Bab 1-5
Bab 1-5
BAB I
PENDAHULUAN
Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
bergess(1962) cit (Mubarak e.l, 2011) Keluarga terdiri atas kelompok orang yang
tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran
sosial, serta mempunyai kebiasaan / kebudayaaan yang berasal dari masyarakat , tetapi
Keluarga juga sebagai suatu kesatuan yang saling membantu saling membutuhkan
dalam upaya memelihara kehidupan termasuk kesehatan dalam keluarga. Oleh karena itu
penting adanya peranan dan dukungan keluarga bagi anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan. Hal ini mengacu pada lima fungsi dan tugas perkembangan keluarga
Hal ini karena secra statistik jumlah penderita yang terus menerus meningkat dari waktu
ke waktu. Berbagai faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adlah gaya hidup.
Pemilihan makanan yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok,
1
2
minum kopi, adalah beberapa faktor yang diduga berperan sebagai pemicu hipertensi.
Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh berbagai penyakit non infeksi lain.
memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh sehingga bisa menyebabkan
kerusakan lebih berat seperti stroke (terjadi pada otak dan berdampak pada kematian
yang tinggi), penyakit jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung)
serta penyempitan ventrikel kiri / bilik kiri (terjadi pada otot jantung). Selain penyakit
tersebut dapat pula menyebabkan gagal ginjal, diabetes mellitus dan lain-lain.(Staessen,
2003).
Health di AS, secara berkala mengeluarkan laporan yang disebut Joint National
Pressure memberikan resensi pembaharuan kepada WHO/ISH bulan Mei 2003 tentang
kriteria hipertensi yang dibagi dalam tiga kategori yaitu hipertensi stage I dengan tekanan
darah sistolik dan diastolik adalah 140-158 mmHg dan 90-99 mmHg, untuk hipertensi
stage II dengan tekanan darah sistolik dan diastolik adalah 160-179 mmHg dan 100-109
mmHg, sedangkan untuk hipertensi stage III dengan tekanan darah sistolik dan diastolik
jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin,
semua orang bisa terkena hipertensi dan biasanya hipertensi dan biasanya tanpa ada
gejala-gejala sebelumnya. Oleh karena itu, negara seperti Indonesia yang sedang
3
keatas memerlukan tindakan atau program pencegahan yang terarah. Hipertensi perlu
Oleh sebab itu diharapkan adanya peran aktif keluarga dalam mengatasi masalah
anggota keluarganya yang sakit. Keluarga juga harus mampu mengenal masalah yang
muncul pada anggota keluarganya yang sakit, apa yang menyebabkan masalah itu muncul
dan bagaimana mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi maalah yang di alami
oleh anggota keluarga itu sendiri. Dalam upaya mengatasai masalah kesehatan yang di
alami, keluarga juga harus mampu meanfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan terdekat
yang mendukung proses penyembuhan seperti rutin mendatangi posyandu lansia dan ikut
Selama masa pengumpulan data, dalam hal ini mahasiswa mencari data di
Pedukuhan Kejambon Kidul yang meliputi 5 RT yaitu RT 01, 02, 03, 04, dan 05,
total jenis penyakit yang dikeluhkan oleh masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, maka
mahasiswa tertarik melakukan proses keperawatan kepada satu keluarga yang salah satu
anggotanya menderita hipertensi. Keluarga yang dibina oleh mahasiswa merupakan salah
satu dari banyak keluarga yang memiliki masalah dalam melaksanakan fungsi keluarga
seperti yang seharusnya. Oleh karena itu, maka mahasiswa mengambil Keluarga Tn. A
beberapa hari.
4
keluarga pada keluarga Tn. A dengan hipertensi di RT. 01 Pedukuhan Kejambon Kidul,
Yogyakarta.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:
hipertensi.
hipertensi.
Hipertensi.
1.4 Manfaat
1.4.1 Penulis
1.4.2 Intitusi
menderita hipertensi.
1.4.3 Keluarga
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Menurut Friedman (1998) dalam Mubarak (2011) struktur keluarga terdiri atas :
a. Struktur Komunikasi
b. Struktur Peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Jadi struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur Kekuaatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol,
mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru
(referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive
power), dan afektif power.
d. Struktur Nilai dan Norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar
keluarga.
2.1.3 Tipe atau Bentuk Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga berkembang
9
n. Unmared Parent and Child. Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi
o. Cohibing Couple. Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
2.1.4 Peran keluarga
Setiap posisi formal dalam keluarga memiliki perannya masing-masing yang dibagi
secara merata kepada semua anggota keluarga. Peran formal yang standar terdapat dalam
keluarga (pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh
anak, manager keuangan, dan tukang masak). Jika dalam keluarga hanya sedikit orang
yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota
untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda. Peran dasar yang
membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai berikut
a. Peran sebagai provider atau penyedia.
b. Sebagai pengatur rumah tangga
c. Perawatan anak, baik yang sehat maupun yang sakit
d. Sosialisasi anak
e. Rekreasi
f. Persaudaraan, memelihara hubungan keluarga parental dan maternal
g. Peran seksual
Selain dari peran-peran formal terdapat juga peran-peran dalam keluarga. Peran
informal yang bersifat inplisit, biasanya tidak tampak, dimainkan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam
keluarga. Peran informal memiliki tuntutan yang berbeda, tidak terlalu didasarkan pada
usia, ataupunjenis kelamin melainkan lebih didasarkan pada atribut-atribut personaliatas
atau kepribadian anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal adalah
sebagai berikut:
Salain peran yang bersifat adaptif ada juga peran yang merusak kesejahteraan keluarga
antara lain:
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Sudiharto (2007), adalah sebagai
berikut:
a. Fungsi Afektif (The affective function)
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
anggota keluarga berhubungan dengan orang lain, fungsi ini dibutuhkan untuk
perkembangan individu dan psikososial keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial (sosialisation and social placement
fungtion)
Fungsi pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
c. Fungsi Reproduksi (reproductive function)
Fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga.
d. Fungsi Ekonomi (the economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat
untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healty care function)
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di
bidang kesehatan.
2.1.6 Tugas kesehatan keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarrga yang tidak boleh diabaikan, orang tua
perlu mengenal keadaan kesehatan dan pperubahan-perubahan yang dialami oleh
anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga,
secara tidak langsung akan menjadi perghatian keluarga atau orang tua. Apabila
menyadari adanya perubahan, keluargaperlu mencatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
13
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan sesuai dengan
keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa diantara anggota keluarga yang
mempunyai kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehaatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan yang sedang
terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga mengalami keterbataasan dalam
mengambilkeputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain di
lingkungan tempat tinggalnya.
c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat, tetapi jika keluarga
masih merasa mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar
masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi
pelayanan kesehatan atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat
Rumah merupakan tempat berteduh, berlundung, dan bersosialisasi bagi anggota
keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak
berhubungan denagn lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah
haruslah dapat menjadikan lambang ketenanangan, keindahan, ketentaraman, dan
dapat menunjang kesehatan bagi anggota keluarga.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan
keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada di sekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atau meminta bantuan tenaga
keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami keluarganya, sehingga
kelaurga dapat bebas dari segala macam penyakit
2.1.7 Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan yang terjadi dalam sistem keluarga.
Perkembangan keluarga meliputi perubahan pola interaksi dan hubungan antara anggota
keluarganya di sepanjang waktu. Siklus perkembangan kelauarga merupakan komponen
kunci dalam setiap keranga kerja yang memeandang kelaurga sebagai suatu sistem.
14
Menurut Carter dan Mc. Goldrick (1988), Dural dan Miller (1985) tugas
perkembangan keluarga meliputi:
perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Masalah yang sering terjadi dengan
kelahiran bayi adalah pasangan merasa terabaikan karean fokus perhatian kedua
pasangan tertuju pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya
istri belum siap menjadi ibu.
h. Tahap VIII: keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimali dengan salah satu atau
kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan ancaman bagi integritas
orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan
peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua
hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi
usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah permulaan
tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedi Darmojo dan Dr. H. Hadi Martono
(1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnnya
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
Bantuan penghidupan orang jompol lanjut usia yang termuat dalam pasal 1
dinyatakan sebagai berikut: "Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau
tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain (ini sudah diperbarui karena sudah tidak relevan lagi).
Saat ini berlaku Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia
yang berbunyi sebagai berikuti: BAB I pasal 1 ayat 2 yang berbunyi "lanjut usia adalah
Sebenarnya lanjut usia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat
ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas
oleh suatu peraturan alam. Umur manusia maksimal sekitar 6x umur masa bayi sampai
(6x20 tahun: 120 tahun). Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran hasil, mental, dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat
melakukan fungsinya sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa tua itu
Batasan Lansia menurut Hurlock (1979), batasan lansia dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Early Old Age (usia 60-70 Tahun), 2) Advance old Age (usia 70 tahun ke atas).
Sedangkan menurut Burnside (1979) ada empat tahapan lanjut usia yakni yaitu :
1) Young old (usia 60-69 tahun), 2) Middle age (usia 70-79 tahun), 3) Old-old (usia 80-
Mengapa menjadi tua merupakan masalah? Hal tersebut secara ringkas dapat
dijawab sebagai berikut: Semua orang ingin panjang umur tetapi tidak ada yang mau
menjadi tua. Sebagaimana jadinya ada dua keinginan yang saling bertentangan.
Pernyataan tersebut seolah-olah sama sekali memisahkan soal pertambahan usia dari
soal menjadi tua dan mengapa tak pernah identik satu sama lain. Sehubungan dengan
hal tersebut, Birren and Jenner 1997 mengusulkan untuk membedakan antara: usia
1. Usia Biologis: yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada
3. Usia Sosial: yang menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan amu diberikan
Ketiga jenis usia yang dibedakan oleh Birren dan Jenner itu saling
mempengaruhi dan proses-prosesnya saling berkaitan. Oleh karena itu, secara umum
tidak akan tedapat perbedaan yang terlalu menyolok antara kelangsungan ketiga jenis
usia tersebut. Dalam batas-batas tertentu orang lanjut usia tua dilihat dari keadaan
20
fisiknya namun tetap bersemangat muda. Yang pertama ada hubungan dengan usia
Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan
periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan dalam proses kehidupan,
serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan
ini dapat mulai dari usia 55 tahun sampai meninggal. Tetapi bagi orang lain, periode ini
adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa
kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak
Secara umum ada 4 aspek lanjut usia yang terjadi yaitu dari:
a. Secara fisik
Dilihat secara fisik pada masa lanjut usia tersebut berubah karena Penuaan terbagi
atas penuaan primer (primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada
Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-
dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas
karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras
seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan
pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat
21
juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat
tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga membuat tulang
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi
semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut
yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses
penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang
mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih
mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan
kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit
berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih
Penuaan juga mengubah sistem saraf. Masa sel saraf berkurang yang
menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-
masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat
mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan produksi
buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak yang
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resiko pada sistem saraf, mislanya
berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi
sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan
degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau
hilang.
perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kurang tajam, dan orang dapat mengalami
kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya ketika seorang
lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan mengalami kesulitan
kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup
memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan stuktur
terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indra pendengaran ini juga dapat
terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring
bertambahnya usia.
sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi
kurang sensitif. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran
ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan
cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan
apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung
berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata
kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah.
Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan
untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi
kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan
organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-
perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau
24
2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan
cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah
bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai
setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan
seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada
seorang lansia.
memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak
bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami
atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat
terjadinya kepikunan.
lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga
menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan
dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan
usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia
yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin
kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan
26
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa
pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia
yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki
relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan
1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan
kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang
banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch,
1984).
emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan
produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas
jernih.
mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Dorongan yang relevan
dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat
bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak
menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap
menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika
individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami oleh
orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan tersebut bersumber
dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya. Kemunduran mental terkait
spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada
orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut
sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat
pada anak-anak.
memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi perasaan yang
positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan itu akan
28
sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula perilaku
emosional mereka.
b. Secara psikologis
Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
lansia. Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia
dapat menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah
sebagai berikut:
c. Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
d. Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh
Proses menua (lansia) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan
kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling ber interaksi satu sama lain.
29
Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang
dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari
Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi
aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain (Depkes.RI, 1992:6)
pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
masalah kesehatan jiwa pada lansia yang menyangkut aspek promotof, preventif, kuratif
Ada 4 ciri yang dapat dikategorikan sebagai pasien Geriatri dan Psikogeriatri,
yaitu :
3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila : a) Ketergantungan pada
orang lain (sangat memerlukan pelayanan orang lain), b) Mengisolasi diri atau
setelah menajalani masa pensiun, setelah sakit cukup berat dan lama, setelah
terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis
dsb. Hal itu biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling
berat, misalnya kematian pasangan hidup, kematian sanak keluarga dekat, terpaksa
Faktor-faktor tersebut hendaklah disikapi secara bijak sehingga para lansia dapat
menikmati hari tua mereka dengan bahagia. Adapun beberapa faktor yang dihadapi
para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa mereka adalah sebagai
berikut:
tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang
makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki
masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat,
maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi
Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain : 1) Rasa tabu atau malu
masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya. 3)
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
sebagai berikut:
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia
tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.
harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup
meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini
umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain
Secara psikologis ada berbagai macam pengaruh bagi lansia dilihat dari
a. Gangguan persepsi
b. Proses berpikir
d. Gangguan Kesadaran
e. Gangguan Orientasi yaitu Gangguan orientasi terhadap waktu, tempat dan orang
konversi dan gangguan kepribadian, terutama selam periode stres fisik atau
Arifin, mengatakan bahwa manusia dari masa ke masa selalu bergerak melakukan
kegiatan untuk meraih harapan kesempurnaan dalam hidup dan terhindar dari
kekawatiran mereka, hal demikian tentu juga masih dirasakan oleh golongan orang-
f. Secara spiritual
makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan
asuhan keperawatan dengan memperhatikan aspek spiritual klien sebagai bagian dari
kebutuhan holistik pasien sebagai mahluk yang utuh dan unik. Pemenuhan
kebutuhan spiritual diperlukan oleh pasien dan keluarga dalam mencari arti dari
peristiwa kehidupan yang dihadapi termasuk penderitaan karena sakit dan merasa
Kelompok lanjut usia tidak dapat dipisahkan dari kelompok usia lainnya.
Yang dimaksud dengan kelompok usia lanjut adalah kelompok penduduk yang
berusia 60 tahun keatas (4). Lansia yang sedang sakit membutuhkan pembinaan,
bantuan dan pelayanan keperawatan termasuk pelayanan spiritual agar pada masa
lanjut usia mereka merasa sejahtera, dihargai, dihormati sebagai orang yang pada
usia mudanya pernah berprestasi. Berbagai upaya membantu lansia agar bahagia dan
tidak mudah. Pada periode ini individu dihadapkan pada berbagai kendala baik
perawat. Lansia yang mengalami gangguan fungsi spiritual tentulah tidak bisa
35
menjalani masa lansia dengan bahagia dan sejahtera serta tujuan lanjut usia yang
disebut “menua sehat” (healthy aging) tidak dapat dicapai. Menjalani lanjut usia
yang bahagia, sejahtera dan sehat hanya dapat dicapai apabila lansia tersebut merasa
sehat secara fisik, mental/spritual dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa dicintai,
Sehat spiritual di masa lansia bila ia “sadar“ siapa dirinya yang sebenarnya,
dimana tempat ia berada di alam semesta dan kemanakah tujuan hidup dimasa
sudah selayaknya seorang yang lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi kebutuhan
spiritualnya (5). Hal ini diperteguh dengan adanya slogan tahun usia lanjut WHO
1982 ialah: “Do not put years to life but life into years”, yang berarti usia panjang
tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia dan mandiri sejauh mungkin,
dengan mempunyai kualitas hidup yang baik. “Long life without continous
usefulness, productivity and good quality of life is not a blessing”. Kelompok lansia
yang menderita sakit berupaya mencapai hidup yang bahagia, sejahtera dan sehat
dengan cara mencari penyembuhan, diantaranya dengan berobat atau pun dirawat di
panti.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama
menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan
penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan
mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari (1997),
bahwa :
1. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar daripada
3. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau
4. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada yang
5. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir
g. Secara sosial
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak pada
lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa
37
memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan
orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya
sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan
sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena
setiap orang memiliki berbagai macam penyambutan. Ada individu yang memang
sudah mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga
individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua.
Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak
memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya
h. Kondisi Fisik
fisik maupun non fisik kondisi fisik sesorang sangat berpengaruh. Dalam konteks
yang lebih khusus yaitu dalam kegiatan olahraga, maka kondisi seseorang sangat
sendiri adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat
prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa
keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut. Hal ini akan semakin jelas bila
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan
organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-
perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau
2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan dengan
39
ciri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia mulai berubah
bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan keriput,(3) daya ingat mulai
Perawatan secara umum bagi mereka yang berusia lanjut dapat dibagi atas
1) Mereka yang masih aktif, yaitu mereka yang keadaan fisiknya masih mampu
dilaksankan sendiri.
2) Mereka yang pasif, yaitu mereka yang keadaan fisiknya memerlukan banyak
pertolongan orang lain, misalnya karena sakit atau lumpuh. Di samping itu,
Secara fisik ada perubahan yang signifikan pada masa lansia yaitu:
aktivitas fisik dan kurang makanan berserat. Daya motorik otot menurun
membuat orang sulit bergerak. Jumlah air di dalam tubuh berkurang. Massa
menurunkan daya cerna usus. Fungsi hati yang memproses racun, seperti obat-
antibodi pada masa lansia, sistim kekebalan tubuhpun menurun. Hal ini
melemah, semua ini akibat perubahan kolagen dan elastin dalam dinding
arteri.
Penurunan fungsi ini akan lebih berat jika orang bersangkutan memiliki
ingat. Akibatnya, orang lansia suka sering lupa makan atau minum obat, yang
nefron, yaitu unit yang berfungsi mengekstrak kotoran dari darah dan
i. Tulang: Pengurangan massa tulang karena pertambahan usia. Hal ini juga
(anoreksia).
Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg dan
tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Tingkat hipertensi dan anjuran control (Fatimah,
2010).
Dirawat di RS
2.3.2 Pengkajian
1. Kebanyakan tanpa gejala, sakit ditekuk / belakang kepala, epistaxis, pusing.
2. Test diagnostic
a. Tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg
3. Diagnosa keperawatan
a. Kurang pengetahuan
4. Perencanaan
Tujuan:
4. Klien menjelaskan tujuan, dosis, daya kerja dan efek samping pengobatan
hipertensi
6. Klien makan rendah lemak dan kolestrol, menjalankan diet penurunan berat badan
½ - 1 kg per minggu.
5. Tindakan
1. Ajarkan factor risiko hipertensi seperti merokok, alcohol, intake hormonal, stress,
factor diet.
3. Non farmakologi
b) Batasi intake alcohol tidak lebih dari 1 ons ethanol per hari
c) Jalan kaki mulai 10-15 menit dan meningkat hingga 30-45 menit, 3-5 kali
perminggu.
yang sesuai.
BAB III
METODOLOGI
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang merupakan wilayah kerja Puskesmas
Ngemplak 1.
keperawatan yang muncul pada keluarga, menyusun perencanaan tindakan keperawatan yang
44
3.5 Jadwal Kegiatan
Agustus 2016
melakukan pengkajian.
BAB IV
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
1. Genogram
47
:Laki- Laki
: Perempuan
: Hubungan Keluarga
: Klien
2. Pembahasan Genogram
perbulan < 1 juta, pengeluaran kurang dari 1 juta, tingkat kesejahteraan keluarga
Tn.A adalah seorang kepala keluarga dan memiliki seorang istri Ny. M
berumur 60 tahun dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Tn.A memilik 2
48
orang anak yaitu Tn.S berumur 38 tahun dan Ny.S berumur 35 tahun yang sudah
3. Hasil Kuesioner
a. Tipe Keluarga
terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, dimana Tn.A tinggal bersama istri nya.
a) Rumah
rumah beton, ukuran rumah 10x5 m, jumlah kamar tidur 2, 1 dapur, 1 ruang
tamu, 1 kamar mandi menyatu dengan wc, lantai rumah terbuat dari tehel,
b) Dapur
kompor gas yang dapat digunakan. Alat-alat masak seperti panci, wajan,
yang dialirkan di belakang rumah. Hal ini di karenakan di umah Tn.A belum
Untuk air, keluarga Bapak A. mengambil sumber air dari sumur gali,
pengolahan air minum dimasak, sumber air untuk keperluan sehari-hari dari
berbau dan tidak berasa, untuk air cuci/mandi tidak berwarna, tidak berbau
e) Pembuangan Sampah
f) Jamban
Jarak sumber air dari jamban > 10 meter.jamban memakai septic tank
g) Kandang
h) Lingkungan
cukup bersih.
50
i) Alat-alat Kesejahteraan
c. Keluarga Berencana
dari petugas kesehatan, oleh karena itu Ny.M mengunakan alat kontrasepsi yaitu
pil.
d. Ibu Hamil
keluarga Tn. A mencoba memakai obat dari warung terlebih dahulu untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan apabila keluhan yang dirasakan lebih berat
f. Pemeriksaan Kesehatan
kepala, leher tegang dan penglihatan agak sedikit kabur, hasil pemeriksaan
keluarga yang sakit masih kurang baik, mempertahankan suasana dirumah yang
kesehatan baik.
52
54
53
55
54
56
Objektif :
55
57
56
58
Objektif :
Keluarga berpartisipasi dengan aktif,
Analisis :
TUK 3 tercapai.
Planning :
- Evaluasi kembali TUK 3
- Persiapkan dan lanjutkan ke TUK 4
TUK 4 Subjektif :
1. Meminta keluarga untuk bersama-sama Keluarga secara bersama-sama
melakukan diskusi antar keluarga untuk melakukan diskusi antar keluarga
memutuskan hal penting dalam dengan hasil :
memecahkan masalah.
- Keluarga akan memeriksakan
2. Membahas keuntungan dan kelebihan
anggota keluarga yang sakit pada
pengambilan keputusan dari segi
pagi hari ke Puskesmas pembantu
ekonomi, sosial.
di lingkungan RT dan menunggu
3. Membantu keluarga menentukan waktu
saran dari sana apakah harus
yang tepat untuk kunjungan ke tempat
membawa ke puskesmas atau
pelayanan kesehatan.
tidak.
59
Objektif :
Keluarga berpartisipasi secara aktif
Analisis :
TUK 4 tercapai
Planning :
- Evaluasi kembali TUK 4
- Persiapkan dan lanjutkan ke TUK 5
Jumat, TUK 5 Subjektif :
26 1. Memastikan keputusan dilakukan, Keluarga mengatakan,
Agustus tanyakan secara halus. - Sudah memeriksakan diri ke
2016 2. Menanyakan perasaan keluarga setelah puskesmas di RT dan diminta untuk
keputusan di ambil. membawa keluarga yang sakit ke
Puskesmas Ngemplak 1 untuk
menemui dokter.
- Petugas kesehatan di Puskesmas
Ngemplak 1 memberikan penjelasan
bahwa keluarga harus menurunkan
jumlah garam yang dikonsumsi dan
banyak istirahat.
- Keluarga sudah membawa keluarga
yang sakit ke Puskesmas dan
mendapatkan pengobatan yang
diharapkan.
Objektif :
Keluarga menjelaskan dengan baik.
Analisis :
58
TUK 5 tercapai.
60
Planning :
- Evaluasi TUK 5
- Hentikan intervensi.
Sabtu, TUK 1a Subektif :
27 1. Diskusikan dengan keluarga pengertian Keluarga mengatakan bahwa,
Agustus dari darah tinggi atau peningkatan - Darah tinggi atau hipertensi atau
2016 tekanan darah secara sederhana dan “tensi tinggi” adalah keadaan
perlahan. dimana setelah dilakukan
2. Beri kesempatan kepada keluarga untuk pengukuran dengan menggunakan
memberi penjelasan sesuai bahasa alat pengukur tekanan darah atau
mereka sendiri dan tetap tensimeter, tekanan darah seseorang
mempertahankan maksud dari menunjukkan nilai atas lebih dari
pengertian. 140 dan nilai bawah lebih dari 90
3. Beri pujian atas jawaban yang benar. mmHg dengan melakukan
pengukuran lebih dari tiga kali
dalam waktu yang berbeda dan
posisi yang berbeda juga.
Objektif :
Keluarga mampu menjelaskan kembali
dengan baik, masing-masing anggota
keluarga memiliki jawaban masing-
masing dan setiap anggota keluarga
saling melengkapi jawaban masing-
masing.
Analisis :
TUK 1a tercapai.
Planning :
- Evaluasi TUK 1a
- Lanjutkan TUK 1b
TUK 1b Subjektif :
1. Diskusikan dengan keluarga penyebab Keluarga mengatakan dan memahami
59
61
dari hipertensi secara sederhana dan bahwa, penyebab dari darah tinggi
perlahan. adalah
2. Beri kesempatan kepada keluarga untuk - Keturunan.
memberi penjelasan sesuai bahasa - Ciri perseorangan, seperti umur,
mereka sendiri dan tetap semakin tua maka tensi akan
mempertahankan maksud dari semakin tinggi dan jenis kelamin,
pengertian. perempuan dan laki-laki pasti bisa
3. Beri pujian atas jawaban yang benar. terkena, tapi setelah menopause
wanita lebih banyak terkena.
- Kebiasaan hidup yang tidak sehat
seperti mengkonsumsi makanan
yang dapat memperparah penyakit,
merokok, tidak tidur semalaman,
memikirkan yang tidak-tidak dapat
menimbulkan dan memperparah
penyakit.
Objektif :
Keluarga berpartisipasi aktif dalam
kegiatan diskusi bersama.
Analisis :
TUK 1b tercapai.
Planning :
- Evaluasi TUK 1b
- Lanjutkan TUK 1c
TUK 1c Subjektif :
1. Diskusikan dengan keluarga tanda dan Keluarga mengatakan bahwa Tanda
gejala hipertensi secara sederhana dan dan gejala dari penyakit darah tinggi
perlahan. adalah :
2. Beri kesempatan kepada keluarga untuk
- Nilai tekanan darah yang tinggi.
memberi penjelasan sesuai bahasa
- nyeri kepala dan kelelahan
mereka sendiri dan tetap
- telinga berdengung, berat di
mempertahankan maksud dari
60
62
Objektif :
Keluarga berpartisipasi aktif dalam
kegiatan diskusi bersama.
Analisis :
TUK 1c tercapai.
Planning :
- Evaluasi TUK 1c tercapai
Minggu, TUK 2 Subjektif :
28 1. Melakukan evaluasi hasil kegiatan Keluarga mengatakan bahwa , keluarga
Agustus bersama. - Memahami masalah yang ada
2016 2. Menganjurkan kepada keluarga Tn.A didalam keluarganya yaitu bahwa
terutama Ny.M untuk rutin mengikuti keluarga mengalami penyakit
kegiatan posyandu lansia dan rutin darah tinggi hal ini diakibatkan
melakukan pemeriksaan kesehatan karena keluarga tidak peduli
(tekanan darah) dengan keadaan anggota keluarga
tersebut dan gaya hidup yang tidak
sehat, sejak awal keluarga
seharusnya memeriksakan anggota
keluarga yang sakit lebih awal lagi
dan menghindari memakan
makanan yang tidak dianjurkan.
- Ny.M juga mengatakan akan
mengikuti kegiatan posyandu
lansia dan memeriksakan tekanan
darahnya secara rutin.
Keluarga melakukan,
- Anggota keluarga yang sakit Ny. M,
61
63
62
64
1.2 Pembahasan
ditemukan dalam keluarga Ny.M. Pada tahap ini ditemukan satu masalah
dan gejala dan dampak dari hipertensi dikarenakan kurang pengetahuan tentang
penyakit.
2. Dalam melakukan perumusan masalah, didasarkan pada konsep, analisa, dan standar
yang dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil masalah tentang
yang tepat terhadap masalah yang telah terindentifikasi pada saat pengkajian.
Adapun sasaran dan pembuatan perencanaan ini adalah untuk seluruh anggota
keluarga, karena status kesehatan setiap anggota keluarga juga dipengaruhi oleh anggota
keluarga yang lain, sehingga perlu di lakukan upaya pencegahan baik itu diperbaiki pola
hidup ataupun menjaga suasana lingkungan yang tidak merugikan kesehatan. Dalam
tahap ini Ny.M cukup menerima atas perencanaan yang telah di diskusikan bersaman
Berdasarkan hasil dari perencanaan dengan keluarga Ny.M, maka pada tahap
pelaksanaan tidakan keperawatan, mengacu pada 3 fakor yaitu sifat masalah, potensi
Pada tahap ini, dilakukan asuhan keperawatan keluarga untuk merubah kemampuan
penyuluhan kesehatan, membantu keluarga melihat situasi dan akibat dari situasi tersebut
1.2.4 Evaluasi
standar keperawatan dengan kriteria yaitu meliputi penilaian secara verbal, psikomotor,
1. Keadaan fisik
keluarga tentang kesehatan tersebut dan untuk mencegah bertambah parahnya penyakit
Ny.M.
Standar keperawatan dapat diterima Ny.M, sehingga hal tersebut merupakan awal
dari kesadaran keluarga maupun Ny.M terhadap kesehatan. Adapun yang di lakukan
1. Observasi langsung
2. Wawancara
3. Pemeriksaan fisik
4. Latihan Simulasi
Adapun sasaran yang telah di capai Tn. S dan keluarga mengerti tentang penyakit
hipertensi, selain itu juga memahami faktor-faktor yang dapat mendukung semakin
parahnya penyakit.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Tahap pengkajian dilakukan dalam waktu satu hari dengan melibatkan seluruh anggota
didalamnya.
5.2 Saran
Setelah melewati proses asuhan keperawatan dalam keluarga maka, saran yang dapat
66
3. Keluarga harus tetap mempertahankan kesatuan dalam keluarga untuk mengatasi setiap
4. Anggota keluarga yang sudah memeriksakan diri diharapkan dapat melanjutkan program
67