Anda di halaman 1dari 12

KEPALANGMERAHAN

1. Dasar Kepalangmerahan

PRINSIP DASAR GERAKAN PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
- KEMANUSIAAN
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Gerakan) lahir dari keinginan untuk memberikan
pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka
dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi
dimanapun.Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan
terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama,
dan perdamaian abadi antar sesama manusia.
- KESAMAAN
Gerakan memberikan bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka
berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik.Tujuannya semata-
mata ialah mengurangi penderitaan orang-perorang serta sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah.
- KENETRALAN
Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama atau
ideologi
- KEMANDIRIAN
Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi
pemerintah dibidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di negara
masing-masing, namun Gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan
dengan prinsip dasar Gerakan.
- KESUKARELAAN
Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela atas unsur keinginan untuk mencari keuntungan
apapun.
- KESATUAN
Di dalam suatu negar hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih
salah satu lambang yang digunakan : Palang Merah atau Bulan Sabit Merah.
Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan diseluruh wilayah
negara yang bersangkutan.
- KESEMESTAAN
Gerakan bersifat semesta, artinya Gerakan hadir diseluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional
mempunyai status sederajat serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam
membantu satu sama lain.

TRI BAKTI PALANG MERAH REMAJA

1. MENINGKATKAN KETERAMPILAN HIDUP SEHAT


2. BERKARYA DAN BERBAKTI DI MASYARAKAT
3. MEMPERERAT PERSAHABATAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL
2. Tokoh-Tokoh Palang Merah

Panitia 5 (International red cross founding fathers)

1. Jean Henry Dunant


(8 Mei 1828-30 Oktober 1910)

2. Henry Dufour
3. Gustave Moynier
4. Dr. Theodore Maunoir
5. Dr. Louis Appia
6. Florence Nightingale

o Lahir : Arnostad – Inggris 12 mei 1820


o Julukan yang di berikan : “The Lady With The Lamp “ (Putri yang Membawa lampu)
o Penghargaan :
 Tahun 1883 “The Royal Red Cross”
 Tahun 1907 “Order Of Merf”

o Mendirikan Sekolah : 1888 “Nightingale found”


o Meninggal : 3 Agustus 1910 – Inggris

3. Lambang Gerakan

Latar Belakang Lambang Palang Merah :

1. Menghormati Pemerintah Negara Swiss


2. Pelopor pendiri Palang Merah adalah warga Negara Swiss
3. Agar Palang Merah benar-benar netral karena Swiss adalah

Negara netral.

Sejarah terbentuknya lambang

1. Lambang Palang Merah


Tahun 1863, konferensi Internasional diselenggarakan di Jenewa dan mengadopsi
Lambang Palang Merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal Perhimpunan Nasional Palang
Merah yang merupakan kebalikan dari bendera nasional Swiss.
Tahun 1864, Konvensi Jenewa yang pertama menyatakan bahwa lambang Palang Merah
diatas dasar putih secara resmi diakui sebagai tanda pengenal pelayanan medis angkatan bersenjata.
Pada Konvensi Jenewa tahun 1906, waktu peninjauan kembali terhadap Konvensi Jenewa Tahun
1864, barulah ditetapkan lambang Palang Merah tersebut sebagai penghormatan terhadap Negara
Swiss.
Pada Konferensi Internasional 1949 masalah lambang akhirnya diputuskan hanya 3 (tiga)
macam lambang saja yang digunakan bagi perhimpunan nasional yaitu; PALANG MERAH, BULAN
SABIT MERAH, dan SINGA MATAHARI MERAH.

Fungsi Lambang

1.Sebagai tanda Perlindungan (di waktu perang )

2.Sebagai tanda Pengenal (diwaktu perang dan di waktu damai)


2. Lambang Bulan Sabit Merah

Tahun 1876 saat Balkan dilanda perang, sejumlah pekerja sosial yang tertangkap oleh
Ottoman dibunuh semata-mata karena mereka memakai ban lengan dengan gambar palang merah.
Ketika pemerintah Turki diminta penjelasan mengenai hal ini, mereka menekankan kepekaan
tentara muslim terhadap bentuk palang/salib dan mengajukan agar perhimpunan nasional serta
pelayanan medis militer mereka, diperbolehkan untuk menggunakan lambang yang berbeda yaitu
Bulan Sabit Merah.
Gagasan ini perlahan-pelahan mulai diterima, memperoleh semacam pengesahan dalam
bentuk 'reservasi' dan diadopsi sebagai lambang yang sederajat dengan lambang palang merah
dalam konvensi tahun 1929. Lambang Bulan Sabit Merah di atas dasar putih yang saat itu dipilih oleh
Persia (sekarang Iran) diakui sebagai lambang pembeda dengan fungsi dan tujuan yang sama
dengan lambang palang merah, dan singa dan matahari merah sebagaimana tercantum pada
Konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I dan II 1977.

3. Lambang Kristal Merah


Tahun 2005 Kristal Merah diatas dasar putih diadopsi menjadi lambang alternatif apabila di
suatu negara terjadi konflik bersenjata/perang atau bencana, maka negara yang menggunakan
Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, ICRC dan IFRC dapat menggunakannya secara
khusus untuk kegiatan kepalangmerahan yang dilaksanakan di daerah tersebut.

4. Sejarah Gerakan
- 24 Juni 1859 di kota Solferino, Italia Utara, pasukan Perancis dan Italia bertempur melawan
pasukan Austria. Pada hari yang sama, seorang pemuda warga negara Swiss, Henry Dunant, berada
di sana dalam rangka perjalanannya untuk menjumpai Kaisar Perancis, Napoleon III. Puluhan ribu
tentara terluka, sementara bantuan medis militer tidak cukup untuk merawat 40.000 orang yang
menjadi korban pertempuran tersebut. Tergetar oleh penderitaan tentara yang terluka, Henry
Dunant bekerjasama dengan penduduk setempat, segera bertindak mengerahkan bantuan untuk
menolong mereka. Beberapa waktu kemudian, setelah kembali ke Swiss, dia menuangkan kesan
dan pengalaman tersebut kedalam sebuah buku berjudul "Un Souvenir de Solferino (Kenangan
dari Solferino)", yang menggemparkan seluruh Eropa. Dalam bukunya, Henry Dunant mengajukan
dua gagasan;
* Pertama, membentuk organisasi kemanusiaan internasional , yang dapat dipersiapkan
pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang.
* Kedua, mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan
perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan
pertolongan pada saat perang.
- Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bergabung dengan Henry Dunant untuk
mengembangkan gagasan pertama tersebut. Mereka bersama-sama membentuk "Komite
Internasional untuk bantuan para tentara yang cedera", yang sekarang disebut Komite
Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross (ICRC).
- Dalam perkembangannya, kelak untuk melaksanakan kegiatan kemanusiaan di setiap negara
maka didirikanlah organisasi sukarelawan yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan
darat pada waktu perang. Organisasi tersebut yang sekarang disebut Perhimpunan Nasional Palang
Merah atau Bulan Sabit Merah. Berdasarkan gagasan kedua, pada tahun 1864, atas prakarsa
pemerintah federal Swiss diadakan Konferensi Internasional yang dihadiri beberapa negara untuk
menyetujui adanya "Konvensi perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang". Konvensi
ini kemudian disempurnakan dan dikembangkan menjadi Konvensi Jenewa I, II, III dan IV tahun
1949 atau juga dikenal sebagai Konvensi Palang Merah . Konvensi ini merupakan salah satu
komponen dari Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) suatu ketentuan internasional yang
mengatur perlindungan dan bantuan korban perang.

5. Organisasi-organisasi Kemanusiaan

A. PMI (Indonesian Red Cross)

a. Masa Penjajahan Belanda


- 21 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Palang Merah di Indonesia
dengan nama Nederlandsch Roode Kruis Afdeling Indie (NERKAI) yang dipimpin oleh
orang Belanda.
- 1939, Dr. RCL SENDUK dan BAHDER DHOHAN berkeinginan untuk mendirikan PMI, namun
usaha tersebut mendapat penolakan dari pemerintah Belanda.
- 1940 cita-cita tersebut dikemukakan kembali dalam Konferensi NERKAI, namun ditolak
kembali sampai akhirnya terjadi perang dunia 2, cita-cita mendirikan PMI belum
terlaksana.
b. Masa Penjajahan Jepang
- 1942-1944 Pada penjajahan Jepang, gagasan ini dirintis kembali oleh kedua tokoh
tersebut
- Namun rencana tersebut masih belum juga terlaksana karena mendapat penolakan dari
DAI NIPON
c. Setelah Prokamasi Kemerdekaan RI
- 3 September 1945 dikeluarkan perintah Presiden RI Soekarno kepada Dr. Boentaran
Martoatmodjo (Menkes RI) untuk membentuk PMI
- 5 September 1945 Dr. Boentaran membentuk
Panitia 5 Indonesia : Ketua : dr. R. Mochtar
Penulis : dr. Bahder Djohan
Anggota : dr. Djuhana
dr. Mardjoeki
dr. Sitanala
- 17 September 1945 PMI berdiri, Panitia 5 berhasil menyusun Pengurus Besar PMI. Mereka
dilantik oleh Wakil Presiden Drs. Moh. Hatta atas nama Pemerintah bertempat di Jl. Surya
No. 1 Jakarta
o Kepengurusan PMI periode awal

Ketua : Drs. Moh Hatta


Wakil Ketua : dr. R. Boentaran Martoatmodjo
Badan Penulis : dr. R. Mochtar
dr. Bahder Djohan
Mr. Santoso
Bendahara : Mr. Saubari
Penasehat : K. H Rd. Adenan
Kantor pertama bertempat di Departemen Kesehatan (sekarang Kementerian Dalam Negeri),
hanya dengan satu kamar, satu mesin tik, dan satu kursi.
- 25 September 1945
Atas ijin tuan A.S Alatas, kantor pindah ke Jl. Ryswijk 27(kemudian menjadi Hotel Du
Pavillon, lalu menjadi Hotel Mojopahit, sekarang Komplek Perkantoran Sekretariat
Negara Bagian Barat) Jakarta
- 16 Januari 1950
Keppres RI No. 25/1950 tentang pengesahan PMI
- 20 Mei 1950
Nerkai menyerahkan RS Kedung Halang ke-PMI yang sekarang dikenal dengan nama
RSU PMI Bogor.
- 15 Juni 1950
PMI diakui ICRC dengan Surat Keputusan No.392

- 16 Oktober 1950
PMI menjadi anggota anggota federasi internasional Palang Merah dan bulan sabit
merah. No keanggotaan 68.

B. PMR (Youth Red Cross)

Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh Perang Dunia I (1914-1918) pada
waktu itu Australia sedang mengalami peperangan. Karena Palang Merah Australia kekurangan
tenaga untuk memberikan bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah untuk membantu
sesuai dengan kemampuannya. Mereka diberikan tugas-tugas ringan seperti mengumpulkan
pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta Koran bekas. Anak-anak tersebut terhimpun
dalam suatu badan yang disebut Palang Merah Remaja (Youth Red Cross).

Tahun 1919 di Wina Swiss dalam sidang Liga diputuskan bahwa Palang Merah Remaja menjadi
satu bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha tersebut
diikuti oleh Negara-negara lain. Dan tahun 1960, dari 145 Perhimpunan Palang Merah dan Bulan
Sabit Merah sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja.

Di Indonesia pada Kongres PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk
Palang Merah Remaja yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman. Pada
tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah Remaja secara resmi di Indonesia. Sebelumnya pada
awal pendirian bernama Palang Merah Pemuda (PMP) kemudian menjadi Palang Merah Remaja
(PMR).

C. ICRC (International Committee of the Red Cross)


Tahun berdiri : 1863
Markas : Geneva (Swiss)
Mandat :
- Memelihara dan menyebarluaskan Prinsip Dasar.
- Memberikan pengakuan terhadap setiap Perhimpunan Nasional.
- Melaksanakan tugas yang dibebankan oleh Konvensi-konvensi Jenewa.
- Setiap saat berupaya sebagai suatu lembaga netral yang melaksanakan kegiatan kemanusiaan.
- Menjamin bekerjanya Kantor Pusat Pelacakan (The Central Tracing Agency) yang diitetapkandalam
Konvensi Jenewa.
- Membantu melatih petugas kesehatan dan menyediakan alat-alat kesehatan.
- Menyebarluaskan pengertian dan diseminasi HPI yang berlaku pada saat terjadi konflik bersenjata.
- Menjalankan mandat yang dipercayakan oleh Konferensi Internasional.
ICRC mempunyai slogan yaitu:” Inter Arma Caritas” (latin) = Bantuan diantara pertikaian atau “Amid
Conflict Charity” (Inggris)

D. IFRC (International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies)

Tahun berdiri : 1919


Pemrakarsa : Henry Davidson (Warga Negara Amerika)
Markas : Geneva (Swiss)
Mandat : Fungsi dan Tugas Federasi

- Sebagai badan penghubung, koordinator, dan pendidik diantara perhimpunan-perhimpunan nasional


dan memberikan bantuan yang mungkin dibutuhkan mereka.
- Mendorong dan memajukan berdirinya suatu perhimpunan nasional dari setiap negara.
- Memberikan bantuan dengan segala cara yang dapat dilakukan kepada para korban bencana.
- Membantu perhimpunan nasional dalam kesiagaan pertolongan terhadap korban bencana alam
termasuk pengaturannya.
- Mengatur dan mengoordinasikan bantuan internasional secara langsung dan sesuai denganketentuan
serta prinsip-prinsip internasional.
- Mendorong dan mengkoordinasikan keikutsertaan perhimpunan nasional dalam
kegiatanpemeliharaan kesehatan dan memajukan kesejahteraan sosial masyarakat dengan
carakerjasama dengan pejabat-pejabat yang berwenang setempat.
- Mendorong dan mengkoordinasikan pertukaran gagasan di antara perhimpunan nasional
untukmendidik anak-anak dan remaja demi tercapainya cita-cita kemanusiaan dan
perkembanganpersahabatan di antara mereka di semua negara.
- Membantu perhimpunan nasional dalam menanamkan prinsip-prinsip serta cita-cita dari
GerakanPalang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.
- Memberikan pertolongan kepada para korban pertikaian bersenjata sesuai dengan persetujuanyang
ditandatangani dengan Komite Internasional Palang Merah.
- Membantu komite internasional dalam memajukan dan mengembangkan Hukum Perikemanusiaan
Internasional dan bekerjasama dengannya dalam menyebarluaskan HPI danPrinsip-prinsip Dasar
Gerakan pada Perhimpunan Nasional.
- Menjadi wakil resmi dari anggota perhimpunan nasional di kawasan internasional, antara
lainmengambil keputusan dan rekomendasi yang telah disetujui dalam musyawarah dan
menjagakeutuhan perhimpunan nasional serta melindungi kepentingannya.
- Menjalankan mandat yang dipercayakan padanya oleh Konferensi internasional.
Slogan :

Federasi mempunyai slogan yaitu ;”Per Humanitatem Ad Pacem”

(latin)=Perdamaian melalui kemanusiaan “Trough Humanity To

Peace” (inggris)

E. Perhimpunan Nasional

Markas : Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, yang didirikan
hampir di setiap negara di seluruh dunia, yang kini berjumlah 176 Perhimpunan Nasional, termasuk
Palang Merah Indonesia.

Tahun Berdiri : 1864


Mandat : Kegiatan perhimpunan nasional beragam seperti bantuan darurat pada bencana,
pelayanan kesehatan, bantuan sosial, pelatihan P3K dan pelayanan transfusi darah.
Persyaratan pendirian :
* mendapat pengakuan dari pemerintah negara yang sudah menjadi peserta Konvensi Jenewa
* menjalankan Prinsip Dasar Gerakan
Bila demikian ICRC akan memberi pengakuan keberadaan perhimpunan tersebut sebelum menjadi
anggota Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

6. THE LAW OF HUMANITER

A. Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI)


Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah seperangkat aturan yang karena alasan kemanusiaan
dibuat untuk membatasi akibat-akibat dari pertikaian bersenjata. Hukum ini melindungi mereka
yang tidak atau tidak lagi terlibat dalam pertikaian dan membatasi cara-cara dan metode
peperangan. Hukum Perikemanusiaan Internasional adalah istilah yang digunakan oleh Palang
Merah Indonesia untuk Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Istilah
lain dari Hukum Humaniter Internasional ini adalah "Hukum Perang" (Law of War) dan "Hukum
Konflik Bersenjata" (Law of Armed Conflict).

B. Konvensi-konvensi Jenewa yang merupakan International Humanitarian Law terdiri dari berbagai
aturan yang berlaku pada masa konflik bersenjata, dengan tujuan melindungi orang yang tidak, atau
sudah tidak lagi ikut serta dalam permusuhan, antara lain:
1. kombatan yang terluka atau sakit
2. tawanan perang
3. orang sipil
4. personel dinas medis dan dinas keagamaan

C. Konvensi Geneva 1949


1. Konvensi Jenewa Pertama, mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka
dan Sakit di Darat, 1864
2. Konvensi Jenewa Kedua, mengenai Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata yang Terluka,
Sakit, dan Karam di Laut, 1906
3. Konvensi Jenewa Ketiga, mengenai PerlakuanTawanan Perang, 1929
4. Konvensi Jenewa Keempat, mengenai Perlindungan Orang Sipil di Masa Perang, 1949

D. Protokol Tambahan Konvensi Geneva 1977


1. Protokol I (1977), mengenai Perlindungan Korban Konflik Bersenjata Internasional
2. Protokol II (1977), mengenai Perlindungan Konflik Bersenjata Non-internasional
3. Protokol III (2005), mengenai Adopsi Lambang Pembeda Tambahan
*)Konvensi Geneva dan Protokol Tambahan memiliki 600 pasal.

Anda mungkin juga menyukai