Anda di halaman 1dari 126

PEKERJAAN FONDASI

1
IR. DJOKO WILOPO, IP, MM
PEKERJAAN FONDASI
• Perkembangan Teknologi Fondasi sekarang
ini maju dengan pesatnya
• Untuk bangunan-bangunan yang super tinggi
kedalaman fondasi dapat mencapai 50 meter
• Untuk setiap struktur bangunan diperlukan
perencanaan fondasi yang tepat , benar ,
ekonomis dan mudah dilaksanakan agar
tanah dibawahnya kuat mendukung beban-
beban vertikal dan horizontal yang timbul
nantinya
• Akan sangat ideal jika SDM memahami ilmu
mekanika tanah dan soil investigation, 2
FONDASI TIANG PANCANG
Dikelompokkan menjadi 3 kelompok :
1. Large displacement pile terdiri dari tiang dengan
penampang yang solid atau hollow dengan ujung
ditutup, yang dipancang kedalam tanah sehingga
memindahkan tanah yang ditempati fondasi. Contoh :
Kayu dolken, Beton precast, Beton prestressed, Pipa
baja (ujung ditutup), dsb.
2. Small displacement pile dapat dipancang atau dijacking,
namun pipanya relative lebih kecil, contohnya tiang baja
roll atau baja penampang H atau I.
3. Non Displacement Pile, dibentuk dengan pertama kali
memindahkan tanah dengan rotary auger. Beton
dimasukkan kedalam lobang dengan casing atau tanpa
casing. Casing tersebut dapat ditarik selama
pengecoran (bored pile). 3
PEMILIHAN TIANG PANCANG
Pemilihan tiang pancang yang tepat sangat ditentukan
faktor-faktor berikut ini :
(a). Lokasi dan jenis dari bangunan/struktur
– Beberapa bentuk tiang displacement adalah pilihan
pertama untuk bangunan laut.
– Tiang beton precast atau prestressed solid dapat
digunakan dalam air yang relatif dangkal
– Untuk air yang dalam tiang solid menjadi terlalu berat.
Sehingga pipa baja lebih favorable.
– Tiang baja pipa lebih disukai dari pada baja profil H atau
I, karena pipa lebih kecil menerima gaya perlawanan
dari ombak atau arus laut.
– Pipa baja diameter besar juga merupakan pilihan
ekonomis untuk meredam permasalahan gaya kejut
ombak laut atau kapal bersandar.
– Untuk bangunan didarat, banyak pilihan. Tiang bor
(bored piled) dapat dibuat sampai diameter yang besar 4
dan dalam
(b) Kondisi tanah setempat
– Kondisi tanah kohesif yang firm hingga stiff,
fondasi bored pile lebih cocok
– Untuk tanah yang lepas, pengeboran harus
dibantu dengan casing.
– Untuk kondisi pemancangan yang sukar, misal
pada tanah lempung (clay) berbatu dan berkerikil,
penggunaan tiang baja pipa dengan dinding tebal
atau tiang baja penampang H adalah lebih cocok
dari pada tiang pancang beton solid.
– Pipa baja dapat dipakai pada pemancangan pada
tanah yang lebih keras.

5
(c) Keawetan
– Tiang pancang kayu, akan mengalami pelapukan
diatas muka air tanah, dan bangunan kelautan akan
mengalami kerusakan akibat serangan organisme
sejenis moluska
– Tiang beton prestress yang dipadatkan sempurna
dan memakai semen tahan sulfat (semen tipe V) tidak
mengalami korosi dalam air laut.
– Tiang baja akan mempunyai umur relative lama
dalam kondisi air tanah normal yang undisturbance
– Untuk air tanah atau air laut yang disturbance, pipa
baja harus diproteksi dengan cat anti korosi atau
katodhic protection.
Dengan telah dipilihnya suatu jenis tiang pancang yang
cocok dengan lokasi dan tipe bangunan untuk suatu kondisi
tanah setempat, dan untuk keawetan tertentu, perencanaan
dilanjutkan dengan peralatan yang dibutuhkan. 6
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
FONDASI TIANG PANCANG
▪ KEUNTUNGAN
1. Tiang pancang dapat dipersiapkan sebelumnya
2. Mutu beton terkontrol
3. Pada waktu pemancangan tidak terganggu air tanah
4. Dapat dipancang dengan panjang sesuai kebutuhan
5. Praktis
▪ KERUGIAN
1. Suara dan getaran pada waktu pemancangan tinggi
2. Kemungkinan pile retak atau patah sewaktu dipancang
3. Displacement pada waktu pemancangan, dapat
mengakibatkan up lift atau heaving (mengurangi skin friction)
4. Untuk daya dukung yang besar, tiang menjadi besar dan
panjang. Hammer juga harus besar. Menjadi tidak praktis.
7
FONDASI

Pada umumnya fondasi untuk bangunan


gedung bertingkat, jalan layang, jembatan,
menggunakan fondasi dalam.
Beberapa alternatif adalah :
• Fondasi Tiang Pancang (Driven Pile)
• Fondasi Frankie Pile
• Fondasi Bored Pile
Fondasi2 tsb. dilengkapi dengan : Pile Caps,
Ground Beam, dan Raft foundation.
8
FONDASI TIANG PANCANG
Ada dua alternatif pelaksanaan, yaitu :
• Dipancang dulu baru digali basement
(umum)
• Digali basement dulu, baru dipancang

Galian
basement

9
TIANG PANCANG CENTRIFUGAL

10
Bila tiang pancang berjarak rapat, dan menimbulkan
soil displacement yang cukup besar, maka untuk
menghindari terjadinya “heaving“, urutan
pemancangan harus dari tengah menuju arah keluar.
30 19 18 7 6

17 8 5

16 9 4

15 10 3

14 11 2

25 13 12 1 31
11
FONDASI TIANG PANCANG
Pile cap

Lapisan tanah
lunak Tiang pancang

Lapisan tanah
Lapisan tanah keras
keras

12
KONSTRUKSI JEMBATAN BETON

13
FONDASI FRANKIE PILE

Alat
tumbuk

Sambil
Casing cor, casing
Pipa diangkat
Pile cap
tremie

Split

14
PEMANCANGAN DENGAN DIESEL HAMMER

15
PILLING FRAMES
HANGING
LEADERS

TRIPORT

16
JENIS-JENIS HAMMER
• Drop hammer.
– Sebuah pemukul dengan berat tertentu
ditarik dengan kabel winch sampai
ketinggian tertentu lalu dijatuhkan ke ujung
tiang pancang yang akan ditanam
– Dengan pukulan yang bertubi-tubi tiang
pancang tersebut akan masuk kedalam
tanah
– Untuk melindungi ujung tiang pancang tidak
rusak karena pukulan, dilindungi dengan
topi pengaman (helmet).

17
Drop Hammer
MINI PILE DRIVER (DROP HAMMER)
Keterangan:
1. Pile Cap (Helmet)  16" x 50 cm
2. Hammer Besi AS,  50 cm x 100
cm, berat 1600 kg
3. Kabel (Sling) Winch Drum  19 mm
x 40 m
4. Pipa Leader  10".M x 9 m
5. Boom  4" x 6 m
6. Mesin (Merk Ford / Mitsubishi)
Type 333 BSD / PS. 120
Power 80 HP / 1500 RPM
7. Winch Drummer Kap. 10 ton
8. Body / Chasis H - 200
9. Pipa Landasan / Scedulle 8" x 6 m
10. H - Beam 100 x 6 m
11. Balok 8/15 x 100 cm
12. Tiang Pancang
13. Pipa Penyangga Leader Beam
14. Leader Beam 450 m 19
PRINSIP KERJA DIESEL HAMMER

20
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG

•METHODE MEYERHOFF

Qu = 40 Nb x Ap +0.2 x N x As

dimana :
Qu = daya dukung ultimit pondasi tiang pancang (ton)
Nb = harga N-SPT pada elevasi dasar tiang
Ap = luas penampang dasar tiang (m2)
As = luas selimut tiang (m2)
N = harga N-SPT rata-rata

Untuk tiang bor dan tiang baja profil H

Qu = 40 Nb x Ap +0.1 x N x As

Harga batas untuk Nb adalah 40 dan harga


batas untuk 0,2N adalah 10 ton/m2
DAYA DUKUNG TIANG PANCANG

Rumus yang umumnya digunakan di lapangan khususnya


untuk Alat Pancang Diesel adalah :
E W 1
R = ---------- x ----------- x -------
S+K W+P SF
Dimana :
R = Daya dukung Tiang Pancang (ton)
W = Berat Alat Pukul (ton)
E = Energi Alat Pancang (ton-cm)
P = Berat Tiang Pancang (ton)
S = Penetrasi pada pukulan terakhir (cm)
K = Perpendekan Elastis Total dari kepala tiang pancang, tiang
dan tanah (cm)
SF = Safety Factor, umumnya diambil antara 3 – 4.
22
Penentuan FK, tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1. Jenis dan kepentingan struktur


2. Variasi kondisi tanah
3. Tingkat kehandalan penyelidikan tanah
4. Banyak dan jenis pengujian tanah
5. Ketersediaan data uji pembebanan didekat lokasi
6. Tingkat pengawasan dan pengendalian mutu pekerjaan
pondasi
7. Probabilitas beban rencana yang akan terjadi
sepanjang masa bangunan
Faktor Keamanan berdasarkan R O’Neil (1989) dan Pugsley (1966)

Bangunan Bangunan Bangunan


Klasifikasi Struktur
Monumental Permanen Sementara

Probabilitas kegagalan
10-5 10-4 10-3
yang dapat diterima

FK (Pengendalian baik) 2,3 2,0 1,4


FK (Pengendalian
3,0 2,5 2,0
normal)
FK (Pengendalian kurang) 3,5 2,8 2,3

FK (Pengendalian buruk) 4,0 3,4 2,8


FLOW PERENCANAAN FONDASI TIANG PANCANG

Kriteria Pemberhentian
Pemancangan

Test Pile Kalendering di site

Beban luar  Ram stroke


 Blow count
Stop/continue driving  Final set
 Rebound
 Kedalaman

Perhit. statik Data tanah

 Type tiang.
 Dimensi.  Type Hamer.
Kedalaman  Ram stroke
 Perhit. dinamik
 Alat pancang  Final set
 Rebound
Handling Tiang Pancang :
• Pada waktu mengangkat, sling dapat diikatkan pada 2 atau 4
titik.
• Pada kasus 2 titik angkat : sling letakkan pada jarak 1/5 L x
panjang tiang pancang dikedua ujung.
• Pada kasus 4 titik angkat : sling letakkan pada jarak 1/5 L x
panjang tiang pancang dikedua ujung ditambah pada jarak 1
meter dari titik-titik tersebut.

a = 60 0 - 90
0

a a

1/5 L 3/5 L 1/5 L 26


Penumpukan Tiang Pancang di lapangan :
– Atur trailer pengangkut tiang pancang berhenti di site
dekat lokasi titik pemancangan
– Siapkan balok kayu (5/10) diatas tanah padat dengan
jarak dan posisi yang benar
– Turunkan tiang pancang dari trailer dengan hati-hati dan
cara yang benar
– Setelah tumpukan tiang pertama ini fixed, tempatkan lagi
balok (5/10) diatas tumpukan tiang pancang pertama
dengan jarak dan posisi yang sesuai dengan balok alas
yang ditempatkan dibawah tumpukan pertama.
– Tempatkan lagi tiang pancang untuk tumpukan kedua,
dan seterusnya (maksimum 3 tumpukan).
– Letak balok kayu pada jarak 1/5 L dari ujung tiang
pancang.
27
Penarikan tiang pancang ke titik pemancangan :

– Angkut tiang pancang ke samping alat pancang dengan


fork lift atau diangkat dengan crane dari tumpukan tiang
pancang.
– Geser / tarik tiang pancang dengan sling milik alat
pancang ke titik pemancangan.
– Pengikatan sling pada jarak 1/3 L dari ujung tiang.

28
Topi Pancang (helmet) :
• Topi pancang letakkan pada kepala tiang,
fungsinya untuk melindungi ujung tiang pancang
dari pukulan hammer dan juga berfungsi untuk
meratakan energi pemukulan ke tiang pancang.
• Topi pancang dapat dibuat dari plat baja tebal
15 – 25 mm
• Hammer dan tiang pancang yang bertopi harus
terletak pada satu garis sumbu
• Ukuran topi harus pas dengan kepala tiang yang
berfungsi meratakan energi pukulan
• Antara f topi dan f tiang tidak boleh terlalu
longgar, kelonggaran dibatasi maksimum 15 mm

29
Bantalan kepala tiang pancang :

• Gunakan bantalan kayu atau multiplek diantara kepala


tiang dan topi.
• Tebal bantalan minimal 10 cm atau multiplek tebal 25
mm - 4 lapis.
• Untuk tiang pancang yang panjang atau dengan
sambungan sebaiknya 15 cm.
• Bila bantalan kayu menerima pukulan, lama-lama akan
rusak/hancur atau terbakar. Kita harus punya serepnya.
Cushion Topi pancang

Multiplek 25 mm

30
Helmet
Proses pemancangan, dilakukan sebagai ber-
ikut :
• Dipasang patok2 posisi rencana tiang pancang
• Diberi nomor urut pemancangan sesuai rencana
• Bila perlu penyambungan, disiapkan dari awal
baik tiang penyambung maupun alat penyambung
• Pemancangan dihentikan bila final settlement te-
lah memenuhi syarat.
• Penghentian pemancangan harus sepengetahuan
Pengawas yang bersangkutan.

31
Metode Pemancangan :
1. Gunakan alat pancang (crane) dengan panjang boom +/- 12 – 18
meter, panjang leader 18 – 24 meter’ untuk panjang tiang pancang
12 – 18 meter.
2. Gunakan diesel hammer yang sesuai dengan jenis dan kapasitas
tiang pancang.
3. Gunakan topi pancang sesuai dengan ukuran tiang pancang
4. Gunakan bantalan kayu dengan tebal yang sesuai dipersyaratkan
(minimal 10 cm)
5. Penarikan tiang pancang ke titik pancang harus sesuai dengan
yang disyaratkan, serta kondisi tiang pancang harus dijaga dan
masih dalam kondisi baik.
6. Posisi sumbu hammer, tiang pancang dan topi baja harus lurus
dalam satu garis (di level dengan water pas dan unting-unting)
7. Eksentrisitas sumbu tersebut tidak boleh melebihi 10 mm.
8. Tiang pancang harus diletakkan pada posisi yang benar ke diesel
hammer yang ada pada leader dan crane
9. Pukulan pada pemancangan pertama harus diperhatikan soft blow
driving, untuk memastikan bahwa arah pemancangan sudah benar
sesuai dengan yang diinginkan.
10. Mulainya pemancangan untuk setiap tiang pancang adalah bila
pukulan (blow) berlansung kontinyu sampai dengan tiang pancang
mencapai lapisan tanah keras yang diharapkan.
32
11. Bila tiang pancang mencapai tanah keras yang
diharapkan atau / dan telah mencapai kapasitas daya
dukungannya, maka pemancangan harus segera
dihentikan.
12. Over driving (pemancangan berlebihan) harus
dicegah/dihentikan agar tiang pancang tidak
mengalami kerusakan.
13. Bila ada penyambungan tiang digunakan sistem las
(arch welding) tebal las minimum 8 mm, mutu las RB
26 atau RD 260 atau ekivalent AWS – E 6013, JIS G
3523/D 4313.Pada setiap akhir pemancangan harus
dilakukan kalendering untuk mengetahui berapa
setting penetrasi atau penurunan tiang pancang
perpukulan (mm/pukulan).
14. Selama pemancangan untuk setiap tiang pancang
harus diadakan pencatatan yaitu setiap turun 0,5
meter sampai dengan akhir .
33
YANG HARUS DICATAT PADA SETIAP PEMANCANGAN :
1. Tanggal pemancangan
2. Nomor tiang pancang
3. Nomor titik pancang
4. Ukuran dan jenis tiang pancang
5. Tinggi jatuh dan berat hammer
6. Kedalaman dan penurunan tiang pancang
7. Panjang tiang pancang
8. Jumlah pukulan untuk setiap penurunan 0,5 meter dan
total pukulan akhir
9. Ada sambungan las apa tidak
10. Waktu pelaksanaan
11. Penurunan akhir (final settlement)
12. Kapasitas tiang (bearing capacity) atau daya dukung
tiang pancang
13. Level akhir
34
14. Dll.
35
Contoh : Penyambungan Tiang Pancang Wika

• Jenis tiang pancang :


Bulat berongga (round
hollow)
• Jenis sambungan :
Plat sambung baja di las
(welded steel joint plate.

36
37
38
39
40
PENURUNAN TIANG PANCANG

PONTON PANCANG

41
Spesifikasi Diesel Hammer KOBELCO :
Description Satuan K-25 K-35 K-45 KB-60
Overall length mm 4.650 4.650 4.925 5.770
(ft-in) (15-3) (15-3) (16-2) (18-11)
Dia of Anvil Mm 590 700 800 920
(ft-in) (1-111/4) (2-31/2) (2-71/2) (3-1/4)
Distance from Mm 430 490 580 730
centre of (ft-in) (1.5) (1-71/4) (1-103/4) (2-43/4)
hammer to
the centre of
pipe
Max width of Mm 768 881 996 1135
hammer (ft-in) (2-61/4) (2-103/4) (3-31/4) (3-811/16)
Total weight Ton 5.2 7.5 10.5 15.0
(lbs) (11500) (16500) (23200) (33100)
Weight of ram Ton 2.5 3.5 4.5 6.0
(lbs) (5510) (7720) (9920) (13230)
No of blows Blow 39 – 60 39 – 60 39 – 60 35 – 60
/ min 42
Spesifikasi Diesel Hammer KOBELCO :

Description Satuan K-25 K-35 K-45 KB-60


Max energi Ton.m 7.5 10.5 13.5 18
output per (ft-lbs) (54200) (75900) (97600) (130200)
blow
Explosion Ton 108 150 191 246
pressure on (lbs) (238100) (330800) (421100) (331000)
pile
Fuel l/hour 9 – 12 12 - 16 17 -21 24-30
consumtion

Lube Oil l/hour 1.5 2 2.5 4


Consumsion
Bearing ton(lbs) 30 – 100 50 – 150 65 – 200 100– 300
Capacity for (66100- (110200- (143300- (220500-
piles (long 220500) 330700) 440800) 661500)
term)
Mas Better degrees 201 201 201 201
Angle
43
Pemilihan Diesel Hammer untuk tiang WIKA :
Type Alat Pancang Diesel
Diameter Tiang Daya Dukung
(mm) Tiang Tunggal Tiang (ton)
Bersambungan

350 K13 K13/K25 20 – 90

400 K25 K25/K35 30 – 110

450 K25/K35 K35 50 – 140

500 K35 K35/K45 60 – 170

600 K45 K45/K60 80 - 300 44


Pengendalian Mutu

• Pemeriksaan visual kondisi tiang


• Pencatatan pemancangan (kalendering)
• Pemeriksaan sambungan
• Pengukuran set
• Pengukuran as tiang terpancang

45
Pengendalian Mutu

Ga rden Meditera nia


DB-3 dan Test Pile 6

blow s/30 cm , blow s,50 cm

0 25 50 75 100 125
0

10

20
Depth (m )

30

40

50

60

N-SPT Pile Driving


Uji Pembebanan Statik
(Static Loading Test)

47
STATIC LOADING TEST

48
Axial Test
(Sistem Kentledge)
Uji Pembebanan Statik
dengan memanfaatkan reaction pile
H-Beam

Welded

Hydraulic Gauge
Load Gauge Welded
Descending Gauge

Shear Gauge Descending Gauge

Descending Gauge

Reaction Pile
Reaction Pile

Loading Pile

50
Pengujian Dinamik Pondasi Tiang
(Pile Dynamic Analyzer)

51
Dynamic Pile Testing

Dynamic Pile Load Testing provides :


• Immediate results for each hammer blow
• Detects extent and location of pile damage
• An indication of soil resistance during
driving,
• re-strike tests indicate soil set-up or
relaxation
• Traces potential problems to hammer, pile or
soil
• Improves quality control

52
HYDRAULIC HAMMER
• Seperti air / steam hammer, termasuk kelompok
impact hammer
• Energy pemancangan tergantung pada setting
tekanan hydraulic
• Inspector dapat memonitor dari tekanan hydraulic atau
tinggi stroke slide bar

Keuntungan :
• Stroke mudah dikontrol & variabel
• Efisiensi tinggi
• Ringan
• Lebih bersih
• Suara tidak keras (quitter)
53
PERBANDINGAN ANTARA PILE DIESEL HAMMER VS
HYDRAULIC PILE DRIVING
KRITERIA PILE DIESEL HAMMERS HYDRAULIC PILE DRIVING
EVALUASI
Operational • Lebih mudah, lebih praktis • Lebih ribet, harus memakai
& familier power pack, house hyd, dsb.
Controllability • Pukulan dan stroke tidak • Bisa dikontrol
bisa dikontrol • Impact Energy relative tidak
• Impact energy tergantung tergantung soil resistance
soil resistance
Verifiability • Susah memonitor jumlah • Dapat dipasangi alat yang
pukulan memonitor jumlah pukulan
• Susah memonitor kecepat - • Dapat memonitor kecepatan
an dan energy pukulan dan energy pukulan

Efficiency • Lebih murah dan praktis • Lebih mahal biayanya dan


• Dapat memakai PDA (Pile lebih rumit
Dynamic Analyzer)
Environment • Lebih noise, vibration dan • Lebih tenang, lebih bersih
asap hitam dan getaran kurang 54
55
VIBRATORY HAMMER

Vibro Hammer, pada umumnya dipakai


pemancangan/pencabutan pipa baja
atau sheet pile
Vibro Hammer, dijalankan oleh power
pack

56
METODE KONSTRUKSI
PEMANCANGAN SHEET PILE
GAMBAR RENCANA KERJA PEMANCANGAN
SHEET PILE CORRUGATED
GAMBAR RENCANA KERJA PEMANCANGAN
SHEET PILE CORRUGATED
GAMBAR RENCANA KERJA PEMANCANGAN
SHEET PILE CORRUGATED
GAMBAR RENCANA KERJA PEMANCANGAN
SHEET PILE CORRUGATED
GAMBAR RENCANA KERJA PEMANCANGAN
SHEET PILE CORRUGATED
GAMBAR RENCANA KERJA PEMANCANGAN
SHEET PILE CORRUGATED
DURABILITY OF SHEET PILES
SCREW PILE

65
ROTARY
DRILLING RIG

66
Fondasi Bored Pile.
• Untuk fondasi bangunan-bangunan high rise di
perkotaan, fondasi tiang pancang sudah tidak cocok lagi
dan mulai ditinggalkan
• Disamping diesel hammer menimbulkan suara yang
keras juga getaran-getaran yang ditimbulkan akan
mengganggu bangunan yang lain  disarankan fondasi
bored pile
• Untuk jenis fondasi bored pile ini didalam prosesnya
tidak menimbulkan getaran-getaran dan kebisingan
• Disamping itu fondasi bore pile , diameter dan
kedalamannya dapat diatur sesuai kebutuhan daya
dukung yang kita inginkan.
• Diameter bore piled bervariasi antara 300 – 2000 mm
dan kedalamannya dapat mencapai 50 meter
• Daya dukung pada waktu test beban dapat mencapai
2000 ton per titiknya 67
FONDASI BORED PILE

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bored pile :


Tetapkan titik-titik bore pile
Siapkan saluran drainage untuk pembuangan
lumpur dari galian bor
Arah gerakan alat bor, mundur (bila perlu galian
sambil diisi lumpur bentonite)
Sample tanah elevasi akhir, diserahkan pada
Pengawas, untuk persetujuan pemberhentian
boring.
Penurunan rangkaian pembesian, memperhatikan
elevasi rencana
Pengecoran menggunakan sistem pipa tremi
68
SOIL MEC DRILLING AUGER

69
BAUER DRILLING MACHINE

70
Positive Features
1. Economical pile solution for heavy structures on saturated
soil profiles.
2. Noise levels are low and limited to engine noise from the
equipment.
3. There is no vibration.
4. A good range of pile sizes from 900 mm to 1500 mm
diameter.
5. Can be installed to depths of up to 60 meter.
6. Easier to overcome ground obstructions.
7. Able to penetrate moderately hard bedrock materials
more easily than other methods.

Negative Features

1. High establishment costs.


2. Large site area required.
3. Suited to heavily loaded structures only.
4. Only vertical piles can be constructed.
71
APLIKASI BAUER BG SYSTEM
BAUER BG System termasuk rig dan drilling
equipment dapat mengebor diameter antara 250
– 2400 mm dengan kedalaman sampai 70 m.
Pengeboran dapat dipakai sebagai metode :
• Bored piled fondation
• Bore pile walls / soldier pile
• Anchors
• Vertical (wick) drain.
• Dsb.
Bauer equipment dapat dipasangkan pada crawler
crane
72
ROTARY DRILLING RIG (AUGER)
• Untuk tanah yang mudah longsor atau
berpasir, dapat dipakai casing
tambahan
• Kalau ketemu tanah keras, ujung
bucket drilling atau auger dapat
dipasang ekstra lapisan baja keras
(tungsteen) atau diamond (untuk
mengebor bolder/batu).
• Selama pengeboran harus selalu
dimonitor jenis tanahnya, apakah
sudah mencapai lapisan keras yang
diinginkan
• Sebelum pengeboran secara massal,
umumnya dilakukan terlebih dahulu
load test pile .
73
PERLENGKAPAN ROTARY DRILLING RIG :
1. Kelly system (telescopic)
Maksimum 5 (lima) tingkat, berfungsi sebagai batang pemutar.
2. Rotary Drive
Hydraulic Planetary Transmission guna memutar Kelly Bar atau Continues
Flight Auger.
3. Casing
Dipakai kalau tanah mudah longsor atau berpasir. Diameter casing sesuai
dengan kebutuhan.
4. Continues Flight Auger System.
Diameter 450 – 1200 mm, shaft auger berlobang (hollow stem auger) yang
berguna untuk flushing. Panjang dapat sampai 12 – 16 meter.
5. Auger
Dipakai kalau jenis tanahnya kering, cadas, clay atau sandy clay (liat).
Kalau tanahnya keras, berbatu, pada ujung auger dapat kita perkuat
dengan lapisan tunsteen atau hard facing. Untuk mengeluarkan tanah dari
auger, auger diputar balik.
6. Drilling Bucket
Dipakai kalau tanahnya berlumpur / basah campur air.
7. Oscillator .
Oscillator dipakai untuk menggoyang casing agar tidak terjepit dan mudah
diangkat. Pecabutan casing setelah pengecoran selesai. 74
URUTAN KERJA BORED PILE

75
URUTAN PEKERJAAN BORED PILE

76
Kalau tanah mudah longsor,
dapat memakai Bentonite

77
PILE CAP & GROUND BEAM
Permanent Form work
PILE CAP

GROUND BEAM

78
Konstruksi Pile Cap
RAFT FOUNDATION

Raft foundation, biasanya digunakan


pada bangunan gedung bertingkat
tinggi, dengan basement yang dalam

Raft foundation, berfungsi juga sbg pile


cap fondasi tiang(bored pile), dan sbg
pemberat bangunan.

Raft foundation, berbentuk sebagai plat


yang tebal sekali, misal 2 meter,
sehingga perlu metode pengecoran
khusus.
80
PENGECORAN RAFT FOUNDATION,
(sistem papan catur)
Volume tahap pengecoran disesuaikan kemampuan
alat dan tenaga

Di Cor tahap I Di Cor tahap II


(dgn form work) (tanpa form work) 81
GALIAN TANAH BASEMENT
Metode galian tanah basement, ditetapkan
berdasarkan atas kondisi air tanah dan jenis tanah.

Dilindungi
Galian
Slope
Tanpa Bracing /
Dilindungi Strutting
Galian
Basement Dengan Free
Support Cantilever

Galian Ground
Tegak Anchoring

Tanpa
Support
82
GROUND ANCHOR

83
RAMP GALIAN BASEMENT
Bila galian cukup luas dan dalam, sehingga alat
gali dan alat angkut harus turun, maka galian
harus diperlebar untuk keperluan “ramp“
Tahap I

Elevasi dasar galian

Ramp

84
CONTINUOUS PILE
• A contiguous pile wall is simply a row of concrete soldier piles
installed so that each pile is in contact or near contact with piles
on either side of it. There is, however, a relatively large increase
in cost for this system in comparison with concrete soldier piles.
The technique is therefore generally only used in unstable soil
profiles (soft saturated clays or sands) which do not have an
ability to arch between adjacent piles.
• In certain instances the increased overall stiffness of a
contiguous pile wall as compared to concrete soldier piles, may
be significant factor in reducing the risk of adjacent ground
movements. Under these circumstances, a contiguous pile wall
may be preferred even when relatively stable soil conditions
occur.

85
FONDASI JEMBATAN

Sumuran

Abutment
Tiang
Pancang
Fondasi

Tiang
Pancang
Pilar
Tiang
Bor 86
FONDASI SUMURAN ( Abutment )
2. Sumuran beton
disambung dan
diturunkan lagi

3. Sumuran beton 4. Sumuran beton


mencapai elevasi diisi beton cyclop

1. Sumuran beton
diturunkan

87
STRUKTUR FONDASI SUMURAN

ABUTMENT
BETON

LAPISAN TIMBUNAN
YANG DIPADATKAN

SUMURAN

88
FONDASI TIANG PANCANG (Abutment)

Alternatif 2
Alternatif 1

89
STRUKTUR Fondasi TIANG PANCANG

ABUTMENT
BETON
LAPISAN TIMBUNAN
YANG DIPADATKAN

TIANG PANCANG

90
FONDASI PILAR ( Ditengah sungai )

• Untuk jenis tanah dasar yang tidak keras, maka


digunakan fondasi tiang pancang (Driven pile)
Material tiang dapat digunakan pipa baja atau tiang
beton bertulang.

• Untuk jenis tanah yang keras, maka digunakan


fondasi tiang bor (Bored pile).
Khusus untuk bore pile ini, digunakan pipa casing
baja yang dipancang secukupnya, dan ditinggal
sebagai bagian dari struktur.

91
PERSIAPAN FONDASI PILAR

• Fabrikasi tiang (baja atau beton), di site proyek atau


di pabrik (Plant).

• Penumpukkan tiang di site (lokasi proyek).


Disarankan, khususnya untuk tiang beton, agar
posisinya sejajar dengan garis pantai.

• Dipasang titik-titik pengukuran, untuk meng-guide


proses pemancangan. Untuk akurasi setiap titik
pancang, dipandu dengan dua pesawat ukur dari
tempat yang berbeda.

92
FABRIKASI TIANG PANCANG BAJA

Tempat
Fabrikasi
Tiang siap
Pancang

Tempat
Pengecatan
Tempat
Sandblast

Darat Sungai
93
PENUMPUKKAN TIANG PANCANG BETON

DARAT

SUNGAI

PONTON PANCANG

TIANG PANCANG
BETON GARIS PANTAI
94
TITIK - TITIK PENGUKURAN

DARATAN SUNGAI

TIANG PANCANG
1 3
A

2 4
B

TIANG 1, DIPANDU DARI


TITIK A DAN TITIK C
C

95
FONDASI PILAR dengan TIANG PANCANG

• • • •

• • • •

Dasar sungai

96
PELAKSANAAN TIANG BOR

penulangan
Pipa casing

Bor tanah
Beton

97
PENGECORAN PILE CAP BERTAHAP

• • • • •
• •
• • • • •

98
Oprit dikanan dan kiri sebaiknya diselesaikan
dulu , sebelum melaksanakan bangunan atas

OPRIT SELESAI OPRIT SELESAI

99
PENGECORAN PILAR LANGSUNG

Pilar

Steel sheet pile

Dasar sungai

100
BANGUNAN ATAS ( girder & slab )
Pada dasarnya ada tiga alternatip method, untuk
bangunan atas, yaitu :

• Metode Falswork / Shoring (Perancah)

• Metode Cantilever (Konsol)

• Metode Launching (Peluncuran)

101
METODE PERANCAH, untuk Jembatan Beton

ABUTMENT ABUTMENT

Setelah beton cukup strengthnya,


perancah dibongkar
102
METODE PERANCAH, untuk Jembatan Baja

Setelah bout dikencangkan


sepenuhnya , perancah
dibongkar

103
METODE CANTILEVER, untuk jembatan beton

closing

Bila beton closing sudah cukup


strengthnya , perancah dibongkar

104
METODE CANTILEVER, untuk jembatan Baja

Linking steel Jembatan Utama


Jembatan pengimbang

Pemberat

Bila jembatan utama telah duduk pada


abutment , jembatan pengimbang dibongkar

105
METODE LAUNCHING, untuk jembatan Beton

Launching jembatan beton yang besar, dilakukan


dengan cara segmental
Launching nose

Segmen 2 Segmen 1

106
Setelah balok beton mencapai pilar
seberang , Lounching nose dibongkar

107
Setelah Lounching nose dibongkar, Balok digeser
lagi sampai mencapai abutment ujung

108
METODE LAUNCHING, untuk jembatan Baja

Jembatan pembantu Linking steel Jembatan Utama

Pemberat
Roll

Jembatan pembantu Jembatan Utama

Setelah Jembatan utama duduk pada abutment ,


jembatan pembantu dibongkar

109
CABLE STAYED BRIDGE

Struktur cablestayed bridge , terdiri dari tiga


bagian penting, yaitu :

• Pylon : A shape , H shape

• Girder : Beam and slab , Box girder


• Cable : Fan- shape Type , Radiating Type, dan Harp type
: Single plane , dan Double plane

Metode pelaksanaan girder yang digunakan


pada umumnya adalah “ cantilever “
110
METODE PELAKSANAAN CABLESTAYED BRIDGE

111
PROSES PENGECORAN PYLON

Di Cor dengan Jump Form


Tower crane

Kaki Pylon

112
PROSES PENGECORAN GIRDER

Travelling Form di
geser
Cable Stay

Girder Travelling Form

113
ARCH BRIDGE

Struktur Arch bridge , terdiri dari tiga bagian


penting , yaitu :

• Arch Rib ( balok lengkung )


• Pier / Column
• Deck Girder

Metode pelaksanaan yang digunakan adalah


gabungan dari “Cantilever “ dan “ Launching” /
“Perancah”
114
METODE PELAKSANAAN ARCH BRIDGE

Temporary Tower

Temporary cablestay

Segmen 3
Segmen 2

Segmen1

115
PROSES PENGECORAN ARCH RIB

Temporary Cable Stay

Pier

Segmen 2

Segmen 1 Arch Rib ( di cort dengan Travelling Form )

Fondasi Arch Rib

116
SISTEM FONDASI CAKAR AYAM
• Sistim Fondasi Cakar Ayam, ditemukan oleh Prof. Dr. Ir.
Sediyatmo pada tahun 1961 pada waktu kontruksi menara
jaringan tegangan tinggi di Ancol dalam rangka akan
mensupply tenaga listrik untuk fasilitas pesta olah raga Asian
Games di Senayan , Jakarta.
• Dasar idea sistim ini adalah memanfaatkan tekanan passive
tanah. Lapisan tipis concrete slab yang mengapung diatas
tanah akan menjadi kaku disangga pipa yang menyangga
dibawahnya.
• Apabila ada tekanan atau beban pada slab, beban tersebut
akan didistribusi ke pipa-pipa yang menyangganya
• Sistim fondasi Cakar Ayam ini kemudian diaplikasikan untuk
landasan pesawat terbang (Runway, taxiway dan Apron) di
Bandara Sukarno Hatta Cengkareng dimana kondisi tanah
sebelumnya lembek dan banyak rawa-rawa.
• Juga untuk Jl. Tol ke Bandara Soekarno - Hatta 117
PRINSIP KERJA FONDASI CAKAR AYAM
• Dasar idea sistim ini adalah
memanfaatkan tekanan passive tanah.
• Lapisan tipis concrete slab yang
mengapung diatas tanah akan menjadi
kaku disangga pipa yang menyangga
dibawahnya.
• Dan sebaliknya, apabila ada tekanan
atau beban pada slab, beban tersebut
akan didistribusi ke pipa-pipa yang
menyangganya.
• Sistim fondasi Cakar Ayam ini kemudian
diaplikasikan untuk landasan pesawat
terbang (Runway, taxiway dan Apron) di
Bandara Sukarno Hatta Cengkareng
dimana kondisi tanah sebelumnya
lembek dan banyak rawa-rawa.
118
BANDARA SOEKARNO - HATTA

119
KONSTRUKSI CAKAR AYAM

120
PIPA BETON CAKAR AYAM
1. Ukuran pipa :
– diameter luar 1,20 meter - tinggi t1 = 2,00 m
– diameter dalam 1,04 meter - tinggi t2 = 2,20 m
2. Tulangan pipa :
– wire mesh mutu kawat u.50
– diameter kawat 6,4 mm - 14 cm untuk vertikal
– diameter kawat 4,4 mm - 14 cm untuk horizontal
3. Karakteristik beton :
– mutu : K.225
– semen : Type V (sulfate resistance)
– maks. gradasi agrigat : 12,5 mm
– kandungan semen : 310 – 320 kg/m3 beton
– water semen ratio : 0,40 – 0,45
– slump : nol 121
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
• Alat untuk memasang pipa cakar ayam :
– CHADU : Cengkareng Hydraulic Auger Drilling Unit
CHUP : Cengkareng Hydraulic Unit Press
– Alat ini modifikasi dari Excavator Cat 235
• Untuk slab beton, ketebalan beton antara 17 – 20 cm
dengan beton mutu k.350. Tulangan rangkap dengan
wire mesh U-50 Ø 5 mm – 9 cm untuk tulangan atas
dan Ø 6 mm – 13 cm pada tulangan bawah. Dibawahnya
pipa-pipa beton cakar ayam yang berjarak 2,5 m.
Dummy joint setiap 15 m
• Pengecoran beton slab memakai Concrete paver
Gomaco C – 450 yang dilengkapi dengan automatic level
control dan shed protection
• Mutu beton k.350 dengan semen type V – Kujang
• Pemeliharaan beton slab memakai Curing Compound
Cormix 122
CHUP & CHADU

123
CHUP & CHADU

124
FLOW CHART FONDASI CAKAR AYAM
PEMBERSIHAN
LAND CLEARING PRODUKSI PIPA
PIPE PRODUCTION

PENGUPASAN TANAH
STRIPPING
TRANSPORT KE SITE

PEMADATAN TANAH
COMPACTION

PENGHAMPARAN PASIR LAUT


CORAL SAND SPREADING

PEMADATAN PASIR LAUT


CORAL SAND
COMPACTION
LANTAI KERJA
LEAN CONCRETE

PENANAMAN PIPA
PIPES EMBEDDING

PEMBESIAN SLAB PENGECORAN SLAB


SLAB REINFORCEMENT SLAB CONCRETING 125
THANK YOU
ARIGATO
DANKE
SYUKRON
MATUR NUWUN
TERIMA KASIH
HATUR NUHUN
XIE XIE
MERCY
GRACIAS 126

Anda mungkin juga menyukai