Daftar
Daftar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 1
DAFTAR TABEL ............................................................................................... 2
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................. 3
INTISARI .......................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 5
I.1 Latar Belakang ................................................................................. 5
I.2 Tujuan Percobaan .............................................................................6
I.3 Manfaat Percobaan.............................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................7
II.1 Secara Umum......................................................................................7
II.2 Sifat Bahan.........................................................................................12
II.3 Hipotesa..............................................................................................12
II.4 Diagram Alir.......................................................................................13
BAB III PELAKSANAAN PRAKTIKUM ........................................................14
III.1 Bahan..................................................................................................14
III.2 Alat ....................................................................................................14
III.3 Gambar alat ........................................................................................14
III.4 Prosedur ..............................................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................16
IV.1 Tabel Hasil Pengamatan ....................................................................16
IV.2 Tabel Hasil Perhitungan......................................................................17
IV.3 Grafik .................................................................................................18
IV.4 Pembahasan .......................................................................................19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................21
V.1 Kesimpulan .........................................................................................21
V.2 Saran ...................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................22
APPENDIX ..........................................................................................................23
DAFTAR TABEL
DAFTAR GRAFIK
INTISARI
BAB I
PENDAHULUAN
waktu dengan densitas solvent. Serta yang ketiga adalah untuk menentukan
hubungan antara konsentrasi pelarut terhadap massa zat terlarut.
I.2. Tujuan
1. Untuk menghitung jumlah zat terlarut dalam pelarut.
2. Untuk menentukan hubungan antara waktu pelarutan dengan densitas
solvent.
3. Untuk menentukan hubungan antara konsentrasi pelarut terhadap massa zat
terlarut.
I.3. Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui hubungan kelarutan antara bahan dan
pelarut yang digunakan dalam percobaan.
2. Agar praktikan dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pelarutan padat cair.
3. Agar praktikan dapat mengetahui konsep dan teori tentang perpindahan
massa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu
pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu
dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut. Contohnya
adalah etanol di dalam air.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni
ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, ataupadat.
Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut,
seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan
pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit
kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi,
titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan
yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil.
Konsentrasi dapat diartikan sebagai ukuran yang menentukan banyaknya
zat yang berada di dalam suatu campuran dan dibagi dengan volume total pada
campuran tersebut. Biasanya konsentrasi dinyatakan pada satuan fisik, seperti
halnya satuan volume, satuan kimia, ataupun satuan berat seperti mol, ekuivalen
dan massa rumus. Pada bahasan ini, konsentrasi berhubungan dengan persen
konsentrasi, PPM (Parts per Million) atau PPB (Parts per Billion), fraksi mol,
molaritas, dan molalitas
Proses Perpindahan massa sangat penting dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknik. Perpindahan massa terjadi pada komponen dalam campuran berpindah
dalam fase yang sama atau dari fase satu ke fase yang lain karena adanya
perbedaan konsentrasi.
Koefisien perpindahan massa dinyatakan sebagai laju perpindahan massa
dibagi volume packing yang disebut sebagai koefisien perpindahan massa overall
volumetrik .
Laju perpindahan massa oleh F.C Nachod dinyatakan dalam koefisien
perpindahan massa, sebagai berikut :
dq
= K DS (C − C∗ )
dt
Dimana :
KDS = Koefisien perpindahan massa volumetrik fase liquid dalam basis berat
C = Konsentrasi setiap saat pada fase liquid
C* = Konsentrasi pada saat setimbang di permukaan solid.
(Redypta,2015)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan salah satunya yaitu sifat zat
terlarut / pelarut, tekanan, ukuran partikel dan gerak mekanik, juga mempengaruhi
kelarutan zat terlarut. Berikut pembahasannya:
a. Suhu
Berbagai zat terlarut / pelarut berperilaku berbeda dengan perubahan suhu.
Air adalah pelarut universal. Kelarutan air meningkat dengan suhu. Satu-
satunya pengecualian adalah bahwa ketika suhu meningkat terlalu banyak,
kelarutan zat terlarut ionik menurun. Tapi, di dalam air, kelarutan zat terlarut
organik, seperti gula, glukosa dll, meningkat dengan kenaikan suhu. Demikian
juga, pelarut organik menunjukkan kelarutan tinggi dengan kenaikan suhu. Hal
ini juga berlaku untuk gas jika dilarutkan dalam pelarut organik. Tapi di dalam
air kelarutan gas turun saat suhu meningkat.
b. Setiap zat terlarut / pelarut
Polaritas memainkan peran penting dalam kelarutan. Larutan polar akan
larut dalam pelarut polar sedangkan pelarut non-polar akan larut dalam pelarut
non-polar. Jika kita memasukkan zat terlarut polar dalam pelarut non-polar,
maka kita tidak akan larut. Untuk menghilangkan cat dari pakaian kita tidak
menggunakan air, kita menggunakan pelarut organik, seperti aseton atau
bensin. Cat tidak polar, dan untuk membubarkannya kita membutuhkan pelarut
non-polar seperti aseton.
c. Tekanan
Tekanan hanya mempengaruhi kelarutan gas dalam pelarut cair. Jika kita
menaikkan tekanan gas yang ada di dalam wadah dengan cairan di dalamnya,
kelarutan gas akan meningkat. Penting disini untuk mempelajari istilah "Partial
Pressure". Dalam campuran gas, tekanan parsial dari satu gas adalah tekanan
4. Menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair lain,
sehingga membentuk emulsi atau suspensi butiran-butiran halus.
5. Mempercepat perpindahan panas antara zat cair dengan koil atau jaket.
Dalam beberapa proses di industri, pengaduk (agitator) digunakan juga
untuk beberapa tujuan sekaligus, seperti dalam proses hidrogenasi katalitik dari
suatu zat cair. Dalam proses hidrogenasi, gas hidrogen didispersikan melalui zat
cair dimana terdapat partikel-partikel katalis padat dalam keadaan tersuspensi,
sementara panas reaksi diangkut keluar melaui koil pendingin atau jaket.
(Tim Dosen OTK I,2018)
Pada proses pelarutan padat cair terdapat tambahan mengenai faktor yang
memepengaruhi dari proses tersebut,yakni dimana antara lain :
1. Pengaruh jenis pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengarhui diantarnya oleh polaritas pelarut.
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar dan ionik,begitu pula
sebaliknya. Kelarutan juga bergantung pada struktur zat,seperti perbandingan
gugus polar dan non polar dari suatu molekul. Makin panjang rantai gugus non
polar suatu zat,makin sukar zat tersebut larut dalam air.
2. Pengaruh konstanta dielektrik
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar
mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi dapat melarutkan zat-zat non polar.
(Eko,2017)
Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang
dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut atau larutan. Nilai kelarutan
bergantung pada jenis zat, ada zat yang mudah tapi banyak pula yang sulit. Garam
dan gula mudah larut dalam air, sedangkan batu dan pasir sangat sukar (sangat
sedikit) larut. Ada juga zat yang melarut sempurna, artinya larut tanpa batas,tidak
pernah jenuh. Misalkan pada alkohol dan air.
(Purba,2003)
II.3. Hipotesa
Hubungan antara waktu dengan komposisi konsentrasi zat adalah semakin
lama waktu pengadukan, maka akan semakin kecil konsentrasi yang dimiliki zat
padat tersebut. Semakin tinggi konsentrasi zat, maka akan semakin banyak zat
padat yang tersaring dan semakin besar volume pada pelarut maka akan semakin
besar pula kelarutannya.
Timbang CaO
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
III.1. Bahan
1. CaO
2. Air
III.2. Alat
1. Kertas saring 6. Corong kaca
2. Beaker glass 7. Gelas ukur
3. Spatula 8. Piknometer
4. Oven 9. Erlenmeyer
5. Magnetic stirrer 10. Neraca analitik
Keterangan
a. a. Beaker glass
b. Magnetic stirrer
b.
III.5. Prosedur
1. Menimbang CaO 3 gr.
2. Larutkan CaO dalam air dengan volume yang ditentukan dalam beaker
glass.
3. Aduk larutan CaO selama 10 detik dengan spatula.
4. Lakukan operasi pengadukan menggunakan magnetic stirrer selama 10
menit.
5. Pisahkan antara residu dan filtrate dengan kertas saring.
6. Hitung densitas filtrat
a. Timbang piknometer kosong
b. Timbang piknometer berisi filtrat
7. Ulangi prosedur 1-6 dengan volume pelarut yang ditentukan (200 ml, 250
ml, 300 ml, 350 ml, dan 400 ml)
8. Keringkan residu dalam oven
9. Timbang dan catat berat keringnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Pengamatan kelarutan CaO dengan variabel berat terlarut yang berbeda
setiap percobaannya
Berat Densitas Densitas Berat Berat
Volume Berat
Cao Waktu Awal Akhir CaO CaO
No Pelarut Pelarut
Awal (menit) Pelarut Filtrat Akhir Terlarut
(ml) (gr)
(gr) (gr/ml) (gr/ml) (gr) (gr)
1 0,5 250 10 0,9466 0,9584 236,6500 0,3431 0,1569
2 1 250 10 0,9466 1,0166 236,6500 0,8807 0,1193
3 1,5 250 10 0,9466 1,0169 236,6500 1,4517 0,0483
4 2 250 10 0,9466 1,0187 236,6500 1,9935 0,0065
5 2,5 250 10 0,9466 1,0193 236,6500 2,4701 0,0299
IV.3. Grafik
0,2500
0,2000
0,1500
0,1000
0,0500
-
0 100 200 300 400 500
Volume Pelarut (ml)
1,2000
1,0000
0,8000 Kelarutan Berdasarkan
Densitas
0,6000
Kelarutan Berdasarkan
0,4000 Padatan Sisa
0,2000
-
150 250 350 450
Volume Pelarut (ml)
IV.4. Pembahasan
Pada praktikum proses pelarutan padat cair ini berperan dalam proses
melarutnya solvent dengan solute, dimana kelarutan sendiri merupakan
kemampuan suatu zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent).
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh kekuatan gaya antar molekul. Sedangkan
pelarut adalah zat yang melarutkan zat lain untuk membentuk suatu larutan. Pada
proses pelarutan, tarikan antar partikel komponen murni terpecah dan tergantikan
dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut
dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut
mengelilingi zat terlarut, hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan
pelarut tetap stabil.
Pada percobaan proses pelarutan padat cair digunakan bahan CaO dan air,
dengan berat CaO 3 gr dilarutkan dalam air dengan volume yang telah ditentukan
yaitu antara lain 200 ml, 250 ml, 300 ml, 350 ml, dan 400 ml dalam beaker glass.
Aduk larutan CaO selama 10 detik dengan spatula. Lakukan operasi pengadukan
menggunakan magnetic stirrer selama 10 menit. Pisahkan antara residu dan
filtrate dengan kertas saring. Hitung densitas filtrat dengan menimbang
piknometer kosong dan piknometer berisi filtrat. Keringkan residu dalam oven.
Timbang dan catat berat keringnya.
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data kelarutan CaO dalam air
yang dihitung berdasarkan berat padatan sisa dan berdasarkan densitas. Pada
percobaan yang dilakukan, diberikan variabel berupa volume pelarut. Berdasarkan
berat padatan sisa, untuk volume 200 ml kelarutannya sebesar 0,0831 gr/100gr
pelarut, untuk volume 250 ml kelarutannya sebesar 0,0840 gr/100gr pelarut, untuk
volume 300 ml kelarutannya sebesar 0,0898 gr/100gr pelarut, untuk volume 350
ml kelarutannya sebesar 0,0930 gr/100gr pelarut, dan untuk volume 400 ml
kelarutannya sebesar 0,0928 gr/100gr pelarut. Berdasarkan densitas, untuk
volume 200 ml kelarutannya sebesar 0,2025 gr/100gr pelarut, untuk volume 250
ml kelarutannya sebesar 0,3487 gr/100gr pelarut, untuk volume 300 ml
kelarutannya sebesar 0,4725 gr/100gr pelarut, untuk volume 350 ml kelarutannya
sebesar 1,0237 gr/100gr pelarut, dan untuk volume 400 ml kelarutannya sebesar
PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I 19
PROSES PELARUTAN PADAT CAIR
1,4962 gr/100gr pelarut. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa, semakin
besar volume pelarut, maka kelarutan padatan dalam pelarut tersebut akan
semakin besar pula.
Hasil yang diperoleh dapat dikatakan sesuai dengan hipotesa dimana
semakin lama waktu pengadukan, maka akan semakin kecil konsentrasi yang
dimiliki zat padat tersebut. Semakin tinggi konsentrasi zat, maka akan semakin
banyak zat padat yang tersaring dan semakin besar volume pada pelarut maka
akan semakin besar pula kelarutannya.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan:
1. Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut (solute), untuk larut
dalam suatu pelarut (solvent).
2. Semakin besar volume pelarut yang digunakan, maka semakin banyak pula
CaO yang dapat larut.
3. Semakin besar volume pelarut yang digunakan, maka semakin besar pula
densitasnya.
4. Faktor yang mempengaruhi kelarutan sendiri yaitu pengaruh jenis pelarut,
volume pelarut, waktu pelarutan, pengaruh temperatur.
V.2. Saran
1. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam menimbang berat kertas saring dan
berat kering yang telah di oven.
2. Sebaiknya praktikan lebih memahami prosedur sebelum praktikum
dilaksanakan.
3. Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati waktu pengadukan.
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIX
(0,8889−0,8907)𝑔𝑟
𝑥 200 𝑚𝑙 0,2025 𝑔𝑟
= 𝑚𝑙
𝑔𝑟 𝑥 100 = 100 𝑔𝑟 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
(0,8889 𝑥 200 𝑚𝑙)
𝑚𝑙