Anda di halaman 1dari 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di


Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Tahun 2017

Rumah sakit memiliki potensi terjadinya penyakit infeksi terhadap para


karyawan, pasien, bahkan pengunjung, hal ini dikarenakan banyaknya faktor biologi
yang ada dan berkembang di rumah sakit. Selain penyakit- penyakit infeksi, di rumah
sakit juga memiliki resiko atau bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di
rumah sakit, seperti kecelakaan (meliputi kejadian ledakan, kebakaran, kecelakaan
yang diakibatkan adanya masalah pada instalasi listrik, serta faktor-faktor yang dapat
menimbulkan cidera lainnya), radiasi, paparan bahan kimia beracun dan berbahaya,
gas-gas anastesi, gangguan terkait psikis dan ergonomi. Semua potensi bahaya
tersebut jelas dapat mengganggu dan menimbulkan rasa kurang aman dan nyaman
bagi pekerja di RS, pasien maupun pengunjung yang ada di lingkungan RS.

Karyawan rumah sakit terdiri dari tenaga medis dan tenaga non medis. Tenaga
medis yaitu dokter, perawat, dan bidan sedangkan tenaga non medis yaitu petugas
laundry, petugas kebersihan, petugas penyiapan makanan atau gizi, apoteker,
pemeriksa laboratorium, dan petugas radiologi . Salah satu tenaga non medis yang ada
di rumah sakit adalah petugas kebersihan. Petugas kebersihan adalah karyawan yang
bertugas untuk membersihkan lingkungan rumah sakit agar tetap terjaga
kebersihannya, karena bahaya yang ada di rumah sakit seperti penularan penyakit
dapat terjadi jika lingkungan rumah sakit tidak terjaga kebersihannya. Pekerjaan
membersihkan lingkungan rumah sakit, membuat petugas kebersihan menjadi rentan
terpapar bahaya yang dapat mengganggu kesehatannya. Menurut penelitian yang telah
dilakukan bahaya yang dapat mengancam petugas kebersihan rumah sakit antara lain
terpapar debu yang dibersihkan, terpeleset saat mengepel lantai, kontak dengan bahan
kimia yang digunakan untuk mengepel lantai, terpapar bahaya biologi saat
membersihkan laboratorium atau ruangan yang mengandung virus dan bakteri,
tertusuk benda tajam seperti jarum suntik saat mengelola limbah tajam, sehingga
dapat tertular penyakit seperti hepatitis dan HIV/AIDS.

Selain berpotensi tertular penyakit hepatitis dan HIV/AIDS petugas kebersihan


rumah sakit juga berisiko terkena penyakit akibat kerja dermatitis kontak dan
gangguan muskuloskeletal. Hasil penelitian terhadap 102 petugas cleaning service di
Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek menunjukkan 47 petugas cleaning service
mengalami dermatitis kontak akibat kerja, hasil uji statistik menunjukkan ada
hubungan bermakna antara kejadian dermatitis kontak pada cleaning service dengan
penggunaan APD, selain itu juga ada hubungan antara masa kerja dan kejadian
dermatitis kontak. Hasil penelitian lain yang dilakukan di RSUP Dr.Wahidin
Sudirohusodo Makassar dengan responden petugas cleaning service menunjukkan
bahwa pada Tahun 2013 sebesar 49,1% petugas cleaning service mengalami gangguan
muskuloskeletal berat dan 50,9% petugas mengalami gangguan muskuloskeletal
ringan. Hasil analisis statistik menunjukkan ada hubungan antara variabel umur, jenis
kelamin, masa kerja, dan sikap kerja dengan gangguan muskuloskeletal. Sedangkan
variabel lama kerja tidak ada hubungan dengan gangguan muskuloskeletal pada
petugas cleaning service.

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain studi


menggunakan AS/NZS 4360 : 1999, metode penilaian risiko dengan teknik kualitatif,
serta identifikasi risiko menggunakan JSA (Job Safety Analysis). Pengambilan data
dilakukan dengan metode observasional dan wawancara.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Petugas Kebersihan Di


Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Tahun 2017

1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah petugas kebersihan yang bekerja


di RSUD Tugurejo Semarang dan memiliki jam atau shift kerja pagi.
Responden termuda pada penelitian ini adalah berusia 19 tahun, dan yang paling
tua berusia 52 tahun. Berdasarkan rentang umur responden dari yang paling muda
sampai yang paling tua menunjukkan bahwa usia responden masih berada pada
usia produktif untuk bekerja sehingga tidak ada yang melampaui batas dari usia
produktif, dimana rentan usia produktif berkisar antara 15 tahun – 64 tahun.
Dalam kesehatan dan keselamatan kerja usia terkadang juga berpengaruh
terhadap terjadinya suatu risiko K3 pada pekerja. Terutama risiko terjadinya
gangguang muskuloskeletal

Sebagian besar petugas kebersihan yang ada di RSUD Tugurejo memiliki


pendidikan tamat SMA sederajat yaitu sebesar 43 orang atau 78,2% dari jumlah
responden yang diambil. Sebagian lainnya tamat SMP 18,2%, tamat SD 1,8% dan
tamat perguruan tinggi 1,8%. Dalam dunia kerja pendidikan merupakan salah satu
hal yang dianggap penting, karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka
akan dianggap memiliki pengetahuan yang baik pula. Banyaknya petugas
kebersihan yang hanya bersekolah sampai pada jenjang SMA bahkan kan ada
yang hanya tamat SD memungkinkan pengetahuan yang dimiliki petugas
kebersihan kerja masih rendah, terutama tentang keselamatan dan kesehatan
kerja.

Lebih dari separo petugas kebersihan memiliki masa kerja antara 1-3 tahun
yaitu sebesar 52,7%, 32,7% pekerja dengan masa kerja < 1 tahun, 10,9% dengan
masa kerja 4-6 tahun, dan 3,6% saja yang memiliki masa kerja > 6 tahun. Masa
Kerja juga dapat mempengaruhi tingkat risiko yang dihadapi pekerja, semakin
meningkat atau mungkin semakin rendah risiko yang dihadapi.

Semakin lama petugas kebersihan bekerja di sebuah rumah sakit dapat


memungkinkan tingginya tingkat risiko atau paparan terhadap bakteri, kuman,
atau virus yang diterima, selain itu juga dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit akibat kerja karena paparan bahan kimia. Namun hal ini dapat terjadi
sebaliknya, seseorang dengan masa kerja yang lebih lama dapat menjadi lebih
paham dan mengerti dengan bahaya atau risiko yang dihadapinya sehingga
mereka lebih bisa menjaga diri saat melakukan pekerjaan.
2. Analisis Tingkat Risiko

Setelah dilakukan identifikasi risiko dan dilakukan penilaian terhadap


kemungkinan terjadi dan konsekuensi dari tiap risiko, tahap selanjutnya adalah
melakukan analisis tingkat risiko. Dari penilaian yang telah dilakukan, dapat
dilihat risiko termasuk kedalam tingkat risiko yang mana, apakah termasuk
Extreme Risk (Risiko Sangat Tinggi), High Risk (Risiko Tinggi), Moderate Risk
(Risiko Sedang), atau Low Risk (Risiko Rendah).

Tabel Analisis Tingkat Risiko


Tingkat Risiko Frekuensi (%)
Low 13 18,3
Moderate 32 45,1
High 26 36,6
Extreme 0 0
Total 71 100

Hasil analisis tingkat risiko menyatakan 36,6% risiko berada pada


tingkatan high risk yaitu risiko terpapar kuman,bakteri atau pun virus dan
terpapar obat kemoterapi 45,1% risiko pada tingkatan moderate risk yaitu
risiko tertusuk jarum suntik, tergores benda tajam, terpeleset atau terjatuh
karena lantai licin dan gangguan muskuloskeletal, 18,3% risiko pada
tingkatan low risk yaitu risiko alergi atau iritasi terhadap penggunaan bahan
kimia seperti pembersih lantai dan lainnya.

3. Pengendalian Risiko

Pengendalian yang dilakukan oleh pihak rumah sakit adalah dengan


memperingatkan setiap pekerja yang ada di rumah sakit, termasuk petugas
kebersihan untuk selalu menjaga kebersihan diri saat bekerja, seperti selalu
menghimbau untuk melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaan dan masih banyak himbauan lainnya tentang cara menjaga keamanan
dan kesehatan saat bekerja. Hasil penelitian tentang hubungan pelaksanaan
tindakan cuci tangan perawat dengan kejadian infeksi di rumah sakit menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan cuci tangan dengan
kejadian infeksi.

B. Hasil Wawancara Dengan Petugas Kebersihan

1. Kejadian Kecelakaan Pada Petugas Kebersihan RSUD Tugurejo

Tabel Kejadian Kecelakaan Kerja

Kecelakaan Kerja Frekuensi (%)


Pernah 18 32,7
Tidak Pernah 37 67,3
total 55 100

Berdasarkan tabel diatas sebanyak 18 orang (32,7%) petugas


kebersihan pernah mengalami kecelakaan kerja dan 37 orang (67,3%) petugas
kebersihan tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Kejadian kecelakaan kerja
dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti perilaku pekerja dan kondisi atau
lingkungan tempat kerja itu sendiri. Namun selama ini kejadian kecelakaan kerja
lebih banyak terjadi karena perilaku atau tindakan pekerja yang tidak aman.
Penelitian tentang pengaruh perilaku tenaga kerja dan lingkungan kerja terhadap
kecelakaan kerja menyatakan bahwa perilaku tenaga kerja berpengaruh secara
signifikan terhadap kecelakaan kerja, sedangkan lingkungan kerja tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kecelakaan kerja.

Tabel Jenis Kecelakaan Kerja

Jawaban Frekuensi (%)


Luka Gores 15 27,3
Hampir Terpeleset 2 3,6
Lainnya 1 1,8
Tidak Ada 7 67,3
Total 55 100

Dari hasil wawancara 27,3% petugas kebersihan pernah mengalami luka


gores. Luka gores ini sering terjadi ketika petugas kebersihan sedang
membersihkan kaca atau pintu rumah sakit. Pinggiran steinless pada kaca dan
pintu yang terkadang tajam membuat petugas mengalami luka gores, selain itu
juga pernah ada petugas yang mengalami luka gores saat mengumpulkan sampah.
Diantara sampah-sampah tersebut terdapat sampah botol kaca yang tajam
sehingga menyebabkan luka gores. Menurut penelitian tentang The Risk
Assessment for Healthcare Waste in the Hospital menyatakan bahwa benda tajam
mungkin tidak hanya menyebabkan luka dan tusukan, tetapi juga dapat
menginfeksi luka tersebut jika benda itu terkontaminasi oleh patogen.
Kecelakaan lain yang pernah dialami petugas kebersihan adalah terpeleset
yaitu sebesar 1,8% (1 orang) dan 3,6% (2 orang) pernah mengalami hampir
terpeleset. Saat wawancara petugas kebersihan mengatakan jika kejadian ini
terjadi saat hujan ketika membersihkan lorong yang terkena percikan air hujan
akan membuat lantai lebih licin sehingga ketika mengepel saat hujan mereka
pernah mengalami kejadian terpeleset dan hampir terpeleset.

2. Kejadian Penyakit Akibat Kerja Pada Petugas Kebersihan RSUD Tugurejo


Tabel Kejadian Penyakit Akibat Kerja

Kecelakaan Kerja Frekuensi (%)


Pernah 0 0
Tidak Pernah 55 100
total 55 100

Berdasarkan tabel diatas semua petugas kebersihan (100%) menyatakan


tidak pernah mengalami penyakit akibat kerja. Hal ini dapat di pengaruhi
beberapa faktor, seperti status gizi petugas yang baik, daya tahan tubuh yang baik,
dan perilaku mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja selalu di terapkan.

3. Keluhan Kesehatan yang Dialami Petugas Kebersihan RSUD Tugurejo


Tabel Jenis Keluhan yang Dialami Petugas Kebersihan

Keluhan Kesehatan Frekuensi (%)


Pegal-pegal 15 27,3%
Pusing 8 14,5%
Gangguan Pernafasan 1 1,8%
Gangguan Tulang/Sendi 1 1,8%
Alergi Bahan Kimia 1 1,8%
Lainnya 20 36,4%
Tidak Ada 9 26,4
Total 55 100

Berdasarkan tabel diatas keluhan kesehatan yang sering dialami oleh petugas
kebersihan adalah 27,3% pegal-pegal, 14,5% pusing, gangguan pernafasan,
gangguan tulang/sendi, dan alergi bahan kimia masing-masing sebesar 1,8% ,
36,4% mengalami keluhan kesehatan lain seperti batuk, flu, dan
16,4% menyatakan tidak mengalami gangguan atau keluhan kesehatan sama
sekali.
Keluhan pegal-pegal hal ini dapat disebabkan karena gerakan yang mereka
lakukan saat bekerja berulang-ulang atau sering bekerja dengan posisi
membungkuk. Posisi kerja yang seperti ini akan menimbulkan dampak terjadinya
perubahan postur tubuh pada pekerja.
Petugas yang pernah mengalami pusing ini dapat disebabkan karena
kebanyakan dari petugas kebersihan belum makan tau sarapan pagi ketika
memulai pekerjaan, sehingga tubuh menjadi lemah dan menimbulkan rasa
pusing. Petugas yang mengalami gangguan pernafasan terjadi ketika
membersihkan debu dalam ruangan, petugas kebersihan yang mengalami
gangguan tulang atau sendi adalah petugas kebersihan yang berusia diatas 50
tahun, ini dapat disebabkan karena faktor penuaan yang menyebabkan turunnya
fungsi tulang dan sendi. Sedangkan yang mengalami alergi bahan kimia adalah
petugas yang memiliki kulit sensitif sehingga sering merasa gatal ketika
menggunakan bahan kimia atau obat pembersih.
4. Pengendalian Risiko yang Pernah Dilakukan RSUD Tugurejo
Tabel Pengendalian Risiko yang Pernah Dilakukan

Kecelakaan Kerja Frekuensi (%)


APD 55 100
Lainnya 0 0
total 55 100

100% petugas kebersihan menjawab bahwa pengendalian yang mereka


lakukan adalah menggunakan APD, APD yang digunakan di sediakan oleh
perusahaan. Penggunaa APD memang sering dijadikan pilihan oleh berbagai
sektor untuk mencegah atau mengendalikan risiko. Terutama untuk pekerjaan
yang memiliki risiko tinggi yang risiko atau bahaya tidak bisa dihilangkan atau
dikurangi dengan cara lain, sehingga pilihan untuk melindungi diri dengan alat
pelindung diri lah yang dipilih.
C. Rekomendasi Pengendalian Risiko K3 pada Petrugas Kebersihan
1. Pemberian reward bagi pekerja yang selalu bekerja dengan baik dan mentaati
peraturan yang ada serta memberikan punishment berupa teguran kepada
pekerja yang tidak mematuhi peraturan saat bekerja. Diharapkan dengan adanya
hal seperti itu dapat meningkatkan kesadaran petugas kebersihan, dan dapat
meningkatkan produktivitasnya dalam bekerja.
2. Selain itu juga dapat dilakukan evaluasi mengenai penyediaan alat pelindung diri.
Yaitu melakukan evaluasi mengenai jenis alat pelindung diri yang cocok untuk
setiap kegiatan yang dilakukan petugas kebersihan misalnya sarung tangan
yang digunakan saat membersihkan kaca atau pintu yang dibingkai steinless
sebaiknya menggunakan sarung tangan yang berbahan tebal dan tidak mudah
sobek (bukan sarung tangan latek). Karena sebelumnya tidak pernah dilakukan
evaluasi tentang kesesuaian alat pelindung diri yang digunakan dengan setiap
kegiatan kerja yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai