TUGAS
Oleh
Kelompok 1
JURUSAN KEPERAWATAN
MARET 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan yang berjudul “Perencanaan
dalam Manajemen Keperawatan” ini dengan baik.
1. Bapak Rudi Hamarno S,kep Ns. M, Kep selaku kepala Program Studi D-IV
Keperawatan Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang yang telah
memberikan fasilitas dalam pembuatan makalah ini.
2. Ibu Tri Anjaswarni, S.Kp. M.Kep selaku dosen pembimbing dan pengajar mata
kuliah Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang Prodi D-IV Keperawatan Malang yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada kami.
3. Seluruh teman-teman prodi D-IV Keperawatan Malang tingkat 2 yang telah
mendukung kami.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah
pengetahuan kita mengenai masalah-masalah penyakit yang terjadi di masyarakat. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan-kekurangan,
untuk itu kritik dan saran kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB III
BAB IV
Pembahasan Penelitian......................................................................................................... 17
BAB V PENUTUP
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia medis, perawat juga membutuhkan suatu manajemen dalam melakukan
tindakan. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan pengetahuan mengenai kesehatan, kita
sebagai perawat pun juga harus meningkatkan pelayanan kesehatan. Selain itu, setelah
dikeluarkannya undang-undang kesehatan, manajemen dalam keperawatan juga semakin
berperan. Contohnya saja Undang-Undang Keperawatan no 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan. Setelah dikeluarkannya undang-undang tersebut, peran perawat dalam
manajemn pun semakin berkembang.
Salah satu metode yang termasuk dalam menajemen keperawatan adalah perencanaan
atau planning. Perencaan merupakan fungsi organik manajemen yang merupakan dasar atau
titik tolak dan kegiatan pelaksaan kegiatan tertentu dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
3
Perencanaan dalam tindakan medis harus disusun dengan rapi dan baik agar hasil tindakan
yang maksimal dapat didapatkan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Swansburg (2000) menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri atas lima fungsi yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing),
kepemimpinan (leading), dan pengendalian (controlling). Bab ini akan membahas dan
menjelaskan fungsi manajemen menurut Swansburg (2000) yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Perencanaan (Planning)
5
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen. Perencanaan dalam
manajemen keperawatan adalah proses mental dimana semua manajer perawat menggunakan
data yang valid dan dapat dipercaya untuk mengembangkan objektif dan menentukan
sumber-sumber yang dibutuhkan dan cetak biru yang digunakan dalam mencapai objektif.
Tujuan utama dari perencanaan adalah membuat kemungkinan yang paling baik dalam
penggunaan personel, bahan, dan alat (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa
perencanaan merupakan fungsi manajemen yang digunakan untuk memilih prioritas, hasil,
dan metode yang digunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sistem untuk
mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi perencanaan
mencakup proses merumuskan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran yang
telah disepakati, dan mengembangkan perencanaan tersebut untuk memadukan dan
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan.
b. Pengorganisasian (Organizing)
6
d. Kepemimpinan (Leading)
Pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang terus menerus dari
manajemen keperawatan yang terjadi selama perencanaan, pengorganisasian, dan pengerahan
aktivitas. Melalui prsoses ini standar dibuat dan kemudian digunakan, diikuti umpan
balikyang menimbulkan perbaikan (Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan bahwa
fungsi pengendalian adalah fungsi yang digunakan untuk memantau dan mengatur
perencanaan, proses, dan sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang terakhir di
dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan yang telah
berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau kinerja stafnya, Kinerja
tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila
kinerja tersebut menyimpang maka fungsi manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses
pengendalian ini meliputi memantau, memperbandingkan, dan mengoreksi.
7
tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain—pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan—tak
akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah
rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi.
Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi,
artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal
dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus
dilakukan.
Menurut George R. Terry perencanaan adalah: “planning is the selecting and relating
of fact and the making and using of assumption regarding the future in the visualization and
formulating of proposed activities believed necessary to achieve desired result”. Dalam
pengertian tersebut bisa kita simpulkan antara lain:
1. Perencanaan merupakan kegiatan yang harus didasarkan pada fakta, data dan
keterangan kongkret.
2. Perencanaan merupakan suatu pekerjaan mental yang memerlukan pemikiran,
imajinasi dan kesanggupan melihat ke masa yang akan datang.
3. Perencanaan mengenai masa yang akan datang dan menyangkut tindakan-tindakan
apa yang dapat dilakukan terhadap hambatan yang mengganggu kelancaran usaha.
Pada intinya perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang
sesungguhnya ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu
yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan
tertentu. Landasan dasar setiap perencanaan adalah kemampuan manusia untuk secara sadar
memilih alternatif masa depan yangdikehendakinya dan kemudian mengarahkan daya
upayanyauntuk mewujudkan masa depan yang dipilih tersebut. Perencanaan merupakan
langkah utama yang penting dalam keseluruhan proses manajemen agar factor produksi yang
terbatas dapat diarahkan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan merupakan spesifikasi dari tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta
cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, hal ini berarti mengandung
arti:
a. Penentuan tujuan
b. Pemilihan dan penentuan cara yang akan ditempuh
8
c. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut.
Kegunaan perencanaan/rencana kerja:
a. Dapat membedakan arah bagi setiap kegiatan denganjelas.
b. Dapat mengetahui apakah tujuan tersebut telah dicapai.
c. Dapat memudahkan mengindentifikasikan hambatan.
d. Dapat menghindarkan pertumbuhan dan perkembanganyang tak terkendali.
1. Tipe-tipe perencanaan
a. Berdasarkan luasnya
Strategic; rencana yang berlaku bagi organisasi secara keseluruhan, menjadi sasaran
umum organisasi tersebut, dan berusaha menetapkan organisasi tersebut ke dalam
lingkungannya
Operasional; rencana yang memerinci detail cara mencapai sasaran menyeluruh
Rencana strategic cenderung mencakup kerangka waktu yang lebih panjang, sedangkan
rencana strategic biasanya hanya kisaran bulanan, mingguan, dan harian. Rencana strategic
juga mencakup perumusan sasaran, sedangkan rencana oerasional mendefinisikan berbagai
cara untuk mencapai sasaran
b. Berdasarkan kerangka waktu
Jangka Panjang
Jangka Pendek
c. Berdasarkan kehususan
Pengarah; rencana yang fleksibel dan yang menjadi pedoman umum
Pemerinci; rencana yang mendefinisikan dengan jelas dan tidak member ruang
untuk penafsiran
d. Berdasarkan frekuensi
Sekali Pakai; rencana yang digunakan satu kali saja yang secara khusus dirancang
untuk memenuhi kebutuhan situasi yang unik
Terus Menerus; rencana yang berkesinambungan yang menjadi pedoman bagi
kegiatan-kegiatan ang dilakukan secara berulang-ulang
2. Hakekat Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis adalah proses memutuskan program-program yang akan
dilaksanakan oleh organisasi dan perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan ke
setiap program selama beberapa tahun ke depan.
3. Karakteristik dari Perencanaan Strategis
9
a. Hubungan dengan Formulasi Strategis
b. Evolusi dari Perencanaan Strategis
c. Manfaat dan keterbatasan dari Perencanaan Strategis
d. Struktur dan Isi Program
e. Hubungan Organisasional
4. Tujuan Perencanaan
a. Standar pengawasan,
b. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya
c. Mengetahui siapa saja yang terlibat Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk
biaya dan kualitas pekerjaan
d. Meminimalkan kegiatan yang tidak produktif dan menghemat biaya, tenaga dan waktu
e. Memberikan gambaran menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan
f. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan
g. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemui
h. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.
5. Manfaat Perencanaan
a. Standar pelaksanaan dan pengawasan
b. Pemilihan alternatif terbaik
c. Penyusunan skala perioritas
d. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi
e. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan
f. Alat memudahkan dalam berkordinasi dengan pihak terkait
g. Alat meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti
10
Fungsi perencanaan dalam manajemen keperawatan
Perencanaan sebagai pengarah.
Perubahan sering kali sesuai dengan apa yang kita perkirakan, namun tidak
jarang pula malah diluar perkiraan kita, sehingga menimbulkan ketidakpastian
bagi perusahaan. Ketidakpastian inilah yang diminimalkan melalui kegiatan
perencanaan. Dengan adanya perencanaan diharapkan ketidakpastian yang
mungkin akan terjadi dimasa yang akan datang dapat di antipasi jauh-jauh
hari.
Perencanaan sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya.
Dengan adanya perencanaan kita dapat mempersipakan jumlah sumber daya
yang diperlukan, bagaimana penggunaanya, dan kegunaanya sebelum
kegiatan dijalankan. Dengan demikian, pemborosan terkait sumber daya yang
dimiliki layanan keperawatan dapat dimimalkan sehingga tingkat efisiensi
dari layanan keperawatan menjadi meningkat.
Perencanaan sebagai penetapan standar dalam pengawasan kualitas.
Dalam pengawasan, keperawatan membandingkan antara tujuan yang ingin
dicapai dan realisasi dilapangan, membandingkan antara standar yang ingin
dicapai dan realisasi dilapangan, mengevaluasi penyimpangan yang mungkin
terjadi, hingga mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk memperbaiki
kinerja keperawatan. Dengan pengertian tersebut perencanaan berfungsi
sebagai penetapan standar kualitas yang ingin dicapai oleh keperawatan.
2.5 Persyaratan Perencanaan Keperawatan
1. Faktual atau realistis
Hal ini berarti apa yang dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar
untuk dicpai dlam mondisi tertentu yang dihadapi keperawatan.
2. Logis atau rasional
Hal ini berarti apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal sehingga perencanaan
tersebut dapat dijalankan.
3. Fleksibel
Perencanaan yang baik diharapkan tetap dapat beradaptasi dengan perubahan dimasa
yang akan datang, sekalipun tidak berarti bahwa planing dapat kita rubah seenaknya.
4. Komitmen
11
Dalam berorganisasi perencanaan yang baik harus melahirkan komitmen terhadap
seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan
organisasi. Komitmen dapat dibangun jika seluruh anggota diperusahaan beranggapan
bahwa perencanaan yang dirumuskan telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicpai
organisasi.
5. Komprehensif
Perencanaan yang baik harus memenuhi syarat komprehensif, artinya menyeluruh dan
mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung terhadap
perusahaan.
2.6 Keuntungan dan Kelemahan Perencanaan
Kelebihan fungsi perencanaan
1. Perencanaan akan menyebabkan berbagai aktifitas organisasi untuk emncapai
tujuan tertentu dan dpat dilakaukan secara teratur.
2. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pengerjaan yang tidak
produktif.
3. Perencanaan dpat digunakan untuk mengukur hasil kegiatan yang telah dicapai
karena dalam perencaan ditetapkan berbagai standar.
4. Perencaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen lainya, terutama
untuk fungsi pengawasan
Kelemahan fungsi perencanaan
1. Perencaan memiliki keterbatasan mengukur dengan tepat informasi dan fakta-fakta
di masa yang akan datang.
2. Perencaan yang baik memerlukan sejumlah dan.
3. Perencaaan mempunyai hambatan psikologis bagi pimpinan dan staff karena harus
menunggu dan melihat hasil yang akan dicapai.
4. Perencanaan menghambat timbulnya inisiatif. Gagasan baru untuk mengadakan
perubahan harus ditunda sampai tahap perencaan berikutnya, selainakan menghabat
tindakan baru yang harus diambil oleh staff.
2.7 Alat Bantu bagi Perencanaan
1. Perencaan dengan flow chart
Flow chart adalah model grafis yang menunjukan model sistem yang
menggambarkan kejadian yang berkesinambungan dan keputusan ya-tidak.
12
Berkesinambunga pada dasarnya adalah proses pengaturan kejadian-kejadian
berdasarkan urutan kronologisnya.
2. Pendekatan melalui gantt chart
Penjadwalan adalah slah satu bagian penting dalam perencanaan. Ketika
kegiatan organisasi begitu banyak dan berkesinambungan satu dengan yang lainya,
gantt chart pada dasarnya membantu manajer untuk dapat mengaturnya melalui proses
penjadwalan.
3. Perencanaan dengan jaringan pert
Pert adalah singkatan dari program evaluation and review technique. Pert
merupakan alat bantu perencaan melalui penjadwalan dan penggambaran rencana
kerja secara kronologis dan berkelanjutan bagi pekerjaan yang sifatnya tidak rutin,
berskala besar, maupun kompleks.
2.8 Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan
1. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang
dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencana harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua
tim/perawat primer, dan perawat pelaksana.
2. Rencana Bulanan
Rencana bulanan dalah rencana yang berisi kegiatan keinginan dalam satu bulan.
Rencana bulanan ini harus disingkronkan dengan rencana harian. Rencan bulanan dibuat oleh
kepala ruang dan ketua tim/perawat primer.
3. Rencana Tahunan
Rencana tahunan adalalah rencana yang dibuat oleh setiap tahun sekali. Rencan
tahuanan disusun berdasarkan hasil evaluasi hasil kegiatan tahun sebelumnya. Rencana
tahuan dibuat oleh kepala ruang.
13
BAB III
CONTOH PENELITIAN
14
Analisis Data
Setelah dilakukan pengumpulan data secara manual selanjutnya data diolah dengan bantuan
komputerisasi menggunakan uji statistic yaitu analisi univariat dilakukan untuk variabel
tunggal yang dianggap terkait dengan penelitian dan analisis bivariat untuk melihat distribusi
beberapa variabel yang dinggap terkait dan menggunakan uji chi-square (X2) dengan
kemaknaan
≤ 0,05.
HASIL
Analisis Univariat
Berdasarkan dari tabel 1 diketahui bahwa untuk umur sebagian besar kepala ruangan ditiga
RS Pemerintah yang ada di Kota Palu berada pada umur 41-49 tahun yaitu 32 (51,6%)
responden dan sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 4 (6,5%) responden.
Sebagian besar kepala ruangan di RSU Anutapura memiliki umur 32-40 tahun yaitu 15
(57,7%) responden dan sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 2 (7,7%).
Sebagian besar kepala ruangan di RSD Madani memiliki umur 41-49 tahun yaitu 12 (66,7%)
responden dan sebagian kecil berada pada umur 32-40 tahun yaitu 6 (33,3%). Sebagian besar
kepala ruangan di RSUD Undata memiliki umur 41-49 tahun yaitu 11 (61,1%) responden dan
sebagian kecil berada pada umur 50-58 tahun yaitu 2 (11,1%) responden.
15
ruangan di RSD Madani kurang kompeten yaitu 11 (61,1%) responden dan sebagian kecil
kompeten yaitu 7 (38,9%) responden. Sebagian besar Kepala ruangan di RSUD Undata
kurang kompeten yaitu 10 (55,6%) responden dan sebagian kecil kompeten yaitu 8 (44,4%)
responden.
Analisis Bivariat
Berdasrkan Tabel 3 diketahui bahwa kepala ruangan yang memiliki kompetensi
berdasarkan pengetahuan pada kategori kompeten dengan peran yang optimal yaitu sebanyak
24 (66,7%) responden dan yang kurang optimal sebanyak 12 (33,3%) responden, kepala
ruangan pada kategori kurang kompeten dengan peran optimal sebanyak 10 (38,5%)
responden dan kurang optimal sebanyak 16 (61,5%) responden. Berdasarkan hasil analisis
statistik dengan uji chi-square diperoleh p value sebesar 0,052 (p value > 0.05). Hasil
tersebut mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kompetensi
berdasarkan pengetahuan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis rumah
sakit bidang keperawatan. Kepala ruangan yang memiliki kompetensi berdasarkan
keterampilan pada kategori kompeten dengan peran yang optimal yaitu sebanyak 22 (68,8%)
responden dan yang kurang optimal sebanyak 10 (31,2%) responden, kepala ruangan pada
kategori kurang kompeten dengan peran optimal sebanyak 12 (40,0%) responden dan kurang
optimal sebanyak 18 (60,0%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-
square diperoleh p value sebesar 0,044 (pvalue < 0.05).
Tabel 4 diketahui bahwa kepala ruangan yang berumur 32-40 tahun, dengan peran yang
optimal yaitu sebanyak 15 (57,7%) responden dan yang kurang optimal sebanyak 11 (42,3%)
responden, yang berumur 41-49 tahun dengan peran yang optimal dan kurang optimal sama
yaitu masing-masing sebanyak 16 (50,0%) responden, sementara yang berumur 50-58 tahun
dengan peran yang optimal sebanyak 3 (75,0%) responden dan kurang optimal sebanyak 1
(25,0%) responden. Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji chi-square diperoleh p
value sebesar 0,593 (p value > 0.05).
16
BAB IV
PEMBAHASAN PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara kompetensi berdasarkan pengetahuan dengan peran kepala ruangan dalam perencanaan
strategis rumah sakit bidang keperawatan. Hal ini dapat saja terjadi karena meskipun kepala
ruangan kurang kompeten namun tetap banyak yang optimal perannya dalam perencanaan
strategis keperawatan.
Hasil penelitian ini menegaskan bahwa meskipun seorang kepala ruangan kurang
kompeten berdasarkan pengetahuan tentang perencanaan startegis tetap saja ada yang optimal
perannya dalam perencanaan strategis rumah sakit bidang keperawatan. Jika keadaan seperti
ini terjadi, maka perencanaan strategis yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang kurang
baik, sehingga akan sulit untuk mengimplementasikannya. Dokumen perencanaan strategis
tersebut akan menjadi hiasan, dilahirkan hanya untuk memenuhi persyaratan akreditasi atau
standar yang harus dimiliki setiap bagian yang ada di suatu rumah sakit, salah satunya adalah
bagian keperawatan. Kurangnya kompetensi kepala ruangan berdasarkan pengetahuan
tentang perencanaan strategis tercermin dalam jawaban kepala ruangan pada kuesioner. Agar
peran kepala ruangan dalam perencanaan strategis dapat lebih optimal dan ditunjang oleh
kompetensi yang baik maka perlu dilakukan pembinaan yang berkesinambungan tentang
manajemen keperawatan secara umum dan perencanaan strategis secara khusus. Kepala
ruang merupakan ujung tombak pelaksanaan pelayanan dan asuhan keperawatan, agar
tercipta pelayanan dan asuhan keperawatan yang berkualitas maka perlu pembinaan dan
penyegaran yang terus menerus pada kepala ruang. Hasil pelatihan yang dilakukan pada
kepala ruangan menggambarkan adanya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tentang
aplikasi peran dan fungsi kepala ruang. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan peran kepala ruangan dalam
perencanaan strategis keperawatan. Tidak adanya hubungan ini dapat saja disebabkan oleh
tidak adanya perbedaan yang berarti peran kepala ruangan yang berlatar belakang pendidikan
vokasional dengan profeisonal. Sementara kita ketahui bahwa seharusnya seseorang yang
memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi lebih optimal perannya dibandingkan
dengan yang berpendidikan rendah. Sementara kita ketahui bahwa seharusnya seseorang
yang memiliki masalah yang agak berat dengan keluarganya akan berdampak terhadap peran
maupun kinerjanya dalam organisasi.
17
BAB V
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3792cc75fc21f1a446f6c955223024ec.pdf
http://akayblogspot.blogspot.co.id/2013/02/manejemen-keperawatan-akkay.html
http://sheringtipshidupsehat.blogspot.co.id/2015/02/pengertian-manajemen-dan-
manajemen.html
http://dianhusadavistau.blogspot.co.id/p/perencanaan-dalam-manajemen-keperawatan.html
https://rurymaulidiasari.wordpress.com/2012/12/10/konsep-perencanaan-dalam-manajemen-
keperawatan/
19