Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO

(Conopomopha cramerella) TRIWULAN 2 TAHUN 2013 WILAYAH


KERJA BBPPTP SURABAYA

Oleh :
Amini Kanthi Rahayu, SP1 dan Feny Ernawati, SP2
POPT Pertama

Latar Belakang
Penggerek buah kakao (PBK) merupakan salah satu hama
penting pada tanaman kakao. Hama ini bersifat homodinamik dan
endemik yang hidupnya bergantung pada ketersediaan buah kakao di
lapang. Menurut Depparaba (2002) hama ini sebenarnya telah beberapa
kali berganti nama yaitu Zaratha cramerella, kemudian berganti Gracilaria
cramerella, setelah itu Acrocercops cramerella Snellen, dan terakhir
Conopomopha cramerella Snellen.
Hama PBK termasuk ke dalam Kelas Insekta, Ordo Lepidoptera,
dan Famili Gracillaridae (Kalshoven, 1981). Siklus hidup PBK terdiri dari
fase telur 3-7 hari, larva 15-18 hari, pupa 6-8 hari dan ngengat 3-7 hari
(Wardojo, 1994 dalam Depparaba, 2002). Telur berbentuk oval dan
berwarna kuning oranye pada saat baru diletakkan. Panjang telur 0,45-
0,50 mm, lebar 0,25-0,30 mm. Larva yang baru keluar dari telur berwarna
putih transparan dengan panjang 1 mm. Imago mempunyai panjang 7 mm
dan lebar 2 mm, rentang sayap depan 12 mm. Warna dasar imago adalah
coklat dengan warna putih berpola zig-zag sepanjang sayap depan dan
spot oranye pada ujung sayap (Snellen, 1994 dalam Depparaba, 2002).
Gejala serangan PBK pada buah kakao

.
Gambar 1. Perbedaan buah kakao sehat (kiri) dan sakit (kanan)
Sumber : http://cacaoorganicfairtrade.blogspot.com/2011/06/hama-
penggerek-buah-kakao-pbk.html.

Setelah telur diletakkan pada permukaan buah yang berlekuk


(semakin besar ukuran buah, maka akan semakin besar pula peluang
untuk bertelur di situ), kemudian akan berkembang menjadi larva. Larva
yang baru keluar akan langsung masuk ke dalam buah dan tinggal di
dalam buah selama 12-14 hari bahkan sampai 18 hari sebelum keluar
untuk menjadi kepompong. Buah muda yang berukuran 5-7 cm tidak
pernah terserang PBK (Wardojo, 1994 dalam Depparaba, 2002). Larva
akan memakan jaringan yang lunak seperti pulp, plasenta dan saluran
makanan yang menuju biji, yang akan mengakibatkan biji akan saling
melekat pada dinding buah. Kerusakan plasenta dapat menyebabkan
semua biji rusak dan tidak berkembang. Jaringan buah yang telah rusak
tersebut menimbulkan perubahan fisiologis pada kulit buah sehingga buah
tampak hijau berbelang merah atau jingga (Depparaba, 2002)
Setelah mengakhiri perkembangannya di dalam buah, larva akan
berhenti makan dan keluar dari buah melalui lubang-lubang gerekan pada
kulit buah, selanjutnya larva akan melekat pada buah yang sama atau
menjatuhkan diri dan melekat pada buah lainnya. Selama prapupa dan
pupa, PBK akan melekat pada bahan apa saja yang ada di kebun. Setelah
7 hari, akan keluar imago (Depparaba, 2002)
Gambar 2. Imago PBK
Sumber : http://indraferyanto.ubb.ac.id/?p=262.

Keadaan Serangan PBK (C. cramerella) pada Triwulan II Tahun 2013


Tabel 1. Luas Serangan PBK pada Triwulan II Wilker BBPPTP
Surabaya
Luas Serangan (ha)
No. Provinsi
Helo Cono Phyt OPT Lain
Helopeltis C. Phytopthora OPT
sp. cramerella sp. Lainnya
1 Banten 372.00 180.00 144.00 0.00
2 Jawa Barat 3.90 75.87 30.33 0.00
3 Jawa Tengah 231.54 158.44 40.70 4.55
4 DIY 145.15 60.37 83.12 73.77
5 Jawa Timur 478.96 489.44 451.67 183.87
6 Bali 1,137.95 1,007.48 1,014.03 121.21
7 NTB 1,081.10 1,002.02 950.74 30.00
8 NTT 3,377.00 8,113.00 6,810.00 2,591.00
Total 6,827.60 11,086.62 9,524.59 3,004.40
Gambar 3. Persentase Luas Serangan PBK
Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya

Gambar 4. Peta Tingkat Serangan Hama PBK di Wilker BBPPTP Surabaya


Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya
Gambar 5. Peta Luas Areal Tanaman Kakao di Wilker BBPPTP Surabaya
Sumber Data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya

Pada triwulan II tahun 2013 ini serangan PBK di wilker BBPPTP


Surabaya berdasarkan Tabel 1. masih menduduki peringkat tertinggi jika
dibandingkan serangan OPT lainnya pada kakao, yaitu sekitar 36% dari
luas serangan total OPT (Gambar 3). Sedangkan peringkat kedua yaitu
serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur Phytopthora palmivora
(busuk buah). Berdasarkan data Tabel 1. di atas dapat disimpulkan bahwa
hama PBK memang bersifat homodinamik dan endemik, yaitu akan selalu
ada selama buah kakao tersebut tersedia di lapang. Pada triwulan II
terdapat serangan yang tinggi karena pada bulan-bulan April – Juni
merupakan waktu-waktu dilakukan panen raya, yaitu terutama pada bulan
Juni, sehingga ketersediaan PBK di lapang juga besar. Pengendalian
perlu dilakukan untuk mengantisipasi adanya serangan yang lebih parah.
Selama ini belum ada laporan tentang pengendalian PBK menggunakan
APH yang efektif terhadap hama ini.
Tingkat serangan PBK berdasarkan Gambar 4. dari luas areal
tanaman kakao di wilker BBPPTP Surabaya (Gambar 5) wilayah tertinggi
adalah Nusa Tenggara Timur (NTT) yaitu lebih dari 50.000 ha, tetapi
serangan PBK yang paling tinggi yaitu wilayah Bali, NTB dan NTT.
Wilayah lain yaitu Banten, Jawa Barat dan Jawa Timur be peringkat ada
pada skala sedang, sehingga untuk selanjutnya perlu diwaspadai dalam
pengawasan dan pengendaliannya.

Perbandingan Luas Serangan antara Triwulan I dan Triwulan II

Gambar 6. Grafik Perbandingan Luas Serangan antara Triwulan I dan Triwulan II


Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya

Pada Gambar 6. jika dibandingkan antara triwulan I dengan


triwulan II tingkat serangan hama PBK masih sama dengan rata-rata
serangan dan wilayah serangannya yaitu di NTT. Hal ini diakibatkan
karena luas pengendalian masih tidak dilaksanakan dengan baik, yaitu
proporsinya tidak sesuai jika dibandingkan dengan luas pengendalian
(Gambar 7). Wilayah NTB dengan adanya serangan tinggi tetapi tidak
dilaksanakan pengendalian, sehingga serangan PBK sangat tinggi di
wilayah NTB. Propinsi Bali, dengan adanya serangan PBK, pengendalian
yang dilakukan juga seimbang, sehingga serangan PBK tidak terlalu
banyak.
Gambar 7. Grafik perbandingan luas serangan dan luas pengendalian PBK
Sumber data : Bidang Proteksi BBPPTP Surabaya

Alternatif Pengendalian terhadap Hama PBK pada Tanaman Kakao


Pengendalian PBK pada buah kakao sebaiknya dilakukan dengan
program PHT, sehingga hasil yang didapatkan dapat maksimal dicapai.
Alternatif pengendalian yang dapat dilakukan antara lain :
1. Karantina
Tindakan karantina dilakukan dengan melalui pengawasan, penyitaan,
dan pemusnahan terhadap bahan tanaman yang dianggap tercemar
hama dan media lainnya yang dianggap dapat menyebarkan hama
PBK di lapang.
2. Penyelubungan buah (sarungisasi).
Yaitu dengan menyelubungi buah yang masih muda (8-10 cm) dengan
kantong plastik. Tindakan ini dilakukan untuk menghambat imago
meletakkan telur pada buah kakao (Feryanto, 2012).
3. Panen sering, serempak, dan teratur
Panen sering dilakukan dengan tujuan menghilangkan dan
membunuh larva PBK yang berada di dalam buah dan belum sempat
keluar (Anonim, 2000 dalam Darwis, 2012), atau juga untuk memutus
rantai perkembangan PBK.
4. Pemangkasan
Hal ini dilakukan untuk mengatur tajuk tanaman dan meningkatkan
produksi. Dengan memangkas tajuk tanaman, maka kanopi tidak
terlalu rindang. Karena kanopi yang rindang bagi pertumbuhan PBK
(Effendi dan Nuraini, 2010).
5. Sanitasi
Sanitasi dilakukan dengan membersihkan areal pertanaman, sehingga
lingkungan pertanaman kakao akan terlihat sehat, tidak lembab dan
tidak gelap.
6. Penggunaan berbagai macam APH dan pestisida nabati
Predator yang dapat dimanfaatkan antara lain semut Dolichoderus
tharacicus (Hymenoptera: Formicidae), dan jamur Beauveria
bassiana.

PUSTAKA

Darwis, M. 2012. Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao.


http://muhdar27.blogspot.com/2012/10/normal-0-false-false-false-
en-us-x-none.html. Diakses tanggal 13 Desember 2013.

Depparaba, F. 2002. Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella


Snellen) dan Penanggulangannya. Jurnal Litbang Pertanian hal.
(21)2. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3212025.pdf.
Diakses tanggal 13 Desember 2013.

Effendi, W. W. dan Nuraini, Z. 2010. Peningkatan Produksi Pertanian


Kakao (Theobromae kakao L.) Melalui Pengendalian Hama
Penggerek Buah Kakao (Conopomopha cramerella S.) dengan
Bioinsektisida Daun Sirsak (Annona muricata L.).
http://www.academia.edu/2537854/PENINGKATAN_PRODUKSI_P
ERTANIAN_KAKAO_Theobroma_cacao_L._MELALUI_PENGEND
ALIAN_HAMA_PENGGEREK_BUAH_KAKAO_Conopomorpha_cra
merella_S._DENGAN_BIOINSEKTISIDA_DAUN_SIRSAK_Annona
_muricata_L._ Diakses tanggal 16 Desember 2013.
Feryanto, I. 2012. “Sarungisasi” Mengatasi Penggerek Buah Kakao.
http://indraferyanto.ubb.ac.id/?p=262. Diakses tanggal 13
Desember 2013.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Resived by P.A.


Van Der Laan. PT Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai