Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan dari sel darah putih. Leukemia merupakan keganasan hematologis akibat proses
neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk
hematopoetik.
Leukemia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya merupakan
sebagian kecil dari kangker secara keseluruhan. Beberapa data epidemiologi menunjukkan
hasil bahwa insidensi leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Frekuensi
relatif leukemia di negara barat menurut Gunz adalah Leukemia akut (LMA dan LLA) 60%,
LLK 25%, LMK 15%, di Afrika, 10-20% penderita LMA memiliki kloroma di sekitar orbita
mata. Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita berumur 20-40 tahun. Pada
orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK, di Indonesia , frekuensi LLK sangat
rendah. LMK merupakan leukemia kronis yang paling sering di jumpai. Leukemia
merupakan 2,8% dari seluruh kasus kangker, belum ada angka pasti mengenai insiden
leukemia di indonesia.
Insidensi leukemia menurut usia didapatkan data yaitu, LLA terbanyak pada anak-anak
dan dewasa, LMK pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa, LMK pada semua usia
tersering usia 40-60 tahun, LLK terbanyak pada orang tua.Walaupun leukemia menyerang
kedua jenis kelamin, tetapi pria terserang sedikit lebih banyak dibandingkan wanita dengan
perbandingan 2 : 1.
.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 ANATOMI SISTEM HEMATOLOGI
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum
tulang dan nodus limpa. Darah merupakan medium transpor tubuh, volume darah sekitar 7%-
10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah terdiri dari atas 2 komponen
utama, yaitu sebagai berikut.
1. Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit,dan protein darah.
2. Butir- butir darah (blood corpuscles), yang terdiri dari komponen-komponen
berikut ini.
• Eritrosit : sel darah merah (SDM- red blood cell)
• Leukosit : sel darah putih (SDP- white blood cell)
• Trombosit : butir pembeku darah – platelet.

2.2 STRUKTUR DAN FUNGSI NORMAL SEL DARAH PUTIH


Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4000 - 11.000 sel darah putih per
mikroliter. Dari jumlah tersebut, jumlah tersebut, jumlah sel terbanyak adalah granulosit
(leukosit polimorfonukleus, PMN). Sel granulosit muda memiliki inti berbentuk seperti kuda,
yang akan berubah menjadi multilobular dengan bertambahnya umur sel. Sebagian besar sel
tersebut mengandung granula neutrofilik (neutrofil), namun sebagian kecil mengandung
granula yang dapat diwarnai dengan zat warna asam (eosinofil), dan sebagian lagi
mengandung granula basofilik (basofil). Dua jenis sel yang lazim ditemukan dalam darah tepi
adalahlimfos it, yang memiliki inti bulat besar dan sitoplasma sedikit, danmon os it, yang
mengandung banyak sitoplasma tak berglanula dan mempunyai inti yang berbentuk ginjal.
Kerja sama sel tersebut menyebabkan tubuh memiliki sistem pertahanan yang kuat terhadap
bebagai tumor, infeksi virus, bakteri, dan parasit (Ganong,2008).
Fungsi Sel Darah Putih adalah sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan
bibit penyakit/bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel), tempat
pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut/ membawa zat lemak
dari dinding usus melalui limpa terus ke pembuluh darah. Sel leukosit disamping berada di
dalam pembuluh darah juga terdapat di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan
penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam
darah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal
di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan tubuh dari
serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 11.000/mm3
disebutleukos itos is dan kurang dari 4000mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit secara jelas meliputi :
1.
Agranulosit. Sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya, yang
terdiri dari:
a. Limfosit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya
ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya terdapat granula dan intinya
besar, banyaknya 20%-25% dan fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke
dalam jaringan tubuh.
b. Monosit. Terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai
fagosit dan banyaknya 34%. Di bawah mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar,
warna biru sedikit abu-abu mempunyai bintik-bintik sedikit kemerahan. Inti selnya bulat atau
panjang, warnanya lembayung muda.
2. Granulosit disebut juga leukosit granular terdiri dari :
a. Neutrofil atau polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel yang kadang-kadang seperti
terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik- bintik halus/granula, banyaknya 60%-70%.
b. Eusinofil. Ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi
granula dalam sitoplasmanya lebih besar , banyaknya 24%

LEUKEMIA
1. DEFINISI
• Leukemia mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai “darah putih”,
adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoietik
(Price, 1994).
• Leukemia adalah proliferase leukosit yang tidak terkontrol di dalam darah, sumsum
tulang, dan jaringan retikuloendotelial (Tuker, 1998).
• Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan (sel muda) dari sel darah putih (SDP) (Engram, 1998).
• Leukemia merupakan proliferatif neoplastik dari perkusor sel darah putih, yang
menyebabkan penggantian difus sumsum tulang normal oleh sel leukemia dengan akumulasi
sel abnormal pada darah tepi dan infiltrasi organ misalnya hati, limpa, kelenjar limfe,
meningen, dan gonad oleh sel leukemi (Underwood, 1999).
• Leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum
tulang, mengganti elemen sumsum tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati,limpa dan
nodus limfatikus dan invasi organ nonhematologis, seperti meninges, traktus gastrointestinal,
ginjal dan kulit (Smeltzer, 2001).
• Leukemia adalah penyakit mengenai sel darah putih yang mengalami pembelahan yang
berulang-ulang.penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Akibatnya
fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel-sel darah merah dapat terdesak karena
pertumbuhan yang berlebihan ini jumlah sel darah merah menurun (Irianto,2004).
• Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai pertambahan jumlah sel
darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tak terkendali serta bentuk sel- sel
darah putihnya tidak normal (Yatim, 2003).
• Leukemia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini yang
berlebihan dari sel darah putih (Handayani, 2008)
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Leukemia adalah suatu penyakit
sistem hematologi yang ditandai dengan proliferasi yang berlebihan dan tidak normal pada
sel darah putih yang mengakibatkan fungsi sel darah putih terganggu.
2.4 KLASIFIKASI LEUKEMIA
Leukemia dapat diklafikasikan ke dalam :
1. Maturitas sel :
• Akut (sel-sel asal berdiferensiasi secara buruk)
• Kronis (lebih banyak sel dewasa)
2. Tipe-tipe sel asal
• Mielositik (Mieloblast yang dihasilkan sumsum tulang)
• Limfositik (limfoblast yang dihasilkan sistem limfatik)
Normalnya, sel asal (mieloblast dan limfoblast) tak ada pada darah perifer. Maturitas
sel dan tipe sel dikombinasikan untuk membentuk empat tipe utama leukemia :
1. LEUKEMIA MIELOGENUS AKUT (LMA)
Leukemia Mielogenus Akut (LMA) atau leukemia mielositik akut atau dapat juga
disebut leukemia granulositik akut (LGA), mengenai sel stem hematopetik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil),
eritrosit, dan trombosit. Dikarakteristikan oleh produksi berlebihan dari mieloblast. Semua
kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia.
Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. LEUKEMIA MIELOGENUS KRONIS (LMK)
Leukemia Mielogenus Kronis (LMK) atau leukemia mielositik kronis atau leukemia
granulositik kronis (LGK), juga dimasukan dalam keganasan sel stem mieloid. Namun, lebih
banyak terdapat sel normal di banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
Abnormalitas genetika yang dinamakan kromosom Philadelpia ditemukan 90% sampai 95%
pasien dengan

LMK. LMK jarang menyerang individu di bawah 20 tahun, namun


insidensinya meningkat sesuai pertambahan usia.
Gambaran menonjol adalah
:
- adanya kromosom Philadelphia pada sel – sel darah. Ini adalah
kromosom abnormal yang ditemukan pada sel – sel sumsum tulang.
- Krisis Blast. Fase yang dikarakteristik oleh proliferasi tiba-tiba dari jumlah besar mieloblast.
Temuan ini menandakan pengubahan LMK menjadi LMA. Kematian sering terjadi dalam
beberapa bulan saat sel – sel leukemia menjadi resisten terhadap kemoterapi selama krisis
blast.
3. LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT (LLA)
Leukemia Limfositik Akut (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas.
Paling sering terjadi pada anak-anak, dengan laki-laki lebih banyak dibanding
perempuan,dengan puncak insidensi pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun , LLA jarang
terjadi.
4. LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (LLK)
Leukemia Limfositik Kronis (LLK) cenderung merupakan kelainan ringan yang
terutama mengenai individu antara usia 50 sampai 70 tahun. Negara-negara barat melaporkan
penyakit ini sebagai leukemia yang umum terjadi. LLK dikarakteristikan oleh proliferasi dari
diferensiasi limfosit yang baik (mudah dikenali sel-sel yang menunjukkan jaringan asal).
Leukemia Mieloblastik Akut
M-1 Diferensiasi granulositik tanpa pematangan
M-2 Diferensiasi granulositik disertai pematangan menjadi stadium promielositik
M-3 Diferensiasi granulositik disertai promielosit hipergranular yang dikaitkan dengan
pembekuan intra vaskular tersebar (Disseminated intravascular coagulation).
M-4 Leukemia mielomonositik akut: kedua garis sel granulosit dan monosit.
M-5a Leukemia monositik akut : kurang berdiferesiasi
M-5b Leukemia monositik akut : berdiferensiasi baik
M-6 Eritroblast predominan disertai diseritropoiesis berat
M-7 Leukemia megakariositik.
2.5 ETIOLOGI
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Diperkirakan bukan
penyebab tunggal tetapi gabungan dari faktor resiko antara lain :
• Terinfeksi virus. Agen virus sudah lama diidentifikasi sebagai penyebab leukemia pada
hewan. Pada tahun 1980, diisolasi virus HTLV-1 dari leukemia sel T manusia pada limfosit
seorang penderita limfoma kulit dan sejak saat itu diisolasi dari sampel serum penderita
leukemia sel T.
• Faktor Genetik. Pengaruh genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya
memainkan peranan , namun jarang terdapat leukemia familial, tetapi insidensi leukemia
lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang terserang , dengan insidensi yang
meningkat sampai 20% pada kembar monozigot (identik).
• Kelainan Herediter. Individu dengan kelainan kromosom, seperti Sindrom
Down, kelihatannya mempunyai insidensi leukemia akut 20 puluh kali lipat.
• Faktor lingkungan.
- Radiasi. Kontak dengan radiasi ionisasi disertai manifestasi leukemia
yang timbul bertahun-tahun kemudian.
- Zat Kimia. Zat kimia misalnya : benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen
antineoplastik dikaitkan dengan frekuensi yang meningkat khususnya agen-agen alkil.
Kemungkinan leukemia meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi maupun
kemoterapi.
PATOFISIOLOGI
Jika penyebab leukemia virus, virus tersebut akan masuk ke dalam tubuh manusia jika
struktur antigennya sesuai dengan struktur antigen manusia. Bila struktur antigen individu
tidak sama dengan struktur antigen virus, maka virus tersebut ditolaknya seperti pada benda
asing lain. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai alat tubuh,
terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di permukaan tubuh (kulit disebut juga antigen
jaringan ). Oleh WHO terhadap antigen jaringan telah ditetapkan istilah HL-A (Human
Leucocyte Lucos A). Sistem HL-A individu ini diturunkan menurut hukum genetika sehingga
adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan.
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik dan
biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu sumsum tulang. Penyakit ini sering
disebut kanker darah. Keadaan yang sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-
sel darah tetapi yang dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak
pertumbuhan sel darah normal.
Proses patofisiologi leukemia dimulai dari transformasi ganas sel induk hematologis
dan turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghasilkan sel leukemia dan
mengakibatkan penekanan hematopoesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure,
infiltrasi sel leukemia ke dalam organ, sehingga menimbulkan organomegali, katabolisme sel
meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkataboli

Anda mungkin juga menyukai