasi gizi, pelayanan Pojok Gizi dapat dilaksanakan diluar jadwal. Sedangkan perlengkapan
pelayanannya (sarana dan prasarana POZI) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
9
17. Formulir Rekapitulasi
b. Bahan paket pertolongan gizi
1. Kapsul yodium √
2. Kapsul Vit. A √
3. Tablet atau sirop Fe √
4. Obat cacing √
5. Oralit √
6. Layanan Dietetik (makanan khusus untuk rawat √
inap)
c. Alat – alat
1. Timbangan Injak (Dewasa ) √
2. Timbangan Dacin √
3. Tripod √
4. Pengukur panjang Badan ( Length Board ) √
5. Pengukur Tinggi Badan √
6. Pita LILA √
Tenaga Kesehatan
Secara spesifik tenaga yang sangat berperan dalam kegiatan POZI adalah tenaga
kesehatan yang merujuk ke POZI dan tenaga pelaksana gizi puskesmas. Ahli gizi adalah
seseorang profesional yang mempunyai kualifikasi untuk memikul tanggung jawab terhadap
upaya peningkatan status gizi melalui pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta
penyelenggaraan makanan pada pelayanan gizi.
Untuk dapat melaksanakan pelayanan gizi secara menyeluruh dan berkualitas di
puskesmas maka diperlukan tenaga gizi terdidik D3 atau D1 gizi. Tugas dari tenaga gizi
puskesmas antara lain merencanakan kegiatan POZI, melaksanakan pelayanan gizi POZI,
melakukan pencatatan dan pelaporan serta membuat visualisasi cakupan POZI dan jenis
pelayanan gizi yang diberikan. Dalam melaksanakan pelayanan gizi antara lain pengkajian gizi,
tenaga gizi menterjemahkan bentuk diet yang diberikan dokter ke dalam bentuk makanan.
UPT. Puskesmas Dawan II memiliki tenaga gizi sebanyak 2 orang dengan pendidikan D3
Gizi . Satu tenaga gizi diberi tanggung jawab untuk memegang program anak dan sebagai
bendahara Jamkesmas. Satu tenaga gizi yang lain mengelola program Gizi dan Lansia. Agar
POZI yang merupakan usaha promotif dan preventif ini dapat berjalan dengan baik dan sesuai
dengan jadwal kerja di UPT. Puskesmas Dawan II, maka dibutuhkan koordinasi diantara petugas
gizi untuk kegiatan tersebut. Karena beban kerja tenaga gizi di puskesmas yang besar untuk
turun ke lapangan serta kegiatan POZI ini dan tidak bisa dilaksanakan oleh 1 orang tenaga gizi
saja.
Peran petugas kesehatan yang merujuk sangatlah penting, dalam hal ini berdasarkan
rujukan petugas kesehatan pada unit BKIA, Balai Pengobatan (BP) dan unit lain, dari dokter
ataupun datang langsung ke POZI untuk kunjungan ulang sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2. Pojok Laktasi
Cakupan Asi Ekslusif di wilayah UPT. Puskesmas Dawan II masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh banyak factor, diantaranya pengetahuan ibu yang masih kurang mengenai
pentingnya pemberian Asi Ekslusif kepada bayi.
10
Upaya yang dilakukan guna mensosialisasikan ASI Ekslusif adalah melalui penyediaan
sarana pojok laktasi sederhana di puskesmas yang bertujuan untuk meningkatkan kepedulian
berkaitan dengan pemberian ASI Ekslusif yang sesuai dengan kaidah kesehatan, budaya, dan
agama.
Dengan adanya pojok laktasi diharapkan dapat mempermudah sosialisasi ASI Ekslusif
pada masyarakat khususnya yang datang ke UPT. Puskesmas Dawan II, serta mempermudah ibu-
ibu yang hendak menyusui anaknya karena sudah disediakan tempat untuk menyusui.
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa jumlah penderita kencing manis di wilayah UPT.
Puskesmas Dawan II terjadi peningkatan dari tahun 2012 dan 2013.
UPT. Puskesmas Dawan II bekerja sama dengan PT. ASKES mengadakan Prolanis
( Program Pengelolaan Penyakit Kronis ) bagi penderita Diabetes Melitus ( DM ). Prolanis
merupakan sebuah program yang dirancang untuk memberikan pelayanan kesehatan secara
komprehensif bagi peserta penderita penyakit kronis.
Prolanis di wilayah UPT.Puskesmas Dawan II, diadakan setiap hari Jumat minggu kedua
disetiap bulannya, sampai saat ini peserta program prolanis khusus penderita DM yang diadakan
di UPT. Puskesmas Dawan II ± 30 Peserta.
Kegiatan Prolanis khusus penderita DM yang telah dilakukan di UPT. Puskesmas Dawan II ,
antara lain :
1 . Senam yang dipandu oleh instruktur
2. Pemeriksaan Gula Darah
3. Penimbangan Berat Badan
4. Pengukuran Tinggi Badan
5. Pemeriksaan Kesehatan
6. Pemberian informasi kesehatan
7. Pembentukan Paguyuban
8. Pemantauan terhadap status kesehatan secara terus menerus
9. Kegiatan lain yang mendukung
11
Selain kegiatan rutin, para anggota kelompok juga diberikan penyuluhan mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan kencing manis. Diantaranya, pengetahuan mengenai
penyakit kencing manis itu sendiri, cara pengaturan diet pada penderita kencing manis, dan
pengetahuan lain mengenai berbagai hal tentang kesehatan. Bagi anggota kelompok yang ingin
berkonsultasi gizi, bisa memanfaatkan pojok gizi yang telah ada.
Dalam melaksanakan kegiatan ini, para anggota kelompok tidak dipungut biaya. Pada
akhir kegiatan, para anggota kelompok diberikan makanan selingan yang bergizi dan sesuai
dengan penyakit kencing manis. Melalui kegiatan ini diharapkan para anggota kelompok bisa
menyebarkan infomasi yang diperoleh kepada rekan-rekan di lingkungannya, dan kadar gula
darah para anggota bisa terkontrol.
3. Ketenagaan
Untuk memberikan vitamin A petugas gizi dapat memberdayakan sumber daya
yang ada seperti petugas kesehatan, Bidan desa, kader posyandu, guru TK yang
sebelumnya telah diberikan penjelasan tentang apa dan mengapa harus diberikan Vitamin
A, kondisi ini dapat mempercepat proses pengentasan masalah yang ditimbulkan oleh
defisiensi Vitamin A, karena pada proses ini telah terjadi alih informasi yang benar.
b. Sosialisasi dan Distribusi Vitamin A Ibu Nifas
Vitamin A tidak hanya diperuntukkan untuk bayi dan balita tetapi ibu nifas juga
perlu diberikan Vitamin A dengan waktu dan dosis yang tepat. Kerja sama yang telah
dilakukan oleh petugas gizi pada hal ini adalah dengan bekerja sama dengan bidan-bidan
praktek swasta, kader posyandu dalam hal mendistribusikan vitamin A ibu nifas kepada
sasaran. Hasil akhir dari kerja sama ini diharapkan semua ibu nifas mendapatkan Vitamin
A yang bermanfaat bagi ibu dan bayinya serta menggalakkan program ASI Ekslusif.
c. Pemeriksaan Garam Beryodium
12
Kekurangan yodium merupakan masalah gizi yang harus ditangani dengan baik,
upaya yang dilakukan pemerintah seperti fortifikasi yodium telah dilakukan dan menyerap
dana yang cukup besar, untuk itu perlu pengawasan yang ketat terhadap produk-produk
yang menclaim telah menambahkan zat yodium pada produk daganganya. Hal yang
dilakukan oleh petugas gizi adalah dengan jalan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk
melakukan uji zat yodium pada garam. Sebelum melaksanakan uji tersebut hal-hal yang
dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada para murid SD tentang kegunaan yodium
serta bahan makanan yang mengandung zat yodium serta akibat-akibat yang dapat
merugikan akibat tidak mengkonsumsi zat yodium.
Uji yang dilakukan di sekolah dirasakan penulis masih jauh dari sempurna untuk itu
penulis juga mensosialisasikan hal ini sampai keposyandu dengan uji sederhana dengan
mengunakan parutan singkong / ubi kayu.
Melalui cara ini penulis mengharapkan kemandirian dari masing-masing warga
masyarakat untuk ikut peduli dengan pentingnya yodium dan bagaimana cara menguji zat
yodium dengan cara sederhana.
d. Penyuluhan di luar gedung
Penyuluhan diluar gedung merupakan alternatif utama yang bertujuan
memberikan informasi mengenai gizi serta memberdayakan sumber daya yang ada karena
penulis menyadari sepenuhnya bahwa permasalahan gizi tidak akan selesai tanpa
melibatkan seluruh komponen masyarakat yang ada, serta program kesehatan yang lain yang
juga akan berpengaruh terhadap maju mundurnya usaha ini, selain itu juga petugas gizi
sebaiknya berperan aktif menunjang program kesehatan yang lain.
Selain itu pembinaan yang dilakukan di posyandu juga perlu digalakkan agar gaung
informasi mengenai kesehatan khususnya dalam bidang gizi tetap bisa berkesinambungan,
pembinaaan yang serius pada akhirnya tentu saja akan berdampak positif guna mendorong
peran serta masyarakat, hasil lansung dari upaya ini dapat dilihat dari tingkat partisipasi
masyarakat yang
Keseluruhan hasil-hasil ini merupakan gambaran mengenai keberhasilan program
yang dilakukan yang pada akhirnya dapat memotivasi seluruh posyandu yang ada untuk
dapat mencontoh hasil positif ini sehingga proses alih informasi dapat dilakukan secara
cepat dan tepat.
e. Penatalaksanaan gizi buruk
Penyebab langsung terjadinya gizi buruk pada anak adalah infeksi dan penyebab
tidak langsung seperti perilaku, tingkat pengetahuan dan ketahanan pangan. Tugas dan
tanggung jawab petugas gizi dalam hal ini adalah memberikan intervensi yang tepat dan
terpadu tidak hanya sekedar membuat laporan kasus.
Langkah kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Pelacakan kasus
Dalam hal ini penemuan kasus dapat dilakukan dengan jalan melakukan
pelacakan kasus ataupun laporan dari posyandu, bidan praktek serta pasien yang datang
berobat ke Puskesmas.
2. Pengumpulan data / Pembuatan laporan
13
Petugas gizi melakukan pengecekan antropometri, gejala klinis secara baik dan
benar selanjutnya melakukan anamnesis untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus ini.
Selanjutnya melakukan laporan ke kepala puskesmas dan dinas kesehatan serta instansi
terkait.
3. Terapi Obat
Setelah diketahui, infeksi, Pasien diarahkan untuk melakukan konsultasi dengan
dokter yang ada di puskesmas guna mendapatkan pengobatan serta penyembuhan
infeksi yang diderita pasien.
4. Lintas Program
Kerja sama lintas program perlu dilakukan agar faktor-faktor yang mengakibatkan
kasus ini dapat diselesaikan dengan seksama. Sebuah gambaran kegiatan dibawah ini
yang telah dilakukan mungkin dapat menjadi bahan pemikiran :
Penyelesaian kasus gizi buruk dan kurang tidak akan selesai dengan pemberian
PMT saja, hal terbesar yang perlu dilakukan dengan serius adalah dengan
mengidentifikasi penyebab dan meyatukan semua program yang ada serta kerja sama
lintas program yang ada. Melalui upaya pendampingan kelurga yang rawan gizi buruk
agar pada akhirnya mereka dapat memecahkan masalah gizi yang mereka alami secara
mandiri. metri dan Pemeriksaan Labor
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Intervensi terpadu terhadap masalah gizi dikembangkan dan dilaksanakan untuk mengatasi
masalah gizi yang ada di Wilayah UPT. Puskesmas Dawan II
2. Pojok Gizi digunakan sebagai sarana untuk memberikan konsultasi mengenai masalah gizi yang
terjadi pada pengunjung puskesmas
3. Pojok Laktasi dikembangkan untuk memberikan sarana kepada ibu-ibu yang ingin menyusui
bayinya di pusksemas
4. Kelompok Penderita Kencing Manis dikembangkan untuk mengatasi permasalahan gizi kaitannya
dengan penyakit kencing manis, dengan tujuan mengontrol kadar gula darah penderita.
5. Upaya intervensi permasalahan gizi perlu dikembangkan dan dilaksanakan secara terarah dan
terpadu.
6. Fungsi petugas gizi di puskesmas tidak hanya sekedar melakukan upaya rehabilitatif pada pasien-
pasien gizi tetapi yang paling utama adalah melakukan upaya promotif kepada masyarakat.
B. Saran
1. Diharapkan bantuan dari semua pihak agar inovasi ini dapat disebarluaskan sehingga dapat
membantu penyebaran informasi gizi.
2. Perlunya diberikan pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan puskesmas khususnya petugas
gizi sebagai stimulus untuk meningkatkan kemampuan dalam hal pengembangan diri berkaitan
dengan disiplin ilmu yang dimiliki.
3. Disarankan kepada Dinas Kesehatan untuk memberikan pembinaan secara intensif sehingga
dapat memotivasi petugas kesehatan dalam hal kerja sama lintas program dan lintas sektoral
serta seluruh elemen masyarakat dalam hal mengatasi masalah gizi.
4. Perlu diadakan program-program tambahan yang melibatkan seluruh komponen masyarakat
guna membantu pengentasan masalah gizi.
15
Pada tahap lanjut kegiatan ini dapat melibatkan sektor pendidikan seperti PAUD, TK, SD, guna
penyebarluasan informasi Gizi sejak usia dini karena seperti kita ketahui masa proses penyerapan
informasi yang paling baik adalah pada usia sekolah.
5. Kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektor terkait perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah
gizi.
16