Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

Di seluruh dunia, kanker ovarium adalah kanker keenam yang paling


sering didiagnosis. Sekitar dua pertiga wanita yang menderita kanker ovarium
didiagnosis dengan stadium lanjut menurut Federation of Gynecology and
Obstetrics (FIGO). 5 tahun kelangsungan hidup secara keseluruhan relatif rendah
untuk stadium III dan IV menurut FIGO, yang bervariasi antara 23,9 dan 37,0%
tergantung pada jenis histopatologinya. Meskipun operasi debulking dan
pemberian platinum dan kombinasi taxane pada pengobatan lini pertama kanker
ovarium tipe epitel (KOE), pengobatan standar tetap berhubungan dengan tingkat
kelangsungan hidup jangka panjang yang rendah dan tingginya toksisitas
pengobatan. (Dominique Trudel, et al, 2012)
Di Amerika Serikat, kanker ovarium adalah kanker terbanyak dari empat
penyakit keganasan paling mematikan pada wanita, yang peluang kejadiannya
pada setiap kehidupan wanita adalah 1 dari 59 wanita. Di seluruh dunia, angka
kejadian kanker ovarium diperkirakan 204,499 kasus tiap tahun dengan 124,860
kematian (Daniel W. Chan, et al, 2009).
Di Indonesia, menurut Indonesian Society of Gynecologic Oncology 2012,
kanker ovarium menduduki urutan kedua terbanyak setelah kanker serviks. Pada
tahun 2012, kejadian kanker ovarium di Indonesia sekitar 354 kasus. Beberapa
penelitian di Indonesia seperti Kartodimejo di Yogyakarta tahun 1976
mendapatkan angka kejadian kanker ovarium sebesar 30,5% dari seluruh
keganasan ginekologi, Gunawan di Surabaya tahun 1979 mendapatkan 7,4% dari
tumor ginekologi, Danukusumo di Jakarta pada tahun 1990 mendapatkan kejadian
kanker ovarium sebesar 13,8% dari seluruh keganasan ginekologi, dan Fadlan di
Medan pada tahun 1981–1990 melaporkan sebesar 10,64% dari seluruh keganasan
ginekologi. Penelitian yang dilakukan oleh Iqbal (2002-2006) di RSUP H. Adam
Malik Medan didapatkan 128 kasus kanker ovarium (Mofri Lindo, 2014)
Dalam laporan kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai keganasan
pada ovarium dari faktor risiko, etiologi hingga penatalaksanaannya.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

Tumor ovarium adalah neoplasma yang berasal dari jaringan ovarium. Tumor
ovarium berdasarkan konsistensinya bisa bersifat solid atau kistik. Tumor ovarium
berdasarkan histopatologinya bisa bersifat jinak atau ganas. Sembilan puluh
persen tumor ovarium adalah jinak, walaupun hal ini bervariasi dengan umur.
Kebanyakan tumor ovarium jinak bersifat kistik. Tumor ovarium jinak yang
mempunyai komponen padat adalah fibromata, thecomata, dermoid, Brenner
tumor. Tumor ovarium terbagi atas tiga kelompok berdasarkan struktur anatomi
dari mana tumor itu berasal yaitu tumor epitel ovarium, tumor germ sel, tumor sex
cord – stromal.1 Kanker ovarium ganas terdiri dari 90 – 95 % kanker epitel
ovarium, dan selebihnya 5 – 10 % terdiri dari tumor germ sel dan tumor sex cord-
stroma. 1

Gambar 1 Asal mula dari tiga tipe utama kanker ovarium 1

2
II. EPIDEMIOLOGI2

Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker ovarium berasal dari


epithel, yaitu menempati sekitar 85–90% dari seluruh kanker ovarium. Di
Amerika Serikat dalam tahun 1998 dijumpai 25.400 kasus baru kanker ovarium
dan lebih dari separuhnya mengalami kematian (sebanyak 14.500 orang). Juga
dalam tahun yang sama dilaporkan bahwa kanker ovarium merupakan tumor
ganas urutan kelima terbanyak di Amerika Serikat setelah karsinoma paru, usus
besar, payudara, dan pankreas. 2

Dari beberapa penelitian di Indonesia, seperti Kartodimejo di Yogyakarta


tahun 1976 mendapatkan angka kejadian kanker ovarium sebesar 30,5% dari
seluruh keganasan ginekologi, Gunawan di Surabaya tahun 1979 mendapatkan
7,4% dari tumor ginekologi, Danukusumo di Jakarta pada tahun 1990
mendapatkan kejadian kanker ovarium sebesar 13,8% dari seluruh keganasan
ginekologi, dan Fadlan di Medan pada tahun 1981–1990 melaporkan sebesar
10,64% dari seluruh keganasan ginekologi. Angka kejadian kanker ovarium ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut: 2

Negara asal:

Didapatkan angka kejadian karsinoma ovarium yang tinggi pada wanita di negara-
negara industri dibandingkan dengan negara non-industri. Insiden karsinoma
ovarium di beberapa negara dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Ras:

Insiden kanker ovarium per 100.000 penduduk di kalangan kulit putih Amerika
Serikat sebesar 14,2% sedangkan di kalangan populasi Afrika-Amerika hanya

3
sebesar 9,3%.3 Juga Parker16 melaporkan insiden kanker ovarium di kalangan
kulit putih Amerika sebesar 15,8%, di kalangan Indian-Amerika sebesar 17,5%
dan di kalangan China-Amerika sebesar 9,3%.

Usia:

Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa insiden kanker ovarium pada populasi


wanita berusia di atas 50 tahun sebesar 41,4 per 100.000 penduduk, sedangkan
pada wanita yang lebih muda hanya 5,1 per 100.000 penduduk. Dari penelitian
lain dilaporkan bahwa kanker ovarium dijumpai pada dekade delapan yaitu pada
wanita usia 75–79 tahun sebanyak 57 kasus per 100.000 wanita, sedangkan pada
wanita yang berusia antara 40–44 tahun hanya 16 kasus per 100.000 wanita.

Dari penelitian Fadlan14 di Medan tahun 1981–1990 dilaporkan insiden KO


terbanyak pada kelompok usia 41–50 tahun, sedangkan Harahap di Jakarta tahun
1984 melaporkan insiden tertinggi KO terdapat pada kelompok usia 40–70 tahun.

Frekuensi Neoplasma Ovarium (berdasarkan klasifikasi WHO)

Kelompok Frekuensi (%)


Epithelial stromal (common epithelial) tumors 65
Germ cell tumors 20–25
Sex cord–stromal tumors 6
Lipid (lipoid) cell tumors <0.1
Gonadoblastoma <0.1
Soft-tissue tumors (not specific to ovarium)
Unclassified tumors
Secondary (metastatic) tumors
Tumor-like conditions (not true neoplasm)

III. ETIOLOGI

4
Sampai sekarang penyebab dari kistik ovarium belum ditemukan secara pasti,
tetapi beberapa para ahli menyebutkan bahwa individu yang mempunya riwayat
hereditor mengidap tumor presentasenya lebih tinggi daripada yang tidak
mempunyai riwayat tumor.2

Mengenai terjadinya kista ada dua teori. Disebabkan oleh karena


perkembangan yang tidak sempurna pada akhir stadium glastomer. Tumor ini
berasal dari perkembangan sel telur yang tidak dibuahi dalam ovarium.2

Untuk kanker ovarium sendiri, etiologi dari kanker ovarium sampai saat ini
belum diketahui secara pasti, namun beberapa penulis telah melaporkan bahwa
terdapat hubungan antara kejadian kanker ovarium ini dengan beberapa faktor
lingkungan termasuk paparan dengan makanan, virus, dan bahan-bahan industri.4

Faktor Makanan

Makanan yang banyak mengandung lemak hewan telah dilaporkan akan


meningkatkan risiko untuk menderita kanker ovarium. Beberapa negara seperti
Swedia di mana konsumsi lemak hewan per kapitanya tinggi, mempunyai insiden
kanker ovarium yang tinggi dibanding dengan negara Jepang dan China yang
konsumsi lemak hewan per kapitanya rendah. Juga dilaporkan insiden kanker
ovarium yang tinggi didapati pada populasi dengan konsumsi kopi per kapitanya
tinggi. Byers dalam penelitiannya menjumpai adanya hubungan diet yang rendah
serat dan kurang vitamin A dengan peningkatan insiden kanker ovarium.

Faktor Bahan-Bahan Industri

Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa asbes dan komponen dari talk
(hydrous magnesium trisilicate) merupakan penyebab dari terjadinya neoplasma
epitel ovarium. Keal dan juga Graham dalam penelitiannya menemukan
peningkatan kejadian neoplasma ovarium pada wanita-wanita yang dalam
pekerjaannya terpapar dengan asbes. Henderson melakukan penelitian pada babi
hutan dan kelinci yang dipaparkan dengan asbes, ternyata terjadi perubahan sel
epitel ovariumnya menjadi atipik.

5
Juga dilaporkan pada wanita yang menggunakan talk pada pembalut wanitanya
atau sebagai powder pengering di daerah vulva dan perineum, ternyata partikel
dari talk dapat ditemukan pada sel epitel pada ovarium yang normal, kista
ovarium juga pada kanker ovarium.

Langseth, melakukan penelitian pada wanita pekerja di Norwegia yang terpapar


dengan asbes, ternyata pada pemeriksaan histopatologi dijumpai partikel asbes
pada jaringan ovarium dari wanita-wanita pekerja tersebut. Partikel talk tersebut
dapat mencapai epitel ovarium melalui vagina ke uterus dan keluar melalui tuba
fallopii masuk ke rongga peritoneum.

Dilaporkan angka risiko relatif kejadian kanker ovarium sebesar 1,9 pada wanita
yang sering menggunakan bedak talk sebagai pengering pada daerah perineum
dan pembalut wanitanya dibandingkan pada wanita yang tidak menggunakannya.

Faktor Infeksi Virus

Dugaan bahwa virus juga terlibat sebagai penyebab kanker ovarium masih
diperdebatkan. Dijumpai kasus-kasus kanker ovarium yang ternyata mempunyai
riwayat pernah terinfeksi virus mumps (parotitis epidemika) atau menderita
infeksi virus mumps yang subklinis. Juga ada laporan yang menghubungkan
penyebab kanker ovarium ini dengan infeksi dari virus rubella dan virus influenza.

Faktor Paparan Radiasi

Dugaan adanya pengaruh paparan dari radiasi terhadap ovarium telah mendapat
perhatian dari banyak peneliti. Dari penelitian case control terbukti adanya
peningkatan risiko menderita kanker ovarium pada wanita yang terpapar oleh
radiasi, dengan risiko relatif sebesar 1,8. Walaupun ada juga penelitian yang tidak
menemukan hubungan antara kejadian kanker ovarium pada wanita-wanita yang
terpapar oleh radiasi.

Hipotesis Incessant Ovulation

Pada saat terjadi ovulasi akan terjadi kerusakan pada epitel ovarium. Untuk proses
perbaikan kerusakan ini diperlukan waktu tertentu. Apabila proses ovulasi dan

6
kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali terutama jika sebelum penyembuhan
sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa istirahat sel tidak adekuat, maka
proses perbaikan tersebut akan mengalami gangguan sehingga dapat terjadi
transformasi menjadi sel-sel neoplastik.

Hal ini dapat menerangkan tentang terjadinya penurunan kejadian kanker


ovarium pada wanita yang hamil, menyusui atau menggunakan pil kontrasepsi,
oleh karena selama hamil, menyusui, dan menggunakan pil kontrasepsi tidak
terjadi ovulasi. Mosgard dkk. Melaporkan peningkatan kejadian kanker ovarium
dengan odds ratio 2,7 dan 1,9 pada wanita tidak pernah hamil dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai anak.

Faktor lambatnya terjadi menopause, panjangnya usia subur, banyaknya jumlah


abortus spontan dan adanya gejala premenstruasi yang berat, juga merupakan
faktor risiko terhadap kejadian kanker ovarium.

Faktor Hormonal

Pengaruh pemakaian terapi sulih hormonal pada wanita menopause terhadap


kejadian kanker ovarium masih diperdebatkan. Hildreth dkk. tidak menjumpai
peningkatan risiko kejadian kanker ovarium pada pemakai terapi sulih hormonal.
Rodriguez, melaporkan pemakaian terapi sulih hormonal pada wanita menopause
dengan estrogen saja selama 10 tahun, meningkatkan risiko relatif kejadian
kanker ovarium sebesar 2,2. Juga dari penelitian-penelitian lainnya didapatkan
adanya pengaruh hormon gonadotropin, androgen dan progesteron dalam
meningkatkan risiko terhadap kejadian kanker ovarium. Pemakaian pil
kontrasepsi juga dapat menurunkan risiko terhadap kejadian karsinoma ovarium
sebanyak 30% sampai 60%.

Pengaruh pemakaian pil kontrasepsi terhadap kejadian kanker ovarium dapat


dilihat pada tabel di bawah ini:

7
Faktor Paritas

Banyak peneliti yang melaporkan bahwa kejadian karsinoma ovarium menurun


pada wanita-wanita yang mempunyai banyak anak dibandingkan dengan wanita
yang tidak pernah melahirkan dengan risiko relatif berkisar antara 0,5 sampai 0,8.
Keadaan ini memperkuat dasar dari hipotesis incessant ovulation.

Faktor Ligasi Tuba dan Histerektomi

Tindakan ligasi tuba fallopii dalam rangka program keluarga berencana dan juga
tindakan histerektomi ternyata menurunkan risiko kejadian kanker ovarium.
Mekanisme terjadinya penurunan risiko karena tindakan pembedahan ginekologi
ini sampai sekarang belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa dengan dilakukan
ligasi tuba ataupun histerektomi akan mengakibatkan terjadinya pemutusan
hubungan pintu masuk partikel talk dari daerah perineum menuju ovarium.

Faktor Genetik dan Familial

Adanya hubungan yang erat antara terjadinya kanker ovarium dengan faktor
genetik sudah diketahui sejak lama.3 Di Amerika Serikat risiko sepanjang hidup
(lifetime risk) seorang wanita untuk mendapat kanker ovarium adalah 1 dalam 70
atau 1,4%. Pada penelitian Hildreth dkk. didapatkan estimasi odds ratio untuk

8
terjadinya kanker ovarium pada wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker
ovarium adalah 18 dibandingkan dengan wanita yang tanpa riwayat keluarga.
Hampir sebanyak 10% dari kanker ovarium disebabkan oleh karena adanya
mutasi pada gene BRCA1 yang berlokasi pada kromosom 17q dan gene BRCA2
yang berlokasi pada kromosom 13q.

Berdasarkan penelitian epidemiologi, dikenal 3 kelainan genetik yang


berhubungan dengan kanker ovarium. Namun kelainan genetik ini tidak hanya
menyebabkan keganasan pada ovarium saja, akan tetapi juga menyebabkan
keganasan pada organ lain secara bersamaan, sehingga merupakan suatu
sindroma.

Ada tiga sindroma yang dikenal, sesuai dengan urutan yang paling banyak
dijumpai yaitu:

1. Hereditary Breast/ovarian cancer syndrome (HBOC)

2. Hereditary site-specific ovarian cancer

3. Hereditary nonpolyposis colon cancer syndrome(HNPCC)

Adanya riwayat keluarga yang menderita karsinoma mamma dan kanker ovarium
merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker ovarium pada seseorang, seperti
terlihat pada tabel di bawah ini.

Faktor risiko keturunan dari karsinoma ovarium:

9
Gambar 2 Ovarium dan folikel-folikel dalam berbagai tingkat perkembangan

IV. ANATOMI

Ovarium merupakan organ reproduksi pelvis wanita yang merupakan tempat bagi
ovum dan juga bertugas menghasilkan hormone. Merupakan organ yang
berpasangan yang berlokasi pada tiap sisi uterus di antara ligament yang luas.3

Merupakan salah satu alat genital dari wanita. Indung telur pada seorang dewasa
sebesar ibu jari tangan, terletak di kiri dan di kanan, dekat pada dinding pelvis di
fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan uterus dengan ligamentum
suspensorium ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui ligamentum
suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum).3

Ovarium terletak pada


lapisan belakang
ligamentum latum.
Sebagian besar ovarium
berada intraperitoneal
dan tidak dilapisi oleh
peritoneum. Bagian
4
Gambar 3 Organ reproduksi wanita potongan melintang ovarium kecil berada di
dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disanalah masuk pembuluh-pembuluh

10
darah dan saraf ke ovarium. Lipatan yang menghubungkan lapisan belakang
ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesovarium.3

Bagian ovarium yang berada di dalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-
silindrik, disebut epithelium germinativum. Di bawah epitel ini terdapat tunika
albuginea dan di bawahnya lagi baru ditemukan lapisan tempat folikel-folikel
primordial. Pada wanita diperkirakan terdapat banyk folikel. Tiap bulan satu
folikel, kadang-kadang dua folikel, berkembang menjadi folikel de Graff. Folikel-
folikel ini merupakan bagian ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan di
korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam, dan pula dalam tingkat-tingkat
perkembangan dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel sampai
folikel de Graaf yang matang. Folikel yang matang initerisi dengan likuor follikuli
yang mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.3

Pada waktu dilahirkan


bayi mempunyai
sekurang-kurangnya
750.000 oogonium.
Jumlah ini berkurang
akibat pertumbuhan dan
degenerasi folikel-folikel.
Pada umur 6-15 tahun
ditemukan 439.000, pada
16-25 tahun 159.000,
antara umur 26-35 tahun
menurun sampai 59.000,
dan antara 34-45 hanya
34.000. Pada masa
menopause semua folikel
sudah menghilang.

11
V. PATOFISIOLOGI

Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi kospus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5-2 cm
dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan.

Kista ovarium yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-
kadang disebut kista thecalutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat terbentuk
karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes,
HCG menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi
infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH)
atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi
ovarium, terutama bila disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasia dapat
tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta
dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua
jenis sel dan jaringan ovarium.

Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan


(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari
ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.

Sebagian besar tumor pada ovarium dapat disatukan menjadi tiga bagian
besar yaitu:

12
- Tumor permukaan epithelial-stromal

- Tumor sex cord-stromal, dan

- Tumor germ-cell

Tiap kategori termasuk subtipenya. Kombinasi beberapa subtype ditemukan


beberapa kali. Tumor yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih subtype
disebut tipe campuran (mixed), demi tujuan pengklasifikasian, subtype tumor
yang <10% dari keseluruhan tumor, disisihkan dahulu.

Epithelium permukaan ovarium secara histology sama dengan mesotelium,


yang dimana epithelium merupakan garis interior pada pelvis dan cavitas
abdomen. Kesamaan ini, membuat kemiripan secara morfologi antara tumor
stromal epithelial dengan tumor epithelial yang berasal dari sekitarnya pada pelvis
dan abdomen.

Kelompok dari sex cord-stromal yaitu tumor yang berasal dari mesenkim dan
mesonephric. Beberapa dari jenis tumor ini, seperti fibromas dan tekomas,
memiliki penampakan fibrosa, dan beberapa tampak seperti jaringan berasal dari
sel granulose atau bagian dari testicular sex cord, sel Leydig dan sel Sertoli.

Asal dari sel germinal ovarium memiliki kesamaan dengan tumor sel
germinal testicular. Sel germinal tersebut terpisah ketika melakukan migrasi
antara yolk sac dan gonad yang berkembang yang bisa menjadi tumor sel germinal
di luar gonad.

13
Gambar 5 Asal dari tiga tipe utama tumor ovarium Gambar 6 Ovarium Normal

VI. KLASIFIKASI2,4

Atas pertimbangan praktis, tumor-tumor neoplastik dibagi menjadi tumor


jinak dan tumor ganas. Untuk tumor jinak dibagi menjadi tumor kistik dan tumor
solid.

A. Tumor Jinak Ovarium

1. Kistik

1.1 Kistoma ovarii simpleks

1.2 Kistadenoma ovarii serosum

1.3 Kistadenoma ovarii musinosum

1.4 Kista endometroid

14
1.5 Kista dermoid

2. Solid

2.1 fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma.

2.2 Tumor Brenner

2.3 Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)

B. Tumor Ganas Ovarium

1. Tumor-tumor epithelial ovarium

2. Tumor-tumor Stroma Sex-Cord

3. Tumor-tumor sel germinal

4. Tumor-tumor yang berasal dari stroma ovarium

A. Tumor Jinak Ovarium

1. Tumor Kistik

Kistoma ovarii simpleks

Tumor ini mempunyai permukaan rata dan halus,


biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat
menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista
jernih, serus, dan berwarna kuning. Pada dinding kista
tampa lapisan epitel kubik.
Gambar 7 Kista ovarium

Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai)


dengan gejala-gejala mendadak. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa
secara histopatologik untuk mengetahui apakah ada keganasan.

Kistadenoma ovarii musinosum

15
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, kemungkinan
berasal dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen-elemen lain. Ada yang berpendapat bahwa tumor berasal
dari epitel germinativum, sedang penulis lain menduga tumor ini mempunyai asal
yang sama dengan tumor Brenner.

Tumor lazimnya berbentuk multilokuler; oleh karena itu, permukaan


berbagala (lobulated). Kira-kira 10 % dapat mencapai ukuran yang amat besar.
Pada tumor dengan ukuran yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan
ovarium yang normal. Tumor biasanya unilateral, akan tetapi dapat juga dijumpai
yang bilateral.

Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan; yang terakhir ini
khususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degenerative di dalam kista.
Pada pembukaan terdapat cairan lender yang khas, kental seperti gelatin, melekat,
dan berwarna kuning sampai coklat bergantung dari percampurannya dengan
darah.

Sel-sel epitel yang terdapat dalam satu lapisan mempunyai potensi untuk
tumbuh seperti struktur kelenjar; kelenjar-kelenjar menjadi kista-kista baru, yang
menyebabkan kista menjadi multilokuler. Jika terjadi sobekan pada dinding kista,
maka sel-sel epitel dapat tersebar pada permukaan peritoneum rongga perut, dan
dengan sekresinya menyebabkan pseudomiksoma peritonei. Akibat
pseudomiksoma peritonei ialah timbulnya penyakit menahun dengan musin terus
bertambah dan menyebabkan banyak perlekatan. Akhirnya, penderita meninggal
karena ileus dan/atau inanisi. Pada kista kadang-kadang dapat ditemukan daerah
padat, dan pertumbuhan papiler.

Kistadenoma ovarii serosum

Pada umumnya, kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal
epithelium). Biasanya kista jenis ini tak dapat mencapai ukuran yang amat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin,
akan tetapi dapat pula berbagala karena serosum pun daoat berbentuk
multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.

16
Cirri khas kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista
sebesar 50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning,
dan kadang-kadang coklat karena campuran darah. Tidak jarang kistanya sendiri
kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma).

Pada jaringan papiler dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam


stromanya yang dinamakan psamoma. Adanya psamoma biasanya menunjukkan
bahwa kista adalah kistadenoma ovarii serosum papilliferum, tetapi tidak
menunjukkan bahwa tumor itu ganas.

Kista Endometrioid

Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium. Kista
ini yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969, tidak ada hubungannya
dengan endometriosis ovarii.

Kista Dermoid

Sebenarnya kista dermoid adalah satu teratoma kistik yang jinak dimana
struktur-struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning menyerupai
lemak Nampak lebih menonjol daripada elemen-elemen entoderm dan mesoderm.

Gambar 8 Kista Dermoid yang mengalami torsio dan infark6

Tidak ada ciri-ciri yang khas pada kista dermoid. Dinding kista kelihatan
putih keabu-abuan, dan agak tipis. Konsistensi tumor sebagian kistik kenyal,

17
dibagian lain padat. Sepintas terlihat berongga satu, akan tetapi bila dibelah,
biasanya Nampak satu kista besar dengan ruangan kecil-kecil dalam dindingnya.

Tumor mengandung elemen-elemen ektodermal, mesodermal, dan


entodermal. Maka dapat ditemukan kulit, rambut, kelenjar sebasea, gigi
(ektodermal), tulang rawan, serat otot jaringan ikat (mesodermal), dan mukosa
traktus gastrointestinal, epitel saluran pernapasan, dan jaringan tiroid
(entodermal). Bahan yang terdapat dalam rongga kista ialah produk dari kelenjar
sebasea berupa massa lembek seperti lemak, bercampur dengan rambut.

Pada kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai dengan gejala nyeri mendadak
di perut bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.

2. Tumor Ovarium Padat yang Jinak

Fibroma ovarii

Semua ttumor ovarium yang pada adalah neoplasma. Akan tetapi, ini tidak
berarti bahwa semuanya neoplasma yang ganas, meskipun semuanya berpotensi
maligna. Potensi menjadi ganas ini sangat berbeda pada berbagai jenis,
umpamanya sangat rendah pada fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma
embrional yang padat. Fibroma ovarii berasal dari elemen-elemen fibroblastic
stroma ovarium atau dari beberapa sel mesenkhim yang multipoten.

Tumor ini dapat mencapai diameter 2 sampai 30 cm, dan beratnya dapat
mencapai 20 kilogram, dengan 90% unilateral. Permukaannya tidak rata,
konsistensi keras, warnanya merah jambu keabu-abuan. Tentang kepadatan tumor,
ada yang konsistensinya memang betul-betul keras yang disebut fibroma durum,
yang cukup lunak disebut fibroma molle. Kalau tumor dibelah, permukaannya
biasanya homogeny. Akan tetapi pada tumor yang agak besar mungkin terdapat
bagian-bagian yang menjadi cair karena nekrosis. Fibroma ovarii terdiri atas
jaringan ikat dengan sel-sel di tengah-tengah jaringan kolagen. Selain mempunyai
struktur fibroma biasa, kadang terdapat bagian-bagian yang mengalami degenerasi

18
hialin. Mungkin pula terdapat elemen-elemen otot polos (fibroma ovarii) dan
kelenjar-kelenjar kistik (kistadenofibroma ovarii). Fibroma yang besar biasanya
mempunyai tangkai, dan dapat terjadi torsi dengan gejala-gejala mendadak. Yang
penting adalah tumor ini sering ditemukan sindrom Meigs.

Tumor Brenner

Tumor Brenner adalah satu neoplasma ovarium yang snagat jarang


ditemukan, biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Besar tumor ini
beraneka ragam, dari yang kecil (garis tengahnya kurang dari 5 cm) sampai yang
beratnya beberapa kilogram). Lazimnya tumor unilateral yang pada pembelahan
berwarna kuning muda menyerupai fibroma, dengan kista-kista kecil (multikistik).
Kadang-kadang pada tumor ini ditemukan sindrom Meigs. Tumor Brenner tidak
menimbulkan gejala-gejala klinik yang khas, dan jika masih kecil biasanya
ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan histopatologik ovarium. Jika
menjadi besar, yang beratnya dapat mencapai beberapa kilogram, gejala yang
diberikan dapat seperti fibroma.

Maskulinovoblastoma (adrenal cell rest tumor)

Tumor ini sangat jarang,dalam kepustakaan dunia hingga kini hanya


dilaporkan 30 kasus. Tumor ini biasanya unilateral dan besarnya bervariasi antara
0,5-16 cm diameter. Tentang asalnya ada beberapa teori, yaitu tumor berasal dari
sel-sel mesenkhim folikel primordial, teori lainnya mengatakan dari sel adrenal
ektopik dalam ovarium. Beberapa dari tumor ini menyebabkan gejala
maskulinisasi, terdiri atas hirsutisme, pembesaran klitoris, atrofi mamma, dan
perubahan suara.

B. Tumor Ganas Ovarium

1. Kanker epitel ovarium

Kanker epitel ovarium merupakan penyebab kematian lebih dari keseluruhan


keganasan ginekologi di Amerika Serikat. Di seluruh dunia 204.000 wanita
terdiagnosa setiap tahun dan 125.000 wanita meninggal karena penyakit ini.12
Dikarenakan tidak ada test penapisan yang efektif untuk kanker ovarium dan

19
gejala klinis yang kabur pada stadium awal, sehingga tiga per empat pasien
terdiagnosa sudah stadium lanjut. Tipe – tipe histologi kanker epitel ovarium
berdasarkan klasifikasi histologi dari WHO adalah sebagai berikut:

• Serous adenocarcinoma

• Mucinous tumors

o Adenocarcinoma

o Pseudomyxoma peritonei

• Endometrioid Tumors

o Adenocarcinoma

o Malignant mixed mullerian tumor

• Clear cell adenocarcinoma

• Transitional cell tumors

o Malignant Brenner tumor

o Transitional cell carcinoma

• Squamous cell carcinoma

• Mixed carcinoma

• Undifferentiated carcinoma

• Small cell carcinoma

Banyak faktor bisa mempengaruhi resiko timbulnya kanker ovarium. Pil


kontrasepsi oral mempunyai efek proteksi yang terkuat. Analisis dari 12 uji klinis
kasus–kontrol yang terdiri dari 2197 pasien dengan kanker ovarium dibanding
dengan 8893 kontrol wanita menunjukkan odds ratio 0,66–0,7.14 Durasi
penggunaan pil kontrasepsi juga penting. Pada uji klinis kasus–kontrol dari 441
wanita dengan kanker ovarium didapati manfaat pada pemakai pil kontrasepsi
oral lebih dari 3 tahun (OR 0,6).15 Uji klinis kohort dari 17032 wanita

20
menunjukkan keuntungan yang signifikan dari pemakaian pil kontrasepsi oral
selama 8 tahun atau lebih dibanding dengan pemakaian 4 tahun atau kurang.

Tabel Faktor resiko timbulnya kanker ovarium.

Meningkatkan Resiko Menurunkan Resiko

Usia Kontrasepsi oral


Ovulasi Kehamilan
Riwayat keluarga Laktasi
Nulipara
Penyakit polikistik
ovarium
Penyakit inflamasi pelvic
Diet tinggi lemak

Nullipara dan wanita tanpa anak mempunyai dua kali resiko mendapat kanker
ovarium karena berhubungan dengan periode jangka lama ovulasi berulang.17
Menarche awal dan menopause lambat meningkatkan resiko kanker ovarium.
Sebaliknya, menyusukan bayi mempunyai efek proteksi, mungkin dikarenakan
amenorrhoea yang lama.18 Ligasi tuba dan histerektomi mengurangi resiko
mendapat kanker ovarium.19 Secara keseluruhan insiden kanker ovarium
meningkat seiring dengan bertambahnya usia hingga pertengahan 70-an sebelum
berkurang sedikit pada wanita berusia lebih dari 80 tahun.20 Riwayat keluarga
kanker ovarium pada kerabat derajat pertama yaitu ibu, anak perempuan atau
kakak, mempunyai tiga kali resiko mendapat kanker ovarium.

Secara keseluruhan angka ketahanan hidup 5 tahun untuk semua stadium


kanker epitel ovarium adalah 50 %, lebih rendah dari kanker uterus (80%) atau
kanker servix (70%).1 Stadium yang ditentukan dengan operasi adalah variabel
yang paling penting (Tabel 2.2)

Tabel Angka ketahanan hidup 5 tahun untuk setiap stadium FIGO pada kanker
epitel ovarium (n=4911 pasien).

21
Kesempatan yang paling baik untuk mengurangi progresifitas kanker
ovarium adalah pada saat laparatomi pertama pada pasien. Tujuan penanganan
bedah pada saat ini adalah untuk menentukan secara akurat tingkat keparahan
penyakit dan untuk mengurangi volume residual tumor menjadi minimal.5 Dokter
bedah seharusnya mengkonfirmasi diagnosis, menentukan stadium sebaran
penyakit dan kemudian melakukan operasi kuratif atau mengeluarkan sebanyak
mungkin jaringan ganas pada operasi primer (debulking operation) sehingga
memungkinan suksesnya lanjutan kemoterapi atau radioterapi.22 Efektifitas
operasi debulking yang optimal memperpanjang interval bebas penyakit dan
memperpanjang ketahanan hidup.23 Operasi pengangkatan tumor yang agresif,
yang diikuti dengan kemoterapi berbasis platinum, biasanya menyebabkan
perbaikan secara klinis. Akan tetapi hingga 80 % wanita akan terjadi kekambuhan
yang akhirnya menyebabkan bertambah parahnya penyakit dan kematian.1
Prognosis kanker epitel ovarium tergantung pada stadium kanker pada saat
diagnosis, tipe histologi dan grading, volume tumor residu.

2. Tumor germ sel

Tumor germ sel berasal dari element germinal dari ovarium dan terdiri dari
sepertiga dari seluruh neoplasma ovarium. Sub tipe yang paling sering adalah
mature cystic teratoma, juga sering disebut kista dermoid. 95 % dari tumor germ
sel terdiri dari kista dermoid dan biasanya jinak secara klinis. Sebaliknya tumor
ganas germ sel hanya merupakan 5 % dari kanker ovarium ganas di negara –
negara barat.

22
Klasifikasi tumor germ sel ovarium penting untuk menentukan prognosa dan
untuk kemoterapi. Klasifikasi tumor germ sel adalah sebagai berikut:

• Dysgerminoma

• Non dysgerminoma (kanker embrional)

o Differensiasi embrional

 Mixed

 Mature

 Immature

o Differensiasi extra embrional

 Choriocarcinoma

 Endodermal sinus tumour (yolk sac tumour)

 Extraembryonal carcinoma

Tiga ciri khas yang membedakan tumor ganas germ sel dari kanker epitel
ovarium. Pertama, tumor ganas germ sel sering timbul pada pasien usia muda,
biasanya pada usia belasan atau awal duapuluhan. Kedua, kebanyakan terdiagnosa
pada stadium I. Ketiga, prognosis yang bagus walaupun pasien berada pada
stadium lanjut dikarenakan tumor ini sensitif pada kemoterapi. Terapi primer pada
wanita yang masih ingin hamil adalah pembedahan dengan tidak mengorbankan
fertilitas.

3. Tumor sex cord - stromal

Tumor sex cord – stromal terdiri dari berbagai kelompok neoplasma yang
jarang yang berasal dari matriks ovarium. Klasifikasi histologi tumor ovarium sex
cord - stromal dari WHO adalah sebagai berikut:

• Granulosa-stromal cell tumors

o Granulosa cell tumor

23
 Tipe dewasa

 Tipe juvenile

o Kelompok thecoma-fibroma

 Thecoma

 Fibroma/fibrosarcoma

 Sclerosing stromal tumor

• Sertoli-stromal cell tumors

o Sertoli cell tumor

o Sertoli - Leydig cell tumor

• Sex cord tumor dengan annular tubules

• Steroid cell tumors

o Stromal luteoma

o Leydig cell tumor

o Steroid cell tumor tidak spesifik

• Tidak terklasifikasi

• Gynandroblastoma

Sel-sel dalam matriks ovarium berpotensi memproduksi hormon, dan hampir


90 % dari tumor ovarium yang memproduksi hormon adalah tumor sex cord-
stromal. Akibatnya, pasien dengan jenis tumor ini mempunyai gejala dan tanda
klinis dari kelebihan estrogen atau androgen. Reseksi dengan bedah merupakan
terapi primer, dan tumor sex cord-stromal secara umum terbatas pada satu
ovarium pada saat diagnosis. Disamping itu, kebanyakan mempunyai pola tumbuh
yang lambat dan rendah potensi keganasan. Oleh karena sebab-sebab di atas,
hanya beberapa pasien memerlukan kemoterapi berbasis platinum. Walaupun
penyakit kambuhan sering mempunyai respon yang lemah pada pengobatan,

24
pasien dapat bertahan hidup untuk jangka waktu yang lama karena lambatnya
pertumbuhan tumor. Secara keseluruhan prognosis dari tumor sex cord-stromal
adalah baik terutama karena terdiagnosa pada diagnosa awal dan pembedahan
kuratif. Dikarenakan jarangnya tumor jenis ini, membatasi pemahaman perjalanan
penyakit, terapi dan prognosis.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Skrining
Pemeriksaan panggul dibutuhkan bila terjadi ketidaknyamanan abdomen yang
menetap. Meskipun bukan merupakan pemeriksaan rutin yang harus dilakukan,
pemeriksaan berikut ini direkomendasikan dilakukan pada wanita dengan riwayat
keluarga dengan kanker ovarium
o Tes darah CA 125
o Transvaginal ultrasonography (TVS)

Prosedur skrining ini tidak sempurna. Masih dibutuhkan perbaikan metode


skrining demi mengidentifikasi kanker ovarium stadium dini. Beberapa
pemeriksaan yang dapat pula dilakukan untuk mendeteksi adanya neoplasma
ovarium adalah sebagai berikut:

1. Laparoskopi

Untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari uterus, dari ovarium,
atau tidak dan untuk menentukan sifat-sifat tumor tersebut.

2. Ultrasonografi

Untuk menentukan tumor dan batasnya, apakah tumor berasal di uterus,


ovarium atau dari blader, apakah tumor kistik atau solid dan dapat
dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.

Tabel Hal-hal yang mempengaruhi USG


6
Hal-hal yang mengurangi Hal-hal yang meningkatkan

25
temuan Ultrasound pada temuan Ultrasound pada
malignansi malignansi
 Kista berdinding tipis  Thick-walled cyst

 Simple kista  Tumor padat

 Tanpa lokulasi  Kista campuran dan


massa padat
 Onset yang baru
 Bonggol (excrescences)
 Penyusutan ukuran
papilari internal
 Ukuran yang stabil
 Jumlah cairan bebas

 Cepatnya perubahan yang banyak dalam


yang tampak pelvis atau abdomen

 Pembesaran yang
bertahap

3. Parasentesis

Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites, perlu diingat
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritoneal dengan
kista dinding yang tertusuk.

VIII. PENATALAKSANAAN7

Pengobatan untuk neoplasma dari ovarium adalah dengan obat dan operasi.
Untuk obat,berikut beberapa jenis obat yang diakui Food and Drug
Administration (FDA) pada kanker ovarium. Akan tetapi, terdapat beberapa dari
obat ini yang belum diterima oleh FDA, namun telah digunakan secara luas.

 Carboplatin
 Cisplatin

 Cyclophosphamide

 Doxorubicin Hydrochloride

26
 Doxorubicin Hydrochloride Liposome

 Gemcitabine Hydrochloride

 Paclitaxel

 Topotecan Hydrochloride

Kombinasi obat pada kanker ovarium

 Bep
 Carboplatin-Taxol
 Gemcitabine-Cisplatin

Pada operasi, jenis dan luasnya operasi tergantung pada jenis, usia wanita,
dan perlu atau tidaknya wanita hamil lagi, sebaiknya isi kista segera dibuka,
sebelum perut ditutup kembali. Pada wanita yang lebih tua (lebih dari 40 tahun)
jalan yang baik adalah hysterectomy totalis dan salping-oophorectomy bilateral
walaupun tidak ada tanda-tanda keganasan.

Pengobatan pada kanker ovarium didasarkan pada stadium dari penyakit itu
sendiri dimana menggambarkan keadaan atau penyebaran kanker ke bagian tubuh
lainnya. Staging diketahui dari pembedahan (ginekologi onkologi) saat kanker
ovarium diangkat. Selama prosedur pembedahan berlangsung, dokter bedah akan
mengambil potongan kecil jaringan (biopsy) dari lokasi yang bervariasi dalam
cavitas abdominal. Selama prosedur ini dilakukan, bergantung pada tingkatan
(Stadium) dari penyakit tersebut, dokter bedah akan mengangkat hanya salah satu
ovarium saja beserta tuba fallopo atau akan mengangkat kedua ovarium

Kanker stadium I dibatasi pada salah satu atau kedua ovarium. Kanker
stadium II jika salah satu atau kedua ovarium terkena dan menyebar ke uterus dan
atau tuba fallopi atau bagian lain pada pelvis. Kanker stadium III jika satu atau
kedua ovarium terkena dan menyebar ke nodus limfoid atau lokasi lain diluar
pelvis tetapi masih di dalam cavum abdomen, seperti permukaan intestinal atau

27
hepar. Kanker stadium IV jika satu atau kedua ovarium terkena dan menyebar
keluar dari abdomen atau telah menyebar ke dalam hepar.

Pilihan Pengobatan

Ada tiga bentuk dasar pengobatan kanker ovarium. Penanganan primernya


yaitu pembedahan saat kanker diangkat dari ovarium dan dari semua lokasi yang
terkena. Kemoterapi merupakan modalitas penting kedua. Penangnan dengan cara
ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel kanker. Modalitas lainnya
adalah pengobatan dengan radiasi, yang dimana menggunakan tingkatan tertentu.
Seperti menggunakan x-ray energy tinggi untuk membunuh sel kanker.
Pembedahan pada kanker ovarium merupakan cara terbaik bagi para ginekolog
onkologi yang dimana telah terlatih khusus dalam mendiagnosis dan menangani
keganasan ginekologi.

Penanganan kanker ovarium berdasarkan tingkatan penyakitnya, tipe sel


berdasarkan histologist, dan usia pasien serta kondisi lainnya. Tipe sel secara
histology dan luasnya penyakit ini berdasarkan biopsy yang dilakukan oleh
ginekolog onkologis saat pembedahan yang ditentukan oleh ahli patologi yang
menganalisa dengan mikroskop.

Staging Keterangan
I Tumor terbatas pada ovarium

IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak


ada pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel
tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga
peritoneum.

IB Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada
pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel
tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga
peritoneum.

IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu

28
faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada
permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun
pada bilasan cairan di rongga peritoneum.
Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis

IIA Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor di


cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.

II IIB Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya tanpa sel


tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga
peritoneum.

IIC Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel tumor di cairan
asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum.
Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan tumor
pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan/atau metastasis
kelenjar getah bening regional.

IIIA Metastasis mikroskopik di luar pelvis.


III
IIIB Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi ≤
2 cm.

IIIC Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi > 2


cm dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening.
IV Metastasis jauh (di luar rongga peritoneum).

Penanganan Kanker Epitelial Ovarium


Stadium I

Pada umumnya wanita dengan kanker ovarian stadium I akan dilakukan


histerektomi abdominal menyeluruh, pengangkatan kedua ovarium dan
tuba falopi, omentektomi, biopsy nodus limfoid, serta jaringan lainnya di
pelvis dan abdomen. Wanita usia muda yang terkena penyakit ini akan

29
dibatasi pada satu ovarium saja yang biasanya ditangani dengan unilateral
salpingo salpingo-oophorectomy (mengangkat ovarium dan tuba fallopi
yang terkena) tanpa dilakukan histerektomi dan pengangkatan ovarium
lainnya. Omentectomy dan bagian lainnya merupakan tindakan lainnya
yang akan dilakukan ketika pembedahan. Bergantung pada interpretasi ahli
patologi saat pengangkatan jaringan, tidak ada penanganan lebih lanjut
jika kanker masih stadium awal, namun jika tumor pada stadium lanjut
pasien bisa mendapat kombinasi kemoterapi.

Stadium II
Penanganan hampir selalu histerektomi dan bilateral salpingo-
oophorectomy. Setelah prosedur pembedahan, terapi selanjutnya seperti 1)
kombinasi kemoterapi dengan atau tanpa radioterapi 2) kombinasi
kemoterapi.
Stadium III
Penanganannya serupa dengan penanganan pada stadium II pada kanker
ovarium. Setelah prosedur pembedahan, pasien kemungkinan mendapat
kombinasi kemoterapi lainnya diikuti pembedahan tambahan untuk
menemukan dan mengangkat sisa kanker yang ada
Stadium IV
Penanganan berupa pembedahan untuk mengangkat sebanyak mungkin
tumor yang diikuti kombinasi kemoterapi.

IX. PROGNOSIS
Kanker ovarium diprediksi menggunakan beberapa faktor. Beberapa faktor
dalam penentuan prognosis kanker ovarium yang diterima secara luas hanya
stadium, dan pada pasien stadium lanjut adalah luas dari penyakit residual. Faktor
lainnya memang cukup penting, namun masih diperdebatkan, antara lain usia
pasien, grade histopatologi, dan DNA ploidy.

30
BAB III
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. W
Umur : 28 tahun
Pendidikan : SMA
MR : 939281

31
Alamat : Perumahan Belimbing,
Kuranji

Seorang wanita umur 28 tahun masuk ruang rawatan Onkologi Ginekologi


RSUP DR. M. Djamil Padang tanggal 15 April 2016 , kiriman poliklinik dengan
diagnosis :
NOK suspek malignancy.

Riwayat Penyakit Sekarang


• Terasa benjolan di perut bagian bawah sejak 6 bulan yang lalu, bulat, bisa
digerakkan. Benjolan mulai terasa sedikit nyeri sejak 5 minggu yang lalu.
• Pasien menikah sejak 8 bulan yang lalu, belum punya anak.
• HPHT : 6 April 2016
• Riwayat demam, trauma, keputihan (-)
• Riwayat penurunan berat badan drastis dalam 6 bulan terakhir (-)
• Nafsu makan biasa
• BAB dan BAK biasa.
• Keluar darah dari kemaluan diluar siklus haid (-)

Riwayat Menstruasi
Menarche umur 13 tahun, siklus teratur 1 x sebulan, lamanya 1 – 7 hari,
jumlah darah 2 - 3 x ganti duk/hari, nyeri haid (+)

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular, keturunan
dan kejiwaan

32
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : CMC BB : 92 kg
KU : sedang TB : 160 cm
TD : 120/70 mmHg BMI : 35,94
Nadi : 94 x/menit Status gizi : Obesitas
Nafas : 20 x/ menit
Suhu : 37° C

Mata : Konjunctiva tak anemis


Sklera tak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H20
Tidak ada pembesaran KGB
Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal
Abdomen : Status Ginekologi
Genitalia : Status Ginekologi
Ekstremitas : Edema-/-, Reflek Fisiologis +/+, Reflek Patologis-/-

Status Ginekologi
Muka : tak ada kelainan
Mammae : tak ada kelainan.

Abdomen :I : Tampak sedikit membuncit, sikatrik (-)


Pa : Teraba massa kistik setinggi 1 jari di bawah umbilikus,
permukaan rata, bisa digerakkan
Pe : Tympani, pekak diatas massa
A : Bising usus (+) normal
Genitalia:
I : Pubis : pertumbuhan rambut normal
Labia mayora : simetris kiri dan kanan, radang (-), tumor (-)
Labia minora : simetris, radang (-), tumor(-), laserasi(-)

33
Klitoris : besar normal, tertutup preputium klitoridis.
Vulva / uretra : tenang
Inspekulo
Vagina : tumor (-), laserasi (-), fluksus (-)
Portio : NP, ukuran sebesar jempol tangan dewasa,
tumor (-), laserasi (-), fluksus (-), OUE
tertutup
VT/Bimanual :
Vagina : Tumor (-)
Portio : NP, ukuran sebesar jempol tangan dewasa, OUE tertutup.
CUT : sulit dinilai
AP : adneksa kanan : teraba pool bawah tumor di kanan
CD : tidak menonjol

Hasil Pemeriksaan Laboratorium (16/04/ 2016) :


Darah : Hb : 12,9 gr %
Leukosit : 10100/mm3
Ht : 40%
Trombosit : 304.000
PT : 10,2
APTT : 32,4
Hasil Pemeriksaan Laboratorium (18/04/ 2016) :
Darah : Hb : 14,0 gr %
Leukosit : 18500/mm3
Ht : 42%
Trombosit : 319.000

Hasil Pemeriksaan Laboratorium (14/04/ 2016)


Kimia klinik : GDS : 104 mg/dl
Ureum : 24 mg%
Kreatinin : 0,9 mg%
Kalsium : 10,4 mg/dl

34
Natrium : 140
Kalium : 4,0
Klorida : 103
Albumin : 5,0
Globulin : 4,0
SGOT/SGPT : 108/163 U/L

Rontgen Thorax (10/03/2016) : cor dan pulmo dalam batas normal

USG Abdomen (01/03/2016) :

Uterus antefleksi, ukuran 6,3x 2,98 x 3,07 cm

Tidak tampak gambaran mioma dan atau adenomiosis

Tampak gambaran hipoekhoik berbatas tegas, ukuran 15,3 cmx 8,6 cm, papil (+) .
RI : 0,288. Kemungkinan berasal dari adnexa kanan.

Ovarium kiri ukuran 1,39x 1,65 cm.

Kesan : NOK suspek malignancy

CT Scan (02/03/2016) :

35
36
Tampak gambaran efusi pleura bilateral

Tampak gambaran asites

Tampak massa isodens yang berhubungan dengan uterus, bentuk oval, batas tegas,
tepi reguler ukuran 14x10x10 cm

Kesimpulan : Tumor padat ovarium

Asites + Efusi Pleura Bilateral

Diagnosis pra operatif: NOK campur padat susp. Malignancy +Asites +


Efusi Pleura Bilateral

Sikap :

 Cek Ca 125  Hasil : 130,9 U/ml N= <35


 CT scan
 EKG, RO thorak PA
 Konsul Penyakit dalam dan bedah digestif
 Konsul anestesi
Rencana : Laparotomi

Pada tanggal 18 April 2016 jam 10.00 wib dilakukan laparotomi di OK


RSUP DR. M. Djamil Padang
Setelah peritonium dibuka dilakukan eksplorasi, tampak massa bulat putih
keabuan sebesar kepala bayi, perabaan kistik campur padat dengan tangkai

37
terpuntir berasal dari adnexa kiri, tidak terdapat perlengketan dengan organ
sekitar.
Dilakukan pengeluaran massa, saat dikeluarkan massa utuh, kemudian di
insisi dan terlihat massa kistik berisi cairan serous berwarna kekuningan + papil,
namun tidak ditemukan adanya tanda-tanda asites.
Kemudian beberapa bagian seperti omentum, KGB, massa kistik tadi
diambil untuk pemeriksaan PA.

Diagnosa post operatif : NOK campur padat susp. Malignancy

Follow up

15/04/2016
S/ Keluhan (-)
O/ KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMC 120/70 84 20 afebris

A/ NOK campur padat susp. Malignancy + asites + efusi pleura bilateral

P/ - Transamin 3x1 amp

- Metronidazol 3x1 tab


- Eritromisin oral 4x500 mg

16/04/2016
S/ Keluhan (-)
O/ KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMC 120/80 80 20 afebris

A/ NOK campur padat susp. Malignancy + asites + efusi pleura bilateral

P/ - Transamin 3x1 amp

- Metronidazol 3x1 tab


- Eritromisin oral 4x500 mg
- Laxodyn syr

38
17/04/2016
S/ Keluhan (-)
O/ KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMC 110/80 90 20 afebris

A/ NOK campur padat susp. Malignancy + asites + efusi pleura bilateral

P/ - Transamin 3x1 amp

- Metronidazol 3x1 tab


- Eritromisin oral 4x500 mg
- Laxodyn syr

18/04/2016
S/ Nyeri perut(+)
O/ KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMC 110/80 90 20 afebris

A/ NOK campur padat susp. Malignancy , post laparotomy

P/ - Transamin 3x1 amp

- Metronidazol 3x1 tab


- Eritromisin oral 4x500 mg
- Laxodyn syr
- Cefoperazone 2x1 gr i.v
- Pronalges supp
- Asam mefenamat 3x1 tab

19/04/2016
S/ Keluhan (-)
O/ KU Kes TD Nd Nf T
Sdg CMC 110/80 90 20 afebris

A/ NOK campur padat susp. Malignancy , post laparotomy hari ke 2

P/ - Transamin 3x1 amp

- Metronidazol 3x1 tab

39
- Eritromisin oral 4x500 mg
- Laxodyn syr
- Cefoperazone 2x1 gr i.v
- Asam mefenamat 3x1 tab

BAB IV

DISKUSI

Seorang wanita umur 28 tahun masuk ruang rawatan Onkologi Ginekologi


RSUP DR. M. Djamil Padang tanggal 15 April 2016 , kiriman poliklinik dengan
diagnosa NOK suspek malignancy.
Pasien datang dengan keluhan Terasa benjolan di perut bagian bawah
sejak 6 bulan yang lalu, bulat, bisa digerakkan. Benjolan mulai terasa sedikit nyeri
sejak 5 minggu yang lalu, nyeri disebabkan karena kista yang terpuntir. Pasien
menikah sejak 8 bulan yang lalu, belum punya anak. Dari usia pasien bukan
termasuk risiko tinggi untuk menderita suatu keganasan. Berdasarkan teori
dikatakan bahwa kejadian meningkat pada wanita yang tidak pernah melahirkan
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai banyak anak.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan perut tampak sedikit membuncit, teraba
massa kistik setinggi 1 jari di bawah umbilikus, permukaan rata, masih bisa
digerakkan, dari pemeriksaan genitalia yaitu inspeksi dan inspekulo dalam batas

40
normal, dari pemeriksaan VT Bimanual CUT sulit dinilai dan teraba pool bawah
tumor berada di sebelah kanan.
Dari pemeriksaan rontgen thorax (10/03/2016) didapatkan cor dan pulmo
dalam batas normal, USG abdomen tampak gambaran hipoekhoik berbatas tegas,
15,3 cmx 8,6 cm, papil (+), kemungkinan berasal dari adnexa kanan. Dari
pemeriksaan CT Scan tampak gambaran efusi pleura bilateral, tampak gambaran
asites, tampak massa isodens yang berhubungan dengan uterus, bentuk oval, batas
tegas, tepi reguler ukuran 14x10x10 cm

Dari pemeriksaan fisik tumor dikatakan tumor masih bisa digerakkan


sesuai saat intraoperatif tumor tidak lengket ke sekitar dan mudah dikeluarkan .
Hasil yang didapatkan dari USG dan pemeriksaan fisik dan CT Scan pasien
menunjukkan tumor berada di bagian kanan, namun berbeda dengan hasil
intraoperatif tumor berasal dari adneksa kiri. Dari CT Scan asites (+) namun di
intraoperatif tidak ditemukan adanya tanda-tanda asites pada pasien. Dari CT Scan
papil (+) sesuai dengan intraoperatif ditemukan papil-papil saat tumor di insisi.

Hasil dari pemeriksaan USG tampak gambaran hipoekhoik tidak sesuai


dengan hasil intraoperatif karena papil (+) gambarannya lebih tepat hiperekhoik.

41
DAFTAR PUSTAKA

American Medical Association; [cited 2012 21 December]; Available


from: http://www.ama-assn.org/ama/pub/physician-resources/patient-education-
materials/atlas-of-human-body/female-reproductive-system.page#.

Sahil MF. Penatalaksanaan Kanker Ovarium Pada Wanita Usia Muda


Dengan Mempertahankan Fungsi Reproduksi. 2007 19 Juli(Universitas Sumatera
Utara).
Neoplasma Ovarium. 2012(Universitas Sumatera Utara):BAB II.
Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
Katz, Lentz, Lobo, Gershenson. Fifth ed. Philadelphia: Mosbi;2007
Military Obstetrics & Gynecology. The Brookside Associates, Ltd; 2009
[cited 2012 21 Desember]; Available from:
http://www.brooksidepress.org/Products/Military_OBGYN/Textbook/Problems/O
varianNeoplasm.htm.

42
Vivien W. Chen PD, Bernardo Ruiz MDPD, Jeffrey L.K. MD, Timothy R.
Cotey MD, M.P.H., Xiaou Cheng Wu MD, MPH, C.T.R., Catherine N.C. PD.
Pathology and Classification of Ovarian Tumors. 2003 15 May;97(North
American Association of Central Cancer Registries).

43

Anda mungkin juga menyukai