Anda di halaman 1dari 6

Zelta Pratiwi Gustimigo & Fitriyani | Wallenberg’s Syndrome

WALLENBERG’S SYNDROME
Zelta Pratiwi Gustimigo1, Fitriyani2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Penyakit Saraf, Rumah Sakit Dr. H. Abdoel Moelek, Bandar Lampung, Lampung

Abstrak
Wallenberg’s syndrome dikarakteristikan dengan adanya defisit sensoris yang mengenai badan dan ekstremitas yang
berlawanan dengan lesi infark serta defisit motorik yang mengenai wajah dan nervus kranial di sisi yang sama dengan lesi
infark. Wallenberg’s syndrome atau lateral medullary syndrome atau sindroma arteri cerebelar posterior inferior (PICA
syndrome) disebabkan karena adanya cedera pada bagian lateral medula di otak akibat obstruksi arteri cerebelar posterior
inferior atau dengan tersumbatnya arteri vertebralis. Manifestasi klinis wallenberg’s syndrome adalah vertigo dan sakit
kepala, ataksia gait cerebelar, disfagia, disfonia, horner’s syndrome dan abnormalitas sensoris termasuk wajah dan tubuh.
CT-scan atau MRI dengan metode diffusion-weighted neuroimaging menjadi metode yang paling efektif untuk menilai
pasien yang memiliki tanda dan gejala wallenberg’s syndrome. Penatalaksanaan terdiri atas perbaikan keadaan umum,
medikamentosa dan rehabilitasi. Recombinant tissue activator plasminogen (rT-Pa), nimodipin dan antiplatelet dapat
diberikan pada penyakit ini. Rehabilitasi yang dapat diterapkan adalah balance training karena keseimbangan berdiri pasien
wallenberg’s syndrome lebih buruk pada semua indeks dibandingkan dengan orang normal. Rehabilitasi untuk
ketidakseimbangan dimulai dari penilaian fisik ekstremitas bawah, kontrol keseimbangan, gait dan endurans. Dynamic
balance dan gait training, serta visual feedback training menjadi bagian dari program ini.

Kata kunci: CVD, PICA, stroke, wallenberg’s syndrome

WALLENBERG’S SYNDROME
Abstract
Wallenberg’s syndrome is characterized by sensory deficit that affects the body and limb opposite the infarct lesion and
motor deficits concerning the face and cranial nerve on the same side of infarct lesions. Wallenberg’s syndrome or lateral
medullary syndrome or posterior inferior cerebelar artery syndrome (PICA syndrome) caused by injury to the lateral part of
the medulla in brain due to posterior inferior cerebelar arterial or with blockage of the vertebralis artery. The clinical
manifestations of wallenberg’s syndrome are vertigo and headache, cerebellar gait ataksia, dysphagia, dysphonia, horner’s
syndrome and sensory abnormality including face and body. CT-scan or MRI with the diffusion-weighted neuroimaging
method being the most effective method for assessing patients who have signs and symptoms of wallenberg’s syndrome.
The management consists of general improvement, medication and rehabilitation. Recombinant tissue activator
plasminogen (rT-Pa), nimodipin and antiplatelet can be given to this disease. Rehabilitation that can be applied is balance
training because the standing balance of wallenberg’s syndrome patient is worse on all indexes compared to normal
people. Rehabilitation for imbalances starting from the physical assessment of the lower extremities, balance control, gait
and endurans. Dynamic balance and gait training, also visual feedback training become part of this program.

Keywords: CVD, PICA, stroke, wallenberg’s syndrome

...
Korespodensi: Zelta Pratiwi Gustimigo | Jl Arif Rahman Hakim No 1 TR 1 Wayhalim Permai Bandar Lampung | HP
081369792970 e-mail: zeltapratiwigustimigo@ymail.com

Pendahuluan
Wallenberg’s syndrome termasuk ke Wallenberg’s syndrome ditemukan oleh
dalam bagian besar penyakit cerebrovaskular Adolf Wallenberg pada tahun 1895 mengenai
disease (CVD). CVD mempunyai pembagian gejala yang didapatkan dan melakukan autopsi
yang luas seperti oklusi dari pembuluh darah pada tahun 1901 dan menemukan adanya
besar seperti arteri karotis interna, arteri oklusi pada arteri cerebelar posterior inferior.
cerebral anterior, arteri cerebral media, arteri Sindroma ini dikarakteristikan dengan adanya
cerebral posterior, arteri vertebral, arteri defisit sensoris yang mengenai badan dan
basilar atau keduanya digabung menjadi ekstremitas yang berlawanan dengan lesi
vertebrobasilar. Wallenberg’s syndrome dapat infark serta defisit motorik yang mengenai
disebabkan oleh infark arteri cerebelar wajah dan nervus kranial di sisi yang sama
posterior inferior yang ditandai dengan defisit dengan lesi infark.2
motorik ipsilateral dan sensoris kontralateral.1
Majority | Volume 6 | Nomor 3| Juli 2017 | 163
Zelta Pratiwi Gustimigo & Fitriyani | Wallenberg’s Syndrome

Isi Etiologi
Definisi Wallenberg’s syndrome Sindroma wallenberg disebabkan oleh
Wallenberg’s syndrome atau lateral obstruksi arteri cerebelar posterior inferior
medullary syndrome atau sindroma arteri (PICA) atau dengan tersumbatnya arteri
cerebelar posterior inferior (PICA syndrome) vertebralis (VA).3 Sindroma wallenberg
merupakan suatu penyakit dimana pasien umumnya disebabkan oleh thrombosis atau
memiliki gejala neurologis yang disebabkan emboli VA atau PICA. Emboli berasal dari
karena adanya cedera pada bagian lateral jantung saat pasien memiliki serangan infark
medula di otak.1 Sindroma wallenberg miokard.4 Sindrom wallenberg terjadi akibat
merupakan suatu infark yang terjadi pada infark pada lateral medulla oblongata yang
lateral medulla yang dapat terjadi akibat disebabkan oleh diseksi arteri vertebral atau
insufisiensi vertebrobasilar dan aterosklerosis.5
membahayakan arteri cerebelar posterior Disamping oklusi arteriosklerosis-
inferior. Stroke dapat terjadi akibat oklusi thrombosis pada arteri vertebralis intrakranial
arteri vertebralis atau cabangnya atau homolateral atau arteri serebri inferior
emboli.10 posterior, hanya oklusi arteri basilaris atau
arteri vertebralis ekstrakranial distal yang
Anatomi mungkin berperan. Pada kasus tertentu,
Arteri vertebralis merupakan cabang dari sindroma ini disebabkan oleh perubahan
bagian pertama a. subclavia. Berjalan ke atas vaskular terkait sifilis, metastase atau
melalui foramen processus transversus ensefalitis pada regio dorsolateral medulla
vertebra C1-C6. Pembuluh ini masuk ke otak oblongata. Pada kasus yang jarang, penyakit
melalui foramen magnum dan berjalan ke atas, demielinasi, tumor, perdarahan dan
depan dan medial medula oblongata. Arteri malformasi serebrovaskular juga dapat
vertebralis dan cabangnya memperdarahi menghasilkan sindroma wallenberg tipikal atau
medula dan bagian bawah serebelum. Setiap parsial.6
arteri vertebralis biasanya memberi cabang
menjadi arteri cerebelli posterior inferior. Faktor Resiko
Serebelum sendiri diperdarahi oleh arteri Faktor resiko terjadinya sindroma
cabang long circumfleksial, arteri cerebelli wallenberg, antara lain:
posterior inferior dan arteri cerebelli anterior 1. Manipulasi pada leher (trauma);
inferior serta arteri cerebelli superior. Medula 2. Penyakit jaringan ikat seperti sindroma
diperdarahi oleh arteri cerebelli posterior Ehlers-Danlos;
inferior dan cabang kecil langsung dari arteri 3. Faktor resiko stroke seperti usia, jenis
vertebralis. kelamin laki – laki, merokok, hipertensi dan
hiperkolesterolemia.10

Usia merupakan faktor utama


pembentukan ateroma, sehingga merupakan
faktor utama terjadinya stroke. Stroke lebih
sering terjadi pada pria. Diperkirakan bahwa
insidensi stroke pada wanita lebih rendah
dibandingkan pria, akibat adanya estrogen
yang berfungsi sebagai proteksi pada proses
aterosklerosis.
Hipertensi merupakan faktor yang
penting pada patogenesis terjadinya stroke
iskemia dan perdarahan. Biasanya
berhubungan dengan tingginya tekanan
diastolik. Mekanismenya belum diketahui
1
Gambar 1. Sirkulus willisi. secara pasti, tetapi pada percobaan hewan
didapatkan bahwa adanya tekanan darah yang
tinggi menyebabkan kerusakan endotel
pembuluh darah dan meningkatkan
Majority | Volume 6 | Nomor 3| Juli 2017 | 164
Zelta Pratiwi Gustimigo & Fitriyani | Wallenberg’s Syndrome

permeabilitas dinding pembuluh darah Sedangkan sindroma wallenberg disertai


terhadap lipoprotein. Hiperglikemi kronis akan hemiparesis ipsilateral dengan babinski positif
menimbulkan glikolisasi protein-protein dalam dan baal kontralateral disebut opalski
tubuh. Bila hal ini berlangsung hingga syndrome. Wallenberg’s syndrome biasanya
berminggu-minggu, akan terjadi advanced ditandai dengan vertigo, disartria, nistagmus,
glycosylate end products (AGES) yang toksik ipsilateral ataksia, penurunan sensasi wajah,
untuk semua protein. AGE protein yang terjadi Horner syndrome, penurunan sensasi pada
diantaranya terdapat pada reseptor makrofag tubuh kontralateral. Kombinasi tanda dan
dan reseptor endotel. AGE reseptor dimakrofag gejala bervariasi tergantung lokasi lesi.9
akan meningkatkan produksi tumor necrosis Manifestasi sindroma wallenberg, antara
factors (TNF), interleukine-I (IL-I), insuline like lain :
growth factors-I (IGF-I). Produk ini akan 1. Vertigo dan sakit kepala (91%);
memudahkan prolipelisasi sel dan matriks 2. Ataksia gait cerebelar (88%);
pembuluh darah. AGE reseptor yang terjadi di 3. Disfagia (61%);
endotel menaikkan produksi faktor jaringan 4. Disfonia (55%);
endotelin-I yang dapat menyebabkan kontriksi 5. Horner’s syndrome (73%);
pembuluh darah dan kerusakan pembuluh 6. Abnormalitas sensoris termasuk wajah
darah. (85%) dan tubuh (94%).1
Onset sindroma wallenberg adalah
progresif, sering terjadi pada usia 40 tahun dan Tabel 1. Struktur Yang Berperan Dalam Timbulnya
telah diidentifikasi dominan pada laki – laki Gejala Klinis Pada Wallenberg’s Syndrome
usia pertengahan (30-78 tahun). Berbagai jenis Gejala klinis Struktur yang
faktor resiko seperti hipertensi, berperan
hiperkolesterolemia dan diabetes sering ada Ipsilateral
1. Nyeri, baal, kelainan Traktus descenden
pada sindroma wallenberg. Hipertensi arterial
sensasi pada setengah dan nukleus N.V
diketahui telah menjadi faktor resiko primer wajah
yaitu sekitar 52%.11 2. Ataxia ekstrmitas dan Restiform body,
Mekanisme terjadinya Wallenberg’s jatuh pada sisi sakit cerebellar
syndrome, antara lain:9 hemisphere, serat
1. Penyakit arteri besar (stenosis atau oklusi olivocerebellar,
signifikan pada arteri vertebralis); traktus spinocerebellar
2. Emboli kardiogenik; 3. Vertigo, mual dan Nukleus Vestibular dan
3. Penyakit pembuluh darah kecil (ketika muntah hubungannya
pasien memiliki riwayat infark); 4. Nistagmus, diplopia, Nukleus Vestibular dan
oscilopsia hubungannya
4. Diseksi arterial;
5. Horner syndrome Traktus descending
5. Etiologi yang tidak dapat dijelaskan. (miosis, ptosis dan simpatis
anhidrosis)
Manifestasi Klinis 6. Disfagia, serak, Serat N.IX dan X
Zhang et al mendeskripsikan 5 pola berkurang refleks (ambigus)
kelemahan sensoris pada sindroma wallenberg, menelan, paralisis pita
yaitu : suara
1. Tipe-1 : Wajah ipsilateral serta badan dan 7. Kehilangan rasa Nucleus and tractus
ekstremitas kontralateral; solitarius
2. Tipe-2 : Wajah ipsilateral serta wajah, badan 8. Baal ipsilateral Nukleus Cuneate and
lengan, badan atau gracile
dan ekstremitas kontralateral;
kaki
3. Tipe-3 : Wajah dan tubuh kontralateral; 9. Cekukan ( hiccup) Tidak pasti
4. Tipe-4 : Wajah ipsilateral serta badan dan Kontralateral
tungkai kontralateral; Nyeri dan kelainan rasa Spinothalamic
5. Tipe-5 : Wajah, lengan dan badan bagian suhu pada setengah
atas kontralateral.1 badan atau muka
Ataksia dan ketidakseimbangan dapat
Sindroma wallenberg dengan gejala mengakibatkan pola gait dan aktivitas sehari-
tambahan berupa hemiplegia kontralateral hari pasien terganggu sehingga menurunkan
disebut sebagai babinksi nageotte syndrome. kualitas hidup pasien.7 Salah satu gejala
Majority | Volume 6 | Nomor 3| Juli 2017 | 165
Zelta Pratiwi Gustimigo & Fitriyani | Wallenberg’s Syndrome

pathognomonic sindroma wallenberg adalah


defisit sensoris rasa nyeri dan suhu ipsilateral
wajah and kontralateral esktremitas. Hal ini
terjadi akibat kerusakan traktus trigeminus dan
traktus sphinotalamika lateral. Infark pada
nucleus vestibular dapat mengakibatkan
timbulnya muntah vertigo dan nistagmus,
ketika cidera terjadi pada cerebelar inferior
dapat menimbulkan ataksia ipsilateral.
Ipsilateral pharyngeal, laryngeal, dan palatal
(seperti disfagia, suara sesak dan cegukan)
disebabkan oleh infark pada nucleus, regulator
glossopharyngeal dan refleks vagal eferen.
Horner’s syndrome yang berkaitan dengan
defisit visual dapat disebabkan oleh kerusakan
pada serabut saraf simpatis asenden dan
pembuluh darah yang sering terlibat adalah
arteri vertebralis yang diikuti oleh arteri
cerebelar posterior inferior.8

Pemeriksaan Penunjang
Pada kebanyakan kasus, diagnosis
ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang
dikeluhkan oleh pasien yang dikonfirmasi Gambar 2. Gambar MRI yang Menunjukkan Infark
dengan pemeriksaan fisik. Meskipun konfirmasi Medullar Lateral Kanan
12

dengan metode neuroradiologi sering


digunakan sebagai penunjang diagnosis. Penatalaksanaan
Pencitraan yang dapat digunakan adalah CT- Strategi penatalaksanaan Wallenberg’s
scan atau MRI dengan metode diffusion- syndrome sama dengan penatalaksanaan
weighted neuroimaging menjadi metode yang stroke pada umumnya, mempunyai tujuan
paling efektif untuk menilai pasien yang utama untuk memperbaiki keadaan penderita
memiliki tanda dan gejala sindroma sehingga kesempatan hidupnya maksimum.
wallenberg.11 1. Breathing
Pemeriksaan penunjang yang dapat Dengan pernapasan yang baik, oksigen akan
dilakukan jika dicurigai penyakit ini adalah: cukup untuk diperfusikan ke otak.
1. Darah lengkap; Pengobatan dengan oksigen hanya perlu
2. Laju endap darah; bila kadar oksigen darah berkurang.
3. Gula darah (sewaktu, puasa dan 2 jam 2. Brain
postprandial); Udem otak dan kejang-kejang harus dicegah
4. Fungsi ginjal (ureum dan kreatinin); dan diatasi.
5. Asam urat; 3. Blood
6. Screening penyakit kolagen (ANA, ACA, Tekanan Darah dijaga agar tetap cukup
C3,C4); tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.
7. Serologi sifilis; Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup
8. Elektrokardiografi; baik untuk metabolisme otak.
9. X’ray (cervical dan kepala). Keseimbangan elektrolit harus dijaga.
Dapat dilihat bila adanya spondilosis 4. Bowel
cervical yang dapat mengkompresi Defekasi dan nutrisi harus diperhatikan.
a.vertebralis sedangkan dengan foto kepala, 5. Bladder
dapat terlihat bila ada tumor maupun Miksi dan balance cairan harus
perdarahan. diperhatikan.
10.USG Doppler;
11.CT-Scan;
12.MRI.
Majority | Volume 6 | Nomor 3| Juli 2017 | 166
Zelta Pratiwi Gustimigo & Fitriyani | Wallenberg’s Syndrome

Penatalaksanaan akut sindroma otak dari penilaian fisik ekstremitas bawah, kontrol
dimulai dengan penilaian awal dan oksigenasi keseimbangan, gait dan endurans. Dynamic
yang adekuat. Komplikasi paru dapat dihindari balance dan gait training, serta visual feedback
dengan fisioterapi dada. Fisioterapi mencegah training menjadi bagian dari program ini.7
komplikasi yang dapat timbul dari imobilitas,
susah menelan dan neuropati kranial yang lain. Ringkasan
Ulserasi kornea dapat diatasi dengan lateral Wallenberg’s syndrome disebut juga
tarsorrhaphy atau botulinum therapy. Alat lateral medullary syndrome atau sindroma
elektronik tambahan dapat digunakan untuk arteri cerebelar posterior inferior. Sindroma
membantu komunikasi.12 wallenberg merupakan suatu infark yang
Pengelolaan medikamentosa yang dapat terjadi pada lateral medulla yang dapat terjadi
dilakukan : akibat insufisiensi vertebrobasilar dan
1. Pemberian obat-obatan yang dapat membahayakan arteri cerebelar posterior
memperbaiki aliran darah ke otak seperti inferior. Sindroma wallenberg disebabkan oleh
recombinant tissue activator plasminogen obstruksi arteri cerebelar posterior inferior
(rt-PA) tetapi hal ini bermanfaat apabila (PICA) atau dengan tersumbatnya arteri
diberikan kurang dari 3 jam setelah terjadi vertebralis (VA). Faktor resiko terjadinya
serangan. Fungsinya ialah untuk rekanalisasi sindroma wallenberg, antara lain manipulasi
arteri yang mengalamai oklusi. Dosis secara pada leher (trauma), penyakit jaringan ikat
intravena adalah 0,9 mg/kgBB maksimal 90 seperti sindroma Ehlers-Danlos, serta faktor
mg dengan 10 % secara bolus dalam 1 resiko stroke seperti usia, jenis kelamin laki –
menit dan sisanya infus drip selama 1 jam. laki, merokok, hipertensi dan
2. Nimodipin, dapat menurunkan morbiditas hiperkolesterolemia. Onset sindroma
dan mortalitas terutama bila diberikan wallenberg sering terjadi pada usia 40 tahun
dalam 12 jam pertama. dan telah diidentifikasi dominan pada laki – laki
3. Pemberian antikoagulan tidak dilakukan usia pertengahan (30-78 tahun).
sampai ada hasil pemeriksaan imaging yang Zhang et al mendeskripsikan 5 pola
memastikan bahwa tidak ada pendarahan kelemahan sensoris pada sindroma wallenberg,
intracranial primer. Contoh obat yaitu tipe-1 dengan kelainan pada wajah
antikoagulan adalah heparin ipsilateral serta badan dan ekstremitas
4. Pemberian antiplatelet aggregasi seperti kontralateral, tipe-2 pada wajah ipsilateral
aspirin, clopidogrel, dipiridamol. serta wajah, badan dan ekstremitas
5. Pemakaian vasodilator seperti pentoksifilin kontralateral, tipe-3 pada wajah dan tubuh
tidak dianjurkan dalam terapi stroke iskemik kontralateral, tipe-4 pada wajah ipsilateral
akut. serta badan dan tungkai kontralateral, serta
6. Pemberian obat-obatan neuroprotektan tipe-5 pada wajah, lengan dan badan bagian
(citicolin). atas kontralateral.
7. Pengobatan terhadap faktor-faktor resiko Pada kebanyakan kasus, diagnosis
seperti hipertensi (menurunkan tekanan ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang
darah harus secara bertahap), hiperglikemi dikeluhkan oleh pasien yang dikonfirmasi
atau hipoglikemi. dengan pemeriksaan fisik. Pencitraan yang
dapat digunakan adalah CT-scan atau MRI
Salah satu rehabilitasi yang dapat dengan metode diffusion-weighted
diterapkan adalah balance training. neuroimaging menjadi metode yang paling
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, efektif untuk menilai pasien yang memiliki
dimana peneliti menilai keseimbangan pasien tanda dan gejala sindroma wallenberg.
sindroma wallenberg sebelum dan setelah Penatalaksanaan Wallenberg’s syndrome
terapi, keseimbangan berdiri pasien sindroma dimulai dengan penilaian awal dan oksigenasi
wallenberg secara signifikan lebih buruk pada yang adekuat. Pengelolaan medikamentosa
semua indeks dibandingkan dengan orang yang dapat dilakukan dengan pemberian obat-
normal. Setelah menjalani program rehabilitasi obatan yang dapat memperbaiki aliran darah
secara komprehensif, keseimbangan ke otak seperti recombinant tissue activator
mengalami perbaikan yang signifikan. plasminogen (rt-PA) tetapi hal ini bermanfaat
Rehabilitasi untuk ketidakseimbangan dimulai apabila diberikan kurang dari 3 jam setelah
Majority | Volume 6 | Nomor 3| Juli 2017 | 167
Zelta Pratiwi Gustimigo & Fitriyani | Wallenberg’s Syndrome

terjadi serangan. Nimodipin dapat menurunkan Simpulan


morbiditas dan mortalitas terutama bila Sindroma wallenberg atau sindroma
diberikan dalam 12 jam pertama. Selain itu medula lateral atau sindroma arteri cerebelar
juga dapat dilakukan pemberian obat-obatan posterior inferior merupakan suatu penyakit
neuroprotektan (citicolin) dan pengobatan dimana pasien memiliki gejala neurologis yang
terhadap faktor-faktor resiko seperti hipertensi disebabkan karena adanya cedera pada bagian
(menurunkan tekanan darah harus secara lateral medula di otak dengan etiologi adanya
bertahap), hiperglikemi atau hipoglikemi. oklusi dapat berupa trombosis ataupun emboli.
Adanya oklusi ini menyebabkan terjadinya
infark pada bagian lateral dari medula
oblongata.

Daftar Pustaka
1. Parathan KK, Kannan R, Chitrambalam P, 20.
Senthil K. A rare variant of wallenberg ‘s 7. Hyena E, Yoon TS, Han SJ. Improvement of
syndrome: opalski syndrome. J of Clin and quiet standing balance in patients with
Diag Research. 2014. 8(7):5-6. Wallenberg’s syndrome after rehabilitation.
2. Tyagi AK, Ashish A, Lepcha A, Balraj A. Ann Rehabil Med 2011; 35(1): 791-7
Subjective visual vertical and horizontal 8. Louisa DW, Dholakia N, Raymonda MJ.
abnormalities in a patient with lateral Wallenberg’s syndrome with associated
medullary syndrome - a case report. Iranian motor weakness in a two-week-postpartum
J of Otorhinolaryngology. 2015. 27(1):75-80. female. Case rep neurol. 2015. 7(1):186–90.
3. Kato S, Takikawa M, Ishihara S, Yokoyama A, 9. Mekkaouil A, Irhoudane H, Ibrahimi A,
Kato M. 2014. Pathologic reappraisal of Yousfi A. Dysphagia caused by a lateral
Wallenberg’s syndrome: a pathologic and medullary infarction syndrome
analysis of literature. Yonago Acta Med. (Wallenberg’s syndrome). Pan African Med
2014. 57:1-14. J. 2012. 12(1):92-3.
4. Saha R, Alam S, Hossain MA. Lateral 10.Kim SI, Swanson TA, Hussain NN.
medullary syndrome (wallenberg’s Underground Clinical Vignettes. Edisi ke-4.
syndrome) - a case report. Faridpur Med Philadelhia: Lippincott Williams & Wilkins.
Coll J. 2010. 5(1):35-6. 2007.hlm.136-7.
5. Ueda M, Nishiyama Y, Abe A, Katayama Y. 11.Foley J dan Goldent C dalam Noogle CA,
Hemorrhagic Wallenberg’s syndrome. Dean RS, Horton AM. The Encyclopedia:
Intern Med. 2013. 52(1):2383-4. Neuropsychological Disorder. Newyork:
6. Zhang HL, Wu J, Liu P, Lei J, Liu J. Springer. 2012.hlm.751-2.
Wallenberg’s syndrome caused by 12.Balami JSM, Chen RL, Buchan AM. Stroke
hemorrhage in medulla oblongata: a case syndromes and clinical management. Q J
report. Journal Health. 2010. 2(10):1218- Med. 2013. 106(1):607–15.

Majority | Volume 6 | Nomor 3| Juli 2017 | 168

Anda mungkin juga menyukai