Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN FARINGITIS.

ASUHAN KEPERAWATAN FARINGITIS.

DEFINISI
Adalah peradangan pada mukosa faring.
(Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000)
Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau
faring yang disebabkan oleh
bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.(Wikipedia.com).

B. ETIOLOGI
Faringitis disebabkan oleh virus dan bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus, termasuk
virus penyebab:
Ø common cold/flu
Ø Adenovirus
Ø mononukleosis atau HIV.
Ø virus influenza (A dan B).
Ø parainfluenza (tipe 1-4).
Ø adenovirus.
Ø ECHO.
Ø juga disebabkan oleh berbagi jenis kuman
Bakteri yang menyebabkan faringitis antara lain:
Ø Streptokokus grup A
Ø Korinebakterium
Ø Arkanobakterium
Ø Streptococcus β hemolitikus.
Ø Streptococcus viridians.
Ø Streptococcus piyogenes
Ø Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.

C. PATOFISIOLOGI
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem
dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah
dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu
terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak
pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan
membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

D. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
• Faringitis akut, adalah radang tenggorok yang disebabkan oleh virus dan bakteri yaitu
streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mukosa dan tonsil yang masih berwarna merah,
malaise, nyeri tenggorok dan kadang disertai demam dan batuk.Faringitis ini terjadinya masih
baru,belum berlangsung lama.
• Faringitis kronis adalah radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama,
biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang mengganjal di
tenggorok.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja atau tinggal
dalam lingkungan berdebu,menggunakan suara berlebihan, menderita batu kronik, dan
kebiasan menkonsumsi alcohol dan tembakau.

Faringitis kronik dibagi menjadi 3, yaitu:


v Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membran mukosa.
v Faringitis atrofi merupakan tahap lanjut dari faringitis hipertrofi (membran tipis,
keputihan,licin dan pada waktunya berkerut).
v Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

E.MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis akut:
1.Membran faring tampak merah
2.Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat
3.Nodus limfe servikal membesar dan mengeras
4.Mungkin terdapat demam,malaise dan sakit tenggorokan
5.Serak,batuk,rhinitis bukan hal yang tidak lazim.
Manifestasi klinis kronis:
1.Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorokan.
2.Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan dan dikeluarkan dengan batuk.
3.Kesulitan menelan.
Gejala Klinis
Penyakit faringitis cenderung akut dengan disertai demam yang tinggi, sakit kepala, rasa
nyeri di perut dan muntah-muntah. Tenggorokan terasa nyeri, amandel menjadi berwarna
merah dan membengkak. Pada anak yang sudah lebih besar akan terlihat adanya lapisan
seperti krim di atas amandel (eksudat) yang tidak mengeluarkan darah bila disentuh. Kelenjar
getah bening di leher sering membengkak dan terasa nyeri bila ditekan. Berbeda dengan
faringitis virus, penderita faringitis streptokokus tidak mengalami rhinitis, suara serak atau
batuk.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : kemerahan pada faring,adanya pembengkakan di daerah leher.
Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher ,adanya nyeritekan. TTV : suhu tubuh
mengalami kenaikan, nadi meningkat, dan napasnya cepat.

F. TES DIAGNOTIK
• Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam.
• Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru.
• Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di
jaringan.

G. KOMPLIKASI
Penyakit ini jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan:
Ø Radang ginjal (glomerulonefritis akut)
Ø Demam rematik akut
Ø Otitis media (radang telinga bagian tengah)
Ø Sinusitis
Ø Abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang
tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah).
H. PENATALAKSANAAN
- Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
- Antipiretik
- Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
- Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisi
-Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat
-pemberian kompres panas atau dingin pada leher untuk meringankan nyeri.
Pengobatan secara medikamentosa umumnya menggunakan:
· Antimikroba.
· Antibiotik (dalam dosis terapeutik).
· Dapat pula dilakukan dengan cara irigasi hangat pada tenggorokan.
· Pemberian cairan yang adekuat.
· Menghindari makanan pedas, berminyak, mengandung vetsin, es juga disarankan.
A. PENGKAJIAN
1. Data Dasar
· Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, sumber biaya, dan
sumber informasi).
· Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien)
2. Riwayat Keperawatan, meliputi :
· Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
- Alasan masuk rumah sakit
- Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat menelan.
Keluhan utama:
- Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah leher
- Pasien mengatakan mual dan muntah.
- Pasien mengatakan sakit saat menelan
Kronologis keluhan: Pasien mengeluh nyeri di leher.
· Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama atau yang
berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya, sebelumnya pasien
mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah menjalani
perawatan di RS.
· Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami penyakit yang sama.
· Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak penyakit pasien
terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien, mekanisme koping terhadap stres,
persepsi pasien terhadap penyakitnya, tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem
nilai kepercayaan.

· Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Dikaji 14 kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Handerson, seperti :
- Bernafas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pernafasan, sesak, atau batuk, serta ukur respirasi
rate.
- Makan
Dikaji apakah klien menghabiskan porsi makan yang telah disediakan RS, apakah pasien
mengalami mual atau muntah ataupun kedua-duanya.
- Minum
Dikaji kebiasaan minum pasien sebelum dan saat berada di RS, apakah ada perubahan (lebih
banyak minum atau lebih sedikit dari biasanya).
- Eliminasi
Dikaji pola buang air kecil dan buang air besar. Terutama difokuskan tentang apakah pasien
cenderung susah dalam buang air kecil (kaji kebiasaan dan volume urine) atau mempunyai
keluhan saat BAK.
- Gerak aktivitas
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan/keluhan dalam melakukan aktivitasnya saat
menderita suatu penyakit (dalam hal ini adalah setelah didiagnosa mengalami Faringitis) atau
saat menjalani perawatan di RS.
- Istirahat/tidur
Dikaji apakah pasien mengalami gangguan pola tidur akibat penyakitnya, misalnya gelisah
dan tidak bisa tidur nyenyak saat merasa nyeri di leher.
- Pengaturan suhu tubuh
Dikaji/ukur TTV pasien untuk mengetahui keadaan umum pasien, apakah pasien mengalami
demam atau tidak. Selain itu, observasi kondisi pasien mulai dari ekspresi wajah sampai kulit,
apakah kulitnya hangat atau kemerahan, wajahnya pucat atau tidak.
- Kebersihan diri
Dikaji kebersihan pasien saat dirawat di RS, bila perlu libatkan keluarga pasien dalam
melakukan perawatan diri pasien, misalnya saat mandi dan sebagainya.
- Rasa nyaman
Dikaji kondisi pasien yang berhubungan dengan gejala-gejala penyakitnya, misalnya pasien
merasa nyeri di perut bagian bawah (dikaji dengan PQRST : faktor penyebabnya,
kualitas/kuantitasnya, lokasi, lamanya dan skala nyeri).
- Rasa aman
Dikaji apakah pasien merasa cemas akan setiap tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya, dan apakah pasien merasa lebih aman saat ditemani keluarganya selama di RS.
- Sosial dan komunikasi
Dikaji bagaimana interaksi pasien terhadap keluarga, petugas RS dan lingkungan sekitar
(termasuk terhadap pasien lainnya).
- Pengetahuan
Dikaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita saat ini dan terapi yang
akan diberikan untuk kesembuhannya.
- Rekreasi
Dikaji apakah pasien memiliki hobi ataupun kegiatan lain yang ia senangi.
- Spiritual
Dikaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah pasien menerima penyakitnya
adalah karena murni oleh penyakit medis ataupun sebaliknya.
· Pengkajian Fisik, meliputi :
- Keadaan Umum, yaitu dengan mengobservasi bentuk tubuh, warna kulit, kesadaran, dan
kesan umum pasien (saat pertama kali masuk RS).
- Gejala Kardinal, yaitu dengan mengukur TTV (suhu, nadi, tekanan darah, dan respirasi).
- Keadaan Fisik, yaitu melakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dari kepala
sampai anus, tapi lebih difokuskan pada bagian leher.
- Pemeriksaan Penunjang, yaitu dari hasil pemeriksaan laboratorium dengan uji kultur dan uji
resistensi.
· Anamnesa
Adanya riwayat merokok,adanya riwayat streptokokus,dan yang penting ditanyakan apakah
klien pernah mengalami nyeri/lesi pada mulut (nyeri saat menelan).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
· Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.
· Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan
kesulitan dalam bernafas,
· Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan
· Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi ditandai dengan rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsiolaesa pada mukosa
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dan kolaboratif untuk
pemberian analgetik
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji lokasi,intensitas dan karakteristik nyeri
b. Identifikasi adanya tanda-tanda radang
c. Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri
d. Kompres es di sekitar leher
e. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

2. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake yang kurang
sekunder dengan kesulitan menelan ditandai dengan penurunan berat badan, pemasukan
makanan berkurang, nafsu makan kurang, sulit untuk menelan, HB kurang dari normal
Tujuan: gangguan pemenuhan nutrisi teratasi setelah dilakukan asuhan keperawatan yang
efektif
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor balance intake dengan output
b. Timbang berat badan tiap hari
c. Berikan makanan cair / lunak
d. Beri makan sedikit tapi sering
e. Kolaborasi pemberian roborantia

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang kental ditandai dengan
kesulitan dalam bernafas, batuk terdapat kumpulan sputum, ditemukan suara nafas tambahan
Tujuan: bersihan jalan nafas efektif ditujukkan dengan tidak ada sekret yang berlebihan
Intervensi Keperawatan :
a. Identifikasi kualitas atau kedalaman nafas pasien
b. Monitor suara nafas tambahan
c. Anjurkan untuk minum air hangat
d. Ajari pasien untuk batuk efektif
e. Kolaborasi untuk pemberian ekspektoran

4. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan demam, ketidakcukupan


pemasukan oral ditandai dengan turgor kulit kering, mukosa mulut kering, keluar keringat
berlebih
Tujuan: Resiko tinggi defisit volume cairan dapat dihindari
Intervensi Keperawatan :
a. Monitor intake dan output cairan
b. Monitor timbulnya tanda-tanda dehidrasi
c. Berikan intake cairan yang adekuat
d. Kolaborasi pemberian cairan secara parenteral (jika diperlukan)

5. Resiko tinggi penularan penyakit berhubungan dengan kontak, penularan melalui udara
Tujuan: Resiko tinggi penularan penyakit dapat dihindari
Intervensi keperawatan
Mengajarkan pasien tentang pentingnya peningkatan kesehatan dan pencegahan infeksi lebih
lanjut:
a. Menganjurkan pasien untuk istirahat
b. Menghindari kontak langsung dengan orang yang terkena infeksi pernafasan
c. Menutup mulut bila batuk / bersin
d. Mencuci tangan
e. Makan- makan bergisi
f. Menghindari penyebab iritasi
g. Oral hygine

6. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan dehidrasi, inflamasi ditandai dengan suhu
tubuh lebih dari normal, pasien gelisah, demam
Tujuan: Suhu tubuh dalam batas normal, adanya kondisi dehidrasi, inflamasi teratasi
Intervensi keperawatan
a. Ukur tanda-tanda vital
b. Monitor temperatur tubuh secara teratur
c. Identifikasi adanya dehidrasi, peradangan
d. Kompres es disekitar leher
e. Kolaborasi pemberian antibiotik, antipiretik

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan MedikalBedahJakarta:EGC
Carpenito, LyndaJual.2002.BukuSakuDiagnosisKeperawatan.Jakarta: EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C.,dkk.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. Et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius FKUI
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika
Brunner & suddarth.2000.Buku saku Keperawatan Medical Bedah.jakarta:EGC.
Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Sabiston David. C, Jr. M.D, 1994, Buku Ajar Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta
ASUHA KEPERAWATAN PADA PASIEN FARINGITIS

1. Pengertian
Farigitis ( dalam bahasa latin pharyngitis) adalah suatu penyakit radangan yang menyerang
tengorok atau paring yang diseebabpkan oleh bakteri atau virus tertentu kadang juga disebut
sebagai radang tenggorok (wikipedia.Com).

2. Epidemiologi
Faringitis terjadi pada setiap umur dan tidak di pengaruhi oleh jenis kelamin, tetapi Frekuensi
paliny tinggi terjadi pada anak-anak

3. Etiologi
Faringitis bisa disebabpkan oleh virus maupun bakteri kebanyakan disebkan oleh virus,
termasuk virus penyebab commond cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV.

4. Potofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi laspisan epitel kemudian bila epitel
terkikis limfoid seperficil beraksi terjadi pemembendungan radang dengan infiltrasi leokosit
polimorfonuklear. Pada stadium awal terjadi hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang
meningkata. Eksudat mula-mula merosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering
dan dapat melekat pada dinding paring. Dengan hiperemi pembuluh darah dinding varing
menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat pada
folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa polikel linfoid dan bercak-bercak pada dinding
paring posterior atau terletak lebih kelateal menjadi meradang dan membengkak sehingga
timbul radang pada tengorok atau faringitis

5. Klasifikasi
Berdasarkan lama berlangsungnya
1. Faringitis akut adalah radang tengorok yang disebapkaan oleh virus atau bakteri yaitu
streptokokus grup A dengan tanda dan gejala mokosa dan tonsil yang berwarna merah,
malaise, nyeri tengorok dan kadang diseratai demam dan batuk.
2. Faringitis kronis, adalah radang tengorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang lama,
biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuman trasa ada sesuatu yang menganjal ditenggorok.
Faringitis krinis terjadi umumnya pada invidu dewasa yang bekerja atu tinggal dalam
lingkingan yang berdebu, menggunakan suara yang berlebihan, menderita batuk kronik, dan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan temabakau. Faringitis kronis dibagi menjadi tiga yaitu :
Faringitis hipertrofi ditandai dengan penebalan umum dan kengesti membaran mukosa
 Faringitis atrofi kemungkinan merupakan thap lanjut dari jenis pertama ( membran tipis,
keputihan, licin pada waktunya berkerut)
Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring
6. Gejala klinis
Penyakit ini cenderung akut dengan disertai demam yang tinggi sakit kepala, rasa nyeri
diperut dan muntah-muntah. Tengggorokan terasa nyeri, amandel menjadi berwarnah merah
dan membengkak. Pada anak yang sudah lebih besar, akan terlihat adanya lipisan seperti krim
diatas amandel (eksudat) yang tidak mengeluarkan darah bila disentuh. Kelenjar getah bening
dileher sering membengkak dan terasa nyeri bila ditekan. Berbeda dengan faringitis virus,
penderita faringitis streptokokos tidak mengalami rhinitis, suara serak atau batuk.

7. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : kemerahan pada faring, adanya pembengkakan di daerah leher
Palpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekan
TTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, dan napasnya cepat

8. Pemeriksaan diagnostik
Kultur dan uji resistensi

9. Diagnosis
Pemeriksaan serologic
Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam
Foto thorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru
Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di
jaringan

10. Tindakan penanganan


 Untuk faringitis virus penanganan dilakukan dengan memberikan aspirin atau asetaminofen
cairan dan istrahat baring. Komplikasi seperti sinusitus atau pneumonia biasanya disebabkan
oleh bakteri karena adanya nekrosis epitel yang disebabkan oleh virus sehingga untuk
mengatasi komplikasi ini di cadangkan untuk mengunakan antibiotika

Untuk faringitis bakteri paling baik diobati dengan pemberian penisilin G sebanyak
200.000-250.000 unit, 3-4 kali dalam sehari selama 10 hari.pemberian obat ini biasanya akan
menghasilkan respon klinis yang cepat dengan terjadinya suhu badan dalam waktu 24 jam.
Eritromissin atau klindamisin merupakan obat alin dengan hasil memuaskan jika penderita
alergi terhadap penisilin. Jika penderita menderita nyeri tenggorokan yang sangat hebat,
selain terapi obat, pemberian kompres panas atau dingin dapat membantu meringankan nyeri.
Berkumur-kumur dengan larutan garam hangat dapat pula meringankan nyeri tenggorokan
dalam hal ini dapat disarankan pada anak-anak yang lebih besar untuk dapat bekerja sama

11. Komplikasi
Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang ginjal (
glomerulonefritis akut ), demam rematik akut, otitis media ( radang telinga bagian tengah ),
sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx ( radang disekitar amandel atau bagian
belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah).

A. PENGKAJIAN

INTEGRITAS EGO
Gejala : pernapasan takut akan kehilangan suara kuatir bila pembedahan mempengaruhi
hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan
Tanda : ansietas, depresi

MAKANAN/CAIRAN
Gejala : kesulitan menelan
Tanda : kesulitan menelan, mudah terdesak, bengkak, inflamasi/drainase oral, kebersihan gigi
buruk

HYGIENE
Tanda : kemunduran kebersihan gigi
Kebutuhan bantuan perawatan dasar

NEUROSENSORI
Gejala : kesemutan, parestesia otot wajah
Tanda : hemiparesis wajah ( keterlibatan parotid dan sub mandibular ), kesulitan menelan,
kerusakan membran mukosa

NYERI/ KENYAMANAN
Gejala : sakit tenggorokan, penyebaran nyeri ketelinga dan wajah, nyeri lokal pada orofaring
Tanda : perilaku berhati-hati, kelisa, nyeri wajah, gangguan tonus otot

PERNAFASAN
Gejala : riwayat merokok, penyakit paru kronis, batuk dengan/ tanpa sputum
Tanda : dispnea, sputum, darah

KEAMANAN
Gejala : perubahan pendengaran

INTERAKSI SOSIAL
berkomunikasi,bergabung dalam interaksi sosial.
Tanda : bicara kacau, enggan untuk berbicara

B. DIAGNOSA
1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat
proses inflamasi
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atau sekunder akibat infeksi
3. Kerusakan komunikasi verbal berhuhubungan dengan iritasi jalan nafas atas
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat
diaforesis yang berkaitan dengan demam
5. Kurang pengetahuan mengenal pemcegahan infeksi berhubungan dengan kurang terpajan
tentang penyakit dan pengobatan sertaprosedur perawatan

C. INTERVENSI
NDX 1:Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang berlebihan
Intervensi:
1. Awasi frekuensi / kedalaman pernafasan, catat kemudahan bernafas auskultasi bunyi nafas,
selidiki kegelisahan, dispnea, terjadinya sianosis
R/ perubahan pada pernafasan, penggunaan otot aksesori pernafasan atau adanya ronchi
diduga karena retensi sekret.
2. Tinggikan kepala 30-40 derajat.
R/ memudahkan drainase sekret, kerja pernafasan dan ekspansi paru.
3. Dorong menelan jika pasien mampu
R/ mencegah pengumpulan secret untuk membersihkan oral, menurunkan resiko aspirasi.
4. Dorong batuk efektif dan nafas dalam
R/ memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan nafas atas dan membantu mencegah
komplikasi pernafasan

NDX 2 : Nyeri berhubungan dengan iritasi jalan nafas atau akibat infeksi
Intervensi :

1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala dan selidiki serta laporkan perubahan nyeri
yang tepat.
R/ berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan.
2. Pantau tanda vital
R/ perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukan bahwa pasien mengalami nyeri.
3. Berikan analgetik sesuai indikasi
R/ menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasa dengan intervensi terapi lain.

NDX 3 : kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan iritsi jalan nafas atas.
Intervensi :

1. Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi


R/ alasan untuk dukungan ventilator jangka panjang bermacam-macam, pasien dapat sadar
dan beradaptasi pada penulisan.
2. Tentukan apakah pasien mempunyai gangguan komunikasi lain contoh perdengaran,
penglihatan.
R/ adanya masalah lain akan mempengaruhi rencana untuk pilihan komunikasi
3. Berikan cara yang tepet dan kontinyu untuk memanggil perawat, contoh bel pemanggil
atau lampu
R/ pasien memerlukan keyakinan bahwa perawat waspada dan akan berespon terhadap
panggilan.
4. Berikan pilihan cara berkomunikasi yang tepat bagi kebutuhan pasien misalnya papan dan
pensil, bahasa isyarat.
R/ memungkunkan pasien untuk menyatakan kebutuhan atau masalah
5. Berikkan komunikasi nonverbal, contonya sentuhan dan gerak fisik
R/ mengkomunikasikan masalah dan memenuhi kebutuhan kontak dengan orang
6. Ingatkan pasien untuk tidak bersuarasampai dokter memberi izin.
R/ meningkatkan penyembuhan pita suara dan membatasi potensialdisfungsi pita permanen

NDX 4 : defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan akibat
diaforesia yang berkaitan dengan demam

NDX 5 : Kurangan pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan tentang informasi


penyakit dan pengobatannya.
Intervensi :

1. Kaji potensial kerja sama dalam program pengobatan dirumah termasuk orang terdekat
sesuai indikasi
R/ orang terdekat memerlukan keterlibatan bila proses penyakit berat atau berubah untuk
batasan kesembuhan.
2. Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana
R/ meurunya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untyuk menerima/
memproses dan mengingat/ menyimpan informasi yang di berikan
3. Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama.
R/ proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa minggu/bulan dan informasi yang
dapat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi ketidak mampuannya dan
juga menerima perasaan tidak nyaman.
D. EVALUASI
Hasil yanbg diharapkan:
1. Mempertahankan jalan nafastetap paten dengan mengatasi sekresi
a. Melaporkan penurunan pada kongesif
b. Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi
2. Melaporkan perasaan lebih nyaman
a. Mengikuti tindakan untuik mencapai kenyamanan analgesic, kantung panas, kumur,
istrahat.
b. Memperagakan higyne mulut yang adekuat
3. Menunjukan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan dan tingkat
kenyamanan
4. Mempertahankan masukan cairan yang adekuat
5. Mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan nafas atas dan reaksi alergi
6. Menunjukan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan diri secara
adekuat.
7. Bebas dari tanda dan gejala infeksi:
a. Menunjukan tanda-tanda vital yang normal ( suhu tubuh, frekuensi nadi, dan pernafasan )
b. Tidak terdapat drainase plurelen
c. Bebas dari nyeri pad telinga, sinus dan tenggorokan

HASIL DISKUSI KELOMPOK TGL 22 JANUARI 2012


Pertanyaan – pertanyaan:
1. Bagaimana mekanisme kerja atau patofisiologinya sinusitis penyebab salah satunya adalah
alergi sehingga menyebabkan sinusitis?
2. Mengapa bronchitis akut terjadi hanya pada anak – anak?
3. Bagaimana penyebab pneumotoraks secara skunder?
4. Sebutkan dan jelaskan pengobatan secara herbal penyakit empisema?
5. Mengapa penyakit faringitis frequensi tertinggi terjadi pada anak –anak, dan bagaimana
cara pengobatan faringitis akut dan faringitis kronik?

Jawaban:
1. Didalam rongga sinus terdapat silia, fungsi silia adalah mendorong fudir masuk ke dalam
sehingga rongga sinus bersih. Apabila di dalam rongga sinus terjadi pembengkakan maka
lender tidak dapat terdorong, sehingga terdapat tumpukan lender yang menyebabkan sinusitis.
2. Karena pada anak imunisasinya belum lengkap.
3.
4. Pengobatan secara herbal ada, yaitu dengan cara merebus daun sirsak dan kemudian air
daun sirsak yang telah direbus diminum pada penderita episema,hal ini disebabkan karena
kandungan dari daun sirsak yang mengandung antioksidan yang mempercepat proses
pertukaran co2 dan O2 yang dapat memperbaiki dinding alveoli.
5. Penyakit faringitis frequensi tertinggi terjadi pada anak-anak karena daya tahan tubuh
anak-anak masih lemah, masih memerlukan imunisasi dan anak-anak rentan terhadap
penyakit dibanding orang dewasa, dimana anak-anak masih memerlukan pengawasan orang
tuanya. Kita sebagai perawat, sebaiknya memberikan pengetahuan kepada orang tua,
bagaimana cara memelihara kebersihan, mulai dari kebersihan makanan, tempat tinggal,
lingkungan bermain dan pakaian. Untuk faringitis akut yang disebabkan oleh virus,
pengobatannya adalah dapat dilakukan dengan memberikan aspirin atau asetaminofen cairan
dan istirahat baring. Untuk faringitis yang disebabkan oleh bakteri dapat dilakukan dengan
pemberian penisilin G sebanyaksebanyak 200.000 – 250.000 unit, 3 – 4 kali selama 10 hari.
Jika penderita nyeri tenggorokan yang hebat pemberian kompres panas atau dingin pd leher
dapat membantu meringankan nyari, dan juga berkumur-kumur dengan larutan garam hangat.
DATA UMUM KELUARGA

1. Nama kepala keluarga


2. umur :
3. Agama :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Suku/ Bangsa :
7. Alamat :
8. Komposisi keluarga :

No Nama Umur Sex Tgl. Lahir Pendikan Pekerjaan Ket

9. Tipe keluarga :
10. Genogram :
11. Sifat Keluarga
1. Pengambilan Keputusan
2. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
1. Kebiasaan tidur / istirahat
2. Kebiasaan rekreasi
3. Kebiasaan makan keluarga
12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)
14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini


2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga inti
4. Riwayat keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami)

LINGKUNGAN

1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)


2. Ventilasi dan penerangan
3. Persediaan air bersih
4. Pembuangan sampah
5. Pembuangan air limbah
6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
7. Denah rumah
8. Lingkungan sekitar rumah
9. Sarana komunikasi dan transportasi
10. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
11. Fasilitas pelayanan kesehatan
SOSIAL

1. Karakteristik tetangga dan komunitas


2. Mobilitas geografis keluarga
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4. Sistem pendukung keluarga

STRUKTUR KELUARGA

1. Pola Komunikasi Keluarga


2. Struktur Kekuatan Keluarga
3. Struktur Peran (formal dan informal)
4. Nilai dan Norma Keluarga

FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi perawatan kesehatan
1. Penapisan masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan:
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Memutuskan untuk merawat
3. Mampu merawat
4. Modifikasi lingkungan
5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi

STRESS DAN KOPING KELUARGA

1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang


1. Stresor jangka pendek
2. Stresor jangka panjang
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor
3. Strategi koping yang digunakan
4. Strategi adaptasi disfungsional

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga


1. Ayah
2. Ibu
3. Anak
2. Keluarga berencana
3. Imunisasi
4. Tumbuh kembang
1. Pemeriksaan tumbuh kembang anak
1. Anak I :
2. Anak II:
3. dll
2. Pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang anak
PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA

1. Pemeriksaan fisik Bapak …


1. Keadaan umum :
2. Kesadaran
3. Tanda-tanda vital :
1. TD :
2. N :
3. RR :
4. S :
4. Kepala :
1. Rambut :
2. Mata :
3. Hidung :
4. Telinga :
5. Mulut :
5. Dada / Thorax :
1. I :
2. P :
3. P :
4. A :
6. Perut / Abdomen :
1. I :
2. A :
3. P :
4. P :
7. Genetalia / Anus :
8. Ekstremitas :
2. Pemeriksaan fisik Ibu …….
1. Keadaan umum :
2. Kesadaran :
3. Tanda-tanda vital :
1. TD :
2. N :
3. RR :
4. S :
4. Kepala :
1. Rambut :
2. Mata :
3. Hidung :
4. Telinga :
5. mulut
5. Dada / Thorax :
1. I :
2. P :
3. P :
4. A :
6. Perut / Abdomen :
1. I :
2. A :
3. P :
4. P :
7. Genetalia / Anus :
8. Ekstremitas :
3. Pemeriksaan fisik Anak …… (1)
1. Keadaan umum :
2. Kesadaran :
3. Tanda-tanda vital :
1. TD :
2. N :
3. RR :
4. S :
4. Kepala :
1. Rambut :
2. Mata :
3. Hidung :
4. Telinga :
5. Mulut :
5. Dada / Thorax :
1. I :
2. P :
3. P :
4. A :
6. Perut / Abdomen :
1. I :
2. A :
3. P :
4. P :
7. Genetalia / Anus :
8. Ekstremitas
4. Pemeriksaan fisik Anak …… (2)
a. Keadaan umum :
b. Kesadaran :
c. Tanda-tanda vital :
1. TD :
2. N :
3. RR :
4. S :
d. Kepala :
1. Rambut :
2. Mata :
3. Hidung :
4. Telinga :
5. Mulut :
e. Dada / Thorax :
1. I :
2. P :
3. P :
4. A :
f. Perut / Abdomen :
1. I :
2. A :
3. P :
4. P :
g. Genetalia / Anus :
h. Ekstremitas
HARAPAN KELUARGA

ANALISA DATA
TGL DATA MASALAH

SKALA PRIORITAS MASALAH

Masalah 1
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat masalah 1

1. Aktual: 3
2. Resiko:2
3. Potensial:1

2. Kemungkinan masalah dapat 2


diubah

1. Mudah: 2
2. Sebagian: 1
3. Tidak dapat:0

3. Kemungkinan masalah dapat 1


dicegah

1. Tinggi: 3
2. Cukup: 2
3. Rendah: 1

4. Menonjolnya masalah 1

1. Segera: 2
2. Tidak segera: 1
3. Tidak dirasakan:0

Skor:

Masalah 2:
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat maslah

1. Aktual: 3 1
2. Resiko:2
3. Potensial:1

2. Kemungkinan masalah dapat


diubah
2
1. Mudah: 2
2. Sebagian: 1
3. Tidak dapat:0

3. Kemungkinan masalah dapat


dicegah
1
1. Tinggi: 3
2. Cukup: 2
3. Rendah: 1

4. Menonjolnya masalah

1. Segera: 2 1
2. Tidak segera: 1
3. Tidak dirasakan:0

Skor:

Masalah 3:
KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
1. Sifat maslah

1. Aktual: 3 1
2. Resiko:2
3. Potensial:1

2. Kemungkinan masalah dapat


diubah
2
1. Mudah: 2
2. Sebagian: 1
3. Tidak dapat:0

3. Kemungkinan masalah dapat


dicegah
1
1. Tinggi: 3
2. Cukup: 2
3. Rendah: 1

4. Menonjolnya masalah

1. Segera: 2 1
2. Tidak segera: 1
3. Tidak dirasakan:0

Skor:

Mungkin akan berbeda di tiap instansi untuk melakukan pendataan pengkajian keluarga

Anda mungkin juga menyukai