Anda di halaman 1dari 20

PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN

TUGAS

Untuk memenuhi tugas matakuliah Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan


yang dibimbing oleh Ibu Tri Anjaswarni, S.Kp., M.Kep.

Oleh

Kelompok 1

1. Nanda Priatna (1401460003)


2. Ayu Ani Oktavianingsih (1401460022)
3. Nuning Hastuti Widyaningrum (1401460029)
4. Imam Nur Kholis (1401460033)
5. Luluk Mamluatul Ulumy (1401460035)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN MALANG

MARET 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan yang berjudul “Perencanaan
dalam Manajemen Keperawatan” ini dengan baik.

Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan. Namun,


berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Karena itu, sudah sepantasnya kami mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Rudi Hamarno S,kep Ns. M, Kep selaku kepala Program Studi D-IV
Keperawatan Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah
memberikan fasilitas dalam pembuatan makalah ini.
2. Ibu Tri Anjaswarni, S.Kp. M.Kep selaku dosen pembimbing dan pengajar mata
kuliah Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang Prodi D-IV Keperawatan Malang yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada kami.
3. Seluruh teman-teman prodi D-IV Keperawatan Malang tingkat 2 yang telah
mendukung kami.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan kita mengenai masalah-masalah penyakit yang terjadi di masyarakat. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan,
untuk itu kritik dan saran kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................... 1

Daftar Isi ................................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 3

1.2 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4

1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Proses Manajemen Keperawatan ..................................................................................... 5

2.2 Fungsi Manajemen Keperawatan ..................................................................................... 5

2.3 Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan................................................................. 7

2.4 Konsep Dasar Fungsi Perencanaan ................................................................................ 10

2.5 Persyaratan Perencanaan Keperawatan.......................................................................... 11

2.6 Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan ..................................................................... 12

2.7 Alat Bantu dalam Perencanaan ...................................................................................... 12

2.8 Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan...................................................... 13

BAB III

Contoh Penelitian ................................................................................................................. 14

BAB IV

Pembahasan Penelitian......................................................................................................... 17

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran ................................................................................................... 18

Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 19

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia medis, perawat juga membutuhkan suatu manajemen dalam melakukan
tindakan. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan mengenai kesehatan, kita
sebagai perawat pun juga harus meningkatkan pelayanan kesehatan. Selain itu, setelah
dikeluarkannya undang-undang kesehatan, manajemen dalam keperawatan juga semakin
berperan. Contohnya saja Undang-Undang Keperawatan no 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan. Setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut, peran perawat dalam
manajemn pun semakin berkembang.

Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu mendapatkan prioritas


utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Sebagai salah satu faktor
pendukung dalam program tenaga kesehatan, manajemen dalam keperawatan harus dikuasai
oleh seorang perawat. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan
memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Sebagian kita ketahui bahwa
semakin meningkatnya pengetahuan dan perkembangan tehnologi serta meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang hak dan kewajiban sebagai konsumen, maka tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin meningkat.

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf


keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Disini manajer
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin, mengevaluasi sarana dan
prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefesien
mungkin bagi individu, keluarga dan masyarakat. Proses manajemen keperawatan sejalan
dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara
professional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses
keperawatan dalam manajemen keperawatan terdiri dari pengumpulan data, identifikasi
masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.

Salah satu metode yang termasuk dalam menajemen keperawatan adalah perencanaan
atau planning. Perencaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau
titik tolak dan kegiatan pelaksaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi.

3
Perencanaan dalam tindakan medis harus disusun dengan rapi dan baik agar hasil tindakan
yang maksimal dapat didapatkan.

1.2 Tujuan Penulisan

 Mengetahui definisi perencanaan keperawatan.

 Mengetahui proses menejemen keperawatan.

 Mengetahui faktor-faktor perencanaan dalam menejemen perencanaan.

1.3 Manfaat Penulisan

 Memberikan cara terbaik dalam melakukan perencannan keperawatan.

 Memberikan ilmu baru bagi perawat dalam melakukan perencanaan keperawatan.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Proses Manajemen Keperawatan


Menurut Nursalam (2007) proses manajemen keperawatan adalah:
a. Pengkajian- pengumpulan data
Pada tahap ini seseorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi
tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah saki atau puskesmas):’’
tenaga keperawatan, administrasi, dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi
organisasi keperawatn secara keseluruhan. Manajer perawat yang efektif harus mampu
memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain.
b.Perencanaan
Menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada semua pasien, menehgakkan tujuan, mengalokasikan anggaran
belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan.
c. Pelaksanaan
Manajemen keperawatan yang memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap
implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain
untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
d. Evaluasi
Tahap akhir manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah
dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan
perannya sesuai dengan organisasi yang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor –
faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

2.2 Fungsi Manajemen Keperawatan

Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima fungsi yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling). Bab ini akan membahas dan
menjelaskan fungsi manajemen menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Perencanaan (Planning)

5
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam
manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat menggunakan
data yang valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan
sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif.
Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam
penggunaan personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa
perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil,
dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk
mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan
mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang
telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah mengembangkan seseorang


dan merancang organisasi yang paling sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan.
Pengorganisasian meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang diperlukan untuk
mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau pelayanan, dan unit (Swansburg,
2000). Huber (2006) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk menyelesaikan tujuan
yang dicapai. Peran manajer dalam fungsi pengorganisasian adalah menentukan, tugas yang
akan dikerjakan, individu yang akan mengerjakan, pengelompokkan tugas, struktur
pertanggungjawaban, dan proses pengambilan keputusan. Manajer bertanggung jawab juga
dalam merancang pekerjaan staf yang digunakan untuk mencapai sasaran organisasi (Robins
& Coulter, 2007).

c. Pengaturan staf (Staffing)

Pengaturan staf dan penjadwalan adalah komponen utama dalam manajemen


keperawatan. Pengaturan staf keperawatan merupakan proses yang teratur, sistematis,
rasional diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang
dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya
pada kelompok pasien dalam situasi tertentu (Swansburg, 2000). Pengaturan staf memerlukan
banyak perencanaan dari manajer. Perencanaan pengaturan staf dipengaruhi oleh misi dan
tujuan institusi, dan dipengaruhi oleh kebijakan personel (Swansburg, 2000).

6
d. Kepemimpinan (Leading)

Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi kelompok untuk menentukan dan


mencapai tujuan. Kepemimpinan difokuskan kepada gaya kepemimpinan situasi
kemungkinan dan faktor-faktor seperti manusia, pekerjaan, situasi, organisasi, dan faktor-
faktor lingkungan. Manajer perawat dalam fungsi ini berperan untuk merangsang motivasi
dengan mempraktikkan fungsi kepemimpinan karena perilaku motivasi merupakan promosi,
autonomi, membuat keputusan, dan manajemen partisipasi (Swansburg, 2000).

Fungsi kepemimpinan menurut Huber (2006) adalah fungsi manajemen yang


mengarahkan dan kemudian mempengaruhi individu tersebut untuk mengikuti arahan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati dan yang telah ditentukan. Fungsi
kepemimpinan menurut Fayol dalam Robins & Coulter (2007) adalah fungsi yang
memotivasi stafnya ketika stafnya bekerja dan mencari berbagai cara untuk menyelesaikan
masalah perilaku stafnya.

e. Pengendalian atau Pengevaluasian (Controlling)

Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari
manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan
aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan
balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa
fungsi pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur
perencanaan, proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.

Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di
dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, Kinerja
tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila
kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses
pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.

2.3 Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi,


membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja
organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena

7
tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak
akan dapat berjalan.

Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah
rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi,
artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal
dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus
dilakukan.

Menurut George R. Terry perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating
of fact and the making and using of assumption regarding the future in the visualization and
formulating of proposed activities believed necessary to achieve desired result”. Dalam
pengertian tersebut bisa kita simpulkan antara lain:

1. Perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan
keterangan kongkret.
2. Perencanaan merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,
imajinasi dan kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
3. Perencanaan mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan
apa yang dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.

Pada intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu
yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan
tertentu. Landasan dasar setiap perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar
memilih alternatif masa depan yangdikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya
upayanyauntuk mewujudkan masa depan yang dipilih tersebut. Perencanaan merupakan
langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar factor produksi yang
terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan spesifikasi dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta
cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, hal ini berarti mengandung
arti:

a. Penentuan tujuan
b. Pemilihan dan penentuan cara yang akan ditempuh

8
c. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Kegunaan perencanaan/rencana kerja:
a. Dapat membedakan arah bagi setiap kegiatan denganjelas.
b. Dapat mengetahui apakah tujuan tersebut telah dicapai.
c. Dapat memudahkan mengindentifikasikan hambatan.
d. Dapat menghindarkan pertumbuhan dan perkembanganyang tak terkendali.
1. Tipe-tipe perencanaan
a. Berdasarkan luasnya
 Strategic; rencana yang berlaku bagi organisasi secara keseluruhan, menjadi sasaran
umum organisasi tersebut, dan berusaha menetapkan organisasi tersebut ke dalam
lingkungannya
 Operasional; rencana yang memerinci detail cara mencapai sasaran menyeluruh
Rencana strategic cenderung mencakup kerangka waktu yang lebih panjang, sedangkan
rencana strategic biasanya hanya kisaran bulanan, mingguan, dan harian. Rencana strategic
juga mencakup perumusan sasaran, sedangkan rencana oerasional mendefinisikan berbagai
cara untuk mencapai sasaran
b. Berdasarkan kerangka waktu
 Jangka Panjang
 Jangka Pendek
c. Berdasarkan kehususan
 Pengarah; rencana yang fleksibel dan yang menjadi pedoman umum
 Pemerinci; rencana yang mendefinisikan dengan jelas dan tidak member ruang
untuk penafsiran
d. Berdasarkan frekuensi
 Sekali Pakai; rencana yang digunakan satu kali saja yang secara khusus dirancang
untuk memenuhi kebutuhan situasi yang unik
 Terus Menerus; rencana yang berkesinambungan yang menjadi pedoman bagi
kegiatan-kegiatan ang dilakukan secara berulang-ulang
2. Hakekat Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses memutuskan program-program yang akan
dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan ke
setiap program selama beberapa tahun ke depan.
3. Karakteristik dari Perencanaan Strategis

9
a. Hubungan dengan Formulasi Strategis
b. Evolusi dari Perencanaan Strategis
c. Manfaat dan keterbatasan dari Perencanaan Strategis
d. Struktur dan Isi Program
e. Hubungan Organisasional
4. Tujuan Perencanaan
a. Standar pengawasan,
b. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
c. Mengetahui siapa saja yang terlibat Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk
biaya dan kualitas pekerjaan
d. Meminimalkan kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu
e. Memberikan gambaran menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan
f. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan
g. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
h. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
5. Manfaat Perencanaan
a. Standar pelaksanaan dan pengawasan
b. Pemilihan alternatif terbaik
c. Penyusunan skala perioritas
d. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
e. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
f. Alat memudahkan dalam berkordinasi dengan pihak terkait
g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti

2.4 Konsep Dasar Fungsi Perencanaan


Fungsi perencanaan adalah fungsi pertama dan utama dalam kegiatan manajemen.
Perencanaan sebagai proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi, menentukan
strategi untuk pencapaian tujuan organisasi,tersebut secara menyeluruh untuk
mengintegrasikan dan mengorganisasikan seluruh pekerjaan organiasi hingga tujuan
organisasi tercapai. Dalam kerangka pikir keperawatan perencanaan adalah tahap untuk
merumuskan masalah keperawatan keperawatan yang berkembang dalam pekayanan
keperawatan , menentukan kebutuhan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan
program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pasien.

10
Fungsi perencanaan dalam manajemen keperawatan
 Perencanaan sebagai pengarah.
Perubahan sering kali sesuai dengan apa yang kita perkirakan, namun tidak
jarang pula malah diluar perkiraan kita, sehingga menimbulkan ketidakpastian
bagi perusahaan. Ketidakpastian inilah yang diminimalkan melalui kegiatan
perencanaan. Dengan adanya perencanaan diharapkan ketidakpastian yang
mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang dapat di antipasi jauh-jauh
hari.
 Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya.
Dengan adanya perencanaan kita dapat mempersipakan jumlah sumber daya
yang diperlukan, bagaimana penggunaanya, dan kegunaanya sebelum
kegiatan dijalankan. Dengan demikian, pemborosan terkait sumber daya yang
dimiliki layanan keperawatan dapat dimimalkan sehingga tingkat efisiensi
dari layanan keperawatan menjadi meningkat.
 Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas.
Dalam pengawasan, keperawatan membandingkan antara tujuan yang ingin
dicapai dan realisasi dilapangan, membandingkan antara standar yang ingin
dicapai dan realisasi dilapangan, mengevaluasi penyimpangan yang mungkin
terjadi, hingga mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memperbaiki
kinerja keperawatan. Dengan pengertian tersebut perencanaan berfungsi
sebagai penetapan standar kualitas yang ingin dicapai oleh keperawatan.
2.5 Persyaratan Perencanaan Keperawatan
1. Faktual atau realistis
Hal ini berarti apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar
untuk dicpai dlam mondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
2. Logis atau rasional
Hal ini berarti apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal sehingga perencanaan
tersebut dapat dijalankan.
3. Fleksibel
Perencanaan yang baik diharapkan tetap dapat beradaptasi dengan perubahan dimasa
yang akan datang, sekalipun tidak berarti bahwa planing dapat kita rubah seenaknya.
4. Komitmen

11
Dalam berorganisasi perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen terhadap
seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan
organisasi. Komitmen dapat dibangun jika seluruh anggota diperusahaan beranggapan
bahwa perencanaan yang dirumuskan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicpai
organisasi.
5. Komprehensif
Perencanaan yang baik harus memenuhi syarat komprehensif, artinya menyeluruh dan
mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap
perusahaan.
2.6 Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan
 Kelebihan fungsi perencanaan
1. Perencanaan akan menyebabkan berbagai aktifitas organisasi untuk emncapai
tujuan tertentu dan dpat dilakaukan secara teratur.
2. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pengerjaan yang tidak
produktif.
3. Perencanaan dpat digunakan untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai
karena dalam perencaan ditetapkan berbagai standar.
4. Perencaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainya, terutama
untuk fungsi pengawasan
 Kelemahan fungsi perencanaan
1. Perencaan memiliki keterbatasan mengukur dengan tepat informasi dan fakta-fakta
di masa yang akan datang.
2. Perencaan yang baik memerlukan sejumlah dan.
3. Perencaaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staff karena harus
menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.
4. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk mengadakan
perubahan harus ditunda sampai tahap perencaan berikutnya, selainakan menghabat
tindakan baru yang harus diambil oleh staff.
2.7 Alat Bantu bagi Perencanaan
1. Perencaan dengan flow chart
Flow chart adalah model grafis yang menunjukan model sistem yang
menggambarkan kejadian yang berkesinambungan dan keputusan ya-tidak.

12
Berkesinambunga pada dasarnya adalah proses pengaturan kejadian-kejadian
berdasarkan urutan kronologisnya.
2. Pendekatan melalui gantt chart
Penjadwalan adalah slah satu bagian penting dalam perencanaan. Ketika
kegiatan organisasi begitu banyak dan berkesinambungan satu dengan yang lainya,
gantt chart pada dasarnya membantu manajer untuk dapat mengaturnya melalui proses
penjadwalan.
3. Perencanaan dengan jaringan pert
Pert adalah singkatan dari program evaluation and review technique. Pert
merupakan alat bantu perencaan melalui penjadwalan dan penggambaran rencana
kerja secara kronologis dan berkelanjutan bagi pekerjaan yang sifatnya tidak rutin,
berskala besar, maupun kompleks.
2.8 Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
1. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
2. Rencana Bulanan
Rencana bulanan dalah rencana yang berisi kegiatan keinginan dalam satu bulan.
Rencana bulanan ini harus disingkronkan dengan rencana harian. Rencan bulanan dibuat oleh
kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
3. Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalalah rencana yang dibuat oleh setiap tahun sekali. Rencan
tahuanan disusun berdasarkan hasil evaluasi hasil kegiatan tahun sebelumnya. Rencana
tahuan dibuat oleh kepala ruang.

13
BAB III
CONTOH PENELITIAN

HUBUNGAN KOMPETENSI DENGAN PERAN KEPALA RUANGAN DALAM


PERENCANAAN STRATEGIS RUMAH SAKIT BIDANG KEPERAWATAN DI RS
PEMERINTAH DI KOTA PALU

BAHAN DAN METODE


Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif non eksprimen dengan pendekatan
cross-sectional bertujuan untuk mempelajari hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat
tertentu atau sec.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RS Daerah Madani, RSU Daerah Undata Provinsi Sulawesi
Tengah dan RSU Anutapura Palu.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala ruangan di RS Daerah Madani, RSU
daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan RSU Anutapura Palu yang berjumlah 69 orang
kepala ruangan. Selain kepala ruangan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ketua TIM berjumlah 138 orang dan Kepala Bagian/Seksi Keperawatan masing-
masing 1 orang di RS Daerah Madani, RSU daerah Undata Provinsi Sulawesi Tengah dan
RSU Anutapura Palu.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepala ruangan, ketua TIM dan Kepala
Bagian/Seksi Keperawatan di RS Daerah Madani, RSU daerah Undata Provinsi Sulawesi
Tengah dan RSU Anutapura Palu dengan pengambilan sampel secara total populasi atau
semua populasi dijadikan sampel.
Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data pada penelitian ini terdiri atas kuesioner tentang kompetensi kepala
ruangan dalam hal perencanaan strategis keperawatan yang terbagi atas tiga yaitu
pengetahuan, keterampilan dan sikap, kuesioner tentang peran kepala ruangan dalam
perencanaan strategis keperawatan. Kuesioner tentang kompetensi dan peran kepala ruangan
diadopsi dari Chase (2010), yang telah dimodifikasi serta hasil pengembangan peneliti
berdasarkan konsep teori yang ada.

14
Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data secara manual selanjutnya data diolah dengan bantuan
komputerisasi menggunakan uji statistic yaitu analisi univariat dilakukan untuk variabel
tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi
beberapa variabel yang dinggap terkait dan menggunakan uji chi-square (X2) dengan
kemaknaan
≤ 0,05.
HASIL
Analisis Univariat
Berdasarkan dari tabel 1 diketahui bahwa untuk umur sebagian besar kepala ruangan ditiga
RS Pemerintah yang ada di Kota Palu berada pada umur 41-49 tahun yaitu 32 (51,6%)
responden dan sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 4 (6,5%) responden.
Sebagian besar kepala ruangan di RSU Anutapura memiliki umur 32-40 tahun yaitu 15
(57,7%) responden dan sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 2 (7,7%).
Sebagian besar kepala ruangan di RSD Madani memiliki umur 41-49 tahun yaitu 12 (66,7%)
responden dan sebagian kecil berada pada umur 32-40 tahun yaitu 6 (33,3%). Sebagian besar
kepala ruangan di RSUD Undata memiliki umur 41-49 tahun yaitu 11 (61,1%) responden dan
sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 2 (11,1%) responden.

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa untuk kompetensi berdasarkan pengetahuan tentang


perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan, sebagian besar kepala ruangan ditiga
RS Pemerintah yang ada di Kota Palu kompeten yaitu 36 (58,1%) responden dan sebagian
kecil kurang kompeten yaitu 26 (41,9%) responden. Sebagian besar kepala ruangan di RSU
Anutapura kompeten yaitu 14 (53,8%) responden dan sebagian kecil kurang kompeten yaitu
12 (46,2%) responden. Sebagian besar Kepala ruangan di RSD Madani kompeten yaitu 13
(72,2%) responden dan sebagian kecil kurang kompeten yaitu 5 (27,8%) responden. Kepala
ruangan di RSUD Undata memiliki kompetensi berdasarkan pengetahuan sama antara yang
kompeten dengan kurang kompeten yaitu masing-masing sebanyak 9 (50,0%) responden.
Untuk kompetensi berdasarkan keterampilan melakukan perencanaan strategis rumah sakit
bidang
keperawatan, sebagian besar kepala ruangan ditiga RS Pemerintah yang ada di Kota Palu
kompeten yaitu 32 (51,6%) responden dan sebagian kecil kurang kompeten 30 (48,4%)
responden. Sebagian besar kepala ruangan di RSU Anutapura kompeten yaitu 17 (65,4%)
responden dan sebagian kecil kompeten yaitu 9 (34,6%) responden. Sebagian besar Kepala

15
ruangan di RSD Madani kurang kompeten yaitu 11 (61,1%) responden dan sebagian kecil
kompeten yaitu 7 (38,9%) responden. Sebagian besar Kepala ruangan di RSUD Undata
kurang kompeten yaitu 10 (55,6%) responden dan sebagian kecil kompeten yaitu 8 (44,4%)
responden.

Analisis Bivariat
Berdasrkan Tabel 3 diketahui bahwa kepala ruangan yang memiliki kompetensi
berdasarkan pengetahuan pada kategori kompeten dengan peran yang optimal yaitu sebanyak
24 (66,7%) responden dan yang kurang optimal sebanyak 12 (33,3%) responden, kepala
ruangan pada kategori kurang kompeten dengan peran optimal sebanyak 10 (38,5%)
responden dan kurang optimal sebanyak 16 (61,5%) responden. Berdasarkan hasil analisis
statistik dengan uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,052 (p value > 0.05). Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kompetensi
berdasarkan pengetahuan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah
sakit bidang keperawatan. Kepala ruangan yang memiliki kompetensi berdasarkan
keterampilan pada kategori kompeten dengan peran yang optimal yaitu sebanyak 22 (68,8%)
responden dan yang kurang optimal sebanyak 10 (31,2%) responden, kepala ruangan pada
kategori kurang kompeten dengan peran optimal sebanyak 12 (40,0%) responden dan kurang
optimal sebanyak 18 (60,0%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-
square diperoleh p value sebesar 0,044 (pvalue < 0.05).

Tabel 4 diketahui bahwa kepala ruangan yang berumur 32-40 tahun, dengan peran yang
optimal yaitu sebanyak 15 (57,7%) responden dan yang kurang optimal sebanyak 11 (42,3%)
responden, yang berumur 41-49 tahun dengan peran yang optimal dan kurang optimal sama
yaitu masing-masing sebanyak 16 (50,0%) responden, sementara yang berumur 50-58 tahun
dengan peran yang optimal sebanyak 3 (75,0%) responden dan kurang optimal sebanyak 1
(25,0%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p
value sebesar 0,593 (p value > 0.05).

16
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara kompetensi berdasarkan pengetahuan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan
strategis rumah sakit bidang keperawatan. Hal ini dapat saja terjadi karena meskipun kepala
ruangan kurang kompeten namun tetap banyak yang optimal perannya dalam perencanaan
strategis keperawatan.
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa meskipun seorang kepala ruangan kurang
kompeten berdasarkan pengetahuan tentang perencanaan startegis tetap saja ada yang optimal
perannya dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Jika keadaan seperti
ini terjadi, maka perencanaan strategis yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang kurang
baik, sehingga akan sulit untuk mengimplementasikannya. Dokumen perencanaan strategis
tersebut akan menjadi hiasan, dilahirkan hanya untuk memenuhi persyaratan akreditasi atau
standar yang harus dimiliki setiap bagian yang ada di suatu rumah sakit, salah satunya adalah
bagian keperawatan. Kurangnya kompetensi kepala ruangan berdasarkan pengetahuan
tentang perencanaan strategis tercermin dalam jawaban kepala ruangan pada kuesioner. Agar
peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis dapat lebih optimal dan ditunjang oleh
kompetensi yang baik maka perlu dilakukan pembinaan yang berkesinambungan tentang
manajemen keperawatan secara umum dan perencanaan strategis secara khusus. Kepala
ruang merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan, agar
tercipta pelayanan dan asuhan keperawatan yang berkualitas maka perlu pembinaan dan
penyegaran yang terus menerus pada kepala ruang. Hasil pelatihan yang dilakukan pada
kepala ruangan menggambarkan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tentang
aplikasi peran dan fungsi kepala ruang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan peran kepala ruangan dalam
perencanaan strategis keperawatan. Tidak adanya hubungan ini dapat saja disebabkan oleh
tidak adanya perbedaan yang berarti peran kepala ruangan yang berlatar belakang pendidikan
vokasional dengan profeisonal. Sementara kita ketahui bahwa seharusnya seseorang yang
memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi lebih optimal perannya dibandingkan
dengan yang berpendidikan rendah. Sementara kita ketahui bahwa seharusnya seseorang
yang memiliki masalah yang agak berat dengan keluarganya akan berdampak terhadap peran
maupun kinerjanya dalam organisasi.

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil dan pembahasan maka ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara kompetensi berdasarkan keterampilan dengan peran kepala ruangan dalam
perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Tidak ada hubungan antara
kompetensi berdasarkan dan sikap dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis
rumah sakit bidang keperawatan dan Tidak ada hubungan antara karakteristik responden
dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan.
Manajemen rumah sakit khususnya manajemen keperawatan perlu mengembangkan strategi
untuk meningkatkan kompetensi kepala ruangan dalam manajemen keperawatan secara
umum dan perencanaan strategis secara khusus. Selain itu, dalam manajemen keperawatan
juga membutuhkan perencanaan yang baik demi terciptanya tindakan keperawatan yang baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta: AR-RUZZ


MEDIA.

Simamora, Raymond H. 2009. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: Buku


Kedokteran EGC.

pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3792cc75fc21f1a446f6c955223024ec.pdf

http://akayblogspot.blogspot.co.id/2013/02/manejemen-keperawatan-akkay.html

http://sheringtipshidupsehat.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-manajemen-dan-
manajemen.html

http://dianhusadavistau.blogspot.co.id/p/perencanaan-dalam-manajemen-keperawatan.html

https://rurymaulidiasari.wordpress.com/2012/12/10/konsep-perencanaan-dalam-manajemen-
keperawatan/

19

Anda mungkin juga menyukai