Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA 1

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017/2018

MODUL : Distilasi Batch

PEMBIMBING : Anggi Regiana Agustin, S.ST, M.Sc

Praktimum : 2 Oktober 2017

Penyerahan : 9 Oktober 2017

Oleh :

Kelompok : VI

Nama : Hanifah Muslimah NIM. 161411074

M. Fajri Al Hamidi NIM. 161411078

Saraswati Ayu K. NIM. 161411088

Prodi/Kelas : D III-Teknik Kimia / 2C

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017

1
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Operasi distilasi dilakukan untuk memisahkan campuran cair-cair menjadi
komponen-komponennua berdasarkan pada perbedaan tekanan uap. Operasi
distilasi menjadi komponen-komponennya juga biasa dilakukan setelah proses
ekstraksi untuk memisahkan kembali solute dari solvent.
Proses distilasi sering digunakan pada tahap pemisahan dalam industry
karena dianggap sudah dapat memisahkan komponen-komponen dalam
campuran secara efisien.
Distilasi sangat baik untuk memisahkan bahan-bahan yang berupa zat cair
atau untuk dimurnikan dari cairan yang mengandung pengotor (wonoharjo
dalam Widya. 2014)
Dalam industry, proses distilasi sering kita jumpai pada industry
pengolahan minyak bumi, pemurnian misnyak atsiri, produksi etanol dan lain-
lain.

1.2 Tujuan Praktikum


Pada praktikum ini, diharapkan mahasiswa dapat :
a) Memisahkan campuran biner air dan etanol
b) Membuat kurva kalibrasi antara indeks bias dengan fraksi mol
c) Mengukur fraksi distilat (X0) dan residu (XW) dalam hal ini perubahan
konsentrasi terhadap waktu
d) Menghitungetanol dalam sampel dengan menggunakan persamaan luas
Rayleigh
BAB II
LANDASAN TEORI

Distilasi merupakan metode pemisahan suatu komponen cairan dari


campurannya berdasarkan pada perbedaan titik didih atau kemampuan suatu zat
menguap. Secara teoretis, bila perbedaan titik didih atar komponen yang akan
dipisahkan besar maka pemisahan dengan cara distilasi akan berlangsung dengan
dengan semakin baik, yaitu hasil yang diperoleh pada distilat semakin murni.
Distilasi memiliki prinsip kerja utama diaman terjadi pemanasan yang
salah satu komponen dalam campran akan menguap setelah mencapai titik
didihnya, komponen yang paling dahulu mencapai titik didihnya merupakan zat
yang titik didihnya lebih rendah.
Pemisahan dengan cara distilasi tidak hanya didasarkan pada perbedaan
titik didih dari komponen-komponen dalam campuran saja, tetapi juga sifat dari
campuran, karakteristik kolom serta besaran-besaran dalam operasi. Karakteristik
dari kolom dipengaruhi oleh jenis isian kolom (vigruez, packed, plate) serta tinggi
kolom. Besaran-besaran operasi meliputi laju uap naik, laju cairan turun (reflux)
luas permukaan kontak antara fasa gas dan cair serta koefisien perpindahan massa.
Keberhasilan suatu operasi distilasi tergantung pada keadaan setimbang
yang terjadi antara fasa uap dan fasa cair dalam campuran yaitu komponen yang
lebih mudah menguap dengan yang lebih lambat menguap. Umumnya proses
distilasi dilaksanakan dalam keadaan bubble temperature atau dew temperature
cairan yang mudah lebih mudah mengauap.
Pedistilan senyawa dengan titik didih terlalu tinggi dikhawatirkan akan
merusak senyawa yang akan didistilasi diakibatkan terjadinya oksidasi dan
dekomposisi (Ibrahim dan Mahram dalam Nurul. 2014)
Pada operasi distilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa
campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa uapnya
akan lebih banyak mengandung komponen yang mudah menguap, sedangkan fasa
cairnya akan mengandung lebih banyak komponen yang lebih lambat menguap.
Apabila uap tersebut dikondensasikan, maka akan didapatkan cairan dengan
komposisi yang berbeda dengan cairan yang pertama. Cairan yang didapat dari

3
4

hasil kondensasi akan mengandung komponen yang lebih mudah menguap dari
dalam campuran.
Dalam campuran biner, titik didih campuran berada pada titik antara
komponen yang mudah menguap dan komponen yang lebih lambat menguap.
Berdasarkan hokum Roults dan Dalton, komposisi zat volaatil di dalam
asa uap akan lebih bnayak dibandingkan dengan fasa cirnya, tergantung pada
harga sifat volatilitasnya (αm) suatu komonen terhadap komponen lain.
Proses ditilasi dilakukan pada rangkaian alat berupa kolom atau menara
yang terdiri dari isian (vigruez, packed, plate) sehingga dengan pemanasan
komponen dapat menguap, terkondensasi, dan dipisahkan secara bertahap
berdasarkan tekanan uap/titik didihnya. Kolom distilasi juga dapat berfungsi
sebagai pemisah. Dalam operasi dengan menggunakan kolom (vigruez, packed,
plate) dikenal istilah HETP (Height Equivalent to Theoretical Plate). HETP
adalah hubungan yang menyatakan perbandingan tinggi kolom berpacking dengan
satu tahap teoretis.
Bila cairan hasil kondensasi di kembalikan sebagian (reflux), maka akan
didapatkan uap dengan komponen volatile yang lebih tinggi.
BAB III
PERCOBAAN

3.1 Susunan Alat dan Bahan yang Digunakan


 Seperangkat alat distilasi dan unit pengendali
 Refraktometer
 Stopwatch
 Botol semprot
 Tissue
 Gelas ukur 50 ml
 Pipet tetes
 Gelas kimia
 Erlenmeyer
 Bola isap
 Pipet ukur 5 ml
 Aquadest
 Etanol 96%

3.2 Rangkaian alat Distilasi Batch

5
6

3.3 Langkah Kerja

START

Mengeluarkan seluruh residu yang


terdapat dalam labu distilasi

Etanol 1,5 L+ Memasukkan campuran feed ke dalam


aquades 1,5 L labu distilasi

Mengambil sampel feed dan


memeriksa indeks biasnya

Mengalirkan air pendingin melalui


kolom

Melakukan penyetingan pada unit


pengendali

Mengambil sampel pada residu untuk


diukur indeks bias pada saat awal
mendidih

Mengambil sampel pada distilat saat


tetes pertama pada distilat

Mengambil distilat selama 15 menit


sekali

FINISH
7

3.4 Data Pengamatan


Tabel 3.1 Tabel Kurva Kalibrasi

X etanol
Aquades M etanol "𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙
Etanol (ml) Indeks bias
(ml) (mol) ( )
"𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 + "𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
10 10 0.1717 1 1.3641
9 9 0.1546 0.74 1.3607
8 8 0.1374 0.55 1.3573
7 7 0.1202 0.42 1.3547
6 6 0.1030 0.32 1.3525
5 5 0.0859 0.24 1.3498
4 4 0.0687 0.17 1.3474
3 3 0.0515 0.12 1.3446
2 2 0.0343 0.07 1.3407
1 1 0.0172 0.03 1.3350
0 10 0 0 1.3322

Tabel 3.2 Tabel Pengamatan Distilasi

Dari Kurva
Etanol (ml) Indeks Bias
Waktu Kalibrasi
Distilat Risidu Distilat Risidu Xd XW
0 1.3423 1.3423 0.114 0.114
15 22 10 1.3409 1.3423 0.066 0.114
30 6.2 10 1.3389 1.3422 -0.003 0.110
45 7 10 1.3402 1.3422 0.041 0.110
60 5.4 10 1.3387 1.3421 -0.010 0.107
75 3.2 10 1.3387 1.3419 -0.010 0.1

Volume aquades dalam labu distilasi : 1500 ml


Volume etanol dalam labu distilasi : 1500 ml
𝑔𝑟
ρ air = 1 ⁄𝑐𝑚3
𝑔𝑟
ρ etanol = 0.79 ⁄𝑐𝑚3
𝑔𝑟
Mr air = 18 ⁄𝑚𝑜𝑙
𝑔𝑟
Mr etanol = 46 ⁄𝑚𝑜𝑙
BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengolahan Data


Mol etanol (10 ml)
𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 10 𝑐𝑚3
= 7.9 gram

7.9 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.1717 mol

Mol etanol (9 ml) Mol aquades (1 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 9 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 1 𝑐𝑚3
= 7.1 gram = 1 gram

7.1 𝑔𝑟 1 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.1543 mol = 0.056 mol

Mol etanol (8 ml) Mol aquades (2 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 8 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 2 𝑐𝑚3
= 6.3 gram = 2 gram

6.3 𝑔𝑟 2 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.1369 mol = 0.111 mol

Mol etanol (7 ml) Mol aquades (3 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 7 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 3 𝑐𝑚3
= 5.53 gram = 3 gram

5.53 𝑔𝑟 3 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.1202 mol = 0.167 mol

8
9

Mol etanol (6 ml) Mol aquades (4 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 6 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 4 𝑐𝑚3
= 4.74 gram = 4 gram

4.74 𝑔𝑟 4 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.1030 mol = 0.222 mol

Mol etanol (6 ml) Mol aquades (4 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 6 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 4 𝑐𝑚3
= 4.74 gram = 4 gram

4.74 𝑔𝑟 4 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.1030 mol = 0.222 mol

Mol etanol (5 ml) Mol aquades (5 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 5 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 5 𝑐𝑚3
= 3.95 gram = 5 gram

3.95 𝑔𝑟 5 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.0737 mol = 0.278 mol

Mol etanol (4 ml) Mol aquades (6 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 4 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 6 𝑐𝑚3
= 3.16 gram = 6 gram

3.16 𝑔𝑟 6 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.0687 mol = 0.333 mol

Mol etanol (3 ml) Mol aquades (7 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 5 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 7 𝑐𝑚3
= 2.37 gram = 7 gram

2.37 𝑔𝑟 7 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.0515 mol = 0.389 mol


10

Mol etanol (2 ml) Mol aquades (8 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 2 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 8 𝑐𝑚3
= 1.58 gram = 8 gram

1.58 𝑔𝑟 8 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.0343 mol = 0.444 mol

Mol etanol (1 ml) Mol aquades (9 ml)


𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 0.79 ⁄𝑐𝑚3 × 1 𝑐𝑚3 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 9 𝑐𝑚3
= 0.79 gram = 9 gram

0.79 𝑔𝑟 9 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟 𝑛 = 𝑔𝑟
46 ⁄𝑚𝑜𝑙 18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.0172 mol = 0.5 mol

Mol aquades (10 ml)


𝑔𝑟
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 = 1 ⁄𝑐𝑚3 × 10 𝑐𝑚3
= 10 gram

10 𝑔𝑟
𝑛 = 𝑔𝑟
18 ⁄𝑚𝑜𝑙

= 0.556 mol
11

4.2 Persamaan dari Kalibrasi


Kurva 4.1 Kurva kalibrasi indeks bias terhadap fraksi mol etanol

Kurva Indeks Bias Terhadap Fraksi Etanol


1.375
1.37
y = 0.0297x + 1.3391
1.365
R² = 0.8564
1.36
Indeks Bias

1.355
1.35 Indeks bias
1.345 Linear (Indeks bias)
1.34
1.335
1.33
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
X etanol

Dari kurva, diperoleh persamaan regresi y = 0.029x + 1.339 dengan nilai


R2=0.856.
Tabel 4.3 Indeks bias etanol

Dari Kurva
Indeks Bias 1
Waktu Kalibrasi
𝑋𝐷 − 𝑋𝑊
Distilat Risidu Xd XW
0 1.3423 1.3423 0.114 0.114 -
15 1.3409 1.3423 0.066 0.114 -20.83
30 1.3389 1.3422 -0.003 0.110 -8.85
45 1.3402 1.3422 0.041 0.110 -14.49
60 1.3387 1.3421 -0.010 0.107 -8.55
75 1.3387 1.3419 -0.010 0.1 -9.09
12

Kurva 4.2 Kurva 1/(Xd-Xw) vs. Xw

Kurva 1/(Xd-Xw) vs. Xw


0
0.098 0.1 0.102 0.104 0.106 0.108 0.11 0.112 0.114 0.116
-5
0.107, -8.55
0.1, -9.09 0.11, -8.85
1/(Xd-Xw)

-10

-15 0.11, -14.49

-20
0.114, -20.83

-25
Xw

𝑊0 1
ln =∫
𝑊 𝑋𝐷 − 𝑋𝑊
1 1 1
𝐿 = ( × (9.09 + 8.55) × 0.07) + ( × (8.55 + 14.49) × 0.003) + ( × (20.83 + 8.85) × 0.004)
2 2 2
= 0.6174 + 0.0346 +0.0588
= 0.7108

𝑉𝑜𝑙 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛


Wo = 𝜌 𝑒𝑡𝑎𝑛𝑜𝑙

1500𝑚𝐿
= 𝑔
0,79
𝑚𝑜𝑙

= 1898,73 gram

PerasamaanReyleigh

𝑊0 1 1898,73
ln =∫ 𝑊=
𝑊 𝑋𝐷 − 𝑋𝑊 2,035
1898,73 𝑔 W residu = 933,04 gram
ln = 0,7108
𝑊
W distilat = 1898,73 - 933,04
1898,73
= 𝑒 0,7108
𝑊 = 965,70 gram
BAB V
PEMBAHASAN

Hanifah Muslimah (161411074)

Pada praktikum kali ini dilakukan pemisahan campuran biner antara etanol
dan air dengan proses distilasi batch. Pada proses distilasi larutan yang bersifat
volatile yaitu etanol akan lebih dahulu menguap dibanding air. Karena etanol
memiliki titik didih yang lebih rendah dibanding air dan juga punya tekanan uap
yang lebih tinggi dibanding air, etanol memiliki titik didih 78oC sedangkan titik
didih air 100oC, sedangkan tekanan uap masing-masing pada 78oC yaitu air 350
mmHg dan etanol 760 mmHg.

Kemudian dibuat kurva kalibrasi antara indeks bias dan fraksi mol sehingga
diperoleh persamaan y = 0,029x + 1,339 dengan nilai R2=0.856. Dari kurva
tersebut dapat diketahui bahwa adanya hubungan linier antara fraksi mol etanol
dan indeks bias, semakin tinggi fraksi mol etanol maka indeks biasnya akan
semakin mendekati indeks bias etanol literature yaitu 1,36.

Fraksi destilat dan residu diukur perubahannya terhadap waktu, setiap 15


menit distilat dan residu diukur indeks biasnya sehingga didapatkan fraksi destilat
(Xo) dari 0 menit hingga 75 menit dengan range waktu 15 menit yaitu : 0.114 ;
0.066 ; -0.003 ; 0.041 ; -0.010 ; -0.010. Dari data tersebut didapatkan nilai fraksi
destilat yang tidak konsisten, seharusnya semakin lama proses dijalankan semakin
tinggi fraksi distilat yang dihasilkan karena distilat akan lebih banyak
mengandung etanol. Hal ini disebabkan karena konsentrasi etanolnya yang tidak
murni, dan terjadinya kesalahan pengukuran pada alat refraktometer sehingga
indeks bias yang didapatkan tidak sesuai.

Kemudian setelah diketahui fraksi mol destilat dan residu dapat dibuat kurva
untuk mengetahui kandungan etanol dalam sampel, dari persamaan Rayleigh
didapatkan luas kurva tersebut yaitu 0,708 sehingga didapatkan W residunya yaitu
933,04 gram dan W distilatnya 965,70 gram.

13
14

Muhamad Fajri Al Hamidi (161411078)

Dalam praktikum dilakukan pengukuran indeks bias etanol dengan


fraksi yang berbeda-beda, hal ini bertujuan untuk membuat kurva kalibrasi
sehingga nantinya fraksi etanol yang disampling dari residu dan dari destilat
akan diukur indeks biasnya, lalu indeks bias dari destilat dan residu tersebut
diplotkan kedalam kurva, sehingga akan diperoleh fraksi etanol dalam destilat
dan residu.Dari percobaan kami, dapat diambil kesimpulan bahwa indeks bias
etanol semakin turun dengan semakin besarnya penambahan air. Dimana
semakin murni etanol maka nilai indeks biasnya semakin besar.

Dalam praktikum kali ini terjadi penyimpangan, berdasarkan teori


semakin lama proses destilasi itu berlangsung maka kemurnian dari destilat
yang dihasilkan akan meningkat, taip dari data yang di dapatkemurnian
destilat yang dihasilkan menurun. Hal ini ditunjukan dengan nilai indeks bias
yang menjadi kecil dan mendekati nilai indeks bias dari air seiring berjalannya
proses destilasi. Hal tersebut bisa saja disebabkan oleh konidisi operasi yang
tidak sesuai, seperti suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan uap air ikut
melewati kolom packing yang selanjutnya akan terkondensasi dan masuk ke
labu penampung destilat. Atau etanol pada umpan yang kemurniannya sudah
menurun karena dipakai berulang-ulang, selain itu suhu air pendingin di
kondenser yang tidak konstan juga dapat menyebabkan penyimpangan data
dari proses destilasi.

Fraksi mol etanol residu dari hasil percobaan berkurang, hal ini sudah
sesuai dengan teori karena etanol terus teruapkan dan Xw semakin kecil.
Yang semula jumlah etanol umpan adalah 1898,73 g dan akhirnya jumlah
etanol akhir residu 932,761 g yang didapat dari persamaan Rayleigh. Selisih
dari etanol awal dan akhir adalah jumlah etanol dalam sampel yaitu 965,969 g.
15

Saraswati Ayu Kamadheni (161411088)


Distilasi batch (curah) merupakan distilasi yang sering digunakan dalam
industri. Pada operasi ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan
produknya dikeluarkan secara kontinu. Perbedaan distilasi batch yang dilakukan
dalam praktikum degan pada industry adalah stage (tahap) yang dilakukan pada
proses.
Praktikum dilakukan dengan tujuan meemisahkan campuran biner air dan
etanol; membuat kurva kalibrasi antara indeks bias dengan fraksi mol; mengukur
fraksi distilat (X0) dan residu (XW) dalam hal ini perubahan konsentrasi terhadap
waktu; serta menghitung etanol dalam sampel dengan menggunakan persamaan
luas Rayleigh.
Pada praktikum, dilakukan pemisahan campuran biner air dan etanol. Pada
campuran terdapat air dengan titik didih 100oC dan etanol denga titik didih 78,4oC
pada tekanan satu atm. Namun, pemisahan dengan distilasi fraksionasi hanya
dapat efisien memisahkan campuran dengan kandungan 10-85 % (Huang dalam
Wahyuni, Ika. 20). Namun, campuran kedua komponen ini memiliki sifat dapat
membentuk campuran azeotrof dengan titik didih 78,15oC. sedangkan proses
berjalan pada temperature operasi 90oC, maka yang diperoleh di dalam distilat
belum sepenuhnya etanol. Kemurnian distilat dipengaruhi oleh jumlah stage derta
ketinggian kolom. Semakin tinggi kolom dan banyak stage maka semakin urni
distilat akan diperoleh.
Dalam praktikum dilakukan pengukuran indeks bias dengan menggunakan
campuran biner aquades etanol yang sudah diketahui komposisinya.pengukuran
indeks bias ini digunakan untuk membuat kurva kalibrasi untuk mengertahui
hubungan linier antara indeks bias terhadap fraksi mol etanol. Kurva kalibrasi
digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan konsentrasi etanol dalam
campuran. Persamaan dari kurva kalibrasi yang diperoleh adalah y = 0.029x +
1.339 dengan nilai R2=0.856. Karen ada penyimpangan pada pengukuran indeks
bias, sehingga kami menggunakan data untuk pembuatan kurva dari sumber lain.
Secara teori etanol seharusnya memiliki indkes bias 1.36, namun pada pengukuran
kami hanya memperoleh 1.3334 untuk etanol 96%. Perbedaaan nilai pada indeks
bias dapat disebabkan oleh kemurnian dari etanol yang berbeda. Faktor-faktor
16

yang menyebabkan perbedaan indeks bias yaitu konsentrasi, kerapatan, sudut


kritis dan kecepatan cahaya. Bila zat cair memiliki konsentrasi lebih besar akan
mempunyai kerapatan antar molekul yang lebih kecil, sehingga indeks biasnya
semakin besar dan begitu juga sebaliknya. Faktor inilah yang menyebabkan
indeks bias dari etanol lebih kecil dari teori, karena ada zat pengotor dalam etanol.
Dari kurva kalibrasi dengan data lain dapat diketahui bahwa semakin banyak
kandungan etanol dalam campuran, indeksbiasnya semakin besar.
Sampling etanol pada proses distilasi dilakukan pada awal pemcampuran
pada residu, terjadi tetesan awal pada distilat, dan setiap 15 mmenit sekali pada
residu dan destilat. Dari data diperoleh fraksi etanol dalam distilat pada 15 menit,
30 menit, 45 menit, 60 menit dan 75 menit berturut-turut 0.114, 0.066, -0.003,
0.041, -0.010, dan -0.010. Menurut teori seharusnya semakin lama waktu distilat
diperoleh indeksbias distilat yang semakin mendekati etanol (1.36) karena proses
pemisahan berlangsung dan konsentrasi etanol yang diperoleh dalam distilat
semakin besar. Namun, dalam praktikum kami mendapatkan indeks bias yang
naik turun. Hal ini dapat disebabkan karena suhu operasi yang terlalu tinggi yaitu
90oC. suhu optimum proses didtilasi berdasarkan percobaan yang dilakukan Garry
Sinawang, Lutfia, Tri Widjaja adalah 80oC. sedangkan, pada risidu fraksi mol
etanol yang diperoleh 0.114, 0.114, 0.110, 0.110, 0.107, dan 0.1. fraksi mol etanol
dalam risidu sesuai denga teori, di mana semakin lama etanol semakin berkurang.
Jumlah etanol pada ditilat bedasarkan perhitungan menggunaakan
persamaan Reyleigh diperoleh luas bidang sebesar 0.7108 yang merupakan nilai
ln W0/W. Dan diperoleh jumlah eanol dalam distilat sebanyak 965.70 gram.
BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Nurul Komariah, Leily; A. F. Ramdja; Nicky Leonard. 2009. TINJAUAN


TEORITIS PERANCANGAN KOLOM DISTILASI UNTUK PRA-
RENCANA PABRIK SKALA INDUSTRI. Jurnal Teknik Kimia, No. 4, Vol.
16, Desember 2009
Sinawang, Garry; Lutfia; Tri Widjaja.______. Pemisahan Campuran Etanol –
Amil Alkohol – Air dengan Proses Distilasi dalam Structured Packing dan
Dehidrasi Menggunakan Adsorbent. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh
Nopember
Wahyuni, Ika. 2012. Studi Pemisahan Azeotrop Etanol-Air dan Isopropil Alkohol
Air Melalui Proses Pervaporasi dengan Membran Thin Film Composite
Comercial. Depok: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai