Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. TOPIK: PERAWATAN DIRI (MANDI)

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yaitu klien mampu memahami pentingnya kebersihan diri dan
perawatan diri dengan baik dan benar.
2. Tujuan Khusus:
a. Klien mampu menyebutkan manfaat perawatan diri mandi
b. Klien mampu menyebutkan kerugian jika tidak melakukan perawatan diri mandi
c. Klien mampu menyebutkan peralatan mandi
d. Klien mampu menyebutkan langkah-langkah perawatan diri mandi
e. Klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri mandi

C. LATAR BELAKANG
Keperawatan jiwa adalah suatu pelayanan kesehatan tentang masalah kesehatan jiwa
dari rentang sehat jiwa sampai gangguan jiwa yang terjadi pada anak sampai lansia.
Kesehatan jiwa tidak hanya terkait dengan gangguan jiwa. Ada beberapa aspek yang
mempengaruhi kesehatan jiwa, misalnya: kualitas Sumber Daya Manusia dalam
mengawasi emosional, kemudian aspek sosial yakni kejadian di lingkungan yang
berdampak pada gangguan jiwa seperti tindakan kekerasan dan merasa tidak nyaman.
Salah satu pilar model keperawatan profesional adalah pelayan keperawatan dengan
menggunakan sistem pemberian asuhan keperawatan (patient care delivery system), dan
sistem pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan adalah asuhan keperawatan dengan
menerapkan proses keperawatan. Salah satu asuhan keperawatan yang kami bahas ini
adalah asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan defisit keperawatan diri.
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai
kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2000).

D. TIJAUAN TEORI
1. Pengertian
Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2010).
Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa defisit perawatan diri merupakan
suatu keadaan pada pasien dimana pasien mampu namun tidak mau atau pasien sama
sekali tidak mampu untuk melakukan aktivitas perawatan pada dirinya sendiri.
2. Klasifikasi
a. Kurang perawatan diri: Mandi/kebersihan
b. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian/berhias
c. Kurang perawatan diri: Makan
d. Kurang perawatan diri: Toileting
3. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) Penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut:
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Menurut (Depkes: 2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah:
a. Faktor Prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Presipitasi
Adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri. Menurut Depkes (2000), Faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan.
5) Budaya
Sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri.

E. SELEKSI PASIEN
1. Kondisi pasien kooperatif
2. Jenis masalah keperawatan sesuai indikasi TAK
3. Jumlah peserta antara 4-7 orang
4. Pasien bersedia mengikuti TAK
5. Proses seleksi pasien dilakukan sehari sebelum pelaksanaan

F. JADWAL KEGIATAN
1. Tempat Pelaksanaan TAK
Pelaksanaan TAK di ruang tamu bagian depan wisma Abiyasa.
2. Lama Pelaksanaan TAK
TAK dilaksanakan selama 45 menit
3. Waktu Pelaksanaan TAK
Hari/Tanggal : Kamis, 11 januari 2017
Waktu : Pukul 10.00 WIB- Selesai

G. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
4. Bermain peran
5. Brain storming

H. MEDIA DAN ALAT


1. SOP SP DPD
2. Peralatan mandi

I. PENGORGANISASIAN
1. Terapis
a. Leader (Nasrullah)
b. CoLeader (Ni Komang Kristina Dewi)
c. Fasilitator (Matius
d. Observer (Imam Akbar)
2. Tugas Terapis
a. Tugas Leader
1) Menyusun rencana TAK
2) Merencanakan, mengontrol dan mengatur berlangsungnya TAK
3) Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan, memimpin jalannya TAK
4) Menetapkan tujuan dan peraturan kelompok
5) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengekspresikan perasaan, mengajukan
pendapat dan memberikan umpan balik
6) Sebagai role model
7) Memberi motivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan memberi
reinforcement positif
8) Evaluasi tindak lanjut
b. Tugas Co. Leader
1) Membantu leader dalam pengorganisasian anggota kelompok
2) Mengingatkan pemimpin bila diskusi menyimpang
3) Bersama leader menjadi contoh bentuk kerja sama yang baik
c. Tugas fasilitator
1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
2) Memberikan stimulus dan motivasi kepada klien anggota kelompok untuk aktif
mengikuti berlangsungnya TAK.
3) Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan kelompok
d. Tugas Observer
1) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia),
dinamika jalannya TAK, keadaan peserta (aktif, pasif, kooperatif)
2) Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses hingga penutupan
3) Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator tentang jalannya
TAK

J. SETTING TEMPAT

Leader
Leader

Meja

Keterangan:

Observer

Fasilitator

Meja

Leader

CoLeader
Leader
Leader
Pasien

K. LANGKAH KEGIATAN
1. Tahap Persiapan
a. Memilih klien yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Tahap Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien.
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis
3) Menanyakan nama dan panggilan semua klien
b. Evaluasi validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Evaluasi TAK sebelumnya.
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Kontrak
1) Waktu : 45 menit
2) Tempat : Teras Wisma Abiyasa
3) Topik : Defisit Perawatan Diri
e. Menjelaskan aturan main berikut.
1) Jika klien ada yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
2) Aktif dalam kegiatan
3) Berkonsentrasi
4) Lama kegiatan 45 menit.
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Tahap Kerja
a. Leader membacakan peraturan TAK, leader menayakan kepada peserta terkait TAK
kemudian salah satu peserta TAK menjawab pertanyaan leader dan tanyakan
pengalaman tiap klien.
b. Menjelaskan defisit perawatan diri dan merawat diri
c. Menjelaskan keuntungan merawat diri dan kerugian tidak merawat diri
d. Menjelaskan apa saja yang perlu dipersiapkan saat merawat diri
e. Menjelaskan langkah-langkah merawat diri
f. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
g. Dalam menjalankan kegiatan TAK upayakan semua klien terlibat.
h. Fasilitator mengarahkan klien saat klien tidak kooperatif.
i. Observer memberi kesimpulan/evaluasi tentang jalannya TAK, mengenai jawaban
klien tentang defisit perawatan diri yang sudah didiskusikan bersama. Selanjutnya
observer memberikan pujian atas peran serta klien dalam pelaksanaan TAK serta
memberi motivasi pada klien untuk meningkatkan kemampuannya.
4. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2) Leader menanyakan kembali tentang TAK yang sudah didiskusikan.


3) Memberikan reinformennt positif terhadap perilaku klien positif.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien untuk melatih TAK yang sudah didiskusikan terkait dengan
perawatan diri.
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk
TAK defisit perawatan diri sesi 1, kemampun yang diharapkan adalah mengetahui
defisit perawatan diri, keuntungan merawat diri dan kerugian tidak merawat diri, mampu
menjelaskan apa saja yang dipersiapkan saat perawatan diri apa saja langkah-lanhkah
perawatan diri.
Sesi 1: TAK
Defisit Perawatan Diri
Kemampuan psikologis
Memberi tanggapan tentang
Kerugian Langkah-langkah
tidak Apa saja perawatan diri
No Nama Klien Menjelaskan merawat diri yang
perawatan diri dan dipersiap
keuntungan kan
merawat diri

Petunjuk:
Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien Untuk tiap klien, beri
penilaian tentang kemampuan mengetahui perawatan diri, kerugian tidak merawat diri dan
keuntungan merawat diri, apa saja yang dipersiapkan dalam merawat diri, apa saja langkah-
langkah merawat diri.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan,
Jakarta : Depkes RI.

Nurjanah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Mocomedia.

Tarwoto, Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta:
Salemba Medika.
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

DEFISIT PERAWATAN DIRI

DI WISMA ABIYASA RSJ Prof. Dr. SOEROJO MAGELANG

Dosen pengampu : Ns Endang nurul syahfitri, S.Kep., MSN

Disusun Oleh Kelompok :


Nasrullah(17160126)
Mateus (
Imam Akbar (
Ni Komang Kristina Dewi (

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai