Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALISIS KUALITATIF

PERCOBAAN II
ANALISIS KUALITATIF ANORGANIK

OLEH
NAMA : MUHAMMAD HENDRA
NIM : J0B112211
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : NOOR RAKHMAH

PROGRAM STUDI D-III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2013

PERCOBAAN II
ANALISIS KUALITATIF ANORGANIK

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah mengetahui penggolongan kation-kation
berdasarkan pereaksi pengendap dan mengidentifikasi kation dalam sampel.

II. DASAR TEORI


Kimia analisis dapat dibagi dalam dua bidang yang disebut dengan analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif membahas identifikasi zat-zat. Urusannya adalah unsur
atau senyawaan apa yang terdapat dalam suatu sampel (contoh). Analisis kuantitatif berurusan
dengan penetapan banyaknya suatu zat tertentu yang ada dalam sampel. Zat yang ditetapkan,
yang sering dirujuk sebagai konstituen yang diinginkan atau analit, dapat merupakan sebagian
kecil atau sebagian besar dari contoh yang dianalisis (Day dan Underwood, 1986).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan memakai apa
yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat kita tetapkan ada tidaknya golongan-
golongan kation, dan dapat juga memisahkan golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih
lanjut (Svehla, 1990).
Kation golongan I membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini
adalah timbel, merkurium(I) (raksa), dan perak. Kation golongan pertama, membentuk klorida-
klorida yang tak larut. Namun, timbel klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tak
pernah mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu
cuplikan; ion timbel yang tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida
dalam suasana asam bersama-sama kation golongan kedua (Svehla, 1990).
Kation golongan II tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan
dengan hidogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah
merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenic (III), arsenic (V), stibium (III), stibium
(V), timah (II), dan timah (III) (IV). Keempat ion yang pertama merupakan sub-golongan IIA
dan keenam yang terakhir sub-golongan IIB. Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIA
tak dapat larut dalam amonium polosulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIB justru dapat
larut (Svehla, 1990).
Kation golongan III tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium, zink, dan mangan (II)
(Svehla, 1990).
Kation golongan IV tak bereaksi dengan reagensia golongan I, II, dan III. Kation-kation
ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya amonium klorida, dalam
suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah: kalsium, strontium, dan
barium. Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan
sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion magnesium,
natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen (Svehla, 1990).
Dengan pemisahan-pemisahan menjadi kelompok-kelompok yang cukup kecil dan atau
kation tersendiri (terisolasi), lalu dilakukan pembuktian mengenai ada atau tidaknya kation-
kation dalam setiap kelompok. Dengan jalan ini, kita melakukan analisa secara sistematis.
Reaksi-reaksi disini menyebabkan terjadinya zat-zat yang baru dari zat semula dan dikenali
dari perbedaan sifat fisiknya yang antara lain :
1. Membentuk endapan dari suatu larutan
2. Melarutkan zat yang terbentuk padat/endapan
3. Zat yang berwarna lain
4. Pembentukan gas
5. Bentuk kristal yang khas
(Harjadi, 1993).
Analisis kualitatif menggunakan dua macam uji, raksi kering dan reaksi basah. Reaksi
kering dapat diterapkan untuk zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan. sejumlah
uji yang dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa melarutkan contoh. Misalnya
dengan pemanasan, uji pipa-tiup, uji nyala, uji spektroskopi, uji manik boraks, uji manik fosfat,
dan uji manik natrium karbonat. Reaksi basah dibuat dengan melarutkan zat-zat dalam larutan.
Suatu reaksi diketahui berlangsung
(a) dengan terbentuknya endapan
(b) dengan pembebasan gas
(c) dengan perubahan warna
Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah
asam klorida, hidrogen sulfida, dan amonium karbonat serta amonium sulfida. Klasifikasi ini
didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini membentuk
endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan bahwa klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Kelima golongan kation dan
ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai berikut:
1. Golongan I
Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan
ini adalah timbel, merkurium (I), dan perak.
2. Golongan II
Kation golongan ini membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana
asam mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadnium,
arsenik (III), arsenik (IV), stibium (III), stibium (V), timah (II), dan timah (III), (IV).
3. Golongan III
Kation golongan ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana
netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II),
kromium (III), aluminium, Zink dan Mangan.
4. Golongan IV
Kation golongan ini membentuk endapan dengan amonium karbonat dengan adanya
amonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation golongan ini adalah kalsium,
barium, dan stronsium.
5. Golongan V
Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia golongan
sebelumnya, merupakan golongan kation terakhir yang meliputi ion-ion megnesium, natrium,
kalsium, amnium, litium, dan hidrogen (Svehla, 1990).
Setelah pemisahan dan deteksi kation-kation yang sistematik, pencarian terhadap anion-
anion haruslah dimulai. Tiosulfat umumnya tidak larut. Untuk penyelidikan anion, kita perlu
memperoleh larutan yang mengandung semua atau sebagian besar dari anion-anion itu, bebas
dari logam berat sejauh mungkin. Ini paling baik dengan jalan mendidihkan zat itu dengan
larutan natrium karbonat pekat; terjadi penguraian berganda (entah sebagian atau sempurna)
dengan menghasilkan karbonat-karboanat yang tak larut (dalam beberapa keadaan karbonat
basa dan hidroksida-hidroksidanya) dari logam-logamnya (kecuali logam alkali), dan garam-
garam natrium yang larut dari anion-anionnya, yang akan masuk ke dalam larutan (Vogel,
1985).
Perak adalah logam yang putih, dapat ditempa dan liat. Rapatannya tinggi (10,5 gr ml -1)
dan ia melebur pada 960,5C. Ia tak larut dalam asam klorida , asam sulfat encer (1 M) atau
asam nitrat encer (2 M). Ia melarut dalam asam nitrat yang lebih pekat atau dalam asam sulfat
pekat. Perak membentuk ion monovalen dalam larutan yang tak berwarna. Senyawa-senyawa
perak(II) tidak stabil, tetapi memainkan peranan penting dalam proses-proses oksidasi-reduksi
yang dikatalisiskan oleh perak. Perak nitrat mudah larut dalam air; perak asetat, perak nitrit
dan perak sulfat kurang larut, sedang semua senyawa-senyawa perak lainnya praktis tidak larut.
Tetapi kompleks-kompleks perak, larut. Halida-halida perak peka terhadap cahaya; cirri-ciri
khas ini dipakai secara luas dalam bidang fotografi (Svehla, 1990).
Dekontaminasi dengan metode oksidasi elektrokimia menggunakan mediator larutan
2+
perak (II) atau disebut mediator Ag , memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut:
peralatannya sangat kompak dan dapat diinstal di dalam glove box, kondisi pengoperasian yang
ringan di bawah tekanan normal dan suhu kamar, dan material radioaktif berada di dalam fase
2+
cair. Dekontaminasi dengan metode oksidasi elektrokimia menggunakan mediator Ag telah
banyak digunakan untuk dekontaminasi limbah terkontaminasi α, seperti di Perancis telah
dibangun instalasi pegolahan limbah radioaktif terkontaminasi α dengan metode oksidasi
elektrokimia sejak tahun 1981 yang bertempat di Lahague, Amerika, Inggris bahkan
belakangan Jepang sudah melakukan riset tentang pengolahan limbah radioaktif
terkontaminasi α dengan metode oksidasi elektrokimia secara intesif (Suwardiyono, 2010).
Preparasi larutan oligokation besi Agen pemilar dibuat dengan cara hidrolisis. Sebanyak
86,50 g FeCl3.6H2O dilarutkan dalam 1600 mL air bebas ion sambil diaduk sehingga diperoleh
larutan FeCl3 0,2 M. Larutan ini dihidrolisis dengan penambahan NaOH (OH-/Fe3+=2,0)
sampai diperoleh larutan FeCl3 dengan pH sekitar dua, kemudian larutan ini diaduk dalam
gelas beker 2000 mL selama 24 jam pada temperatur kamar (25oC). Larutan oligomer yang
diperoleh selanjutnya diperam (aging) selama 24 jam pada temperatur kamar (Wijaya, dkk,
2004).
Penentuan Kandungan besi di dalam Na- montmorillonit dan komposit oksida besi-
montmorillonit Untuk penentuan kandungan Fe dalam lempung terpilar digunakan metode
analisis pengaktifan neutron (APN). Masing-masing 0,1 gram sampel Na-montmorilonit,
montmorilonit termodifikasi oksida besi dan montmorilonit termodifikasi oksida besi dengan
penambahan asam sulfat 1M, 2M, dan 3M yang masing-masing dituliskan sebagai Komposit
-1M, Komposit-2M dan Komposit-3M serta Standar Reference Material (SRM) 2704
dimasukkan ke dalam tempat sampel kemudian diradiasi selama 2 menit dan didinginkan
selama 5 menit (sebagai waktu tunda). Selanjutnya sampel dan SRM dicacah dengan alat
spektrometer gamma jenis 92x spectrum master (Wijaya, dkk, 2004).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pembakar bunsen, tabung reaksi, sudip,
penjepit, dan botol seprot.
B. Bahan
Bahan yang dipergunakan antara lain larutan sampel kation dan sampel anion, amonium
karbonat, asam klorida encer, air, amonium hidroksida, asam sulfat encer, natrium hidroksida,
kalium sianat, asam klorida pekat, besi klorida, dan reagensia nikel etilenadiamina nitrat.

IV. PROSEDUR KERJA


A. Penentuan Kation
A. Kation
1. Analisis Pendahuluan
 Sampal diamati menurut bentuk zat.
 Sampel diamati berdasarkan warna zat.
 Sampel diamati berdasarkan bau yang ditimbulkan.
2. Pada uji nyala, sampel direaksikan dengan larutan HCl pekat kemudian dipanaskan dalam
nyala bunsen dan diamati warna yang dihasilkan.
3. Pada uji kelarutan, sampel direaksikan secara bertahap dengan akuades dingin, akuades panas,
HCl 2N, HCL pekat, HNO3 2N, HNO3 pekat dan aquaregia hingga larut.
4. Pada uji penggolongan
 Filtrat yang dihasilkan direaksikan dengan HCl 6N, jika terbentuk endapan merupakan
golongan I
 Filtrat yang dihasilkan direaksikan dengan NH4Cl dan NH4OH 6N (basa), jika terbentuk
endapan termasuk golongan III A.
 Filtrat dihasilkan dan direaksikan dengan (NH4)2CO3, jika terbentuk endapan termasuk
golongan IV A. Sedangkan jika masih berupa filtrat merupakan golongan sisa / golongan V.
 Pada uji identifikasi golongan dan uji identifikasi kation, sampel diidentifikasi berdasarkan
penggolongan dan kation.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Uji Kation Data
No. Uji Pengama
1. Pendahulu tan
an
a. Bentuk Kristal
b. Warna Kuning
2. c. Bau kecoklata
3. Uji Nyala n
Uji Berbau
4. Kelarutan asem
Filtrat + Hijau
Aquadest
Uji Larut
penggolon
gan Endapan
a. Sampel + coklat
HCl 2 N Masih
5. b. Menamba terdapat
hkan air endapan
pada warna
endapan coklat
kemudian dan filtrat
mendidihk
an Filtrat
c. Menamba tanpa
hkan endapan
endapan
hasil b
dengan Fe+ (besi)
amonium
hidroksida
Identifikasi
Kation

B. Pembahasan
Analisis kualitatif dilakukan untuk menemukan dan mengidentifikasi jenis unsur,
senyawa dan jenis gugusan yang terdapat dalam bahan yang dianalisis. Hali ini sangat penting
dilakukan karena faktanya adalah seringkali seorang analis buta terhadap komposisi sampel
yang akan dianalis atau juga jenis pengotornya. Analisis kualitatif anorganik dapat dilakukan
dengan tahapan antara lain uji pendahuluan dengan mengamati bentuk, warna dan bau yang
dihasilkan dari suatu cuplikan. Tahapan selanjutnya yaitu uji nyala, uji kelarutan, uji
penggolongan, uji identifikasi golongan, uji identifikasi kation dan uji identifikasi anion.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
kehidupan manusia sehari-hari. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe dan nomor
atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam yang paling
banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
 Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
 Pengolahannya relatif mudah dan murah dan
 Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan
banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi
baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk kebanyakan
penggunaan besi.
Kation golongan 3 (Al3+, Cr3+, Fe2+, Mn2+) membentuk sulfida yang lebih larut
dibandingkan kationgolongan 2. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3
sebagaigaram sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.Hal ini
dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida danamonium klorida.Kemudian
dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi inikesetimbangan:
H2S → 2H+ + S2-
akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2-akan meningkan dan cukup
untuk mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah kemungkinan
mengendapnya Mg menjadi Mg(OH)2. Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan
mengendapnya kation Al3+, Cr3+ dan Fe2+, sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3(coklat),
Al(OH)3(putih) dan Cr(OH)3 (putih). Ion sulfida dapat bereaksi dengan Mn2+ dan Fe2+ akan
bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS (hitam) dan MnS (coklat).
Kation golongan 3 (Al3+, Cr3+, Fe2+, Mn2+) membentuk sulfida yang lebih larut
dibandingkan kationgolongan 2. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan 3
sebagaigaram sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10-9 M atau pH 9.Hal ini
dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida danamonium klorida.Kemudian
dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi inikesetimbangan:
H2S → 2H+ + S2-
Akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2-akan meningkan dan cukup
untuk mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S.
Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah kemungkinan
mengendapnya Mg menjadi Mg(OH)2. Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan
mengendapnya kation Al3+, Cr3+ dan Fe2+, sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3(coklat),
Al(OH)3(putih) dan Cr(OH)3 (putih). Ion sulfida dapat bereaksi dengan Mn2+ dan Fe2+ akan
bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS (hitam) dan MnS(coklat).
Larutan ammonia, endapan coklat merah seperti gelatin dari besi(III) hidroksida, yang
tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3↓ + 3NH4+
Hasil kali kelarutan besi(III) hidroksida begitu kecil (3,8x10-38), sehingga terjadi
pengendapan sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam ammonium (perbedaan dari besi
(III), nikel, kobalt,mangan, zink dan magnesium). Pengendapan tak terjadi jika ada serta asam-
asam organik tertentu. Besi (III) hidroksida diubah pada pemanasan yang kuat menjadi besi
(III) oksida
Kation golongan III tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen
sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini membentuk endapan dengan
amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation-kation golongan ini adalah
kobalt (II), nikel (II), besi (II), besi (III), kromium (III), aluminium, zink, dan mangan (II)
(Svehla, 1990).
Analisa campuran beberapa kation lazimnya dilakukan dengan cara pengendapan
bertahap menggunakan reagen yang sesuai. Salah satu cara untuk analisa campuran adalah
dengan mempergunakan reaksi-reaksi selektif. Pada pokok tujuannya ialah memisahkan
segolongan (sekelompok) kation dari yang lain. Misalnya, bila suatu pereaksi menyebabkan
sebagian kation mengendap dan sisanya tetap larut, maka setelah endapan disaring, terdapatlah
dua kelompok campuran, yang isinya masing-masing kurang dari campuran sebelumnya
(Harjadi, 1993).
Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima
golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Reagensia golongan
yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida,
ammonium sulfida, dan ammonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu
kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi,
boleh kita katakan, bahwa klasifikasi kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan
kelarutan dari klorida, sulfida, dan karbonat dari kation tersebut. Skema klasifikasi anion
bukanlah skema yang kaku, karena beberapa anion termasuk dalam lebih dari satu sub
golongan, lagipula, tak mempunyai dasar teoritis. Pada hakekatnya, proses-proses yang dipakai
dapat dibagi kedalam (A) proses yang melibatkan identifikasi produk-produkyang mudah
menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam, dan (B) proses yang tergantung
pada reaksi-reaksi dalam larutan. Kelas (A) dibagi lagi ke dalam sub-klas (i) gas-gas yang
dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer, dan (ii) gas atau uap dilepaskan
dengan asam sulfat pekat. Kelas (B) dibagi lagi ke dalam sub-kelas (i) reaksi pengendapan, dan
(ii) oksidasi dan reduksi dalam larutan (Vogel, 1985).
Salah satu langkah dalam prosedur emisi nyala atau fotometri nyala melibatkan
penyemprotan sampel ke nyala. Radiasi dari sumber akan diuraikan untuk mendapatkan daerah
spektrum yang diinginkan. Intensitas dari radiasi spektrum yang diinginkan. Dengan sistem
penyemprot diharapkan distribusi yang seragam dari sampel masuk ke nyala sehingga maslah-
masalah yang berhubungan dengan busur api dan bunga api dapat dihindarkan. Fotometer nyala
tersusun dari pengatur tekanan, pengukur aliran untuk gas baker, atomizer, pembakar, system
optik dari detektor fotosensitif (Khopkar, 2002).
Analisa kuantitatif dapat dilakuakn pada bermacam-macam skala. Dalam analisa makro
kuantitas zat yang dikerjakan adalah 0,5 – 1 gram dan volum larutan yang diambil untuk suatu
analisis sekitar 20 ml. Dalam apa yang disebut analisa semi mikro, kuantitas yang digunakan
untuk analisis dikurangi dengan faktor 0,1 – 0,05, yakni sekitar 0,05 gram dan volume larutan
sekitar 1 ml. Untuk analisis mikro faktor itu adalah 0,01 atau kurang. Tidak ada batas yang
tajam antara analisis semimikro dan mikro (Svehla, 1990).
Reaksi selektif penting dalam analisa, sebab misalnya bila reaksi tidak terjadi maka dapat
diambil kesimpulan bahwa Ag+, Pb2+, dan Hg+ tidak terdapat dalam bahan yang dianalisis.
Sebaliknya, bila dalam suatu campuran terjadi reaksi maka kelompok yang mengendap akan
terpisah dari kelompok yang tidak mengendap, jadi berguna sebagai alat pemisah sekelompok
komponen dari komponen-komponen yang lain (Khopkar, 2002).
Alur pengujian analisis kualitatif kation pada Golongan Kation ke tiga : Besi (II),besi
(III),aLuminium,kromium (III),kromium (IV),NIkel,kobalt,mangan (II),mangan (III),dan zink.
(Tapi yang saya buat alur hanya besi (II) dan besi (III). Reagensia golongan : hydrogen sulfida
(gas atau larutan air jenuh) dengan adanya ammonia dan ammonium klorida, atau larutan
ammonium sulfida. Reaksi golongan : endapan-endapan denagn berbagai warna : Besi (II)
sulfida (hitam), aluminium hidroksida (putih), kromium (III) hodroksida (hijau), NIkel sulfida
(hitam), kobalt sulfida (hitam),m angan (II) sulfida (merah jambu), dan zink sulfide (putih).
Besi,Fe (Ar : 55,85)- Besi (II) Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak,yang
kukuh dan liat. Melebur pada 1535 OC.Jarang terdapat besi komersial yang murni,biasanya besi
mengandung sejumlah kecil karbida,silisida,fosfisa,dan sulfide dari besi,serta sedikit grafit.
Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat
dimagnitkan.asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi,pada mana
dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hydrogen.
Fe + 2H+ Fe2+ + H2 ↑
Fe + 2HCl+ Fe2+ + 2Cl- + H2 ↑
Asam sulfat pekat yang panas,menghasilkan ion-ion besi (III) dan belerang diosida.
2Fe + 3H2SO4+ + 6H+ → 2Fe3+ + 3SO2 ↑ + 6H2O
Dengan asam nitrat encer dingin,terbentuk ion besi (II) dan ammonia 4Fe + 10H+
+NO3+ → 4Fe2+ + NH2+ + 3H2O Asam nitrat pekat,dingin,membuat besi menjadi pasif ; dalam
keadaan ini,asam nitrat pekat tidak bereaksi asam nitrat encer dan tak pula mendesak tembaga
dari larutan air suatu garam tembaga.asam nitrat 1 + 1 atau asam nitrat pekat yang panas
melarutkan besi dengan membuat gas nitrogen oksida dan ion besi (III) Fe + HNO3 +3H+ →
Fe3+ + NO ↑ + 2H2O
Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi (II) (atau fero)
diturunkan dari besi oksida, FeO. Dalam larutan,garam-garam ini mengandung kation Fe2+
dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion gabungan dari kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua
adalah juga umum. Ion besi (II) dapat mudah dioksidakan menjadi besi (III),maka merupakan
zat pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu,semakin nyatalah efek ini ; dalam
suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmofer akan mengoksidakan ion besi (II).maka
larutan besi (II) harus sedikit asam bila ingin di simpan untuk waktu yang agak lama.
Garam-garam besi (III) (atau feri) diturunkan dari oksida besi (III),Fe2O3 mereka lebih
stabil daripada garam besi (II). Dalam larutannya terdapat kation-kation Fe3+ yang berwarna
kuning muda ; jika larutan mengandung klorida,warna menjadi semakin kuat. Zat-zat pereduksi
mengubah ino besi (III) menjadi besi (II). Reaksi-reaksi ion besi (II) pakailah larutan 0,5 M
besi (II) sulfat,FeSO4 .7H2O atau besi (II) amonium sulfat (garam mohr : FeSO4
.(NH4)2SO4.6H2O),Yang baru saja di buat dan samakan dengan 50 ml MH2SO4 per liter,untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.

KESIMPULAN
1. Sampel yang mengandung kation Fe+ berbentuk serbuk kristal, berwarna kuning kecokltaan,
berbau asem, dan warna nyala adalah hijau.
2. Pada uji kation Fe+, sampel ditambahkan HCl encer menghasilkan endapan yang berwarna
coklat dengan filtratnya.
3. Pada uji kation Fe+, endapan coklat hasil dari penambahan asam klorida encer kemudian
dimasukkan ke dalam air panas masih menghasilkan endapan berwarna coklat dengan
filtratnya.
4. Pada uji kation Fe+, dengan menambahkan amonium hidroksida pada endapan hasil dari
penambahan air panas, maka endapan tidak terbentuk lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Day dan Underwood, A. L. 1986. Analisis Kimia Kantitatif. Erlangga: Jakarta.

Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.

Khopkar, S. M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UIP: Jakarta

Suwardiyono. 2010. Dekontaminasi Hypalon Gloves, Neprene Gloves, PVC dan Bemcot Tissue
dengan Mediator Perak(II): Batan.

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I. PT
Kalman Media Pusaka: Jakarta.

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikr.

Edisi kelima. PT. Kalman Media Pusaka: Jakarta

Wijaya, K., ., Sugiharto, Mudasir, I. Tahir, dan I. Liawati. 2004. Sintesis Komposit Oksida-Besi
Montmorillonit dan Uji Stabilitas Strukturnya Terhadap Asam Sulfat. Indonesian Journal of
Chemistry, 2004, 4 (1), 33 – 42. Hal 33-35.

Anda mungkin juga menyukai