Latar Belakang
Radiasi nuklir tidak dapat ”dirasakan” oleh panca indera manusia oleh
karena itu alat ukur radiasi mutlak diperlukan untuk mendeteksi dan
mengukur radiasi nuklir. Materi ini akan membahas prinsip dasar
pengukuran radiasi mulai dari mekanisme deteksi, jenis detektor, dan
penggunaannya.
Tujuan Instruksional
Setelah mengikuti materi ini peserta diharapkan mampu menguraikan
prinsip kerja detektor yang digunakan dalam sistem pengukur radiasi.
Secara khusus setiap peserta akan mampu untuk:
1. menguraikan fungsi detektor dan peralatan penunjang dalam sistem
pengukur radiasi;
2. menguraikan dua mekanisme pendeteksian radiasi yang sering
digunakan;
3. menguraikan prinsip kerja detektor isian gas, sintilasi dan
semikonduktor;
4. membedakan fungsi alat ukur radiasi;
5. menyebutkan contoh alat ukur radiasi yabg digunakan di bidang
proteksi radiasi;
6. menyebutkan contoh aplikasi sistem pencacah radiasi.
Kuantitas radiasi
Kuantitas radiasi adalah jumlah radiasi per satuan waktu per satuan luas,
pada suatu titik pengukuran. Kuantitas radiasi ini berbanding lurus
dengan aktivitas sumber radiasi dan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak (r) antara sumber dan sistem pengukur.
Dosis radiasi
Dosis radiasi menggambarkan tingkat perubahan atau kerusakan yang
dapat ditimbulkan oleh radiasi. Nilai dosis ini sangat ditentukan oleh
kuantitas radiasi, jenis radiasi dan jenis bahan penyerap. Dalam proteksi
radiasi pengertian dosis adalah jumlah radiasi yang terdapat dalam medan
radiasi atau jumlah energi radiasi yang diserap atau diterima oleh materi.
Proses ionisasi
Ionisasi adalah peristiwa terlepasnya elektron dari ikatannya di dalam
atom. Peristiwa ini dapat terjadi secara langsung oleh radiasi alpha
atau beta dan secara tidak langsung oleh radiasi sinar-X, gamma dan
neutron.
Jumlah pasangan ion, elektron yang bermuatan negatif dan sisa atomnya
yang bermuatan positif sebanding dengan jumlah energi yang terserap.
Proses Sintilasi
Proses sintilasi adalah terpencarnya sinar tampak ketika terjadi transisi
elektron dari tingkat energi (orbit) yang lebih tinggi ke tingkat energi yang
lebih rendah di dalam bahan penyerap. Dalam proses ini, sebenarnya,
yang dipancarkan adalah radiasi sinar-X tetapi karena bahan penyerapnya
(detektor) dicampuri dengan unsur aktivator, yang berfungsi sebagai
penggeser panjang gelombang, maka radiasi yang dipancarkannya berupa
sinar tampak.
Proses sintilasi ini akan terjadi bila terdapat kekosongan elektron pada
orbit yang lebih dalam. Kekosongan elektron tersebut dapat disebabkan
karena lepasnya elektron dari ikatannya (proses ionisasi) atau loncatnya
elektron ke lintasan yang lebih tinggi bila dikenai radiasi (proses eksitasi).
Jadi dalam proses sintilasi ini, energi radiasi diubah menjadi pancaran
cahaya tampak. Semakin besar energi radiasi yang diserap maka semakin
banyak kekosongan elektron di orbit sebelah dalam sehingga semakin
banyak percikan cahayanya.
Cara pulsa
Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan dikonversikan menjadi
sebuah pulsa listrik. Bila kuantitas radiasi yang mengenai alat ukur
semakin tinggi maka jumlah pulsa listrik yang dihasilkannya semakin
banyak. Sedang energi dari setiap radiasi yang masuk sebanding dengan
tinggi pulsa yang dihasilkan. Jadi semakin besar energinya semakin tinggi
pulsanya. Tinggi pulsa yang dihasilkan dapat dihitung dengan persamaan.
Informasi yang dihasilkan oleh alat ukur cara pulsa ini adalah jumlah
pulsa (cacahan) dalam selang waktu pengukuran tertentu dan tinggi pulsa
listrik. Jumlah pulsa sebanding dengan kuantitas radiasi yang memasuki
detektor, sedangkan tinggi pulsa sebanding dengan energi radiasi.
Kelemahan alat ukur cara pulsa di atas adalah adanya kemungkinan tidak
tercacahnya radiasi karena kecepatan konversi. Untuk dapat mengubah
sebuah radiasi menjadi sebuah pulsa listrik dibutuhkan waktu konversi
tertentu. Bila kuantitas radiasi yang akan diukur sedemikian banyaknya
sehingga selang waktu antara dua buah radiasi yang berurutan lebih cepat
daripada waktu konversi alat, maka radiasi yang terakhir tidak akan
tercacah.
Cara Arus
Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor tidak dikonversikan
menjadi pulsa listrik melainkan rata-rata akumulasi energi radiasi per
satuan waktunya yang akan dikonversikan menjadi arus listrik. Semakin
banyak kuantitas radiasi per satuan waktu yang memasuki detektor, akan
semakin besar arusnya. Demikian pula bila energi radiasi semakin besar,
arus yang dihasilkannya semakin besar.
Alat ukur radiasi cara arus dapat mengeliminasi kerugian cara pulsa
karena yang akan ditampilkan di sini bukan informasi setiap radiasi yang
memasuki detektor melainkan integrasi dari jumlah muatan yang
dihasilkan oleh radiasi tersebut dalam satu satuan waktu.
Proses konversi pada cara pengukuran arus ini tidak dilakukan secara
individual setiap radiasi melainkan secara akumulasi. Informasi yang
ditampilkan adalah intensitas radiasi yang memasuki detektor.
Kelemahan cara ini adalah ketidakmampuannya memberikan informasi
energi dari setiap radiasi, sedangkan keuntungannya proses
pengukurannya jauh lebih cepat daripada cara pulsa. Sistem pengukur
yang digunakan dalam kegiatan proteksi radiasi, seperti survaimeter dan
Detektor Proporsional
Dibandingkan dengan daerah ionisasi di atas, jumlah ion yang dihasilkan
di daerah proporsional ini lebih banyak sehingga tinggi pulsanya akan
lebih tinggi. Detektor ini lebih sering digunakan untuk pengukuran
dengan cara pulsa.
Terlihat pada kurva karakteristik (Gambar 3) bahwa jumlah ion yang
dihasilkan sebanding dengan energi radiasi, sehingga detektor ini dapat
membedakan energi radiasi. Akan tetapi, yang merupakan suatu kerugian,
jumlah ion atau tinggi pulsa yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
tegangan kerja dan daya tegangan untuk detektor ini harus sangat stabil.
Detektor Sintilasi
Detektor sintilasi selalu terdiri dari dua bagian yaitu bahan sintilator dan
photomultiplier. Bahan sintilator merupakan suatu bahan padat, cair
maupun gas, yang akan menghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi
pengion. Photomultiplier digunakan untuk mengubah percikan cahaya
yang dihasilkan bahan sintilator menjadi pulsa listrik. Mekanisme
pendeteksian radiasi pada detektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua
tahap yaitu :
proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi percikan
cahaya di dalam bahan sintilator dan
Bahan Sintilator
Proses sintilasi pada bahan ini dapat dijelaskan dengan Gambar 4. Di
dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang
dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan
dengan tingkat energi tertentu. Pada keadaan dasar, ground state, seluruh
elektron berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi kosong. Ketika
terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat kemungkinan bahwa
energinya akan terserap oleh beberapa elektron di pita valensi, sehingga
dapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa saat kemudian elektron-
elektron tersebut akan kembali ke pita valensi melalui pita energi bahan
aktivator sambil memancarkan percikan cahaya.
Tabung Photomultiplier
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, setiap detektor sintilasi terdiri
atas dua bagian yaitu bahan sintilator dan tabung photomultiplier. Bila
bahan sintilator berfungsi untuk mengubah energi radiasi menjadi
percikan cahaya maka tabung photomultiplier ini berfungsi untuk
mengubah percikan cahaya tersebut menjadi berkas elektron, sehingga
dapat diolah lebih lanjut sebagai pulsa / arus listrik.
Tabung photomultiplier terbuat dari tabung hampa yang kedap cahaya
dengan photokatoda yang berfungsi sebagai masukan pada salah satu
ujungnya dan terdapat beberapa dinode untuk menggandakan elektron
seperti terdapat pada gambar 5. Photokatoda yang ditempelkan pada
bahan sintilator, akan memancarkan elektron bila dikenai cahaya dengan
panjang gelombang yang sesuai. Elektron yang dihasilkannya akan
diarahkan, dengan perbedaan potensial, menuju dinode pertama. Dinode
tersebut akan memancarkan beberapa elektron sekunder bila dikenai oleh
elektron.
Detektor Semikonduktor
Bahan semikonduktor, yang diketemukan relatif lebih baru daripada dua
jenis detektor di atas, terbuat dari unsur golongan IV pada tabel periodik
yaitu silikon atau germanium. Detektor ini mempunyai beberapa
keunggulan yaitu lebih effisien dibandingkan dengan detektor isian gas,
karena terbuat dari zat padat, serta mempunyai resolusi yang lebih baik
daripada detektor sintilasi.
Jenis Detektor
Spesifikasi
Isian Gas Sintilasi Semikonduktor
Efisiensi ☺
Kecepatan ☺
Resolusi ☺
Konstruksi ☺
Detektor
Sumber
Kolimator
Peralatan
Penunjang
ooOoo