Pemasangan GTT pada perumahan diperlukan sebagai suplai daya yang diperoleh dari
SUTM yang ada. Pemasangan perlu memperhatikan berbagai aspek, salah satunya aspek
lingkungan. Seperti yang kita ketahui, jarak rumah terjauh dengan GTT adalah 100 m sehingga
penempatan GTT pada perumahan diletakkan pada tengah komplek perumahan. Hal ini
dimaksudkan agar penyaluran beban bisa merata.
Persyaratan GTT adalah dibawah 200 kVA, akan tetapi jika lebih dari 200 kVA maka trafo
tersebut bukanlah GTT melainkan gardu perencanaan sendiri. Dalam pemilihan trafo harus
memperhitungkan beberapa hal yaitu :
Dari aspek tersebut maka kita dapat menentukan trafo dengan memperhatikan kapasitas beban
yang harus disuplai.
= 93,217 VA
= 138,1 VA
PEMILIHAN TRANSFORMATOR
Dari perhitungan di atas, didapat daya total sebesar 138,1 VA, sedangkan untuk GTT yang
tersedia dipasaran adalah dengan daya 160kVA, maka dipilih transformator dengan daya 160kVA
dengan merk Trafindo dengan spesifikasi sebagai berikut:
1 Standar SPLN 50/97
2 Kapasitas 160kVA
3 Impedansi 4%
7 Efficiency
100% 98.52%
75% 98.74%
50% 98.93%
25% 98.70%
8 Noise level 55 Db
Widht 715 mm
Length 1290 mm
Height 1220 mm
Weight 1045 kg
Dalam GTT yang terpasang terdapat berbagai macam komponen baik distribusi maupun
proteksi yang antara lain adalah cut out dan lightning arrester. Berikut adalah perhitungan cut
out dan lightning arrester untuk GTT.
Cut-out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut-out dipasang pada
sisi primer transformator. Dalam menentukan rating fuse cut-out, hal yang perlu dipertimbangkan
adalah:
Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu fuse cut-out
Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan
Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, tipe sistem dan arus gangguan
yang mungkin terjadi
Dalam pemilihan Cut-out, bergantung pada jenis transformator yang dipakai apakah
memakai minyak atau berjenis transformator kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila
menggunakan transformator minyak, In CO dikalikan 250% (maksimal).
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = 250% 𝑥 = 11,5𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉
Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai
dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang
datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator
5 Km.
Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi (primer)
yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan pada
sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih tetap
mampu memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.
Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal
sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :
Vmaks = 110% x 20 kV
Koefisien Pentanahan
Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan
gangguan pada tempat dimana penangkal petir. Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms)
antar fasa dengan ground digunakan persamaan :
𝑉𝑚 22 𝑘𝑉
𝑉𝑟𝑚𝑠 = = = 15,56 𝑘𝑉
√2 √2
𝑉𝑟𝑚𝑠 × √2 15,5 𝑘𝑉 × √2
𝑉𝑚(𝐿−𝐺) = = = 12,65 𝑘𝑉
√3 √3
𝑉𝑚(𝐿−𝐺) 12,65 𝑘𝑉
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 = = = 0,81
𝑉𝑟𝑚𝑠 15,56 𝑘𝑉
Keterangan :
Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi kenaikan
ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.
𝑒 400 𝑘𝑉
𝐸= = = 133,33 𝑘𝑉
𝐾 × 𝑥 0,0006 × 5 𝐾𝑚
Keterangan :
E = tegangan pelepasan arester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh
BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan probabilitas tembus
isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah : e =1,2 BIL
saluran
Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (kV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (kV)
2 × 400 𝑘𝑉 − 133,33
𝐼= = 15,8 kA
0 + 42Ω
Keterangan :
V =IxR
ea = Eo + (I x R)
Keterangan :
“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs. Sehingga isolasi
dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau
lebih tinggi dari BIL tersebut.
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh
BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus isolator,
maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :
e = 1,2 x 125 KV
e = 150 KV
Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi
dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau
lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL
transformator yaitu 125 KV
Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
= 94,5 %
Keterangan :
Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria yang
berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator.
Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan
persamaan sebagai berikut :
2 A x
Ep = ea +
v
2 4000 KV / s x
= 133,3 KV+
300m / s
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
Jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.
Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang. Namun
di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah dengan
menggunakan kabel tanah. Transformator diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan
arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.
Pemilihan Arrester
Dalam hal ini pemilihan arrester yang digunakan untuk sistem tegangan menengah
yaitu arrester katup. Arrester ini terdiri dari atas beberapa sela percik yang dihubungkan
seri dengan resistor tak-linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan yang rendah bila
dialiri arus besar dan mempunyai tahanan yang besar saat dialiri arus kecil. Resistor tak-
linier umumnya digunakan untuk arrester yang terbuat dari bahan silikon karbid. Kerja
arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar karena sela percik dan resistor tak-
linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup.
Selain komponen proteksi terdapat pula komponen distribusi yaitu penghantar. Penghantar
yang digunakan adalah penghantar jenis NYY untuk outgoing trafo menuju PANEL APP LV
panel GTT dan outgoing PANEL APP LV penel GTT ke jaringan. Berikut adalah perhitungan
untuk menentukan KHA penghantar pada outgoing GTT perumahan.
160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 688 𝐴
√3 × 400 𝑉
KHA = In x 125%
Dipilih :
Kabel NYY merk SUPREME ( 4(1x 50mm2) dengan KHA 205 A )
Busbar merk ISO FLEXX ( 6x9x0,8mm2 dengan KHA 196 A )
Pemilihan pengaman untuk incoming APP dapat dihitung melalui nilai arus trafo. Dari
perhitungan diatas diperoleh arus 189,9 A maka pengaman / saklar utama yang digunakan
adalah MCCB Compact NSX250N
Ir = 100 – 250 A
Im = 1.5 – 10 Ir
Pole =3
Dalam perencanaan ini digunakan kubikel dengan LV panel 3 jurusan sesuai dengan
standar PLN. Sehingga sisi sekunder saklar utama / pengaman terdapat 3 buah NH FUSE
setiap fasanya. Lebih jelasnya lihat gambar ( gambar terlampir ). Berikut adalah perhitungan
rating pengaman tiap fasanya.
1 RUMAH 2200 VA 25
2 RUMAH 1300 VA 25
3 RUMAH 90 0 VA 25
100
Pemasangan pengahantar NYY ialah pada outgoing panel GTT menuju konsumen akan
tetapi kabel yang diterima konsumen adalah kabel twisted. Sehingga pada outgoing GTT
dengan penghantarr NYY dijumper dengan kabel TC. Dipilih kabel TC karena kekuatannya
dan isolasinya yang kuat dibanding NYY.
Pemasangan penghantar pada jaringan SUTR tidak dapat lepas dari gangguan lingkungan
sekitar seperti suhu, cuaca, getaran dll. Oleh karena itu perancang harus memperhatikan
daerating factor atau factor penurunan KHA suatu penghantar. Diibaratkan suhu ekstrim
adalah 400 C maka factor penurunannya adalah 0.91 sehingga perhitungan KHA sebagai
berikut :
Kabel NYY disambung kabel twisted per fasanya dengan luas penampang sebesar 70 mm2
untuk fasa dan 50 mm2 untuk netral.
Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas trafo, kabel, rel dan
pemutusan sirkit. Dalam hal ini perhitungan digunakan untuk menentukan besarnya arus
hubung singkat pada suatu titik dan breaking capacity pengaman, sehingga pengaman tersebut
dapat mengamankan sirkit tanpa merusak pengaman tersebut pada hubung singkat.
Untuk perhitungan arus hubung singkat pada LV maka diperlukan data daya hubung
singkat pada sisi LV, panjang dari pada penghantar dan jenis penghantar tersebut.Untuk
penentuan tersebut daya hubung singkat dapat diketahui melalui tiga cara, yaitu :
Pada perhitungan ini dilakukan dengan cara ketiga yaitu dimisalkan dan data yang
diketahui adalah sebagai berikut :
S = 160 kVA
V0 = 400 V
In = 1408 A
Isc = 27,08 kA
Vsc = 5%
R (mΩ) X(mΩ)
V0 xCosx10 3 V0 xSinx10 3
2 2
R1 X1
Psc Psc
400 xCos810 x10 3
2
400 xSin810 x10 3
2
R1 X1
500 500
R1 0,048 X 1 0,3136
R2 5 4002
S2 Z2 = 𝑥 = 80 m𝛀
100 100
2000 x 400 2 x10 3
R2
100 2 𝑋2 = √Z22 + R2 = √802 − 322 = 51
R 2 32
L X 3 0,08 xL
R3
A X 3 0,08 x10
R3 5.625
10 X 3 0,8
8 x50
R3 3.5
e. Rel busbar
L X 5 0,12 xL
R5
A X 5 0,12 x1
R5 5.625
1 X 5 0,12
16
R5 0.35
Breaking Capacity :
Rt 1 = R1 + R2 + R3 𝑈02
Isc M1 =
√3 √𝑅𝑡12 + 𝑋𝑡12
= 0.048 + 32 + 3.5
4002
=
= 33,5 m𝛀 √3 √35,52 + 522
Xt 1 = X1 + X2 + X3 = 23,3 kA
= 0.313 + 51 + 0.8
= 52 m𝛀
Pada pentanahan body trafo, body cubicle harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm.
Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan
catatan:
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m
L .r 2
120 3,14.r 2
120
r
3,14
r 6,18mm
4L
R pentanahan = ln 1
2. . a
= 50,78
Sehingga diparalel menjadi 12 elektroda dan tahanan tanah menjadi 50,78 : 12 = 4,23
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang
tunggal adalah sebesar 4,23 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL.
Permukaan tanah
p
L
2a
Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam siatem maka arrester harus di
tanahkan. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
dengan catatan:
Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m
L .r 2
120 3,14.r 2
120
r
3,14
r 6,18mm
4L
pentanahan = ln 1
2. . a
100 435
ln 1
2. .3,5 0,00618
= 50,78
Sehingga diparalel menjadi 12 elektroda dan tahanan tanah menjadi 50,78 : 12 = 4,23
Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang
Permukaan tanah
p
L
2a
Fasa R :
A1 D1
beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA
= 50 A
= 30A
C1D2 = beban yang dipikul = 5 rumah 1300 VA
Jarak antar tiang adalah 40 m. untuk andongan maka ditambah 20 %. Sehingga panjang
penghantar adalah 40.8 m
1300 𝑋 5
In = 220
= 29,54 A
C1B3
C1B3 : Beban yang dipikul = 3 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C1 – C1B3adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
1300 𝑋 3
In = 220
= 17,72 A
C2D4
C2D4 : Beban yang dipikul = 5 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2D4adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
900 𝑋 5
In = 220
= 20,45 A
C2B5
C2B5 : Beban yang dipikul = 2 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B5adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
900 𝑋 2
In = 220
= 8,18 A
= 8,18 A
Fasa S :
A1D1
beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA
= 50 A
A1B2
beban yang dipikul = 3 buah rumah 2200 VA
= 30A
C1D2 = beban yang dipikul = 5 rumah 1300 VA
Jarak antar tiang adalah 40 m. untuk andongan maka ditambah 20 %. Sehingga panjang
penghantar adalah 40.8 m
1300 𝑋 5
In = 220
= 29,54 A
C1B3
= 11,8 A
C1B4
C2D4 : Beban yang dipikul = 2 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C2 – C2D4 adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 80.16 m.
1300 𝑋 2
In = 220
=11,8 A
C2D4
C2D4 : Beban yang dipikul = 5 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B5 adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
900 𝑋 5
In =
220
= 20,45 A
C2B6
C2B6 : Beban yang dipikul = 3 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B6 adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 80,16 m.
900 𝑋 3
In = 220
= 12,27 A
Fasa T :
A1B1
beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA
= 20A
C1B3
beban yang dipikul = 5 rumah 1300 VA
Jarak antar tiang adalah 40 m. untuk andongan maka ditambah 20 %. Sehingga panjang
penghantar adalah 40.8 m
1300 𝑋 5
In = 220
= 29,54 A
C1B3
C1B3 : Beban yang dipikul = 5 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C1 – C1B3adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
1300 𝑋 5
In = 220
= 29,54 A
C1B4
C2D4 : Beban yang dipikul = 3 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C2 – C2D4adalah 80 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka panjang
penghantar adalah 80.16 m.
1300 𝑋 3
In = 220
=17,72 A
C2B5
C2B5 : Beban yang dipikul = 8 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B5adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
= 32,72 A
∆V = 5% x 220 = 11 V
Fasa R :
50 x 40.8
30 x 40.8
29,54 x 40.8
0.0175
A 17,72 x 40.8 16mm
11
20,45 x 40,8
8,18 x 40,8
8,18 x80,16
Dipilih Penghantar jenis NFA2X-T degan luas penampang untuk fasa 70 mm2 dan netral 50
mm2. Dipilih 70/50 mm2 karena untuk antisipasi jika terjadi pengembangan konsumsi listrik
perumahan tersebut.
Fasa S :
50 x 40.8
30 x80,16
29,54 x 40.8
0.0175
A 11,8 x 40.8 16mm
11
11,8 x80,16
20,45 x 40,8
12,27 x80,16
Fasa T :
50 x 40.8
20 x80,16
0.0175
A 29,54 x 40.8 16mm
11
17,72 x80,16
32,728 x 40,8
Dipilih Penghantar jenis NFA2X-T degan luas penampang untuk fasa 70 mm2 dan netral 50
mm2. Dipilih 70/50 mm2 karena untuk antisipasi jika terjadi pengembangan konsumsi listrik
perumahan tersebut.
Perumahan
F .U .M .K
E Lux
W .s
E.W .S
F
U .M .K
2. With (W) 5 m
4. Spacing (s) 24 m
Perhitungan UTILIZATION
𝑊−𝑂𝐻 5−0,5
𝐵⁄𝐻 (road side) = = = 0,5
𝐻 8
𝑂𝐻 0,5
𝐵⁄𝐻 (pavement side) = = = 0,06
𝐻 8
Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap – tiap lampu sebesar :
ExWxS
F
UxMxK
11. 10 . 24
= 0,21 . 0,75 . 0,75
= 22349,20 lumen
Kuat penerangan lampu yang diperoleh adalah 22349,20 lumen sehingga digunakan lampu LED
INNO blaze LED street light 150 W
- Luminous 24000
Lampu PJU diltakkan pada tiang dengan ketinggian 8 m pada bahu jalan. Tata letak PJU
menggunakan stranggered. Jarak antar tiang adalah 24 m, sedangkan lebar jalan utama adalah 10
m lebar jalan perumahan adalah 5 m. Lampu PJU tidak dipasang pada tiang SUTR karena
dikhawatirkan tiang SUTR akan roboh karena tidak kuat menahan tekanan dari PJU. Selain itu,
aspek keindahan juga diperhatikan, mengingat perumahan ini adalah perumahan yang terletak di
pusat perkotaan.
PENGAMAN GRUP
Grup 1.
P = 150 Watt x 6 = 900 Watt
V = 220 Volt
Cos φ = 0,9
𝑃
𝐼=
𝑉 𝑥 cos 𝑝ℎ𝑖
900
𝐼= = 4,5 A
220 𝑥 0,9
900
𝐼= = 4,5 A
220 𝑥 0,9
1050
𝐼= = 5,3 A
220 𝑥 0,9
√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
√3 𝑥 0,0173 𝑥 8 𝑥 10,1 𝑥 0,9
𝐼=
2,5 % 𝑥 380
𝐼 = 0,22 𝐴
Kabel yang dipasang dari panel PHB PJU ke titik sambung PJU, kabel ini digunakan sebagai
saluran antar tiang PJU karena jenis instalasi PJU adalah instalasi kabel udara. Panjang kabel 50 m
√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
Dimana:
A = luas penampang penghantar
p = tahanan jenis logam penghantar
L = panjang penghantar/kabel
I = jumlah arus dibutuhkan
Cos φ = faktor daya
V drop = drop tegangan
Maka diketahui
p = 0,0173 Ω mm (aluminium)
ℓ = 50 m
I = 7,2 A
Cos φ = 0,9
V drop = 0-5 %
√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
√3 𝑥 0,0173 𝑥 8 𝑥 10,1 𝑥 0,9
𝐼=
2,5 % 𝑥 380
𝐼 = 0,22 𝐴
c. Kabel NYY
Merupakan kabel yang disambungkan dari kabel AlXLPE-TC antar tiang PJU menuju lampu PJU.
Panjang kabel 4 m, untuk kuat hantaran arus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
Dimana:
A = luas penampang penghantar
√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
√3 𝑥 0,0173 𝑥 8 𝑥 10,1 𝑥 0,9
𝐼=
2,5 % 𝑥 380
𝐼 = 0,22 𝐴
LV - A1XLPE-TIC ukuran 4 x 16 mm
3. Kabel
LV – A1XLPE-TC ukuran 4 x 16 mm
Untuk saluran antara tiang PJU (R,S,T) karena jenis instalasi udara
4. Kabel
NYY 2 x 2,5 mm
Merk SUPREME
digunakan untuk lampu PJU, yaitu disambungkan pada kabel A1XLPE-TC 2 x 16 mm
5. Kabel
NFA2X - T 4 x 4 mm
digunakan untuk control dalam Panel PJU
6. NH fuse (fuse link)
Merk = BUSSMANN
Type = AD
In = 50 A
Teg = 400-600 V
7. Panel Kontrol APP
Panel terbuat dari kerangka Profil U
Bahan = plat baja
Tebal = 0,2 mm
Tinggi = 40 cm/0,4 meter
Lebar = 30 cm/0,3 meter
Kedalaman maks = 20 mm/0,2 meter
8. Komponen konstruksi panel
- Profil C
Panjang = 40 cm/0,4 m
Lebar = 5 cm
Tebal = 0,2 mm
- Profil G
Panjang = 80 cm/0,8 m
200
200
600
600
Dicor Dicor
100
100
200 200
500 500
400
Dicor
600
Dicor Dicor
400
200 200
Detail Y (Cubicle PLN ke Cubicle Pelanggan)
600
Bordes Lantai
400
Dicor
400
No.Gbr.
TRAY KABEL
Skala : Tanggal
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIG : AHMAD B 03-07-2017
7
8
10
11
12
13
No. Gambar
DETAIL KONSTRUKSI GTT
T - 13
Skala : 1 : 1 TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digambar : Ahmad B 2 – 07 - 2015
Tali untuk
memperkuat
lampu
Lampu PJU
Tiang PJU
9000
OH = 500
H = 7000
48
Pondasi
1500
W = 8000
Roadway lighting
No. Gambar
KONSTRUKSI PENERANGAN JALAN UMUM
TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIG : AHMAD BURHANUDDIN
Kelas : D4 -2A 04 DIPERK : BPK. HERI S
TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIG : AHMAD B 02-07-2017
Kelas : D4 -2A 04 DIPERK : BPK.HERI S.