Anda di halaman 1dari 26

TUGAS KELOMPOK TUTORIAL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HEMOTHORAX
MATA KULIAH KMB I

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK A
1. Agung Jossutiarko P27220011158
2. Agus Trianto P27220011159
3. Agus Triwahyudi P27220011160
4. Amalia Nuril Afifah P27220011161
5. Anggie Yulianti Musyarofah P27220011162
6. Ayunda Prita Mutiara P27220011163
7. Bayu Cahyo Oktafian P27220011164
8. Bayu Muhammad Ikhrom P27220011165
9. Budi Sari Dewi P27220011166
10. Cahya Ari Widya Ningrum P27220011167
11. Darniati Alimah P27220011168
12. Desy Indah Ratnawati P27220011169

PRODI DIII BERLANJUT DIV


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SEMESTER 3

POLTEKNIK KESEHATAN SURAKARTA


2012
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................. 1

Kata Pengantar ............................................................................................. 2

Bab I Pendahuluan .............................................................................. 3

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 3

B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 4

C. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

Bab II Isi ............................................................................................ 5

A. Pengertian trauma dada ..................................................................... 5

B. Klasifikasi......................................................................................... 4

C. Etiologi.............................................................................................. 5

D. Patofisiologi...................................................................................... 6

Skenario Kasus ............................................................................ 14

Asuhan keperawatan ............................................................................ 15

 Pengkajian............................................................................. 15

 Diagnosa keperawatan.......................................................... 17

 Intervesi keperawatan........................................................... 17

Bab III Penutup .......................................................................................... 24

A. Kesimpulan ............................................................................ 24

Daftar Pustaka .......................................................................................... 25

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan YME, karena berkat

Rahmat-Nya makalah tentang ASKEP HEMOTHORAX dapat terselesaikan dengan

baik dan tepat pada waktunya. Dan juga kami ucapkan banyak terima kasih kepada

teman-teman yang membantu menyusun makalah ini.

Terutama kami ucapkan terima kasih kepada bapak/ibu dosen yang telah

membimbing kami dan memberikan kami waktu serta kesempatan untuk menyelesaikan

makalah ini. Kami dari kelompok A menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata

sempurna karena keterbatasan dari kemampuan kami. Untuk itu kami sebagai penyusun

makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun

guna melengkapi makalah ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini berguna dan bermanfaat

serta dapat menunjang kemandirian dalam proses belajar.

Surakarta, 25 September 2012

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang

dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada

trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau yang tidak disengaja.

Thoraks adalah daerah pada tubuh manusia (atau hewan) yang berada di antara

leher dan perut (abdomen). Thoraks dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi

di superior oleh thoracic inlet dan inferior oleh thoracic outlet, dengan batas luar

adalah dinding thoraks yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga, sternum, otot,

dan jaringan ikat.

Cedera dada sering terjadi dan menyebabkan suatu variasi luka, berkisar dari

luka lecet sederhana dan luka memar sampai yang mengancam nyawa yang

mengenai isi rongga dada. Trauma dada juga memiliki morbiditas yang tinggi. Dua

puluh persen dari semua kematian akibat trauma disebabkan oleh trauma dada,

terbanyak kedua setelah cedera pada kepala dan tulang belakang. Secara kebetulan,

banyak cedera dada tidak membutuhkan intervensi bedah mayor. Banyak cedera

dinding dan dalam dada dapat diatasi dengan pipa thoracostomy sederhana,

ventilasi mekanik, pengendalian nyeri yang agresif, dan tindakan suportif lainnya.

Pasien-pasien tua dan pasien lainnya dengan penurunan volume cadangan paru

lebih mudah mendapatkan serangan gawat napas dan paling kurang akan

membutuhkan observasi di instalasi gawat darurat. Karena dokter instalasi gawat

3
darurat akan sering menghadapi pasien-pasien dengan cedera paru dan dinding dada,

perlu seluk- beluk pengetahuan patofisiologi dan pengobatan trauma dada.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum: Untuk memperluas wacana pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pada pasiean Hemotorax .

2. Tujuan Khusus:

a. Mampu mengkaji masalah-masalah keperawatan secara komprehensif.

b. Mampu menganalisa dan merumuskan serta menegakan diagnosa

Keperawatan yang muncul.

c. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan sesuai

rencana yang meliputiupaya promotif, preventif, kuratif serta rehabilitati.

d. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan.

e. Mempunyai pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien

dengan Hemotorax.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hemathorax ?

2. Apa saja etiologi dari hemathorax ?

3. Bagaimana patofisiologi dari hemathorax?

4. Bagaimana manifestasi klinis dari hemathorax ?

5. Apa saja pemeriksaan dari hemathorax ?

6. Bagaimana perawatan dari hemathorax ?

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Trauma Dada

Trauma dada dapat merupakan trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat

menyebabkan temponade jantung, perdarahan, hematoraks, pneumotoraks.

Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik

trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul. Trauma thorak dapat disebut juga trauma

yang terjadi pada toraks yang menimbulkan kelainan pada organ-organ di dalam

toraks.

B. Klasifikasi

TRAUMA TEMBUS TRAUMA TUMPUL

1. Pneumothoraks terbuka 1.Tension pneumothoraks

2. Hemothoraks 2.Trauma tracheobronkhial

3. Trauma tracheobronkial 3. Flail Chest

4. Contusi Paru 4. Ruptur diafragma

5. Ruptur diafragma 5. Trauma mediastinal

6. Trauma Mediastinal 6. Fraktur kosta

C. Etiologi

1. Trauma tembus

- Luka Tembak

- Luka Tikam / tusuk

5
2. Trauma tumpul

- Kecelakaan kendaraan bermotor

- Jatuh

- Pukulan pada dada

D. Patofisiologi

Dada merupakan organ besar yang membuka bagian dari tubuh yang sangat

mudah terkena tumbukan/ benturan. Karena dada merupakan tempat jantung,

paru dan pembuluh darah besar. Trauma dada sering menyebabkan gangguan

ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi

kemampuan jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk

pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka

dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ.

Luka dada dapat meluas dari benjolan dan goresan yang relatif kecil

menjadi suatu yang dapat mengancurkan atau terjadi trauma penetrasi. Luka

dada dapat berupa penetrasi atau non penetrasi (tumpul). Luka dada penetrasi

mungkin disebabkan oleh luka dada yang terbuka, memberi kesempatan bagi

udara atmosfir masuk ke dalam permukaan pleura dan mengganggu mekanisme

ventilasi normal. Luka dada penetrasi dapat menjadi kerusakan serius bagi paru,

kantung (pleura) dan struktur thorak lain.

a. Trauma tumpul

Trauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma tembus,

kira-kira lebih dari 90% trauma thoraks. Dua mekanismeyang terjadi

pada trauma tumpul: (1) hantaran energi secara langsung pada dinding

dada dan organ thoraks dan (2) deselerasi differensial, yang dialami oleh

6
organ thoraks ketika terjadinya impak atau benturan. Benturan yang

secara langsung yang mengenai dinding thoraks dapat menyebabkan luka

robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang seperti tulang iga.

Cedera thoraks dengan tekanan yang kuat dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intrathorakal sehingga menyebabkan ruptur dari

organ-organ yang berisi cairan atau gas (udara).(2,3) Cedera yang

disebabkan deselerasi dapat berlaku apabila pergerakan thoraks yang

kedepan secara tiba-tiba terhenti, manakala organ viscera intratorakal

terus bergerak kedepan, seperti yang berlaku pada cidera

steering-columna. Pada cedera viscera (organ-organ dalam tubuh) yang

tidak melekat pada dinding dada, akan bergerak kedepan sehingga akan

dihentikan oleh permukaan dalam dari dinding thoraks pada benturan

internal yang kedua kalinya atau sehingga tekanan yang ditimbulkan oleh

pergerakan tersebut melampaui toleransi jaringan sehingga menyebabkan

cedera. Fraktur tulang iga bisa terjadi pada titik benturan dan kerusakan

pada paru bisa terjadi luka berupa lebam atau luka tusuk pada paru.

b. Trauma tembus

Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang dikenakan

secara langsung yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau atau

proyektil (projectile), misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan

dengan “stretching dan crushing” dan cedera biasanya menyebabkan

batas luka yang sama dengan bahan yang tembus pada jaringan. Berat

ringannya cedera internal yang berlaku tergantung pada organ yang telah

terkena dan seberapa vital organ tersebut.

7
Derajat cedera tergantung pada dua mekanisme dari penetrasi dan temasuk,

diantara faktor lain, adalah efisiensi dari energi yang dipindahkan dari obyek ke

jaringan tubuh yang terpenetrasi. Faktor-faktor lain yang berpengaruh adalah

karakteristik dari senjata, seperti kecepatan, ukuran dari permukaan benturan, serta

densitas dari jaringan tubuh yang terpenetrasi. Pisau biasanya menyebabkan cidera

yang lebih kecil karena ia termasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka tusuk

yang disebabkan oleh pisau sebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi. Luka

disebabkan tusukan pisau biasanya dapat ditoleransi, walaupun tusukan tersebut pada

daerah jantung, biasanya dapat diselamatkan dengan penanganan medis yang

maksimal.

Kelainan pada rongga pleura

1. Pneumothoraks

Pneumothoraks merupakan salah satu

kelainan pada rongga pleura ditandai dengan

adanya udara yang terperangkap dalam

rongga pleura sehingga akan menyebabkan

peningkatan tekanan negatif intrapleura dan

akan mengganggu proses pengembangan

paru. Pneumothoraks merupakan salah satu akibat dari trauma tumpul yang

sering terjadi akibat adanya penetrasi fraktur iga pada parenkim paru dan

laserasi paru.

8
2. Hemothoraks (Hematothoraks)

Hemothoraks adalah suatu keadaan yang paling sering dijumpai pada

penderita trauma thoraks yang sering disebabkan oleh trauma pada paru, jantung,

pembuluh darah besar. Pada lebih 80% penderita dengan trauma thoraks dimana

biasanya terdapat darah >1500ml dalam rongga pleura akibat trauma tumpul

atau tembus pada dada. Sumber perdarahan pada umumnya berasal dari adanya

cedera pada paru-paru, arteri interkostalis, robeknya arteri mamaria interna

maupun pembuluh darah lainnya seperti aorta dan vena cava. Dalam rongga

pleura dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematothoraks dapat

syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata,

distres nafas juga akan terjadi karena paru di sisi hemothoraks akan kolaps

akibat tertekan volume darah. Pada pemeriksaan dapat ditemukan shock, deviasi

trakea, suara pernapasan yang melemah (unilateral), vena dileher menjadi colaps

akibat hipovolemia atau penekanan karena efek mekanik oleh darah di

intrathoraks.

Gambar 5. Tampak gambaran hemothoraks pada sisi kiri foto thoraks

3. Kontusio paru

Kontusio paru terjadi pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi,

jatuh dari tempat yang tinggi dan luka tembak dengan peluru cepat (high

9
velocity) maupun setelah trauma tumpul thoraks, dapat pula terjadi pada trauma

tajam dengan mekanisme perdarahan dan edema parenkim. Penyulit ini sering

terjadi pada trauma dada dan potensial menyebabkan kematian. Proses, tanda

dan gejala mungkin berjalan pelan dan makin memburuk dalam 24 jam pasca

trauma. Tanda dan gejalanya adalah sesak nafas/dyspnea, hipoksemia, takikardi,

suara nafas berkurang atau tidak terdengar pada sisi kontusio, patah tulang iga,

sianosis.

4. Laserasi paru

Laserasi paru adalah robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau

trauma tumpul keras yang disertai fraktur iga sehingga dapat menimbulkan

hemothoraks dan pneumothoraks. Mekanisme terjadinya pneumothoraks oleh

karena meningkatnya tekanan intraalveolar yang disebabkan adanya tubrukan

yang kuat pada thoraks dan robekan pada percabangan trakeobronchial atau

esophagus. Perdarahan dari laserasi paru dapat berhenti, menetap, atau berulang.

KONSEP DASAR HEMOTHORAK

1. Pengertian Hemothorak

Hemothorak adalah adanya darah yang masuk kearea pleural (antara

pleura viseralis dan pleura parietalis). Hemathorax adalah adanya darah dalam

rongga pleura . Sumber berasal dari darah yang berada pada dinding dada ,

parenkim paru – paru , jantung atau pembuluh darah besar . kondisi ini biasanya

konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga merupakan komplikasi dari

beberapa penyakit ( Puponegoro , 1995). Etiologi Trauma dada kebanyakan

disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang akan menyebabkan ruda paksa

10
tumpul pada rongga thorak ( Hemothorak ) dan rongga Abdomen. Trauma tajam

dapat disebabkan oleh tikaman dan tembakan.

a. Traumatis

 Trauma tumpul.

 Penetrasi trauma.

b. Non traumatic atau spontan

 Neoplasia ( primer atau metastasis ).

 Diskrasia darah , termasuk komplikasi antikoagulasi.

 Emboli paru dengan infark.

 Emfisema.

 Tuberkulosis.

 Paru arteriovenosa fistula.

2. Pembagian Hemothorak

a. Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan kurang dari 15 % pada

foto rontgen, perkusi pekak sampai iga IX.

b. Hemothorak Sedang : 15 – 35 % tertutup bayangan pada foto rontgen,

perkusi pekak sampai iga VI.

c. Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto rontgen, perkusi pekak sampai

cranial, iga IV.

3. Pathofisiologi

Perdarahan ke dalam rongga pleura dapat terjadi, hampir semua gangguan

dari jaringan dinding dada dan pleura atau struktur intratoracic yang fisiologis

terhadap pengembangan hemathorax diwujudkan dalam 2 bidang utama

hemodinamik dan pernapasan . Tingkat respons hemodinamik ditentukan oleh

11
jumlah dan kecepatan kehilangan darah . Gerakan pernapasan normal mungkin

terhambat oleh ruang efek menduduki akumulasi besar darah dalam rongga

pleura.

Dalam kasus trauma, kelainan ventilasi dan oksigen dapat mengakibatkan,

terutama jika dikaitkan dengan cedera pada dinding dada. Dalam beberapa kasus

nontraumatic asal usul, terutama yang berkaitan dengan pneumothorax dan

jumlah terbatas perdarahan, gejala pernapasan dapat mendominasi. Pathway

Nursing Gejala / tanda klinis Hemothorak tidak menimbulkan nyeri selain dari

luka yang berdarah di dinding dada. Luka di pleura viseralis umumnya juga

tidak menimbulkan nyeri. Kadang-kadang anemia dan syok hipovalemik

merupakan keluhan dan gejala yang pertama muncul. Secara klinis pasien

menunjukan distress pernapasan berat, agitasi, sianosis, tahipnea berat,

tahikardia dan peningkatan awal tekanan darah, di ikuti dengan hipotensi sesuai

dengan penurunan curah jantung.

4. Manifestasi Klinis

a. Blunt trauma

Hemathorax dengan dinding dada cedera tumpul. Jarang hemathorax

sendirian menemukan dalam trauma tumpul . Associated dinding dada atau

cedera paru hampir selalu hadir.

Cedera tulang sederhana terdiri dari satu atau beberapa patah tulang rusak

adalah yang paling umum dada cedera tumpul.

12
b. Intrathoracic cedera tumpul

Hemathorax besar biasanya berhubungan struktur vaskular cedera.

Gangguan atau robekan besar struktur arteri / vena di dalam dada dapat

menyebebkan perdarahan masif / exsanguinating.

5. Pemeriksaan diagnostik

a. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleura, dapat

menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)

b. GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengeruhi,

gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2

kadang-kadang meningkat. PaO2 mungkin normal atau menurun, saturasi

oksigen biasanya menurun.

c. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa (Hemothorak).

d. Hb : mungkin menurun, menunjukan kehilangan darah. Komplikasi Adhesi

pecah, bula paru pecah.


6. Penatalaksanaan
a. Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak
memerlukan tindakan khusus.
b. Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi
sedapat mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang
penyalir sekat air.
c. Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan
transfusi.

13
Skenario Kasus

Tn K usia 25 tahun. Dibawa ke RS dengan keluhan 2 jam


yang lalu jatuh dari sepeda motor. Tidak terjadi perdarahan
tetapi merasakan nyeri dada dan nyeri bertambah saat
bernafas.
Hasil pemeriksaan foto thorak terdapat fraktur iga yang
mengenai pleura dan parenkim paru.

14
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian :

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. K

Umur : 25 th

Jenis Kelamin : Pria

Alamat : Mojosongo, Surakarta

Tanggal MRS : 2 September 2012, jam 17.00 WIB

Diagnosa Medis : Hemothorax

Keluhan Utama : Nyeri dada

Pemeriksaan Fisik :

1. Sistem Pernapasan :

a. Inspeksi

Pengembangan paru tidak simetris.

Terdapat retraksi dada.

Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b. Auskultasi

Adanya suara sonor.

Bising napas yang menghilang.

c. Palpasi

Nyeri, semakin kuat saat aspirasi

Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.

15
d. Perkusi

Resonan

2. Sistem Kardiovaskuler :

Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.

Takhikardia, lemah

Pucat, Hb turun.

Hipotensi.

3. Sistem Persyarafan :

Normal

4. Sistem Perkemihan.

Normal

5. Sistem Pencernaan :

Normal

6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.

Kemampuan sendi terbatas.

Ada memar.

Terdapat kelemahan.

Kulit pucat, sianosis, berkeringat.

7. Sistem Endokrine :

Terjadi peningkatan metabolisme.

Kelemahan.

8. Sistem Sosial / Interaksi.

Normal.

16
9. Spiritual :

Normal.

B. Diagnosa Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan ekpansi paru karena gangguan

muskuloskeletal (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.197)

2. Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi banyak dan kental. (Doenges

Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.205)

3. Nyeri akut b/d pembengkakan jaringan. (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3,

hal.210)

C. Intevensi Keperawatan :

1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan ekpansi paru karena gangguan

muskuloskeletal (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.197)

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam pola pernapasan efektif

Kriteria hasil :

Memperlihatkan pola pernapasan normal/efektif dengan GDA dalam rentang

normal.

Bebas sianosis dan tanda/gejala hipoksia.

Intervensi :

a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat

tidur. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.

R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan

ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

17
b. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau

perubahan tanda-tanda vital.

R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai

akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock

sehubungan dengan hipoksia.

c. Kaji pasien adanya area nyeri tekan bila batuk, napas dalam.

R/ sokongan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih efektif

atau mengurangi trauma

d. Kaji fremitus

R/ Suara dan taktil fremitus (vibrasi) menurun pada jaringan yang terisi

cairan atau konsolidasi.

e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan

menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.

R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat

dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :

1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.

R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan,

yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas

yang ditentukan.

R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah

udara atmosfir masuk ke area pleural.

3) Observasi gelembung udara botol penempung.

18
R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari

penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun

seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya

gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang

buntu.

4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang

tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat

drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.

R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang

mengubah tekanan negative yang diinginkan.

5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.

R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan

yang memerlukan upaya intervensi.

g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Berikan oksigen tambahan melalui kanul/masker sesuai indikasi

Awasi /gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri. Kaji kapasitas

vital/pengukuran volume tidal.

Konsul photo toraks.

R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2. Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi banyak dan kental. (Doenges

Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.205)

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam jalan napas lancar/normal

19
Kriteria hasil :

Mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan bunyi napas bersih/jelas

Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.

Klien nyaman.

Intervensi :

a. Jelaskan klien tentang mengapa terdapat penumpukan sekret di sal.

pernapasan.

R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan

kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.

R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,

menyebabkan frustasi.

1) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.

R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

2) Lakukan pernapasan diafragma.

R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan

ventilasi alveolar.

3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,

keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.

4) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan

2 batuk pendek dan kuat.

R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran

sekresi sekret.

c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.

20
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :

mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000

sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.

R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan

mukus, yang mengarah pada atelektasis.

e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.

R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah

bau mulut.

f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :

Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.

Pemberian expectoran.

Pemberian antibiotika.

Fisioterapi dada.

Konsul photo toraks.

R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan

menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

3. Nyeri akut b/d pembengkakan jaringan. (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3,

hal.210)

Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.

Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri.

Pasien dapat rileks

21
Intervensi :

a. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan

non invasif.

R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya

telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot

rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan

relaksasi masase.

R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh

jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.

2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.

b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang

nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.

R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan.

c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan

berapa lama nyeri akan berlangsung.

R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan

dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

teraupetik.

d. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik.

R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.

22
e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah

pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2

jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.

R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif

untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang

tepat.

23
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Trauma dada dapat merupakan trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat

menyebabkan temponade jantung, perdarahan, hematoraks, pneumotoraks.

Trauma dada ada dua yaitu trauma tembus dan tumpul. Trauma dada bisa

menyebabkan salah satunya Hemathorax.

Hemothorak adalah adanya darah yang masuk kearea pleural (antara pleura

viseralis dan pleura parietalis). Penatalaksanaan keperawatan dengan asuhan

keperawatan. Pengkajian dengan data fokus pada sistem pernapasan. Dengan

diagnosa keperawatan : 1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d penurunan

ekpansi paru karena gangguan muskuloskeletal (Doenges Moorhouse Geissler,

edisi 3, hal.197) ; 2. Inefektif bersihan jalan napas b/d sekresi banyak dan kental.

(Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.205) ; 3. Nyeri akut b/d

pembengkakan jaringan. (Doenges Moorhouse Geissler, edisi 3, hal.210)

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Bedah Torak Kardiovaskular Indonesia: Website Bedah Torak Kardiovaskular

Indonesia: Anatomi Toraks: Surface Anatomy-Dinding Toraks [online] [cited on

2010] available at:

http://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/FisiologiAnatomi/

Anatomi-Toraks-Surface-Anatomy-Dinding-Toraks.html

2. Bedah Torak Kardiovaskular Indonesia, Website Bedah Torak Kardiovaskular

Indonesia:Trauma Toraks I: Umum [online] [cited on 2010] available at :

http://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-I-Umum.

html

3. Soedjatmiko H., Trauma Toraks [oline] [cited on 10 April 2010] available at

http://www.portalkalbe/files/cdk/13-trauma toraks pdf.html

4. Khan A.N, Trauma Thorax [online] [cited on 9 April 2010]available at:

http://www.emedicine.com/radio/byname/Thorax-Trauma.htm

5. Sandra Wanek. MD, John C. Mayberry. MD, FACS Division of General Surgery,

6. Engram (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

7. Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI

Vol.1,EGC, Jakarta

8. Jonh. A Boswick (1997), Perawatan Gawat Darurat, EGC, Jakarta.

9. LAB/UPF ILMU BEDAH (1988), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, RSUD Dr.

Soetomo, Surabaya.

10. Sjasuhidajat. R (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai