Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah. Pada
manusia untuk menghasilkan keturunan yang baru diawali dengan peristiwa fertilisasi. Sehingga
dengan demikian reproduksi pada manusia dilakukan dengan cara generative atau sexual.Untuk
dapat mengetahui reproduksi pada manusia , maka harus mengetahui terlebih dahulu organ-organ
kelamin yang terlibat serta proses yang berlangsung didalamnya. Sistem reproduksi pada manusia
akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung jawab terhadap
kelangsungan suatu generasi.Untuk kehidupan makhluk hidup reproduksi tidak bersifat vital
artinya tanpaadanya proses reproduksi makhluk hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup
tidak dapat bereproduksi maka kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan
punah, karena tidak dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan
generasiOleh sebab itu, sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa dan bagaimana itu sex
dalam system reproduksi kita.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa saja organ reproduksi pria dan wanita ?
1.2.2 Apa saja hubungan reproduksi di bidang kedokteran ?
1.2.3 Apa saja hubungan reproduksi di bidang keperawatan ?
1.2.4 Apa saja hubungan reproduksi di bidang kebidanan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui organ reproduksi pria dan wanita
1.3.2 Untuk memahami hubungan reproduksi di bidang kedokteran
1.3.3 Untuk memahami hubungan reproduksi di bidang keperawatan
1.3.4 Untuk memahami hubungan reproduksi di bidang kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Organ reproduksi pria dan wanita

A. Organ reproduksi pria

1. Penis
Menurut bahasa penis berasal dari kata phallus yang memiliki arti sebagai ekor. Penis adalah
organ bagian luar dari alat reproduksi, karena penis berada dibagian luar, penis dapat di lihat
dengan mata tanpa bantuan alat apapun. Pada bagian reproduksi penis ini memilki jaringan
erektil yang cukup besar. Jaringan tersbut terdiri dari tiga jaringan, disetiap jaringan mengandung
pembuluh darah yang jumlahnya cukup besar dan beranastomosa.

Di dalam penis terdapat beberapa bagian yang lain :

 Korpus kavernosa – yaitu jaringan ini merupakan kumpulan jaringan erektil dorsal yang
terdiri dari dua kumpulan itu terdapat jembatan dengan jenis jaringan yang dapat dibilang
sama.
 Korpus spongiosum – jaringan ini merupakan jaringan vertal yang lebih kecil di bandingkan
jaringan yang lain. Jaringan ini terletak mengelilingi urerta dan juga jaringan ini berfungsi
untuk melindungi uretra, karena kompenen pada jaringan ini membungkus uretra.
 Gland penis – gland penis adalah bagian penis yang terletak di ujung penis.
Sedangkan pada kavernosa, pada bagian badan kavernosa juga dikelilingi oleh jaringan yang
padat, jaringan itu adalah jaringan penyambung yang disebut tunika albuginea. Sedangkan pada
uretra dalam penis juga dikelilingi oleh jaringan erektil yang memiliki banyak rongga-rongga
yang mengandung banyak pembuluh darah. Darah pada penis ini akan di terima oleh arteria
penis dan akan dibentuk cabang untuk membentuk arteria dorsal dan juga arteri pada bagian
dalam yang memiliki pasangan atau berpasangan. Pada bagian penis ia memiliki darah yang
melimpah, karena penis merupakan organ yang mempunyai suplai darah yang cukup melimpah
pada urat saraf spinal, parasimpatik dan juga pada saraf simpatik, serta pada organ ujung sensoris
lainnya.

Fungsi penis

 Sebagai sarana untuk jalur air seni di buang – penis merupakan saluran, seperti hal nya sebuah
pipa, ia akan digunakan untuk membuang kotoran yang berada di dalam. Melalui penis,
kotoran atau air seni dapat disalurkan keluar agar tidak terjadi penyakit di dalamnya
 Dapat digunakan untuk alat senggama

2. Skrotum
Skrotum merupakan alat yang digunakan untuk membungkus testis. Letak skrotum yaitu diantara
penis dan juga anus. Skrotum terletak di depan perineum. Skrotum ada dua, atau sepasang, ada
skrotum kanan dan skrotum kiri pada bagian ini krotum dibatasi oleh jarignan ikat dan juga otot
dartos. Otot ini memiliki fungsi sebagai alat gerak bagi skrotum hingga skrotum dapat
mengendur dan juga dapat mengerut. Pada bagian skrotum juga memiliki serat-serat yang berasal
dari penerusan otot luring dari dinding perut atau biasa disebut dengan otot kremaster

Fungsi dari skrotum

1. Memberikan lingkungan pada testis yang memiliki suhu dingin antara 1-80c lebih dingin bila
dibandingkan dengan suhu pada tubuh
2. Mengatur suhu pada testis agar tetap terjaga
3. Memberi ruang untuk testis agar dapat bergerak. Baik bergerak menjahui tubuh maupun
bergerrak mendekati tubuh.
3. Testis
Testis adalah organ reproduksi pria yang berada di dalam organ reproduksi, testis ini memiliki
bentuk oval dan juga testis terletak di bagian daalam skrotum, seperti telah dijelaskan diatas tadi
bahwa skrotum adalah alat yang digunakan untuk menjaga testis agar tetap memiliki suhu yang
sesuai dengan suhu pada lingkungannya.

Fungsi testis
1. Digunakan untuk alat penghasil spermatozoa atau sel kelamin jantan
2. Sebagai alat untuk menghasilkan hormone seks testrosteron
3. Menjaga suhu agar spermatogenesis tetap terjadi

4. Epididimis
Bagian ini adalah bagian organ pada alat reproduksi yang memilki bentuk sebagai saluran yang
berkelok kelok, saluran epdidimin berada pada skrotum dan juga berada diluar testis. Apabila
dilihat epdidimis ini berbentuk hampir seperti huruf c

Fungsi epididimis

1. Digunakan sebagai lat penyimpanan


2. Bagian saluran epdidimis merupakan alat untuk pengangkutan
3. Epdidimis merupakan tempat untuk pematangan sperma

5. Vas deferens
Vas deferens merupakan saluran organ reproduksi, vas deferens biasa berbentuk seperti layaknya
tabung.

Fungsi vas deferens

1. Saluran sebagai jalannya sperma ke veskula


2. Tempat untuk menampung sperma
3. Tempat untuk proses pematangan sperma
6. Kelenjar kelamin
Kelenjar kelamin merupakan organ pada kelamin pria. Kelenjar kelamin memiliki tiga bagian
yaitu bagian vesikula seminalis atau disebut kantung air mani, kelenjar prosta, dan juga kelenjar
bulbouretra. Tiga bagian itu

1. Vesikula seminalis atau kandung mani merupakan organ yang berfungsi ungtuk
mensekresikan cairan dalam tubuh yang memiliki sifat basa, selain itu vesikula seminalis ini
berjumlah sepasang yaitu kanan dan kiri
2. Kelenjar prostat adalah organ reproduksi pria yang berada dibawah kandung kemih. Kelenjar
ini berfungsi untuk mensekresikan cairan yang berada dalam kelenjar ini. Cairan ini dan juga
cairan pada seminalis bermanfaat untuk tempat ruang gerak sperma
3. Kelenjar bulboutetra adalah kelenjar yang juga memiliki jumlah sepasang, kelenjar ini
memiliki fungsi untuk menghasilkan lender pada saluran ejakulasi yang memiliki sifat basa.
Kelenjar bulboutetra ini beradi di bawah kelenjar prostat.
4. Saluran ejakulasi
saluran ini memiliki fungsi menghubungkan uretra dengan vesikula seminalis merupakan
bagian dari penis yang memiliki fungsi untuk tempat keluar sperma dan air mani. Jaadi
saluran ini berfungsi untuk meneluarkan airmani disaat melakukan hubungan seksual, dengan
adanya air mani yang berhasil menuju indung telur baru akan terjad masa kehamilan.

B. Organ reproduksi wanita


1. Vagina
Vagina memiliki panjang sekitar delapan sampai dengan sepuluh sentimeter dan terletak diantara
rectum dan kandung kemih. Vagina merupakan membranasea yang berfungsi untuk
menghubungkan rahim ke bagian luar. Vagina yang sehat memiliki sifat yang asam, sifat ini
disebabkan karena adanya degradasi glikogen dan menjadi asam laktat yang dihasilakn oleh
bakteri bacillus. Vagina juga memiliki selaput lender pada bagian terluar dan juga pada lapisan
tengah vagina terdiri dari otot-otot dan lapisan-lapisan lain yang meiliki banyak serat.

Fungsi vagina :

1. Sebagai jalan lahirnya bayi


2. Merupakan tempat ketika sedang melakukan hubungan seksual
3. Tempat untuk menyalurkan darah ataupun menyalurkan lender pada rahim.

2. Uterus atau rahim


Uterus adalah wadah untuk rahim, uterus memiliki berat sekitar 30 gram, uterus juga tersusun
dari lapisan otot otot yang kuat, karena uterus nantinya yang digunakan untuk tempat tumbuh
kembangnya janin, otot pada uterus memiliki sifat yang elastis sehigga bisa berkembang dan
mampu menompang janin pada saat kehamilan. Selain itu pada bagian uterus juga memiliki sel-
sel epitel yang berada di dalam dinding rahim yang memiliki fungsi sebagai membatas uterus.

Bagian uterus :

 Korupus uteri
 Fundus uteri
 Servik uteri

3. Tuba falopi
Tuba fallopi merupakan saluran telur tuba fallopi ini memiliki fungsi untuk membawa sel telur
kedalam rahim, bila dilihat dalam gambar, tuba fallopi memiliki bentuk seperti cabang pada jari,
cabang seperti jari ini biasa disebut dengan fimbriare, fimbriare ini bermanfaat ntuk menjangkau
ke dalam rongga panggul dan bermanfaat untuk mengambil telur, seperti layaknya jari, dia akan
berfungsi untuk mengambil hal yang ada didalamnya dan kemudian dilepaskan pada jalur yang
sudah seharusnya. Sel telur ini akan di alurkan ke dalam rahim.

Fungsi tuba falopi :

 Tempat pertumbuhan pembuahan pada janin, sebelum janin itu masuk kedalam rahim
 Sebagai alat untuk menangkap ovum
 Digunakan sebagai alat pembuahan atau tempat fertilisasi
 Merupakan saluran dari ovum dan sperma sehinggg menghasilkan pembuahan yang
berbentuk janin.

Bagian oviduk :

 Infundibulum
 Pars ampularis
 Pars ismika
 Pars inertitialis

4. Ovarium atau indung telur


Ovarium adalah indung telur yang memiliki fungsi paling utama bagi tubuh, overium
menghasilkan telur guna untuk memupuk dan juga indung telur ini berguna untuk menghasilkan
hormone yang digunakan sebagai reproduksi. Progeseron dan juga estrogen.pada dasarnya
ovarium memang memiliki fungsi sebagai penghasil sel telur, namun ovarium atau indung telur
ini dikendalikan oleh hormone gonadortropin realizing, yang dilpaskan dari sel sel saraf pada
hipotalamus. Sel-sel ini berfungsi untuk mengirimkan berbagi pesan kepada sel-sel bagian
ovarium lainnya melalui kelenjar pituirtara. Kelenjar ini dimanfaatkan oleh ovarium untuk
menghasilkan hormot stimulus folic dan juga hormone luteinizing. Hormone-hormon tersebut
dimanfaatkan oleh ovarium untuk mengontrol siklus pada menstruasi.

5. Mons veneris
Mons veneris atau juga memiliki kata lain mons pubis, kerap sekali disebut sebagai kemaluan,
mons veneris ini merupakan lapisan lemak yang berfungsi untuk menutupi tulang pada
kemaluan.
Fungsi mons veneris

 Sebagai perlindungan untuk kemaluan


 Melindungi tulang dan jaringan yang ada di bagian bawah kemaluan
 Melindungi kemaluan pada saat melakukun hubungan seksual
 Sebagai sarana untuk melayani dan mengamankan organ dari bahaya apapun
 Membantu mearangsang dan menambah daya seksualitas pada pasangan.
 Menghasilkan bau yang dapat merangsang seksual

Mon veneris ini memiliki berbagai macam bagian diantaranya adalah bibir besar, atau labia
minora, lubang vagina dan juga klitoris.

6. Labia mayora
Bagian ini merupakan bagian luar dari kemaluan wanita, bagian ini berbentuk seperti bibir tapi
agak terlihat lebih lebar, pada bagian ini terdiri dari jaringnan kelenjar keringan dan juga
jaringan lemak

7. Labia minora
Sama seperti labia mayora tetapi labia minora ini terletak di dalam labia mayora. Labia minora
ini berfungsi untuk mengatur besar kecilnya seks yang akan dikelauarkan

8. Vestibulum
Organ ini dibatasi oleh labia minora dan organ ini dibatasi oleh pertemuan dua labia minora
vestibilum adalah tempat saluran kencing

9. Hymen
Hymen atau biasa disebut dengan selaput darah wanita, selaput darah wanita adalah selaput
lender yang merupakan suatu lipatan lipatan dan menutimi introits vagina. Hymen atau selaput
darah ini memiliki berbagai macam bentuk seperti bulat dan juga seperti bulan sabit. Ada juga
bentuk yang memiliki pemisah. Bentuk dari selaput ini bermacam-macam ada juga yang lunak
dan ada pula yang kaku. Selaput dara ini hanya dapat dilalui oleh jari kelingking, bila selaput
dara ini masih utuh dan belum terluka.

2.2 Hubungan Reproduksi Di Bidang Kedokteran


Salah satu ciri khas dari manusia adalah sifatnya yang selalu ingin tahu tentang berbagai hal. Rasa
ingin tahu ini tidak terbatas yang ada pada dirinya, tetapi juga ingin tahu tentang lingkungan
sekitarnya, bahkan sekarang ini rasa ingin tahu berkembang ke arah dunia luar. Rasa ingin tahu ini
tidak dibatasi oleh peradaban dan muncul sejak manusia lahir di muka bumi ini. Semua umat
manusia yang hidup di dunia mempunyai rasa ingin tahu walaupun variasi dan takaran
keingintahuannya berbeda-beda. Orang tinggal di tempat peradaban yang masih terbelakang
memiliki rasa ingin yang berbeda dibandingkan dengan orang yang tinggal di tempat maju
(Soeparto, 2000).
Rasa ingin tahu tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitar terkadang bersifat
sederhana dan juga kompleks. Rasa ingin tahu yang bersifat sederhana didasari dengan rasa ingin
tahu tentang apa (Ontologis), sedangkan rasa ingin tahu yang bersifat kompleks meliputi
kelanjutan pemikiran tentang bagaimana peristiwa tersebut dapat terjadi dan mengapa peristiwa
itu terjadi (Epistemologis), serta manfaat apa yang didapat dari mempelajari peristiwa tersebut
(Aksiologis) (Suriasumantri, 1982).
Ketiga landasan utama filsafat ilmu di atas, yaitu Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis
merupakan ciri spesifik dalam penyusunan pengetahuan yang menjelaskan keilmiahan ilmu
tersebut. Ketiga landasan ini saling terkait satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan antara satu
dengan lainnya. Berbagai usaha spekulatif yang bersistem, mendasar dan menyeluruh
dilaksanakan untuk mencapai atau memecahkan peristiwa yang terjadi di alam dan di lingkungan
sekitar. Bila usaha tersebut berhasil dicapai, maka diperoleh apa yang kita katakan sebagai ilmu
dan pengetahuan (Suriasumantri, 1982).
Sama halnya ketika meninjau Ilmu Kedokteran Reproduksi sebagai sebuah ilmu yang ilmiah dan
membedakannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan melalui cara lain. Beberapa
akademisi dan masyarakat awam di Indonesia memang masih kurang familiar terhadap eksistensi
ilmu kedokteran reproduksi terutama karena kajian dan wacana akademis yang sangat terbatas dan
kurang terintegrasi. Namun sebagai suatu ilmu yang telah diakui secara luas, ilmu kedokteran
reproduksi berkembang seiring kompleksitas permasalahan yang ada dengan ketertarikan-
ketertarikan ilmiah yang mulai bergairah dan perlahan menunjukkan eksistensi ilmu ini ke arah
kemapanan.
Secara garis besar, pengertian reproduksi lebih berkaitan dengan aktifitas manusia untuk
mendapatkan keturunan, tetapi untuk itu tentu saja diperlukan organ kelamin dan dorongan seksual
juga. Sedangkan seksualitas atau seks berarti jenis kelamin yang merupakan dimensi lain dari
reproduksi manusia yang jauh lebih luas karena meliputi semua aspek nilai, sikap, orientasi dan
perilaku yang bersifat pribadi dan tidaklah sama dengan kemampuan seseorang untuk sekedar
memberikan reaksi erotik (Pangkahila, 2001).
Perkembangan Ilmu Kedokteran sendiri sebagai induk Ilmu Kedokteran Reproduksi tidak lepas
dari sosok Hippocrates yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Kedokteran Modern. Hippocrates
menjadi sangat berjasa karena “Sumpah”-nya yang sampai saat ini menjadi dasar Sumpah
Kedokteran di seluruh dunia. Hippocrates adalah gambaran sosok filsuf yang mengabdikan seluruh
hidupnya bagi usaha kemanusiaan, berkelana menuntut ilmu sambil melakukan pengabdian
kepada sesamanya di bidang pengobatan.
Ontologis Ilmu Kedokteran Reproduksi
Kajian ontologis spesifik menjawab hakekat suatu ilmu dan membahas tentang “apa” itu yang
ingin diketahui. Ontologis berperan dalam perbincangan mengenai pengembangan ilmu, asumsi
dasar ilmu dan konsekuensi penerapan ilmu. Ontologis merupakan sarana ilmiah untuk
menemukan jalan penanganan masalah secara ilmiah. Ontologis berperan dalam proses konsistensi
ekstensif dan intensif dalam pengembangan ilmu (Van Peursen, 1985).
Ontologis merupakan salah satu obyek lapangan penelitian kefilsafatan yang paling kuno. Dasar
ontologis dari ilmu berhubungan dengan materi yang menjadi obyek penelaahan ilmu, ciri esensial
obyek yang berlaku umum. Ontologis ilmu mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diuji
oleh indera manusia. Jadi kajian ontologis masih dalam jangkauan pengalaman manusia atau
obyeknya bersifat empiris dapat berupa material, seperti ide-ide, nilai, tumbuhan, binatang, batu-
batuan dan manusia itu sendiri (Supriyanto, 2003).
Ilmu Kedokteran Reproduksi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari aspek reproduksi dan
seksualitas manusia ditinjau dari sisi kedokteran. Ilmu ini menjadikan organ reproduksi dan
seksual manusia sebagai obyek utama dalam pembelajarannya. Secara empiris, berbagai gejala
yang dapat diamati indera, kondisi klinis yang normal maupun abnormal (penyakit) dan
pengalaman pada fungsi organ reproduksi dan seksual manusia, semuanya akan ditelaah seutuhnya
dalam ilmu kedokteran reproduksim, baik yang terlihat jelas (organ kelamin), berukuran mikros
(sel sperma dan telur) dan psikososial (gangguan psikis), dan bukan mengkaji benda jasmani saja.
Bagaimana tatanan dan struktur dari obyek yang dipelajari ilmu kedokteran reproduksi sebagai
doktrin berpendekatan holistik, hendaknya terlebih dahulu memandang aspek reproduksi manusia
sebagai suatu sistem keseluruhan yang membentuk manusia selaku obyek sekaligus juga subyek.
Tidak lupa untuk tetap memperhatikan keadaan lingkungan sebagai variabel bebas yang secara
tidak langsung turut serta mempengaruhi kondisi kejiwaan manusia sebagai obyek. (Pangkahila,
2001)
Wujud hakiki dari obyek yang ditelaah ilmu kedokteran reproduksi adalah berbagai kondisi pada
organ reproduksi dan seksual manusia terutama permasalahan-permasalahan yang dapat diamati
dan dirasakan indera, dan penyakit ataupun gangguan yang mempengaruhi status kesehatan umum.
Abstraksi wujud dari obyek tersebut haruslah dapat dinilai, apakah dalam keadaan normal atau
sakit, dan bagaimana pengaruhnya pada produktifitas individu manusia secara keseluruhan.
Gangguan apa yang terjadi pada sistem reproduksi maupun seksual. Solusi kongkrit apa saja, guna
menanggulangi kemungkinan turunnya produktifitas manusia yang bersangkutan.
Sedangkan hubungan wujud obyek telaah ilmu kedokteran reproduksi dengan daya tangkap
manusia adalah bersifat sebab-akibat dan linear. Suatu kondisi bisa memperburuk fungsi organ
reproduksi dan seksual, seperti terjadinya proses penuaan, perilaku yang beresiko, munculnya
keganasan sel, kriminalitas biologi, ketimpangan gender, buruknya higienis pribadi dan rendahnya
sanitasi lingkungan dan lainnya. Sebaliknya dengan menerapkan pola hidup yang bersih dan sehat,
menghindari penyebaran infeksi, menjaga kebugaran tubuh, memperbaiki higienis dan sanitasi,
serta menghormati hak asasi bisa menjadi pilihan ampuh untuk kondisi kesehatan yang lebih baik.
Epistemologis Ilmu Kedokteran Reproduksi
Telaah epistemologis merupakan cabang dari filsafat ilmu yang berurusan dengan hakikat, teori
dan ruang lingkup “bagaimana” proses menjadi ilmu. Meliputi pengandaian-pengandaian dan
dasar-dasar serta pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai ilmu pengetahuan yang dimiliki.
Epistemologis membahas secara mendalam segenap proses yang terlibat dalam usaha untuk
memperoleh ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan metode keilmiahan dan
sistematika isi dari berbagai ilmu termasuk ilmu kedokteran reproduksi.
Metode keilmuan merupakan suatu prosedur wajib yang mencakup berbagai tindakan, pemikiran,
pola kerja, cara teknis, dan tata langkah untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang baru atau
sebaliknya mengembangkan wawasan yang telah ada. Sedangkan sistematisasi isi ilmu dalam hal
ini berkaitan dengan batang tubuh dari ilmu pengetahuan, letak peta dasar, pengembangan ilmu
pokok dan cabang ilmu yang akan dibahas di sini (Purnomo, 2007).
Salah satu ciri yang patut mendapat perhatian dalam epistemologis dari perkembangan ilmu pada
masa modern adalah munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu
merupakan kritik terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan yang sempurna
tidak boleh mencari keuntungan, namun haruslah bersikap kontemplatif. Diganti dengan
pandangan bahwa ilmu pengetahuan justru harus mencari untung yang artinya dipakai untuk
memperkuat kemampuan manusia di bumi ini (Bakhtiar, 2005).
Guna menjawab bagaimana proses umum menimba ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran
reproduksi, maka selayaknya didahului dengan pemikiran sederhana yang bersumber dari
pengalaman empiris manusia. Berbagai fenomena yang terjadi, faktual di seputar organ reproduksi
dan seksual, seperti gangguan fungsi seksual, sikap pro-kontra terhadap kontrasepsi, epidemi IMS
dan lainnya. Kemudian akan dirangkum, dibuatkan suatu karya penelitian dengan metode tertentu
yang rasional untuk mencari dan menjawab teori secara ilmiah, apakah ilmu tersebut dapat
diterima atau tidak.
Sebagaimana pengetahuan lainnya bahwa terbentuknya ilmu kedokteran reproduksi adalah hasil
dari penggabungan beberapa ilmu dasar dan kekhususan. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi
dasar kurikulum pendidikan ilmu kedokteran reproduksi yang dituangkan dalam silabus mata
kuliah dan dialokasikan sesuai prioritas dalam bentuk SKS (satuan kredit semester). Sebagai
contoh, dari kurikulum mata kuliah yang selama ini dijalankan oleh program pendidikan magister
ilmu biomedik kekhususan ilmu kedokteran reproduksi Universitas Udayana sebagai berikut
(Subratha, 2007) :
Ilmu Kedokteran Dasar dan Keilmiahan :

1. Filsafat Ilmu : Ilmu yang mengkaji bagaimana ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana
cara untuk memperolehnya.
2. Metode dan Etika Penelitian : Ilmu yang membahas teknis dan etika dalam melakukan
suatu riset yang ilmiah.
3. Statistik Kedokteran : Ilmu yang mempelajari aplikasi statistik dalam dunia kedokteran
terutama dipergunakan dalam analisis penelitian.
4. Biologi Molekuler : Cabang dari ilmu biologi yang mengkaji kehidupan dalam skala sel.
5. Genetika Kedokteran : Ilmu yang memperlajari aspek pewarisan dan variasi sifat pada
organisme.
Ilmu Kekhususan Kedokteran Reproduksi :

1. Seksologi Kedokteran : Ilmu kedokteran yang mempelajari perilaku dan aktifitas seksual
manusia.
2. Andrologi : Ilmu yang spesifik mengkaji aspek reproduksi dan seksualitas pada laki-laki.
3. Obstetri dan Ginekologi : Ilmu yang mengkaji aspek reproduksi dan seksualitas pada
wanita.
4. Patofisiologi Reproduksi : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari kondisi fisiologis
dan patologis dari organ reproduksi.
5. Embriologi Kedokteran : Ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dari fertilisasi
hingga menjadi bayi.
6. Spematologi : Ilmu kedokteran yang mempelajari sperma dan atau cairan sperma disertai
keterampilan laboratorium klinis.
7. Endokrinologi : Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem endokrin atau
hormonal.
8. Infertilitas dan Kontrasepsi : Ilmu yang spesifik mengkaji mengenai aspek kesuburan dan
kontrasepsi pada pria dan wanita.
9. Infeksi Menular Seksual dan HIV/AIDS : Ilmu yang spesifik mengkaji mengenai berbagai
IMS termasuk HIV/AIDS.

Aksiologis Ilmu Kedokteran Reproduksi


Dasar aksiologis berarti nilai yang berkaitan dengan “kegunaan” dari suatu ilmu pengetahuan yang
telah diperoleh, seberapa besar sumbangan ilmu tersebut bagi kebutuhan umat manusia.
Merupakan fase yang paling penting bagi manusia karena dengan adanya ilmu, maka segala
keperluan dan kebutuhan manusia menjadi terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah
(Purnomo, 2007).
Aksiologis ilmu membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
dipelajarinya. Bila persoalan value free dan value bound ilmu yang mendominasi fokus perhatian
aksiologis pada umumnya, maka dalam hal pengembangan ilmu yang relatif baru seperti ilmu
kedokteran reproduksi ini, dimensi aksiologis akan diperluas lagi sehingga secara inheren
mencakup dimensi nilai kehidupan manusia, seperti etika, estetika, religius (sisi dalam) dan juga
interelasi ilmu dengan aspek-aspek kehidupan manusia dalam sosialitasnya (sisi luar). Kedua sisi
merupakan aspek penting dari permasalahan transfer ilmu pengetahuan (Bakhtiar, 2005).
Berdasarkan aksiologis, terlihat jelas bahwa permasalahan utama dari ilmu berkaitan dengan nilai.
Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika. Etika mengandung dua arti, yaitu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan antara hal, perbuatan atau manusia lainnya. Sedangkan estetika berkaitan dengan
nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena disekelilingnya.
Berkaitan dengan ilmu kedokteran reproduksi sebagai sebuah ilmu, maka tentu perlu dikaji
mengenai aspek aksiologisnya. Sebagai cabang ilmu kedokteran yang baru, maka ilmu kedokteran
reproduksi memiliki banyak manfaat yang positif bagi kehidupan manusia baik nilai etika maupun
estetika (Subratha, 2007). Adapun beberapa manfaat yang sekiranya bisa didapat dari
mengamalkan ilmu kedokteran reproduksi, yaitu :

1. Memiliki kemampuan guna mengidentifikasi dan menganalisis berbagai masalah di


lingkup kesehatan reproduksi dan seksual yang menghambat terwujudnya keluarga atau
individu manusia yang bahagia dan sejahtera.
2. Memiliki kemampuan untuk memecahkan dan menangani berbagai masalah kesehatan
reproduksi dan seksual sehingga dapat membantu masyarakat dalam mewujudkan keluarga
yang bahagia dan sejahtera.
3. Memiliki kemampuan untuk memberikan pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual
kepada masyarakat sehingga terhindar dari perilaku yang merugikan, dan selanjutnya
mampu membentuk keluarga atau individu manusia yang bahagia dan sejahtera.
4. Mendapatkan keterampilan untuk melakukan penelitian demi memperoleh dan atau
memperbaiki teori, cara, teknik atau bahan yang bermanfaat untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi dan seksual.

Terkait dengan kaidah dan pilihan moral dalam ilmu kedokteran reproduksi, maka ilmu tersebut
juga mengandung esensi etika yang harus diiringi dengan tanggung jawab sosial sebagai seorang
dokter, paramedis maupun konselor. Wajib pula dibaluti prosedur atau metode ilmiah dengan pola
pikir yang rasional dan pendekatan secara deduktif atau induktif. Berbagai keterampilan dengan
status gelar yang didapat setelah menyelesaikan pendidikan ilmu kedokteran reproduksi akan
menjadi bekal untuk mendapatkan penghasilan.
Hakikat nilai estetika juga terkandung dalam berbagai praktek ilmu di lapangan, proses penelitian,
keterampilan klinis dan laboratorium sederhana yang berhubungan. Kesemuanya akan bermuara
di akhir, menghasilkan manfaat yang utama guna membentuk paradigma baru dalam dunia
kesehatan reproduksi dan seksual yang mendukung tercapainya individu manusia atau keluarga
yang bahagia dan sejahtera.
2.3 Hubungan Reproduksi Di Bidang Keperawatan
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik,
mental dan kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi.
Sehingga pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit saja
melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan memuaskan
sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000).Peran perawat dalam kesehatan reproduksi
yaitu :
a. Pemberi asuhan keperawatan: memperhatikan keadaan kebutuhan dasar pelayanan
kesehatan reproduksi
b. Edukator: meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan
tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan
c. Kolaborator: mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi
atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya
d. Advokat klien: membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan berbagai
informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
keputusan, melindungi hak-hak pasien
e. Pembaharu dan peneliti: mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang
sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
f. Konsultan: tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan
2.4 Hubungan Reproduksi Di Bidang Kebidanan
Bidan adalah seorang perempuan yang telah lulus pendidikan kebidan yang diakui oleh
pemerintah. Penempatan bidan disetiap desa diharapkan dapat menurunkan angka kematian ibu
dan bayi pada saat proses persalinan, memberikan wawasan kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga kesehatan dan melakukan penelitian terapan dalam bidang kesehatan sesuai
dengan peran dan fungsi bidan.Peran bidan sebagai berikut:

1. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan


2. Memberikan pelayanan dasar pada anak, remaja dan wanita pra nikah dengan melibatkan
klien.
3. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama hamil normal
4. Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan
keluarga
5. Menentukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien atau
keluarga
7. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB
8. Memberikan asuhan kebidanan pada wanita gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam
masa klimakterium dan menopause
9. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi, balita dengan melibatkan keluarga
10. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD, AKBK, pemberian
suntikan, tablet, kondom, diagfragma, jelly dan melaksanakan konseling.
11. Memberikan pelayanan efek samping pelayanan kontrasepsi.
12. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar
kompentensi dan pelaksanaanya berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan
untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru. Alat
reproduksi pria terdiri dari : penis, skrotum, testis, epididymis, vas deferens, dan kelenjar
kelamin. Alat reproduksi wanita terdiri dari : vagina, uterus, tuba falopi, ovarium, mons veneris,
labia mayora, labia minora, vestibilum, dan hymen. Hubungan reproduksi di bidang kedokteran
yaitu bagaimana proses mempelajari ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran reproduksi
karena dalam ilmu terdsebut terdiri dari beberapa ilmu. Hubungan reproduksi di bidang
keperawatan yaitu memperhatikan keadaan kebutuhan dasar pelayanan kesehatan reproduksi.
Hubungan reproduksi di bidang kebidanan yaitu memberikan asuhan kebidanan kepada klien
dalam masa persalinan dengan melibatkan keluarga.
3.2 Saran
Demi penyempurnaan makalah ini, kami tentunya mengharapkan kritikan dan saran dari
para pembaca terutama dari dosen pembimbing kami. Demikian makalah ini kami buat semoga
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://burangasitamaymo.wordpress.com/2015/06/25/makalah-konsep-kebidanan-peran-dan-
fungsi-bidan/comment-page-1/

https://pramareola14.wordpress.com/2010/01/21/ilmu-kedokteran-reproduksi-perspektif-filsafat-
ilmu/

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Peran%20dan%20Tanggung%20Jawab%20Perawat.pdf

http://dosenbiologi.com/manusia/alat-reproduksi-manusia

Anda mungkin juga menyukai