Anda di halaman 1dari 16

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warohmatullohi Wabarokatuh,

Puji sukur kehadirat Alloh SWT penggenggam alam semesta, yang


senantiasa memberikan rahmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pemeriksaan Karbohidrat : Penentuan Kadar Glukosa
Darah” sebagai suatu wujud mengerjakan tugas yang telah diberikan kepada
penulis.

Dalam penulisan makalah ini, penulis masih merasa banyak kekurangan-


kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan semoga makalah ini
dapat membantu dan memberikan ilmu pada orang-orang yang membaca.

Samarinda, Maret 2018

Tim Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 2

C. TUJUAN ...................................................................................................... 2

D. MANFAAT .................................................................................................. 2

BAB II ISI .............................................................................................................. 3

A. KADAR GLUKOSA DARAH .................................................................... 3

B. MACAM MACAM PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH ...... 4

1. Glukosa Darah Puasa (Fasting Glucose) .................................................. 4

2. Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP) ......................................... 7

3. Glukosa Darah Sewaktu (GDS) ............................................................... 9

4. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ..................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13

A. Kesimpulan ................................................................................................ 13

B. Saran ........................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Glukosa merupakan karbohidrat dalam makanan yang diserap dalam jumlah


besar ke dalam darah. Glukosa salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan
sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh.glukosa merupakan precursor untuk
sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen untuk cadangan
energi, ribose untuk asam nukleat dan galaktosa dalam laktosa susu.
Kadar glukosa darah adalah isitilah yang mengacu kepada tingkat glukosa
di dalam darah. Konsentrasi glukosa darah atau tingkat glukosa serum diatur
dengan ketat di dalam tubuh. Kadar glukosa darah dalam keadaan puasa
mempertahankan kadar dalam rentang 70-110 mg/dL, sedangkan setelah ingesti
makanan yang mengandung banyak glukosa secara normal kadar glukosa darah
tidak melebihi 170 mg/dL.
Pada pemeriksaan laboratorium menurut Pearce (1999) dalam bukunya
yaitu berperan penting dalam diagnosa medis, hal ini merupakan salah satu
penunjang untuk mengetahui penyebab penyakit yang diderita. Banyak
pemeriksaan yang dilakukan dalam laboratorium seperti di laboratorium klinik
yang meliputi trigliserida, kolestrol, asam urat, glukosa dan pemriksaan lainnya.
Pengukuran kadar glukosa darah seseorang bisa menggunakan berbagai cara
diantaranya dengan glukosa darah sewaktu, glukosa darah puasa, glukosa darah
2 jam Post Prandial (G2PP) dan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Masing
masing pengukuran kadar glukosa darah memiliki kelebihan dan
kekurangannya. Salah satunya untuk TTGO memiliki kelebihan yaitu dapat
menyimpulkan suatu data mengenai risiko seseorang memiliki diabetes atau
sudah memiliki diabetes melitus. Apabila kadar glukosa darah melebihi normal
tetapi tidak cukup tinggi untuk disebut diabetes maka keadaan ini disebut dengan
pre-diabetes. Pre-diabetes merupakan sebuah kondisi yang bisa menjadi

1
2

penyakit diabetes melitus tipe 2. Diabetes militus bisa menjadi awal berbagai
masalah kesehatan sehingga lebih baik melakukan pencegahan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan pengukuran LP dan RLPP
dengan kadar glukosa plasma menggunakan metode TTGO pada orang dewasa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja parameter yang digunakan untuk mengetahui kadar glukosa darah?
2. Bagaimanakah nilai normal kadar glukosa darah dari setiap parameter?

C. TUJUAN

1. untuk mengetahui parameter apa saja yang digunakan untuk mengetahui


kadar glukosa darah
2. untuk mengetahui nilai normal kadar glukosa darah dari setiap parameter

D. MANFAAT

1. Agar pembaca dapat mengetahui parameter apa saja yang digunakan untuk
mengetahui kadar glukosa darah
2. Agar pembaca dapat mengetahui nilai normal kadar glukosa darah dari setiap
parameter.

2
3

BAB II
ISI

A. KADAR GLUKOSA DARAH

Kadar glukosa darah meningkat seiringan dengan pencernaan dan


penyerapan glukosa dari makanan. Pada individu sehat dan normal, kadar
tersebut tidak melebihi sekitar 140 mg/dL, karena jaringan akan menyerap
glukosa dari darah, menyimpannya untuk digunakan kemudian atau
mengoksidasinya untuk menghasilkan energi. Setelah makanan dicerna dan
diserap, kadar glukosa darah menurun karena sel terus memetabolis glukosa.
Apabila kadar glukosa terus meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa
yang tinggi dapat menyebabkan keluarnya air dari jaringan akibat efek osmotic
glukosa. Jaringan akan mengalami dehidrasi dan fungsinya akan terganggu.
Dehidrasi otak dapat menyebabkan koma hyperosmolar.
Di pihak lain, apabila kadar glukosa darah terus turun setelah makan,
jaringan yang bergantung pada glukosa akan menderita kekurangan energy.
Apabila kadar glukosa turun secara mendadak, otak tidak akan mampu
membentuk ATP dalam jumlah memadai. Akan timbul pusing dan kepala terasa
ringan, diikuti oleh mengantuk dan akhirnya koma. Sel darah merah tidak akan
mampu menghasilkan ATP dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan
integritas membrannya. Hemolisis sel ini akan menurunkan transport oksigen ke
jaringan tubuh. Akhirnya, semua jaringan yang menggantungkan diri pada
oksigen untuk memperoleh energi akan terganggu fungsi normalnya. Apabila
gangguan ini cukup berat, dapat terjadi kematian.1
Konsekuensi kelebihan atau kekurangan glukosa yang berbahaya dalam
keadaan normal dihindari karena tubuh mampu mengatur kadar glukosa
darahnya. Sewaktu konsentrasi glukosa darah mendekati rentang puasa normal
yaitu 80-100 mg/dL sekitar 2 jam setelah makan, terjadi pengaktifan proses

1
Marks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendedekatan Klinis. Jakarta : EGC

3
4

glikogenolisis di hati. Glikogen hati merupakan sumber utama glukosa selama


beberapa jam pertama puasa. Kemudian glikoneogenesis mulai berperan sebagai
sumber tambahan glukosa darah. Karbon untuk gluconeogenesis, proses yang
terjadi di hati, berasal dari jaringan lain. Otot yang beraktivitas dan sel darah
merah menghasilkan laktat melalui glikolisis; otot yang memberi asam amino
melalui penguraian protein; dan terjadi pembebasan gliserol melalui mobilisasi
simpenan triasilgliserol di jaringan adiposa.2

B. MACAM MACAM PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH

1. Glukosa Darah Puasa (Fasting Glucose)

a. Deskripsi
Glukosa dibentuk dari hasil penguraian Glukosa dibentuk dari hasil
penguraian karbohidrat dan perubahan glikogen dalam hati. Pemeriksaan
glukosa darah adalah prosedur skrining yang menunjukan
ketidakmampuan sel pankreas memproduksi insulin, ketidakmampuan
usus halus mengabsorpsi glukosa, ketidakmampuan sel mempergunakan
glukosa secara efisien, atau ketidakmampuan hati mengumpulkan dan
memecahkan glikogen3. Sedangkan menurut Joyce (2007) dalam bukunya
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai
glikogen di hati dan otot rangka. Insulin dan glucagon, dua hormon yang
berasal dari pancreas, dapat memengaruhi kadar glukosa darah. Insulin
diperlukan untuk permeabilitas membrane sel terhadap glukosa dan untuk
transportasi glukosa ke dalam sel. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat
memasuki sel. Glukagon menstimulasi glikogenolisis (pengubahan
glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam hati.4
Penurunan kadar gula darah (hipoglikomia) terjadi akibat asupan
makanan yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung

2 Marks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendedekatan Klinis. Jakarta : EGC
3 Indrawaty, Sri., Dkk. 2011. Pedoman interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
4 Kee, Joyce K. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : EGC

4
5

insulin. Jika terjadi peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) berarti


insulin yang beredar tidak mencukupi; kondisi ini disebut diabetes
mellitus. Kadar gula darah puasa yang mencapai >125 mg/dl biasanya
mejadi indikasi diabetes, dan untuk memastikan diagnosis saat gula darah
mencapai kadar tepat digaris normal atau agak diatasnya, harus dilakukan
uji gula darah pos pascaprandial/pascamakan, dan atau uji toleransi
glukosa.
Uji Dextrostix merupakan uji semikuantitatif yang cepat dan
sederhana untuk membedakan hipoglikemia dari hiperglikemia. Hasilnya
dibandingkan melalui penggunaan bagan warna yang memiliki rentang
nilai 40 sampai 240 mg/dl.Uji ini sangat berguna dalam keadaan gawat-
darurat. Chemstrip bG merupakan metode yang lebih dianjurkan untuk
memeriksa kadar gula darah,yaitu dengan menggunakan cara tindik jari.5

b. Tujuan
1) Untuk memastikan diagnosis status pradiabetes atau diabetes

mellitus.
2) Untuk memantau kadar glukosa darah pada klien diabetis

mengonsumsi obat antidiabetis (insulin atau obat


hipoglikemik oral).

c. Implikasi Klinik
1) Peningkatan gula darah (hiperglikemia) atau intoleransi glukosa (nilai
puasa > 120 mg/dL) dapat menyertai penyakit cushing (muka bulan),
stress akut, feokromasitoma, penyakit hati kronik, defi siensi kalium,
penyakit yang kronik, dan sepsis.
2) Kadar gula darah menurun (hipoglikemia) dapat disebabkan oleh kadar
insulin yang berlebihan atau penyakit Addison.

5
Kee, Joyce K. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : EGC

5
6

3) Obat-obat golongan kortikosteroid dan anestetik dapat meningkatkan


kadar gula darah menjadi lebih dari 200 mg/dL.
4) Bila konsentrasi glukosa dalam serum berulang-ulang > 140 mg/dL,
perlu dicurigai adanya diabetes mellitus.
5) Dengan menghubungkan konsentrasi serum glukosa dan adanya
glukosa pada urin membantu menentukan masalah glukosa dalam ginjal
pasien.

d. Faktor Pengganggu
1) Merokok meningkatkan kadar glukosa
2) Perubahan diet (misalnya penurunan berat badan) sebelum pemeriksaan
dapat menghilangkan toleransi karbohidrat dan terjadi “false diabetes”
3) Kadar glukosa normal cenderung meningkat dengan penambahan umur
4) Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dapat menyebabkan
glukosa meningkat secara signifi kan pada jam kedua atau specimen
darah berikutnya
5) Penyakit infeksi dan prosedur operasi mempengaruhi toleransi glukosa.
6) Dua minggu setelah pulih merupakan waktu yang tepat untuk
mengukur kadar glukosa
7) Beberapa obat menggangu kadar toleransi glukosa (tidak terbatas pada)
a) Insulin
b) Hipoglikemi oral
c) Salisilat dosis besar
d) Diuretik tiazid Kortikosteroid
e) Estrogen dan kontrasepsi oral
f) Asam nikotinat
g) Fenotiazin
h) Litium
i) Propranolol; jika memungkinkan, obat tersebut seharusnya
dihentikan selama paling kurang 3 hari sebelum pemeriksaan.

6
7

8) Tirah baring jangka panjang mempengaruhi hasil toleransi glukosa.6

e. Prosedur
1) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup abu-abu
atau merah. Lakukan pengambilan darah pada pukul 7 pagi dan 9 pagi.
2) Status puasa, kecuali minum air putih masih diprlukan selama 12 jam
sebelum uji dilakukan.
3) Berikan obat insulin sesuai anjuran dan setelah pengambilan darah.

f. Nilai Rujukan
Dewasa : Serum dan Plasma : 70-110 mg/dL.
Darah Lengkap : 60-100 mg/dL.
Nilai Panik : <40 mg/dL dan >700 mg/dL

Anak : Bayi baru lahir : 30-80 mg/dL


Anak : 60-100 mg/dL

Lansia : 70 – 120 mg/dL7

2. Glukosa Darah 2 Jam Post Prandial (GD2PP)

a. Deskripsi
Uji gula darah 2 jam pascaprandial biasanya dilakukan untuk
mengukur respons klien terhadap asupan tinggi karbohidrat 2 jam setelah
makan (sarapan pagi atau makan siang). Uji ini dilakukan untuk
pemindaian terhadap diabetes, normalnya dianjurkan jika kadar gula darah
puasa normal tinggi atau sedikit meningkat. Glukosa serum >140 mg/dl
atau kadar glukosa darah lebih besar dari 120 mg/dl merupakan kadar yang
abnormal bila demikian, diperlukan uji lebih lanjut.

6
Indrawaty, Sri., Dkk. 2011. Pedoman interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
7
Ibid Hlm., 5

7
8

b. Tujuan

1) Untuk memastikan diagnosis status pra diabetes atau diabetes mellitus


2) Untuk memantau kadar glukosa darah pada klien diabetic mengonsumsi
obat antidiabetik (insulin atau obat hipoglikemik oral)

c. Implikasi Klinik
1) Penurunan kadar : reaksi hipoglikemik (insulin yang berlebih);
kanker (lambung,hati,paru-paru), hipofungsi kelenjar adrenal,
malnutrisi, alkoholisme, sirosis hati, aktivitas berat, erotroblastosis
fetalis (penyakit hemolitik), hiperinsulinisme. Pengaruh obat ; insulin
yang berlebih.
2) Peningkatan kadar : diabetes mellitus, asidosis diabetic, hiperfungsi
kelenjar adrenal (sindrom cushing), MCI akut, stress, cedera tabrakan,
luka bakar, infeksi, gagal ginjal, hipotermia, aktivitas, pancreatitis akut,
kanker pancreas, CHF, akromegali, sindrom pascagastrektomi
(dumping syndrome),pembedahan mayor. Pengaruh obat : ACTH ;
obat kartison ; diuretic (hidroklorotiazid {hydrodiuril}, furosemid
{lasix}, asam etakrinat {edecrin}, obat anastesi, levodopa.

d. Faktor Pengganggu

1) Merokok dapat meningkatkan kadar glukosa serum


2) Trauma stress dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
3) Obat kortison, tiazid, dan “loop” diuretic dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah.8

e. Prosedur

1) Pesankan hidangan makanan tinggi karbohidrat untuk


sarapan atau makan siang.

8
Ibid Hlm., 5

8
9

2) Kumpulkan 3 sampai 5 ml darah vena dalam tabung bertutup


abu-abu atau merah, 2 jam setelah klien selesai sarapan pagi
atau makan siang. Jika pengambilan darah bukan dilakukan
oleh perawat, petugas laboratorium perlu diberi tahu apakah
klien sudah selesai sarapan pagi atau makan siang.
3) Klien tidak boleh makan selama 2 jam sebelum uji dilakukan,
yakni setelah sarapan pagi atau makan siang, tetapi klien
tetap boleh minum

f. Nilai Rujukan
Dewasa : serum atau plasma :<140 mg/dl/2 jam.
Darah :<120mg/dl/2 jam.
Lansia : serum :<160mg/dl/2 jam.
Darah :<140 mg/dl/2 jam
Anak : <120 mg/dl/2 jam

3. Glukosa Darah Sewaktu (GDS)

Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan khusus bertujuan untuk


melihat kadar gula darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu
setelah makan. Dilakukan untuk penjajagan awal pada penderita yang
diduga DM sebelum dilakukan pemeriksaan yang sungguh-sungguh
dipersiapkan misalnya nuchter, setelah makan dan toleransi.9
Sedangkan menurut “Prodia” dalam websitenya
a. Deskripsi :

9
Sutedjo, AY. dan Soenaryo Hadisapoetro.(2009). Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books.

9
10

glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemriksaan sesaat pada


suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Diagnosis
diabetes dapat ditegakkan bila terdapat gejala klasik DM disertai glukosa
plasma sewaktu  200 mg/dL (11,1 mmol/L). Apabila konsentrasi
glukosa > 400 mg/dL, kemungkinan adanya ketonemia perlu
dipertimbangkan
b. Manfaat pemeriksaan
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendiagnosis DM. Pemeriksaan
glukosa sewaktu bermanfaat dalam diagnosis dan penanganan beberapa
ganggua metabolic seperti asidosis, ketosis, dehidrasi dan koma.10

Tabel 1. Nilai Normal GDS (glukosa darah sewaktu)


Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com

4. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

a. Deskripsi
Uji toleransi glukosa (glucose tolerance test, GTT) dilakukan untuk
mendiagnosa diatebes melitus pada seseorang yang memiliki kadar gula
darah dalam batas normal-tinggi atau sedikit meningkat. Uji ini dapat
diindikasikan jika terdapat riwayat diabetes dalam keluarga, pada ibu
yang memiliki bayi dengan berat badan 5 kg atau lebih, pada orang yang
menjalani pembedahan atau cedera mayor, dan pada orang yang memiliki
masalah kegemukan. Uji tidak boleh dilakukan jika kadar gula darah

10
Anonim. (2018). Pemeriksaan Laboratorium: Glukosa Sewaktu. Melalui m.prodia.co.id, diakses
pada tanggal 11 maret 2018

10
11

biasanya berkisar 10 sampai 30 mg/dl lebih tinggi daripada “rentang


normal”.
Kadar glukosa puncak untuk GTT oral (Oral GTT), yakni saat ½
sampai 1 jam setelah konsumsi 100 gr glukosa, dan kadar gula darah
harus kembali ke rentang normal dalam waktu 3 jam. Sampel darah akan
diambil pada waktu yang sudah ditentukan.
Hiperinsulinisme dapat dideteksi dengan OGTT. Setelah 1 jam,
kadar glukosa darah biasanya lebih rendah daripada uji FBS, klien dapat
mengalami reaksi hipoglikemik yang berat-terdapat lebih banyak insulin
yang disekresikan sebagai respons terhadap glukosa darah.

b. Tujuan
Untuk mengonfirmasi diagnosis diabetes mellitus.

c. Implikasi Klinik
1) Penurunan kadar : Hiperinsulinisme, insufisiensi kelenjar
adrenal, malabsorpsi, malnutrisi protein.
2) Peningkatan kadar : Diabetes melitus, diabetes laten, hiperfungsi
kelenjar adrenal (sindrom Cushing), hiperlipoproteinemia, stress,
infeksi, cedera atau pembesaran mayor, alkoholisme, MCl akut,
kanker pancreas, kondisi resisten insulin (eklampsia, metastasis
kanker, kondisi asidotik), ulkus duodenum. Pengaruh Obat :
Kortikosteroid (kortison), Kontrasepsi oral, estrogen, diuretic, tiazid,
salisilat, asam askorbat.

d. Faktor Pengganggu
1) Obat
2) Usia = orang dewasa yang lebih tua memiliki kadar gula darah yang
lebih tinggi. Sekresi insulin menurun karena proses penuaan
3) Stress emosional, demam, infeksi, trauma, tirah baring dan obesitas
dapat meningkatkan kadar gula darah

11
12

4) Aktivitas berlebihan dan muntah dapat menurunkan kadar gula darah.


Obat hipoglikemik akan menurunkan kadar gula darah11

e. Prosedur
1) Diet karbohidrat yang adekuat harus dikonsumsi selama 2 sampai 3
hari sebelum uji dilakukan
2) Klien tetap berpuasa selama 12 jam sebelum diuji, kecuali minum
3) Tidak diperkenankan mengkonsumsi makanan apapun
4) Obat yang mempengaruhi temuan uji tidak boleh diminum 3 hari
sebelum GTT dilakukan jika memungkinkan
5) Kumpulkan 5 ml darah vena dalam tabung merah atau abu-abu untuk
uji FBS. Ambil specimen urin puasa
6) Berikan 100 g glukosa, baik yang berasa lemon maupun glukosa.
Beberapa dokter akan memberikan glukosa sesuai dengan berat badan
(1,75 g/kg), seperti halnya pada anak-anak
7) Ambil spesimen darah dan urin pada saat ½ , 1, 2, dan 3 jam setelah
glukosa diberikan.
f. Nilai Rujukan12

GTT ORAL
Waktu Serum (mg/dl) Darah (mg/dl)
Puasa 70-110 60-100
1/2 jam <160 <150
1 jam <170 <160
2 jam <125 <115
3 jam Kadar puasa Kadar puasa
Urine : Negatif

11
Ibid Hlm.,5
12
Ibid Hlm., 5

12
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Parameter yang digunakan adalah glukosa darah puasa, glukosa 2 jam post
prandial, glukosa darah sewaktu dan tes toleransi glukosa oral (TTGO).
2. Nilai Rujukan
a. Glukosa darah Puasa
Dewasa : Serum dan Plasma : 70-110 mg/dL.
Darah Lengkap : 60-100 mg/dL.
Nilai Panik : <40 mg/dL dan >700 mg/dL
Anak : Bayi baru lahir : 30-80 mg/dL
Anak : 60-100 mg/dL
Lansia : 70 – 120 mg/dL

b. Glukosa 2 jam Post Prandial


Dewasa : serum atau plasma : <140 mg/dl/2 jam.
Darah : <120mg/dl/2 jam.
Lansia : serum : <160mg/dl/2 jam.
Darah : <140 mg/dl/2 jam
Anak : <120 mg/dl/2 jam

c. Glukosa Sewaktu
Normal : <11,1 mmol/L sedangkan Diabetes : >11,1 mmol/L
d. Tes Toleransi Glukosa Oral
Serum : 70 -110 mg/dL dan Darah : 60-100 mg/dL

B. Saran

Diharapkan mahasiswa mencari tambahan referensi agar lebih mudah


memamahinya.

13
14

DAFTAR PUSTAKA

Indrawaty, Sri., Dkk. (2011). Pedoman interpretasi Data Klinik. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI
Kee, Joyce K. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta
: EGC
Marks, Dawn B. (2000). Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendedekatan Klinis.
Jakarta: EGC
Sutedjo, AY. dan Soenaryo Hadisapoetro.(2009). Buku Saku Mengenal Penyakit
Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books.

14

Anda mungkin juga menyukai