Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS

NEURITIS OPTIK

PEMBIMBING:
dr. Riana Azmi Bastari, Sp.M

Disusun Oleh:
Assifa Ridzki Najiah
2013730013

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


BLUD RUMAH SAKIT SEKARWANGI SUKABUMI
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul
“Neuritis Optik”. Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW yang telah membawa umat manusia ke masa yang menjunjung tinggi
ilmu pengetahuan.

Laporan kasus ini merupakan salah satu tugas dalam menjalankan


kepanitraan Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata RSUD Sekarwangi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Riana Azmi Bastari,
Sp.M yang telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
untuk laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis dan
orang lain.

Sekarwangi, Mei 2018

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

Mata merupakan organ yang mengandung reseptor penglihatan

pada salah satu bagiannnya yang disebut retina. Retina merupakan reseptor

permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana ditunjukan oleh asal

embriologis umum, retina dan jaras-jaras penglihatan anterior (nervus

optikus, kiasma optikus dan traktus optikus) merupakan bagian dari kesatuan

otak yang utuh, yang menyediakan sebagian besar input sensoris total.
Retina dan jaras-jaras penglihatan anterior sering memberi petunjuk

diagnostik penting untuk berbagai gangguan sistem saraf pusat. Penyakit

intrakranial sering menyebabkan gangguan penglihatan karena adanya

kerusakan atau tekanan pada salah satu bagian dari jaras-jaras optikus. Pada

pembahasan ini akan dijelaskan kerusakan yang mengenai nervus optikus

karena peradangan.
Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus

akibat berbagai macam penyakit. Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua

yaitu papilitis dan neuritis retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus

yang disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf optik intraokular dan

dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Sedangkan tipe neuritis

retrobulbar merupakan suatu peradangan di nervus saraf optik

ekstraokular/intraorbital yang terletak pada bagian belakang bola mata,

sehingga tidak tampak kelainan diskus optik dengan oftalmoskop, tetapi

terjadi penurunan tajam penglihatan.

BAB II

3
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Cicurug, 3/1, Kabupaten Sukabumi, Jawa barat
Tanggal Pemeriksaan : 5 mei 2018

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Penglihatan sebagian
b. Keluhan Tambahan : Nyeri pada mata
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke RSUD Sekarwangi dengan keluhan penglihatan mata kanan
hanya sebagian sejak ±14 hari yg lalu. Mula-mula pasien merasakan sakit
pada mata kanannya sejak 3 minggu yang lalu, kemudian matanya bengkak
dan keluar belek selama 1 hari, barulah pandangan pasien berubah menjadi
sebagian pada mata kanan setelah bangun tidur.
Pasien mengatakan pusing nyeri kepala kalau sedang kecapean, pasien juga
mengeluhkan ada mual. Kalau pasien memandang sesuatu terlalu lama, mata
terasa nyeri.
Pasien mengatakan mengalami demam sebelum semua gejala diatas muncul.

d. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien memiliki tidak riwayat penyakit diabetes mellitus dan hipertensi.
Riwayat trauma mata tidak ada.

e. Riwayat Pengobatan
Pasien mengatakan 1 hari sebelum berobat ke RSUD Sekarwangi berobat ke
bakti medicare dan diberi rujukan ke RSUD Sekarwangi.

f. Riwayat Penyakit Keluarga

4
Pasien mengaku keluarga pasien tidak ada yang menderita gejala seperti
pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK

a. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Frekuensi Jantung : 80 x/menit, reguler
Frekuensi Nafas : 20 x/menit
Temperatur : 36,5 0C

b. Status Oftalmologis
Pemeriksaan OD OS
Visus 6/6 6/12
Gerakan bola mata Nyeri saat memandang Normal
lama
Palpebra superior Normal Normal
Palpebra inferior Normal Normal
Pupil Bentuk reguler 3mm, Bentuk reguler 3mm,
refleks langsung (+), refleks langsung (+),
refleks tidak langsung refleks tidak langsung
(+) (+)
Lensa Jernih Jernih
TIO Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Fluorescein Tidak dilakukan Tidak dilakukan

VI. RESUME
Pasien datang ke RSUD Sekarwangi dengan keluhan penglihatan mata
kanan hanya sebagian sejak ±14 hari yg lalu. Mula-mula pasien merasakan sakit
pada mata kanannya sejak 3 minggu yang lalu, kemudian matanya bengkak dan
keluar belek selama 1 hari, barulah pandangan pasien berubah menjadi sebagian
pada mata kanan. Pasien mengatakan pusing nyeri kepala kalau sedang kecapean,
pasien juga mengeluhkan ada mual. Kalau pasien memandang sesuatu terlalu
lama, mata terasa nyeri.
Pasien mengatakan mengalami demam sebelum semua gejala diatas
muncul. Pasien memiliki tidak riwayat penyakit diabetes mellitus dan hipertensi.
Riwayat trauma mata tidak ada. Pasien mengatakan 1 hari sebelum berobat ke

5
RSUD Sekarwangi berobat ke bakti medicare dan diberi rujukan ke RSUD
Sekarwangi. Pasien mengaku keluarga pasien tidak ada yang menderita gejala
seperti pasien.

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Optik Neuritis
2. Neuropati Optik Iskemik Anterior

VII. DIAGNOSIS KERJA


Optik Neuritis ODS

VIII. TATALAKSANA
1. MP 4x 250 mg (12x)
2. Citicolin 2x 250 mg
3. Mecobalamin 2x500 mg
4. Ranitidine 2x1

IX. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Dubia ad bonam


Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam

6
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien ini didiagnosis dengan Optik Neuriti ODS karena dari anamnesis
didapatkan bahwa pasien mengeluhkan kedua matanya kabur secara mendadak
dengan mata kanan mulai kabur terlebih dahulu disertai mata sebelah kiri pada
±15 hari setelahnya/ 2 hari setelah dirawat. Mata kabur yang dirasakan
membuatkan pasien hanya dapat melihat sebagian dari setiap objek. Hal ini sudah
sesuai dengan literatur yaitu salah satu keluhan yang dialami oleh pasien dengan
Optik Neuritis adalah pandangan kabur mendadak pada satu mata (monocular)
kemudian pada mata lainnnya yang berlangsung secara simultan maupun
berlangsung cepat.
Selanjutnya, pasien juga mengeluhkan adanya rasa nyeri pada kedua mata
terutama apabila digerakkan dan melihat objek terlalu lama, tetapi tidak disertai
dengan keluhan mata merah dan mata berair serta pandangan menjadi silau. Hal
ini sudah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa keluhan nyeri
dirasakan pada hampir sembilan puluh persentase pasien, diikuti dengan adanya
penurunan ketajaman penglihatan yang dapat berlangsung dalam hitungan jam
maupun hari, dan memuncak dalam 1-2 minggu. Hal ini dikatakan karena proses
pembentukan kelenjar myelin dan proliferasi saluran natrium di segmental-
segmental saraf telah dimulai dan dapat bertahan lebih dari dua tahun. (Jose
Perez-Cambrodi, 2014)
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa visus menurun pada mata kiri
sedangkan palpebra, konjungtiva, kornea, bilik mata depan dan iris dalam batas
normal. Relative afferent papillary defect (RAPD) tidak ditemukan di kedua-dua
mata pasien. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa pada
kasus papilitis disertai dengan penurunan tajam penglihatan, adanya defek pupil
aferen yaitu pupil berdilatasi karena tidak adanya dorongan aferen pada refleks
cahaya, serta perdarahan peripapil. Terapi yang diberikan kepada pasien terdiri
atas terapi medikamentosa dan juga edukasi. Terapi medika mentosa yang
diberikan terdiri atas: Methyl prednisolon inj 4 x 125mg untuk menurunkan
progresivitas Multiple Sclerosis selama 3 tahun. Terapi steroid hanya

7
mempercepatkan pemulihan visual tapi tidak meningkatkan hasil pemulihan
pandangan visual. Mecobalamin 2 x 500mg untuk memperbaiki nutrisi pada
saluran neuron optik, Citicolin 2 x 250 mg untuk peningkatan fungsi neurologis,
Ranitidine 2x1 tablet untuk profilaksis gastritis. Hal ini sudah sesuai dengan
literature yang menyebutkan bahwa menurut neuritis optikus Treatment Trial
(ONTT), pengobatan dengan steroid bertujuan untuk menurunkan progresivitas
Multiple Sclerosis selama 3 tahun. Selanjutnya pengobatan adalah dengan
mengobservasi jika terdapat keluhan yang memburuk. Pasien juga diedukasi
untuk menghindari paparan debu untuk mencegah perburukan dari bagian mata
lainnya. Pasien juga diminta untuk kontrol 7 hari kemudian untuk mengevaluasi
kembali keluhan pasien. Hal ini sudah sesuai dengan literature yang menyatakan
bahwa dengan terapi yang adekuat, neuritis optikus akan sembuh sepenuhnya.

8
BAB V
KESIMPULAN

Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai
macam penyakit. Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu papilitis dan
neuritis retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh
peradangan lokal di nervus saraf optik intraokular dan dapat terlihat dengan
pemeriksaan funduskopi. Sedangkan tipe neuritis retrobulbar merupakan suatu
peradangan di nervus saraf optik ekstraokular/intraorbital yang terletak pada
bagian belakang bola mata, sehingga tidak tampak kelainan diskus optik dengan
oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan.
Prognosis dan tatalaksana bergantung pada penyakit yang mendasari,
umumnya prognosis yang ditimbulkan baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, S. 2014. Optic Neuritis, Papillitis, and Neuronal Retinopathy. British


Journal of Ophthalmology, 48(4), pp.209-217.

Ilyas, Sidarta. 2014. Saraf Optik. Dalam: Ilyas S, penyunting. Ikhtisar Ilmu
Penyakit Mata, Edisi pertama. Jakarta, Balai Penerbit FK UI,
hal: 209-222

Jose Perez-Cambrodi, Rafael. 2014. Optic Neuritis in Pediatric Population : A


Review In Current Tendencies of Diagnosis and Management.
Journal of Optometry. Hal : 125-130
Osborne, B. (2016). Optic neuritis: Pathophysiology, clinical features, and
diagnosis. [online] Uptodate.com. Available at:
http://www.uptodate.com/contents/optic-neuritis-
pathophysiology-clinical-features-and-diagnosis [Diakses pada
9 Mar. 2016].

Riordan-Eva, Paul dan Hoyt, William F. 2007. Neuro-Oftalmologi. Dalam:


Vaughan Daniel G, Asbury Taylor, Eva Paul Riordan,
penyunting. Oftalmologi Umum, Edisi ke-17. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal: 262-308

R, Margonda (2014). Optik Neuritis. [online] Available at:


http://academicjournalyarsi.ac.id [Diakses pada: 9 Mar. 2016].

Sherwood, Lauralee. 2012. Sistem Saraf Tepi: Divisi Aferen; Indra Khusus.
Dalam: Sherwood L, penyunting. Fisiologi Manusia: Dari Sel
ke Sistem, Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal: 210-231

10

Anda mungkin juga menyukai