Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PERENCANAAN INSTALASI PERUMAHAN

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 1


BAB I

PERANCANGAN INSTALASI PERUMAHAN

1.1 Penentuan GTT Perumahan

Pemasangan GTT pada perumahan diperlukan sebagai suplai daya yang diperoleh dari
SUTM yang ada. Pemasangan perlu memperhatikan berbagai aspek, salah satunya aspek
lingkungan. Seperti yang kita ketahui, jarak rumah terjauh dengan GTT adalah 100 m sehingga
penempatan GTT pada perumahan diletakkan pada tengah komplek perumahan. Hal ini
dimaksudkan agar penyaluran beban bisa merata.

Persyaratan GTT adalah dibawah 200 kVA, akan tetapi jika lebih dari 200 kVA maka trafo
tersebut bukanlah GTT melainkan gardu perencanaan sendiri. Dalam pemilihan trafo harus
memperhitungkan beberapa hal yaitu :

1. Factor keserempakan beban.


2. Factor perkembangan beban untuk beberapa tahun mendatang.
3. Type Jaringan SUTM (Jawa Timur menggunakan sistem Delta sehingga trafo yang
digunakan memiliki incoming yang dihubungkan Delta, berbeda dengan jawa barat yang
menggunakan sistem Star sehingga trafo yang digunakan memiliki incoming yang
dihubungkan Star.

Dari aspek tersebut maka kita dapat menentukan trafo dengan memperhatikan kapasitas beban
yang harus disuplai.

Kebutuhan total dari perumahan adalah sebagai berikut :

o Pelanggan 2200 x 25 = 55.000 VA

o Pelanggan 1300 x 30 = 39.000 VA

o Pelanggan 900 x 40 = 36.000 VA

o PJU (penerangan jalan umum) : 19 x (150 W/0,9) = 3.167 VA +

TOTAL DAYA = 133.167 VA

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 2


1. Kebutuhan beban maksimum

Untuk mengetahui kebutuhan beban maksimum, maka perlu diperhatikan faktor


kebersamaan pelanggan sebagai berikut:

Jumlah sambungan jenis


Faktor Kebersamaan
pelanggan Heterogen
2–4 0,85
6 – 10 0,80
11 – 20 0,70
2 – 40 0,60
> 40 0,40
Tabel Faktor Kebersamaan

Dipilih faktor kebersamaan sebesar 0,70, sehingga:

Stotal = 0,70 x 133.167 VA

= 93,217 VA

2. Hubungan dengan prediksi pertambahan beban mendatang (cadangan)


Dalam penggunaan energi listrik pada masa mendatang, nilai beban dapat kita prediksi
akan bertambah. Pertambahan beban harus diantisipasi dari sekarang dengan memberikan
kuota daya lebih dari total nilai daya terpasang. Oleh karena itu, daya terpasang dapat
dipertimbangkan agar dibebankan sebesar 80% dari nilai daya maksimum transformator.
Diperkirakan pertambahan beban sebesar 20%, sehingga daya transformator yang dibutuhkan
sebesar:
= Kebutuhan beban maksimum x 120%
= 93,217 VA x 1,2
= 111,86 VA

3. Faktor pembebanan transformator


Daya transformator terpasang harus lebih besar daripada daya kontrak tersambung PLN
agar transformator tidak bekerja secara maksimum. Faktor pembebanan transformator

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 3


sebaiknya 80% dari pembebanan total agar transformator bekerja dengan efektif (IEC 60354
dan SPLN 17:1979). Jika faktor beban 0,81 (Tabel IEC) maka besarnya transformator yang
digunakan adalah:
100
= 𝑥 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔
81
100
= 𝑥 111,86 VA
81

= 138,1 VA

PEMILIHAN TRANSFORMATOR

Dari perhitungan di atas, didapat daya total sebesar 138,1 VA, sedangkan untuk GTT yang
tersedia dipasaran adalah dengan daya 160kVA, maka dipilih transformator dengan daya 160kVA
dengan merk Trafindo dengan spesifikasi sebagai berikut:
1 Standar SPLN 50/97

2 Kapasitas 160kVA

3 Impedansi 4%

4 No load losses 400watt

5 Load losses 2000watt

6 Total losses 2400watt

7 Efficiency

100% 98.52%

75% 98.74%

50% 98.93%

25% 98.70%

8 Noise level 55 Db

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 4


9 Dimension

Widht 715 mm

Length 1290 mm

Height 1220 mm

Weight 1045 kg

Dalam GTT yang terpasang terdapat berbagai macam komponen baik distribusi maupun
proteksi yang antara lain adalah cut out dan lightning arrester. Berikut adalah perhitungan cut
out dan lightning arrester untuk GTT.

1.2 Perhitungan Cut Out

Cut-out berfungsi untuk mengamankan transformator dari arus lebih. Cut-out dipasang pada
sisi primer transformator. Dalam menentukan rating fuse cut-out, hal yang perlu dipertimbangkan
adalah:

 Arus nominal beban untuk pemilihan rating arus kontinyu fuse cut-out
 Tegangan sistem untuk pemilihan rating tegangan
 Penggunaan CO tergantung pada arus beban, tegangan sistem, tipe sistem dan arus gangguan
yang mungkin terjadi

Dalam pemilihan Cut-out, bergantung pada jenis transformator yang dipakai apakah
memakai minyak atau berjenis transformator kering. Di dalam PUIL 2000 hal 190, apabila
menggunakan transformator minyak, In CO dikalikan 250% (maksimal).

160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = 250% 𝑥 = 11,5𝐴
√3 𝑥 20𝑘𝑉

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 5


Karena sadapan Lightning Arrester sebelum Cut out, maka dipilih fuse link tipe-K, yaitu pelebur
jenis letupan (expulsion) cepat. (IEC 282-2 (1970)/NEMA). Sehingga menggunakan fuse link tipe-K
dengan rating arus 8A.

1.3 Perhitungan Lightning Arrester

Arrester dipakai sebagai alat proteksi utama dari tegangan lebih. Karena kepekaan
arrester terhadap tegangan, maka pemakainya harus disesuikan dengan tegangan sistem.
Pemilihan lightning arrester dimaksudkan untuk mendapatkan tingkat isolasi dasar yang sesuai
dengan Basic Insulation Level (BIL) peralatan yang dilindungi, sehingga didapatkan
perlindungan yang baik. Pada pemilihan arrester ini dimisalkan tegangan impuls petir yang
datang berkekuatan 400 KV dalam waktu 0,1μs, jarak titik penyambaran dengan transformator
5 Km.

 Tegangan dasar arrester

Pada jaringan tegangan menengah arrester ditempatkan pada sisi tegangan tinggi (primer)
yaitu 20 KV. Tegangan dasar yang dipakai adalah 20 KV sama seperti tegangan pada
sistem. Hal ini dimaksudkan agar pada tegangan 20 KV arrester tersebut masih tetap
mampu memutuskan arus ikutan dari sistem yang effektif.

 Tegangan sistem tertinggi umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal
sistem. Pada arrester yang dipakai PLN adalah :

Vmaks = 110% x 20 kV

= 22 kV, dipilih arrester dengan tegangan teraan 24kV.

 Koefisien Pentanahan

Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa sehat ke tanah dalam keadaan
gangguan pada tempat dimana penangkal petir. Untuk menetukan tegangan puncak (Vrms)
antar fasa dengan ground digunakan persamaan :

𝑉𝑚 22 𝑘𝑉
𝑉𝑟𝑚𝑠 = = = 15,56 𝑘𝑉
√2 √2

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 6


Dari persamaan di atas maka diperoleh persamaan untuk tegangan phasa dengan
ground pada sistem 3 phasa didapatkan persamaan :

𝑉𝑟𝑚𝑠 × √2 15,5 𝑘𝑉 × √2
𝑉𝑚(𝐿−𝐺) = = = 12,65 𝑘𝑉
√3 √3
𝑉𝑚(𝐿−𝐺) 12,65 𝑘𝑉
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛 = = = 0,81
𝑉𝑟𝑚𝑠 15,56 𝑘𝑉

Keterangan :

Vm = Tegangan puncak antara phasa dengan ground (KV)

Vrms = Tegangan nominal sistem (KV)

 Tegangan pelepasan arrester

Tegangan kerja penangkap petir akan naik dengan naiknya arus pelepasan, tetapi kenaikan
ini sangat dibatasi oleh tahanan linier dari penangkap petir.

Tegangan yang sampai pada arrester :

𝑒 400 𝑘𝑉
𝐸= = = 133,33 𝑘𝑉
𝐾 × 𝑥 0,0006 × 5 𝐾𝑚
Keterangan :
E = tegangan pelepasan arester (KV)
e = puncak tegangan surja yang datang
K = konsatanta redaman (0,0006)
x = jarak perambatan
Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh
BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flashover dan probabilitas tembus
isolator, maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga e adalah : e =1,2 BIL
saluran

Keterangan :
e = tegangan surja yang datang (kV)
BIL = tingkat isolasi dasar transformator (kV)

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 7


 Arus pelepasan nominal (Nominal Discharge Current)
2𝑒 − 𝐸
𝐼=
𝑍+𝑅
Z adalah impedansi saluran yang dianggap diabaikan karena jarak perambatan sambaran
tidak melebihi 10 Km dalam arti jarak antara GTT yang satu dengan yang GTT yang lain
berjarak antara 8 Km sampai 10 Km. ( SPLN 52-3,1983 : 11 )

𝑡𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑖𝑚𝑝𝑢𝑙𝑠 100 % 105 𝑘𝑉


𝑅= = = 42 Ω
𝑎𝑟𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑚𝑢𝑎𝑡 2,5

2 × 400 𝑘𝑉 − 133,33
𝐼= = 15,8 kA
0 + 42Ω

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (A)

e = tegangan surja yang datang (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja saluran (Ω)

R = tahanan arrester (Ω)

Jatuh tegangan pada arrester dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

V =IxR

Sehingga tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai persamaan :

ea = Eo + (I x R)

Keterangan :

I = arus pelepasan arrester (KA)

Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (KV)

Eo = tegangan pelepasan arrester (KV)

Z = impedansi surja (Ω)

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 8


R = tahanan arrester (Ω)

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)

“Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,5 x 40 μs. Sehingga isolasi
dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau
lebih tinggi dari BIL tersebut.

 Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL)

Harga puncak surja petir yang masuk ke pembangkit datang dari saluran yang dibatasi oleh
BIL saluran. Dengan mengingat variasi tegangan flasover dan probabilitas tembus isolator,
maka 20% untuk faktor keamanannya, sehingga harga E adalah :

e =1,2 BIL saluran

e = 1,2 x 125 KV

e = 150 KV

Basic Impuls Insulation Level (BIL) level yang dinyatakan dalam impulse crest voltage
(tegangan puncak impuls) dengan standart suatu gelombang 1,2/50 μs. Sehingga isolasi
dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau
lebih tinggi dari BIL tersebut. Sehingga dipilih BIL arrester yang sama dengan BIL
transformator yaitu 125 KV

 Margin Perlindungan Arrester

Untuk mengitung dari margin perlindungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

MP = (BIL / KIA-1) x 100%

MP = (125 KV/ 133,3 – 1) x 100%

= 94,5 %

Keterangan :

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 9


MP = margin perlindungan (%)

KIA = tegangan pelepasan arrester (KV)

BIL = tingkat isolasi dasar (KV)

Berdasarkan rumus di atas ditentukan tingkat perlindungan untuk tafo daya. Kriteria yang
berlaku untuk MP > 20% dianggap cukup untuk melindungi transformator.

 Jarak penempatan Arrester dengan Peralatan

Penempatan arrester yang baik adalah menempatkan arrester sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi. Jarak arrester dengan peralatan Yang dilindungi digunakan
persamaan sebagai berikut :

2 A x
Ep = ea +
v
2  4000 KV / s  x
= 133,3 KV+
300m / s
8,3 = 26,6x
x = 0,31 m
Jadi jarak arrester sejauh 31 cm dari transformator yang dilindungi.

Perhitungan jarak penempatan arrester di atas digunakan untuk transformator tiang. Namun
di wilayah Malang juga terdapat penempatan transformator di permukaan tanah dengan
menggunakan kabel tanah. Transformator diletakkan di atas tanah dan terhubung dengan
arrester yang tetap diletakkan di atas tiang melalui kabel tanah.

Tabel Batas Aman Arrester

IMPULS BIL BIL


PETIR ARRESTER TRAF0 KONDISI KETERANGAN
(KV) (150 KV) (125 KV)

Tegangan masih di bawah


120 KV < 150 KV <125 KV Aman rating transformator
maupun arrester

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 10


Tegangan masih memenuhi
125 KV <150 KV =125 KV Aman
batasan keduanya

Tegangan lebih diterima


130 KV <150 KV >125 KV Aman arrester dan dialirkan ke
tanah

Masih memenuhi batas


150 KV =150 KV >125 KV Aman tegangan tertinggi yang
bisa diterima arrester.

Tidak Arrester rusak,


200 KV >150 KV >125 KV
aman transformator rusak

 Pemilihan Arrester

Dalam hal ini pemilihan arrester yang digunakan untuk sistem tegangan menengah
yaitu arrester katup. Arrester ini terdiri dari atas beberapa sela percik yang dihubungkan
seri dengan resistor tak-linier. Resistor tak linier mempunyai tahanan yang rendah bila
dialiri arus besar dan mempunyai tahanan yang besar saat dialiri arus kecil. Resistor tak-
linier umumnya digunakan untuk arrester yang terbuat dari bahan silikon karbid. Kerja
arrester ini tidak dipengaruhi keadaan udara sekitar karena sela percik dan resistor tak-
linier keduanya ditempatkan dalam tabung isolasi tertutup.

1.4 Perhitungan Pengaman Utama Dan Penghantar PJU

Selain komponen proteksi terdapat pula komponen distribusi yaitu penghantar. Penghantar
yang digunakan adalah penghantar jenis NYY untuk outgoing trafo menuju PANEL APP LV
panel GTT dan outgoing PANEL APP LV penel GTT ke jaringan. Berikut adalah perhitungan
untuk menentukan KHA penghantar pada outgoing GTT perumahan.

160𝑘𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 688 𝐴
√3 × 400 𝑉

KHA = In x 125%

KHA = 688 x 125%

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 11


KHA = 860 A

Dipilih :
Kabel NYY merk SUPREME ( 4(1x 50mm2) dengan KHA 205 A )
Busbar merk ISO FLEXX ( 6x9x0,8mm2 dengan KHA 196 A )

Pemilihan pengaman untuk incoming APP dapat dihitung melalui nilai arus trafo. Dari
perhitungan diatas diperoleh arus 189,9 A maka pengaman / saklar utama yang digunakan
adalah MCCB Compact NSX250N

Trip unit = micrologic 2.2

Ir = 100 – 250 A

Im = 1.5 – 10 Ir

Pole =3

Dalam perencanaan ini digunakan kubikel dengan LV panel 3 jurusan sesuai dengan
standar PLN. Sehingga sisi sekunder saklar utama / pengaman terdapat 3 buah NH FUSE
setiap fasanya. Lebih jelasnya lihat gambar ( gambar terlampir ). Berikut adalah perhitungan
rating pengaman tiap fasanya.

1.5 Penghitungan Pengaman, dan Peghantar Cabang

Group 1 BEBAN JUMLAH BEBAN

1 RUMAH 2200 VA 25

2 RUMAH 1300 VA 25

3 RUMAH 90 0 VA 25

4 PJU 187 VA (15 0 W ) -

100

 Pengaman dan Penghantar Group 1 (25 rumah, 2200VA)


55k𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 83 𝐴
√3 𝑥 380 𝑉
KHA = 125% x In

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 12


= 125% x 83
= 103.75A
I max = 250% In
= 250% x 103,75
= 329 A
Dipilih :
Pengaman NH fuse merk COOPER BUSSMANN 100 A

Kabel NYY merk SUPREME 3( 1x 35mm2 dengan KHA 170 A )

Busbar merk ISO FLEXX ( 2x15,5x0,8 dengan KHA 182 A )


 Pengaman dan Penghantar Group 2 (25 rumah, 1300VA)
32,5k𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 49,35 𝐴
√3 𝑥 380 𝑉
KHA = 125% x In
= 125% x49,35
= 61,68A
I max = 250% In
= 250% x 49,35
=123,37
Dipilih :
Pengaman NH fuse merk COOPER BUSSMANN 100 A

Kabel NYY merk SUPREME 3( 1x 10mm2 dengan KHA 80 A )

Busbar merk ISO FLEXX ( 2x15,5x0,8 dengan KHA 182 A )


 Pengaman dan Penghantar Group 3 (25 rumah, 900VA)
22,5k𝑉𝐴
𝐼𝑛 = = 34,18 𝐴
√3 𝑥 380 𝑉
KHA = 125% x In
= 125% x 34,18
= 51,27A
I max = 250% In
= 250% x 34,18

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 13


= 85,45 A
Dipilih :
Pengaman NH fuse merk COOPER BUSSMANN 60 A

Kabel NYY merk SUPREME 3( 1x 6 mm2 dengan KHA 75 A )

Busbar merk ISO FLEXX ( 2x15,5x0,8 dengan KHA 182 A )

Pemasangan pengahantar NYY ialah pada outgoing panel GTT menuju konsumen akan
tetapi kabel yang diterima konsumen adalah kabel twisted. Sehingga pada outgoing GTT
dengan penghantarr NYY dijumper dengan kabel TC. Dipilih kabel TC karena kekuatannya
dan isolasinya yang kuat dibanding NYY.

Pemasangan penghantar pada jaringan SUTR tidak dapat lepas dari gangguan lingkungan
sekitar seperti suhu, cuaca, getaran dll. Oleh karena itu perancang harus memperhatikan
daerating factor atau factor penurunan KHA suatu penghantar. Diibaratkan suhu ekstrim
adalah 400 C maka factor penurunannya adalah 0.91 sehingga perhitungan KHA sebagai
berikut :

Kabel NYY disambung kabel twisted per fasanya dengan luas penampang sebesar 70 mm2
untuk fasa dan 50 mm2 untuk netral.

1.6 Perhitungan Breaking Capacity GTT

Hubung singkat pada suatu penyulang dapat terjadi pada sisi atas trafo, kabel, rel dan
pemutusan sirkit. Dalam hal ini perhitungan digunakan untuk menentukan besarnya arus
hubung singkat pada suatu titik dan breaking capacity pengaman, sehingga pengaman tersebut
dapat mengamankan sirkit tanpa merusak pengaman tersebut pada hubung singkat.

Untuk perhitungan arus hubung singkat pada LV maka diperlukan data daya hubung
singkat pada sisi LV, panjang dari pada penghantar dan jenis penghantar tersebut.Untuk
penentuan tersebut daya hubung singkat dapat diketahui melalui tiga cara, yaitu :

1) Melihat data pada gardu induk

2) Melihat MVA peralatan

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 14


3) Dengan cara permisalan

Pada perhitungan ini dilakukan dengan cara ketiga yaitu dimisalkan dan data yang
diketahui adalah sebagai berikut :

 Daya hubung singkat 500  810 MVA

 S = 160 kVA

 V0 = 400 V

 In = 1408 A

 Isc = 27,08 kA

 Vsc = 5%

1.7 Perhitungan arus hubung singkat

R (mΩ) X(mΩ)

a. Jaringan sisi atas

V0 xCosx10 3 V0 xSinx10 3
2 2

R1  X1 
Psc Psc
400 xCos810 x10 3
2
400 xSin810 x10 3
2
R1  X1 
500 500
R1  0,048 X 1  0,3136

b. Transformator Vsc 𝑉𝑜2


Z2 = 𝑥
100 𝑆
WcxV0 x10 3
2

R2  5 4002
S2 Z2 = 𝑥 = 80 m𝛀
100 100
2000 x 400 2 x10 3
R2 
100 2 𝑋2 = √Z22 + R2 = √802 − 322 = 51
R 2  32

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 15


c. Koneksi kabel dari transformator

L X 3  0,08 xL
R3  
A X 3  0,08 x10
R3  5.625
10 X 3  0,8
8 x50
R3  3.5

d. Rel busbar X 4  0,12 xL


X 4  0,12 x1
L
R4   X 4  0,12
A
1
R 4  5.625
16
R 4  0.35

e. Rel busbar

L X 5  0,12 xL
R5  
A X 5  0,12 x1
R5  5.625
1 X 5  0,12
16
R5  0.35

f. rel busbar X 6  0,12 xL


X 6  0,12 x1
L
R6   X 6  0,12
A
1
R6  5.625
16
R6  0.35

Breaking Capacity :
Rt 1 = R1 + R2 + R3 𝑈02
Isc M1 =
√3 √𝑅𝑡12 + 𝑋𝑡12
= 0.048 + 32 + 3.5
4002
=
= 33,5 m𝛀 √3 √35,52 + 522

Xt 1 = X1 + X2 + X3 = 23,3 kA
= 0.313 + 51 + 0.8
= 52 m𝛀

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 16


Dipilih NH fuse merk cooper bussmann = 52 + 0.12
dengan breaking capacity 50kA ( spesifikasi = 52,12 Ohm
terlampir ) 𝑈02
Isc M2 =
√3 √𝑅𝑡22 + 𝑋𝑡22
Rt 2 = Rt1 + R4
4002
= 33,5+ 0.35 =
2 2
√3 √33,8 + 52,12
= 33,8 Ohm
= 24,2 A
Xt2 = Xt1 + X4
Dipilih NH fuse merk cooper bussmann dengan breaking capacity 50kA
( spesifikasi terlampir )
Isc M2 = Isc M3= Isc M4

1.8 Perhitungan Pentanahan GTT Perumahan

Pada pentanahan body trafo, body cubicle harus mempunyai tahanan maksimum 5 ohm.
Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal dengan
catatan:

 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m

 Luas penampang elektroda adalah 120 mm 2

L   .r 2

120  3,14.r 2

120
r
3,14

r  6,18mm

 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal

 Panjang elektroda ( l ) = 3,5 meter

 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

  4L 
R pentanahan =  ln 1
2. .  a 

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 17


100  435 
  ln  1
2. .3,5  0,00618 

= 50,78 

Sehingga diparalel menjadi 12 elektroda dan tahanan tanah menjadi 50,78 : 12 = 4,23

 Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang
tunggal adalah sebesar 4,23 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL.

Permukaan tanah

p
L

2a

1.9 Pentanahan Arester Dan Kabel NA2XSEGby (Kawat Braid/Gb Pentanahan)

Agar bahaya sambaran petir tidak masuk ke dalam siatem maka arrester harus di
tanahkan. Dalam pentanahan ini menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal
dengan catatan:

 Elektroda ditanam pada tanah ladang dengan tahanan jenis ( ρ ): 100 ohm/m

 Luas penampang elektroda adalah 120 mm 2

L   .r 2

120  3,14.r 2

120
r
3,14

r  6,18mm

 Menggunakan sistem pentanahan elektroda batang tunggal

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 18


 Panjang elektroda ( l ) = 3,5 meter

 Elektroda ditanam sedalam panjang elektroda

  4L 
pentanahan =  ln 1
2. .  a 

100  435 
  ln  1
2. .3,5  0,00618 

= 50,78 

Sehingga diparalel menjadi 12 elektroda dan tahanan tanah menjadi 50,78 : 12 = 4,23

 Jadi, tahanan pentanahan yang diperoleh dengan sistem pentanahan elektroda batang

tunggal adalah sebesar 4,23 Ω. Sehingga memenuhi syarat PUIL.

Permukaan tanah

p
L

2a

1.10 Perhitungan losses atau drop tegangan pada penghantar SUTR

 Fasa R :
 A1 D1
beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA

Jarak antar A1 – A1D1 adalah 40 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20 %

Sehingga panjang penghantar adalah 40.8 m.


2200 𝑋 5
In = 220

= 50 A

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 19


 A1B1
beban yang dipikul = 3 buah rumah 2200 VA

Jarak antarA1 – A1B1 adalah 40 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20 %

Sehingga panjang penghantar adalah 40.8 m.


2200 𝑋 3
In = 220

= 30A
 C1D2 = beban yang dipikul = 5 rumah 1300 VA
Jarak antar tiang adalah 40 m. untuk andongan maka ditambah 20 %. Sehingga panjang
penghantar adalah 40.8 m
1300 𝑋 5
In = 220

= 29,54 A
 C1B3
C1B3 : Beban yang dipikul = 3 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C1 – C1B3adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
1300 𝑋 3
In = 220

= 17,72 A
 C2D4
C2D4 : Beban yang dipikul = 5 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2D4adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
900 𝑋 5
In = 220

= 20,45 A
 C2B5
C2B5 : Beban yang dipikul = 2 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B5adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
900 𝑋 2
In = 220

= 8,18 A

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 20


 C2B6
C2B6 : Beban yang dipikul = 2 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B6adalah 80 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 80,16 m.
900 𝑋 2
In = 220

= 8,18 A

 Fasa S :
 A1D1
beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA

Jarak antar A1 – A1D1 adalah 40 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20 %

Sehingga panjang penghantar adalah 40.8 m.


2200 𝑋 5
In = 220

= 50 A
 A1B2
beban yang dipikul = 3 buah rumah 2200 VA

Jarak antarA1 – A1B2 adalah 80 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20 %

Sehingga panjang penghantar adalah 80.16 m.


2200 𝑋 3
In = 220

= 30A
 C1D2 = beban yang dipikul = 5 rumah 1300 VA
Jarak antar tiang adalah 40 m. untuk andongan maka ditambah 20 %. Sehingga panjang
penghantar adalah 40.8 m
1300 𝑋 5
In = 220

= 29,54 A
 C1B3

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 21


C1B3 : Beban yang dipikul = 2 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C1 – C1B3adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
1300 𝑋 2
In = 220

= 11,8 A
 C1B4
C2D4 : Beban yang dipikul = 2 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C2 – C2D4 adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 80.16 m.
1300 𝑋 2
In = 220

=11,8 A
 C2D4
C2D4 : Beban yang dipikul = 5 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B5 adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
900 𝑋 5
In =
220

= 20,45 A
 C2B6
C2B6 : Beban yang dipikul = 3 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B6 adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 80,16 m.
900 𝑋 3
In = 220

= 12,27 A
 Fasa T :
 A1B1
beban yang dipikul = 5 buah rumah 2200 VA

Jarak antar A1 – A1B1 adalah 40 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20 %

Sehingga panjang penghantar adalah 40.8 m.


2200 𝑋 5
In = 220

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 22


= 50 A
 A1B2
beban yang dipikul = 2 buah rumah 2200 VA

Jarak antarA1 – A1B2 adalah 80 m. Untuk andongan maka di tambahkan 20 %

Sehingga panjang penghantar adalah 80.8 m.


2200 𝑋 2
In = 220

= 20A
 C1B3
beban yang dipikul = 5 rumah 1300 VA
Jarak antar tiang adalah 40 m. untuk andongan maka ditambah 20 %. Sehingga panjang
penghantar adalah 40.8 m
1300 𝑋 5
In = 220

= 29,54 A
 C1B3
C1B3 : Beban yang dipikul = 5 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C1 – C1B3adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.
1300 𝑋 5
In = 220

= 29,54 A
 C1B4
C2D4 : Beban yang dipikul = 3 buah rumah 1300 VA
Jarak antar C2 – C2D4adalah 80 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka panjang
penghantar adalah 80.16 m.
1300 𝑋 3
In = 220

=17,72 A
 C2B5
C2B5 : Beban yang dipikul = 8 buah rumah 900 VA
Jarak antar C2 – C2B5adalah 40 m. Untuk andongan ditambahkan 20 %, maka pan jang
penghantar adalah 40.8 m.

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 23


900 𝑋 5
In = 220

= 32,72 A

1.11 Perhitungan Luas Penampang Kabel dengan Memperhitungkan Drop Tegangan

∆V = 5% x 220 = 11 V

Fasa R :

50 x 40.8 
30 x 40.8 
 
29,54 x 40.8
0.0175  
A 17,72 x 40.8   16mm
11
20,45 x 40,8
 
8,18 x 40,8 
8,18 x80,16 
 

Dipilih Penghantar jenis NFA2X-T degan luas penampang untuk fasa 70 mm2 dan netral 50
mm2. Dipilih 70/50 mm2 karena untuk antisipasi jika terjadi pengembangan konsumsi listrik
perumahan tersebut.

Fasa S :

50 x 40.8 
30 x80,16 
 
29,54 x 40.8 
0.0175  
A 11,8 x 40.8   16mm
11
11,8 x80,16 
 
20,45 x 40,8 
12,27 x80,16
 

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 24


Dipilih Penghantar jenis NFA2X-T degan luas penampang untuk fasa 70 mm2 dan netral 50
mm2. Dipilih 70/50 mm2 karena untuk antisipasi jika terjadi pengembangan konsumsi listrik
perumahan tersebut.

Fasa T :

50 x 40.8 
20 x80,16 
0.0175  
A  29,54 x 40.8   16mm
11  
17,72 x80,16 
32,728 x 40,8

Dipilih Penghantar jenis NFA2X-T degan luas penampang untuk fasa 70 mm2 dan netral 50
mm2. Dipilih 70/50 mm2 karena untuk antisipasi jika terjadi pengembangan konsumsi listrik
perumahan tersebut.

1.12 Perencanaan Penerangan Jalan Umum

 Perumahan

Tata letak penerangan Jalan perumahan

F .U .M .K
E Lux
W .s

E.W .S
F
U .M .K

E = illumination level (lux).

F = Lamp flux (lumen)

U = Koeficient of utilization (%)

M = maintenance factor (%)

W = lebar jalan (m)

S = Spacing of lighting pole for roadway (M)

K = coefficient of lamp flux life ( =75%)

Jalan pada perumahan mempunyai data sebagai berikut :

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 25


1. Required illumination level 11 lux

2. With (W) 5 m

3. height of the lamp (h) 8 m

4. Spacing (s) 24 m

5. angle above horisontal 5 degree

6. over hung (oh) 0.5 m

7. Maintenance factor (M) 0.75

 Perhitungan UTILIZATION
𝑊−𝑂𝐻 5−0,5
 𝐵⁄𝐻 (road side) = = = 0,5
𝐻 8
𝑂𝐻 0,5
 𝐵⁄𝐻 (pavement side) = = = 0,06
𝐻 8

dari gravis didapat (UTILIZATION CURVES) :


U1 = 0.06 (pavement side) U2 = 0.15 (road side)

Maka U = U1 + U2 = 0.06 +0.15 = 0.21

Jadi besanya lumen yang harus diberikan untuk tiap – tiap lampu sebesar :

ExWxS
F
UxMxK
11. 10 . 24
= 0,21 . 0,75 . 0,75

= 22349,20 lumen

Kuat penerangan lampu yang diperoleh adalah 22349,20 lumen sehingga digunakan lampu LED
INNO blaze LED street light 150 W

- Luminous 24000

- Tegangan miminum 100-240V

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 26


- Power Factor 0,9

Lampu PJU diltakkan pada tiang dengan ketinggian 8 m pada bahu jalan. Tata letak PJU
menggunakan stranggered. Jarak antar tiang adalah 24 m, sedangkan lebar jalan utama adalah 10
m lebar jalan perumahan adalah 5 m. Lampu PJU tidak dipasang pada tiang SUTR karena
dikhawatirkan tiang SUTR akan roboh karena tidak kuat menahan tekanan dari PJU. Selain itu,
aspek keindahan juga diperhatikan, mengingat perumahan ini adalah perumahan yang terletak di
pusat perkotaan.

 Komponen Instalasi PJU untuk perumahan


Perencanaan PJU perumahan ini terdapat 19 titik lampu dibagi 3 kelompok R, S, dan T. Sehingga
setiap kelompok terdapat 5-7 titik lampu PJU. Berikut adalah perhitungan komponen setiap titik
lampu PJU perumahan.
LAMPU PJU
Grup 1. Terdiri atas 6 lampu LED 150 W
Grup 2. Terdiri atas 6 lampu LED 150 W
Grup 3. Terdiri atas 7 lampu LED 150 W

PENGAMAN GRUP
Grup 1.
P = 150 Watt x 6 = 900 Watt
V = 220 Volt
Cos φ = 0,9
𝑃
𝐼=
𝑉 𝑥 cos 𝑝ℎ𝑖

900
𝐼= = 4,5 A
220 𝑥 0,9

maka KHA dapat dihitung


KHA = In x 125 %

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 27


= 4,5 x 1,25
=5,7A
Grup 2.
P = 150 Watt x 6 = 900 Watt
V = 220 Volt
Cos φ = 0,9
𝑃
𝐼=
𝑉 𝑥 cos 𝑝ℎ𝑖

900
𝐼= = 4,5 A
220 𝑥 0,9

maka KHA dapat dihitung


KHA = In x 125 %
= 4,5 x 1,25
=5,7A
Grup 3.
P = 150 Watt x 7 = 1050 Watt
V = 220 Volt
Cos φ = 0,9
𝑃
𝐼=
𝑉 𝑥 cos 𝑝ℎ𝑖

1050
𝐼= = 5,3 A
220 𝑥 0,9

maka MCB 1 dapat dihitung


In = In x 125 %
= 5,3 x 1,25
= 6,6 A

1.13 Pemilihan Dan Perhitungan Penghantar

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 28


Ada beberapa jenis kabel yang digunakan dalam perencanaan instalasi penerangan jalan umum (PJU)
dimana kabel-kabel tersebut kuat hantaran arus yang disesuaikan dengan fungsinya masing-masing
yaitu sebagai berikut:
a. Kabel LV-A1 XLPE-TC / twisted
Kabel yang disambungkan dari JTR yang sudah ada menuju Panel PJU, panjang kabel 8 m dengan
kuat hantaran arus yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
Dimana:
A = luas penampang penghantar
p = tahanan jenis logam penghantar
L = panjang penghantar/kabel
I = jumlah arus dibutuhkan
Cos φ = faktor daya
V drop = drop tegangan
Maka diketahui
p = 0,0173 Ω mm (aluminium)
ℓ =8m
I = 10.1 A
Cos φ = 0,9
V drop = 0-5 %

Maka dapat dihitung:

√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
√3 𝑥 0,0173 𝑥 8 𝑥 10,1 𝑥 0,9
𝐼=
2,5 % 𝑥 380
𝐼 = 0,22 𝐴

Dibulatkan menjadi 1 A sqmm

Dikalikan dengan factor koreksi / KHA 1,1 = 1 x 1,1 = 1,1 sqmm

b. Kabel LV-Al XLPE-TC / twisted

Kabel yang dipasang dari panel PHB PJU ke titik sambung PJU, kabel ini digunakan sebagai
saluran antar tiang PJU karena jenis instalasi PJU adalah instalasi kabel udara. Panjang kabel 50 m

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 29


untuk tiap fasa dan netral dengan kuat hantaran arus masing-masing fasa R,S,T,N yang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
Dimana:
A = luas penampang penghantar
p = tahanan jenis logam penghantar
L = panjang penghantar/kabel
I = jumlah arus dibutuhkan
Cos φ = faktor daya
V drop = drop tegangan
Maka diketahui
p = 0,0173 Ω mm (aluminium)
ℓ = 50 m
I = 7,2 A
Cos φ = 0,9
V drop = 0-5 %

Maka dapat dihitung:

√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
√3 𝑥 0,0173 𝑥 8 𝑥 10,1 𝑥 0,9
𝐼=
2,5 % 𝑥 380
𝐼 = 0,22 𝐴

Dibulatkan menjadi 1 A sqmm

Dikalikan dengan factor koreksi / KHA 1,1 = 1 x 1,1 = 1,1 sqmm

c. Kabel NYY
Merupakan kabel yang disambungkan dari kabel AlXLPE-TC antar tiang PJU menuju lampu PJU.
Panjang kabel 4 m, untuk kuat hantaran arus dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
Dimana:
A = luas penampang penghantar

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 30


p = tahanan jenis logam penghantar
L = panjang penghantar/kabel
I = jumlah arus dibutuhkan
Cos φ = faktor daya
V drop = drop tegangan
Maka diketahui
p = 0,0173 Ω mm (aluminium)
ℓ =4m
I = 0,4 A
Cos φ = 0,9
V drop = 0-5 %

Maka dapat dihitung:

√3 𝑥 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 𝐼 𝑥 cos φ
𝐼=
𝑉 𝑑𝑟𝑜𝑝
√3 𝑥 0,0173 𝑥 8 𝑥 10,1 𝑥 0,9
𝐼=
2,5 % 𝑥 380
𝐼 = 0,22 𝐴

Dibulatkan menjadi 1 A sqmm

Dikalikan dengan factor koreksi / KHA 1,1 = 1 x 1,1 = 1,1 sqmm

1.14 Spesifikasi Teknis Material


1. Stang(Ornament)
Stadard Octagonal Lighting
Tipe Parabola 1T (single ornament)
Bahan dari baja berkualitas tinggi Q235
Panjang 3 meter
2 Lampu
- Tipe : LED - Trafo BSN = 150 W
- merk : INNO blaze LED
- Daya : 150 watt dan 100 watt
- Lumen Output : 24.000 dan
- Efikasi : 100 lumen/watt
- Frekuensi : 50 HZ
- Umur nyala : 24.000 jam

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 31


2. Kabel

LV - A1XLPE-TIC ukuran 4 x 16 mm

Untuk tegangan rendah (JTR) 220/380 V ke Panel APP

3. Kabel

LV – A1XLPE-TC ukuran 4 x 16 mm

Untuk saluran antara tiang PJU (R,S,T) karena jenis instalasi udara

4. Kabel
NYY 2 x 2,5 mm
Merk SUPREME
digunakan untuk lampu PJU, yaitu disambungkan pada kabel A1XLPE-TC 2 x 16 mm
5. Kabel
NFA2X - T 4 x 4 mm
digunakan untuk control dalam Panel PJU
6. NH fuse (fuse link)
Merk = BUSSMANN
Type = AD
In = 50 A
Teg = 400-600 V
7. Panel Kontrol APP
Panel terbuat dari kerangka Profil U
Bahan = plat baja
Tebal = 0,2 mm
Tinggi = 40 cm/0,4 meter
Lebar = 30 cm/0,3 meter
Kedalaman maks = 20 mm/0,2 meter
8. Komponen konstruksi panel
- Profil C
Panjang = 40 cm/0,4 m
Lebar = 5 cm
Tebal = 0,2 mm
- Profil G
Panjang = 80 cm/0,8 m

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 32


Lebar = 5 cm
Tebal = 0,25 mm
- Dak Kabel
Panjang = 80 cm/0,8 m
Lebar = 6 cm
Tebal = 0,4 mm
9. Pipa Union 16
- Panjang : 18 m
- Tebal : 0,2 mm
- Diameter : 16 mm
10. Mur Baut lengkap
- Diameter : 0,7 mm
- Panjang : 4 cm/0,4 m
11. Klem Pipa Galvanis
- Diameter : 0,2 mm
- Bentuk : profil U
- Bahan : plat baja
12. Komponen Penyangga Saluran udara Kabel PJU
- Suspension clamp bracket 25/70 mm
- Suspension clamp
- Stainless steel strip 0,75 m
- Stopping buckle
- Plastic strap
- Protectip plastic strap 0,5 m
- Sevice Wedge clamp (klem jepit)
- Joint sleeve bimetal Cu 70-70
- Strain hook (klem tarik)
- Selongsong/tabung kabel (cable tube)

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 33


LAMPIRAN

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 34


Detail U (Genst ke Panel Genset ) Detail V (trafo ke MDP)
Bordes Lantai Bordes Lantai

200
200

600
600
Dicor Dicor

100

100
200 200

500 500

Detail W (Trafo+Genset ke MDP) Detail X (Cubicle Pelanggan ke Trafo)


Bordes Lantai Bordes
Lantai
200

400
Dicor
600

Dicor Dicor

400

200 200
Detail Y (Cubicle PLN ke Cubicle Pelanggan)
600
Bordes Lantai

400

Dicor

400

No.Gbr.
TRAY KABEL

Skala : Tanggal
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIG : AHMAD B 03-07-2017

Kelas :D4 2A 04 DIPERK : Heri S.,SST

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 35


FASA (VA) Arus
GROUP TIANG JUMLAH BEBAN
R S T (A)
TR3A1D1 5 rumah 2200 VA 11000
TR3A1D1 5 rumah 2200 VA 11000
TR1A1B1 3 rumah 2200 VA
‘ 6600
NYY 1 83,56
TR1A1B1 7 rumah 2200 VA 15400
1X(4X50 mm2)
TR3A1B2 2 rumah 2200VA 4400
TR3A1B2 3 rumah 2200VA 6600
Total Beban Group 1 25 rumah 2200 VA 17600 17600 19800
TR3C1D2 5 rumah 1300 VA 6500
TR3C1D2 5 rumah 1300 VA 6500
TR1C1B3 5 rumah 1300 VA 6500
2 49,37
TR1C1B3 3 rumah 1300 VA 3900
NYY NYY
1X(4X50 mm2) TR1C1B3 2 rumah 1300 VA 2600
4X(1X120 mm2)
TR3C1B4 3 rumah 2200VA 3900
TR3C1B4 3 rumah 2200VA 2600
Total Beban Group 2 25 rumah 1300 VA 10400 11700 10400
TR3C2D4 5 rumah 900 VA 4500
TR3C2D4 5 rumah 900 VA 4500
TR1C2B5 8 rumah 900 VA 7200
NYY 34,18
1X(4X50 mm2) 3 TR1C2B5 2 rumah 900 VA 1800
TR2C2B6 2 rumah 900 VA 1800
TR2C2B6 3 rumah 900 VA 2700
Total Beban Group 3 25 rumah 900 VA 8100 7200 7200
BC 50 mm2 PJU TIANG PJU 19 lampu PJU SO-T 150W 871,5 871,5 622,5
NYY
1X(4X50 mm2) TOTAL BEBAN 36971,5 37371,5 38022,5
112365,5

DIGAMBAR AHMAD BURHANUDDIN DIPERIKSA HERI SUNGKOWO.,SST


REKAP DAYA PERUMAHAN
TANGGAL 01-07-2017 REVISI

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 36


1
2
3

7
8

10

11

12

13

No. Gambar
DETAIL KONSTRUKSI GTT
T - 13
Skala : 1 : 1 TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digambar : Ahmad B 2 – 07 - 2015

Kelas : D4 -2A NIM: 1541150009 Diperiksa : Bpk Heri

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 37


No. Gambar
KONSTRUKSI BODY LV PANEL
T - 13
Skala : 1 : 1 TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digambar : Ahmad B 2 – 07 – 2017

Kelas : D4 -2A NIM: 154115009 Diperiksa : Bpk Heri S.,SST

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 38


INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 39
Isoolasi

Tali untuk
memperkuat
lampu
Lampu PJU

Tiang PJU

9000
OH = 500
H = 7000
48

Pondasi

1500
W = 8000

Roadway lighting

No. Gambar
KONSTRUKSI PENERANGAN JALAN UMUM

TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIG : AHMAD BURHANUDDIN
Kelas : D4 -2A 04 DIPERK : BPK. HERI S

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 40


No. Gambar
KONSTRUKSI PIN POST ISOLATOR 20 KV
T - 21
Skala : 1 : 1 TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digambar : Ahmad B 02-07-2017
Kelas : D4 -2A NIM: 1541150009 Diperiksa : Bpk Heri S

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 41


No. Gambar
KONSTRUKSI STRAIN ROD ISOLATOR 20 KV
T - 22
Skala : 1 : 1 TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digambar : Ahmad B 02-07-2017
Kelas : D4 -2A NIM: 1541150009 Diperiksa : Bpk Heri S

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 42


No. Gambar
KONSTRUKSI CROSS ARM
T - 23
Skala : 1 : 1 TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digambar : Ahmad B 02 – 07 - 2017
Kelas : D4 -2B NIM: 0941150013 Diperiksa : Bpk Heri S

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 43


No. Gambar
KONSTRUKSI CROSS ARM
T - 23
Skala : 1 : 1 TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
Digambar : Ahmad B 02 – 07 - 2017
Kelas : D4 -2B NIM: 0941150013 Diperiksa : Bpk Heri S

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 44


No. Gambar
KONSTRUKSI GROUNDING

TANGGAL
POLITEKNIK NEGERI MALANG
DIG : AHMAD B 02-07-2017
Kelas : D4 -2A 04 DIPERK : BPK.HERI S.

INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 45


INSTALASI TEGANGAN MENENGAH 46

Anda mungkin juga menyukai