PENDAHULUAN
Secara geografis Indonesia terletak dalam garis katulistiwa yang menyebabkan iklim di
Indonesia cenderung tropis. Secara umum, pengukuran suhu dalam lingkungan tropis rata-rata
o o
20 C, sedangkan suhu di Indonesia rata-rata pada umumnya 35 C dengan kelembapan yang
cukup tinggi mencapai 85% dapat dikategorikan sebagai iklim tropis panas lembap. Hal ini
memiliki pengaruh pada produktifitas aktivitas manusia, produktifitas aktivitas manusia
cenderung menurun apabila terkena suhu yang cukup ekstrem, misalnya terlalu panas atau terlalu
dingin.
o o
Suhu nyaman termal bagi orang Indonesia berada dikisaran 22,8 C-25,8 C dengan kelembapan
70%. Aktivitas orang Indonesia secara umum dilakukan diruangan, misalkan saja secara mikro
yaitu lingkungan rumah atau tempat tinggal. Pada lingkungan kecil ini untuk mencapai
kenyaman termal yang tepat, tidak jarang kebanyakan orang akan menggunakan cara yang instan
seperti penggunaan energy mekanis yaitu AC pada bangunan. Penggunaan AC sendiri selain
mahal juga memiliki dampak yang kurang baik terhadap lingkungan.
Pencapaian kenyamanan termal sebenarnya dapat dilakukan dengan cara yang murah dan tidak
perlu menggunakan energy mekanis tambahan yang dapat menambah dampak kerusakan
lingkungan. Penciptaan kenyamanan termal pada bangunan dapat dilakukan dengan
memanfaatkan energy alam, dalam bangunan dapat dilakukan dengan pendekatan arsitektur,
misalnya dengan mempertimbangkan orientasi bangunan, pemanfaatan material, elemen
lensekap, serta penerapan penghawaan alami. Dengan memerhatikan hal-hal tersebut,
kenyamanan termal dapat dicapai tanpa harus menggunakan energy mekanis yang memiliki
dampak negative terhadap lingkungan secara berkelanjutan.
Rumusan Masalah
Bagaimana cara pencapain kenyamanan termal dengan cara penghawaan secara alami?
1
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
Secara umum manfaat dari penulisan ini untuk memberi gambaran mengenai arsitektur tropis
dan juga kenyamanan termal. Secara khusus manfaat penulisan ini dibuat untuk mengetahui
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai kenyamanan termal dalam bangunan yaitu
dengan memerhatikan bukaan.
2
Gambar 1 Pembagian Iklim Matahari Sumber: google.com
BAB II
PEMBAHASAN
Arsitektur tropis terdiri dari 2 kata yaitu arsitektur dan tropis, arsitektur sendiri memiliki
beberapa pengertian yang beragam yang disampaikan oleh beberapa ahli, salah satu pengertian
arsitektur yaitu arsitektur merupakan perpaduan yang membentuk suatu tautan yang
mempersatukan ruang, bentuk, teknik dan fungsi (Francis D.K.Ching, 1979). Kata tropis sendiri
merujuk kepada iklim, tropis berasal dari kata “ tropikos “ yang memiliki arti garis balik. Garis-
o
garis balik adalah garis lintang 23 27’ utara dan selatan. Garis lintang
0
utara 23 27’ adalah garis balik cancer
dan matahari pada tanggal 27 Juni mencapai posisi tegak lurus. Pembagian bumi pada garis-garis
tegak ini tidak mempertimbankan batas-batas daerah iklim yang sebenarnya, sehingga defenisi
0
‘tropis’ saat ini adalah daerah yang terletak di antara garis isoterm 20 C di sebelah bumi utara
dan selatan.
Arsitektur tropis dapat dikatakan sebagai arsitektur yang mempertimbangkan kondisi iklim
dalam perencanaan dan perancangannya, baik secara mikro (bangunan), meso (lingkungan), dan
makro (kawasan). Iklim dan geografis pada arsitektur tropis dapat dikategorikan menjadi 2
pembagian, yaitu:
Daerah tropis kering, dengan padang pasir, stepa, dan savanna kering
Daerah tropis lembap, dengan hutan tropis, daerah-daerah dengan angina musim, dan savanna
lembap.
Ciri-ciri kedua iklim ini serta permasalahan yang sering dihadapi serta hal-hal yang perlu
3
Table 1 Ciri, Masalah, dan Cara Menanggapi dalam Bangunan pada Iklim Tropis Basah/Lembap Sumber: Nuraini,
Cut.Institut Teknologi Medan.2014
Table 2 Ciri, Masalah, dan Cara Menanggapi dalam Bangunan pada Iklim Tropis Kering
Kenyamanan termal dapat dikatakan sebagai suatu rentang temperature yang menunjukkan
kenyamanan relative pemakai bangunan pada suatu kondisi iklim tertentu. Suatu bangunan
idealnya dapat memberikan perasaan aman dan nyaman bagi setiap civitas yang
menggunakannya. Kenyamanan termal sangat dibutuhkan oleh tubuh agar produktivitas
aktifitas manusia didalamnya berjalan baik, adapun faktor maupun variable yang
memengaruhi kenyamanan termal diuraikan sebagai berikut (Fanger,1982):
Temperature udara yang dimaksud adalah temperature hasil pengukuran bola kering atau
yang disebut dengan temperature bola kering (DBT). Pengukuran temperature didalam ruang
digunakan thermometer yang pegangannya dapat diputar, secara umum kondisi yang
o o
nyaman akan terjadi pata rentang suhu 16 C-28 C. Temperatur udara antara suatu daerah
dengan daerah lainnya sangat berbeda.Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, seperti
sudut datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat, arah angin, arus laut, awan, dan
lamanya penyinaran.
b. Temperature Radiasi
Temperature radiasi adalah temperature yang disebabkan karena panas yang ditimbulkan
oleh radiasi. Untuk ruang luar, radiasi akan bersumber pada radiasi matahari. Untuk didalam
ruang, temperature radiasi dominan disebabkan karena radiasi benda sekitar dan elemen
ruang.
c. Kelembaban Relatif
Kelembaban relative adalah jumlah uap air yang diekspresikan dengan prosentase. Pada
umumnya kelembaban relative akan memberikan kondisi nyaman pada 20% sampai 90%
d. Kecepatan Udara
Kecepatan udara adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara mendatar atau
horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin dipengaruhi oleh
karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-
5
faktor yang mempengaruhi kecepatan udara, antara lain berupa gradien barometris,
lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.
o
Badan manusia akan memelihara panas badan dalam kondisi 37 C. Produksi panas
badan diwujudkan dari proses metabolism perubahan energy kimia dari makanan
menjadi energy mekanik gerakan yang akan terwujud dalam aktivitas tertentu. Semakin
besar dan cepat metabolism semakin besar produksi panas badan internal (Moore, 1993).
Besar dan cepatnya metabolism akan dilihat dari aktivitasnya.
b. Pakaian
Kenyamanan termal akan ditentukan pada keseimbangan panas antara produksi panas
internal dengan pelepasan panas badan. Pelepasan panas badan terjadi melalui evaporasi,
konveksi, radiasi, dan konduksi. Yang menentukan konveksi, radiasi, dan konduksi
adalah resistensi pakaian. Faktor pakaian diukur dengan level of clothing atau clo.
6
c. Usia, Jenis Kelamin, Postur Badan, Siklus Menstruasi, serta Makanan Berdasarkan
penelitian Fanger (1982), usia, jenis kelamin, postur badan, dan
Drought adalah pendinginan bagian badan karena konveksi yang tidak diharapkan
(Fanger, 1982). Asimetri termal ruang adalah kondisi yang spesifik sehingga bagian
badan kita mengalami perbedaan panas yang relative ekstrim dibandingkan dengan
bagian badan lainnya.
Table 4 Suhu Nyaman menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konversi Energi pada Bangunan Sumber: LPMB-
PU
Suasana
Temperatur Efektif (TE)
Kelembaban / Rh (%)
Sejuk Nyaman
o o
20,5 C TE - 22,8 C TE
50%
Ambang Atas
o
24 C TE
80 %
Nyaman Optimal
o o
22,8 C TE - 25,8 C TE
70 %
Ambang Atas
o
28 C TE
Hangat Nyaman
o o
25,8 C TE - 27,1 C TE
60 %
Ambang Atas
o
31 C TE
Penghawaan alami merupakan salah satu alternative yang dapat digunakan untuk
menciptakan kenyamanan termal pada bangunan. Penghawaan alami memiliki banyak segi
positif yang baik berdampak pada lingkungan maupun manusia itu sendiri. Seiring dengan
perkembangan masa, penerapan penghawaan alami dapat dikatakan cukup sulit untuk
dilakukan, terdapat beberapa faktor yang menghambat kurangnya penghawaan alami dapat
diterapkan, seperti faktor lingkungan disekitar hunian.
Lingkungan disekitar hunian tidak selamanya memiliki udara yang bersih, contohnya hunian
diperkotaan yang sudah tercemar polusi dan jauh dari ruang terbuka hijau. penerapan
penghawaan alami agak sulit untuk diterapkan. Kepadatan hunian juga menjadi poin dalam
sistem penghawaan alami, hunian yang sesak akan sulit untuk mendapat udara yang segar,
namun pada hunian yang padat terdapat keuntungan yaitu dapat terjadinya pembayangan
sehingga mengurangi efek radiasi matahari pada musim panas.
Cara pencapaian kenyamanan termal di daerah tropis dengan penghawaan alami dapat
dilakukan dengan pengaturan bukaan yang perlu juga memerhatikan faktor matahari dan
angin.
8
2.4 Bukaan Ventilasi dan Peneduhan dalam Bangunan
Bukaan merupakan pelubangan pada bagian dinding bangunan yang memungkinkan untuk
masuknya udara dan juga cahaya matahari kedalam ruangan. Wujud bukaan dapat berupa
ventilasi angin atau bukaan cahaya matahari. Jendela dan bovenlight adalah nama yang
umum untuk digunakan.
Bukaan bangunan menjadi sangat penting dalam hal pencapaian kenyamanan termal karena
bukaan ini merupakan penghubung antara ruang luar dan ruang dalam. Bukaan menjadi
peluang besar bangunan dalam memanfaatkan potensi iklim lingkungan dan seberapa besar
bangunan dapat mempertahankan ruang dalam dari tekanan ruang luar.
Dalam rekayasa bukaan, ada 4 unsur bukaan yang harus ditetapkan. Empat unsur tersebut
adalah dimensi, orientasi, kedudukan dan elemen bukaan. Unsur ini harus ditetapkan dengan
memerhatikan 2 aspek pertimbangan yaitu matahari dan angin.
1. Dimensi
Dimensi adalah parameter yang memuat dua hal yaitu ukuran luas dan bentuk. Bentuk
bukaan dan perpaduan pemasangannya pada dinding akan memengaruhi kualitas cahaya
matahari dan udara yang masuk kedalam bangunan. Dimensi bukaan akan memengaruhi
efek radiasi rata-rata yang berakibat pada kenyamanan termal ruang (Guohoi Gan, 2001).
9
a. Dimensi bukaan dan Matahari
Pada daerah tropis hangat lembap seperti di Indonseia, proses pendinginan ruang
yang paling efektif adalah dengan pendinginan konveksi. Angin adalah sumber
daya yang memiliki potensi pendinginan ruang secara konveksi. Penetapan
dimensi untuk kepentingan angin akan berhubungan dengan debit udara yang
diperlukan.
Gambar 5 Tipe bukaan dan persentase udara yang dapat masuk ke bangunan.
10
2. Elemen Eksternal Bukaan
Ventilasi silang merupakan salah satu hal yang wajib untuk diaplikasikan pada
bangunan untuk menciptakan penghawaan alami kedalam bangunan. Pengaplikasian
cross ventilation dimaksudkan untuk mencegah udara terperangkap pada bangunan
karena dengan adanya bukaan atau ventilasi
berhadap-hadapan dan
lurus.
Jika
hanya
memungkinkan
untuk
membuat
satu
bukaan,
maka
udara sebaiknya
dialirirkan
ke lorong dan
dibawa
menuju
taman
dalam
rumah
(inner
court)
yang
terbuka
keatas.
Gambar 6 Sistem Ventilasi Silang
11
Idealnya untuk terjadi cross ventilation harus ada bukaan atas dan bawah pada sisi dinding.
Hal ini didasari atas sifat udara, udara panas merupakan udara yang ringan sehingga
pengaliran udara ini melalui ventilasi atas, sedangkan udara dingin termasuk udara yang
berat sehingga udara ini akan melalui ventilasi bagian bawah. Ukuran ventilasi bawah
biasanya lebih kecil dari ventilasi atas, sekitar 15x15cm (Gambar 7). Jika ventilasi bawah
dirasa kurang memungkinkan sebaiknya digunakan bovenlight (Gambar 8).
Hal lain yang dapat dilakukan dalam sistem ventilasi yaitu pemilihan jenis bukaan seperti
krepyak (Gambar 9). Krepyak kayu memiliki beberapa kelebihan diantara dapat menjadi
penyaring cahaya matahari serta memfiltrasi udara jika tidak ingin terlalu banyak udara yang
masuk kedalam ruangan, karena udara akan masuk melalui lubang pada pintu krepyak
tersebut.
Sumber: architectara.com
Salah satu cara atau metode passive cooling pada iklim tropis yaitu dengan strategi
stack ventilation. Seperti yang telah kita tahu mengenai sifat udara, udara panas
yang ringan akan lebih mudah keluar melalui bukaan yang tinggi, teknik ini berlaku
pada stack ventilation.
Prinsip lain dengan efek Bernoulli yang mengakibatkan penurunan tekanan saat
pergerakan udara dipercepat untuk melewati jarak yang lebih panjang daripada sisi
sebelahnya. Sedangkan udara yang bergerak melewati ruang yang bervolume lebih
kecil akan mengalami percepatan , ini disebut dengan efek tabung Venturi.
Pemanfaatan efek Bernoulli dan tabung Venturi dapat menghasilkan tekanan rendah
pada satu sisi bangunan yang memicu aliran udara dalam bangunan. Pada atap
bangunan yang mempunyai bukaan atas, kecepatan angina tertinggi terjadi di
puncak bangunan sehingga tekanan udaranya menjadi lebih rendah.
Rumah Tinggal
Sumber: Sukawi, 2013.59
13
Hal ini akan membuat aliran udara didalam bangunan cenderung tersedot
mengarah kebukaan puncak atap.
Penghawaan alami tentu memerlukan bukaan, pada iklim tropis faktor matahari
tentu tidak dapat dihindari. Oleh karena itu untuk mencegah radiasi matahari
secara langsung dapat dilakukan dengan cara mendesain dimensi bukaan
berdasarkan hasil perhitungan yang berbasis pada sudut jatuh bayangan
horizontal (SBH) dan sudut jatuh bayangan vertical (SBV). Secara prinsip
perhitungan dilakukan dengan rumus tangen SBH dan SBV.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan kenyamanan termal pada
suatu bangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti iklim tropis yang mana faktor
tersebut akan mempengaruhi bentuk suatu bangunan sehingga sesuai dengan keadaan
lingkungannya. Untuk membuat suatu bangunan yang dapat memberikan kenyamanan
termal harus memperhatikan pengaturan cahaya, penggunaan material serta bukaan pada
bangunan. Dalam mendesain bangunan juga harus memperhatikan bentuk atap,
penggunaan material pada dinding, adanya ventilasi silang, dan menghindari penyinaran
siar matahari langsung untuk menghindari panas pada ruang.
Dalam menciptakan kenyamanan termal pada penghawaan alami suatu bangunan dapat
dilakukan dengan pengaturan bukaan pada bangunan dengan memperharikan orientasi
pada matahari dan orientasi pada angin. Hal pertama yg harus dilakukan adalah membuat
Cross Ventilation / Ventilasi Silang, Stack Ventilation, dan Pencegahaan Radiasi Langsung.
Pengaplikasian cross ventilation dimaksudkan untuk mencegah udara terperangkap pada
bangunan sehingga udara akan keluar dengan cara saling bertukaran. Pengaplikasian stack
ventilation, membantu udara panas dalam bangunan keluar pada bukaan yang tinggi. Untuk
mencegah radiasi langsung dapat diatasi dengan membuatkan bukaan dengan dimensi yang
sesuai.
Saran
Arsitektur tropis serta pencapaian kenyamanan termal merupakan suatu hal yang wajib
diperhatikan dalam membangun bangunan di iklim tropis. Keberhasilan pembangunan
dengan menyesuaikan keadaan lingkungan akan menghasilkan bangunan yang ekologis.
Dalam pembuatan bangunan jangan mengambil jalur pendek seperti penggunaan energy
tambahan (AC) berlebihan untuk mencapai kenyamanan termal, dengan memerhatikan
karakeristik dari lingkungan maka dapat di buat suatu bangunan yang mampu beradaptasi
sehingga dapat terjadi peminimalan penggunaan energy buatan yang dapat merusak
lingkungan.
15