Anda di halaman 1dari 69

1

Filsafat, filsafat ilmu dan pendidikan ada persaman dan perbedaan.


Dilihat dari konsep , objek dan tujuan, mempunyai cirri-ciri khusus.
Coba dianalisa berdasarkan tiga hal tersebut, sehingga kesamaan dan
perbedaan menjadi jelas
1. Pengertian FILSAFAT

menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut :


Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.

Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala
benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah
dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.

Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia
juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu ,
yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari
seluruh kenyataan.

Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul
sekaliannya .

Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal
dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )

Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak,
yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan
berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan
“.

Sidi Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala
sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
2

Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk
memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang
mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

Hasbullah Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam
mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu.

2. PENGERTIAN ILMU

M. IZUDDIN TAUFIQ
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen,
dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya

# THOMAS KUHN
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan
maupun pengembangannya

# Dr. MAURICE BUCAILLE


Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun
sebentar.

# NS. ASMADI
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan
yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)

# POESPOPRODJO
Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji
empiris

Sumber: Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan Ruang
Lingkupnya. http://manusiapinggiran.blogspot.com/2013/02/pengertian-filsafat-ilmu-dan-
filsafat.html#ixzz3vbOrOBSj
Follow us: @fajar_berkata on Twitter
3

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara
kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1]Filsafat tidak didalami dengan melakukan
eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah
secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat
untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah
proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang
biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan
segala hal

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai
hakikat ilmu[1]. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu,
yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu
sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat
menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan
dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat
menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara
menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah;
macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.

1. Pengertian Filsafat Ilmu


Istilah filsafat bisa ditinjau dari dua segi, semantik dan praktis. Segi semantik perkataan filsafat
berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia yang berarti
philos = cinta, suka (loving) dan Sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia
berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang
yang berfilsafah akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut
philosopher dalam bahasa Arab disebut failasuf. Dari segi praktis filsafat berarti alam pikiran
atau alam berfikir. Berfilsafat artinya berpikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat.
Berfilsafat maknanya berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. 2)
Pengertian ilmu yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun
menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut hubungannya dari dalam.
Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran mendefinikan ilmu adalah akumulasi
pengetahuan yang disistematisasikan suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap
4

seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu yang pada prinsipnya
dapat diamati panca indera manusia. Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-
ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…” 3)

Ilmu Filsafat vs Filsafat Ilmu


Diposkan oleh sunny di 20.12 . Kamis, 07 Februari 2013
Label: Agar Ereksi Keras dan Tahan Lama, Agen Foredi Bandung, Agen Foredi Di Jakarta Juga
Merangkap Agen Gasa, Agen Foredi Juga Agen Gasa, Ilmu Filsafat vs Filsafat Ilmu
Banyak ilmuwan dan golongan akademis yang masih belum memahami perbedaan antara ilmu filsafat
dan filsafat ilmu secara ‘utuh’. Jika direnungkan kembali, perkembangan IPTEK saat ini sudah lebih cepat
dari sebuah kedipan mata.

Yang paling mencengangkan lagi adalah tidak hanya sekadar sekat-sekat antar disiplin ilmu dan arogansi
ilmu saja yang terjadi saat ini, tetapi yang paling mendasar adalah terpisahnya ilmu itu dengan nilai luhur
ilmu yaitu untuk menyejahterakan umat manusia (Bakhtiar, 2011).

Jika dicermati lebih lanjut, ilmu filsafat harus dipahami terlebih dahulu secara mendalam dan holistik,
sebelum menerapkan ilmu filsafat ke dalam suatu ilmu (filsafat ilmu). Pada hakikatnya, ilmu filsafat
memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan ilmu-ilmu sebab ilmu filsafatlah yang telah
melahirkan ilmu-ilmu. Oleh sebab itu, ilmu filsafat dikatakan sebagai ‘induk ilmu’. Menurut Setia (1997)
filsafat berasal dari Bahasa Yunani yaitu dari akar kata; ‘philein’ (cinta) dan ‘shopos’ (hikmah,
kebijaksanaan, kebenaran).

Jadi filsafat bermakna cinta akan kebijaksaan (love to the wisdom). Sebagai manusia, kita adalah mahluk
yang senantiasa berpikir karena memiliki ‘idep’ (pikiran). Dengan kemampuan berpikir inilah, pada
awalnya manusia merasa keheranan dengan segala sesuatu yang ada dan terjadi di alam. Hingga
akhirnya dengan kemampuan berpikir inilah yang menghantarkan manusia untuk memperoleh suatu
jawaban yang bersifat logis.

Proses berfilsafat adalah proses berpikir, tetapi tidak semua proses berpikir adalah proses berfilsafat.
Berpikir yang bagaimana dapat dikatakan berfilsafat? Berfilsafat adalah berpikir yang radikal, universal,
konseptual, koheren, konsisten, sistematik, komperehensif, kritis, bebas, bertanggung jawab, dan
bijaksana. Ilmu filsafat yang diterapkan ke dalam suatu ilmu (filsafat ilmu) memperhatikan tiga
penelahaan dasar ilmu yaitu aspek ontologi (teori hakikat / theory of being), epistemologi (teori
pengetahuan/ theory of knowledge), dan aksiologi (teori nilai/ theory of meaning). Kajian ilmu filsafat
dalam suatu ilmu (filsafat ilmu) sangat penting dan fundamental.

Keramas (2008) membedakan antara kajian ilmu filsafat dan kajian filsafat ilmu dengan menyatakan
bahwa kajian ilmu filsafat ditujukan untuk mendapatkan kebenaran mutlak (absolut) yaitu benar dilihat
dari berbagai sudut pandang dan benar pula untuk sepanjang masa sedangkan kajian filsafat pada ilmu
(filsafat ilmu) bertujuan untuk memegang etika keilmuan, mencari kegunaan yang terbaik dari ilmu itu
untuk kesejahteraan manusia, mencegah agar ilmu tidak menghancurkan manusia tetapi
5

menyejahterakannya, serta mencari kebenaran common sense (bukan kebenaran mutlak/ kebenaran
yang masuk akal/ kebenaran sementara/ kebenaran dalam praktek), namun tetap diupayakan mencari
kajian-kajian yang mendekati kebenaran mutlak.

Lalu, apakah manfaat mempelajari ilmu filsafat dan filsafat ilmu?

Menurut Purwati (2011) manfaat mempelajari ilmu filsafat adalah membantu kita untuk mencari
kebenaran dari segala fenomena yang ada, memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan
hidup dan pandangan dunia, memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
memahami diri sendiri dan dunia, mengembangkan kemampuan kita dalam menalar, dan memberikan
bekal untuk memperhatikan pandangan kita sendiri dan orang lain dengan kritis sedangkan manfaat
mempelajari filsafat ilmu adalah memberikan pandangan yang luas sehingga dapat membendung
egoisme dan ego-sentrisme, membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis dan dogma,
memberikan landasan historis-filosofis bagi setiap kajian disiplin ilmu yang ditekuni, filsafat ilmu
memberikan nilai dan orientasi yang jelas bagi setiap disiplin ilmu.

Jika dilakukan suatu kontemplasi lebih lanjut, maka manfaat ilmu filsafat secara radikal adalah
menjadikan seseorang bijaksana dalam hal menyikapi masalah hidup dan kehidupan karena telah
‘berteman’ dengan kebijaksanaan, serta mengetahui dengan benar apa tujuan mereka berbuat (tidak
merugikan orang lain dan untuk kemashlatan diri sendiri) sehingga ilmu filsafat berperan sebagai
pandangan hidup, pegangan hidup bahkan sebagai pedoman hidup.

Sedangkan manfaat filsafat ilmu adalah agar kita sebagai manusia lebih bijaksana dalam memanfaatkan
suatu ilmu sehingga dapat menyejahterakan kehidupan manusia atau dengan kata lain agar suatu ilmu
tetap terintegrasi dengan nilai luhur ilmu yaitu untuk menyejahterakan umat manusia.

CIRI UTAMA ILMU: Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis,
dapat diukur, dan dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas
keyakinan kepada yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi Berbeda dengan
pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri,
sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek [atau alam obyek]
yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi sistematik adalajh hakikat
ilmu. Prinsip-prinsip obyek dan hubungan-hubungannya yang tercermin dalam kaitan-kaiatan
logis yang dapat dilihat dengan jelas. Bahwa prinsip-prinsip logis yang dapat dilihat dengan
jelas. Bahwa prinsip-prinsip metafisis obyek menyingkapkan dirinya sendiri kepada kita dalam
prosedur ilmu secara lamban, didasarkan pada sifat khusus intelek kita yang tidak dapat
dicarikan oleh visi ruhani terhadap realitas tetapi oleh berpikir Ilmu tidak memerlukan kepastian
lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di
dalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapan
Ciri hakiki lainnya dari ilmu ialah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai
dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan ide yang
terpisah-pisah. Sebaliknya, ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat
6

Bantu metodologis yang penting adalah terminology ilmiah. Yang disebut belakangan ini
mencoba konsep-konsep ilmu. DIFINISI ILMU MENURUT PARA AHLI Mohammad Hatta,
mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam
suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kdudukannya tampak dari luar,
amupun menurut hubungannya dari dalam Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan
ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak Karl
Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang komprehensif dan konsisten
tentang fakta pengalaman dengan istilah sederhana Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di
Rutgers University menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disususn dalam satu
system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menetukan hakikat prinsip
tentang hal yang sedang dikaji. Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran,
menerangkan bahwa ilmu adalah: Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan
-------Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan terhadap seluruh dunia empirisyaitu dunia
yang terikat oleh factor ruang dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera
manusia -------Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan
suatu proposisi dalam bentuk: “jika,….maka…” Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa
Rusia mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan
pikiran. Ia mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum, yang
ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis. PERSAMAAN DAN
PERBEDAAN FILSAFAT DAN ILMU PERSAMAAN: Keduanya mencari rumusan yang sebaik-
baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke-akar-akarnya Keduanya
memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian
yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya Keduanya hendak memberikan
sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan Keduanya mempunyai metode dan sistem
Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat
manusia [obyektivitas], akan pengetahuan yang lebih mendasar. PERBEDAAN: Obyek material
[lapangan] filsafat itu bersifat universal [umum], yaitu segala sesuatu yang ada [realita]
sedangkan obyek material ilmu [pengetahuan ilmiah] itu bersifat khusus dan empiris. Artinya,
ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak,
sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu Obyek formal [sudut
pandangan] filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu
yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris,
spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara
ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita Filsafat dilaksanakan dalam
suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan
ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak
pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya Filsafat memuat
pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari,
sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu
menjadi tahu Filsafat memberikan penjelasan yang terakhri, yang mutlak, dan mendalam
sampai mendasar [primary cause] sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu
mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder [secondary cause]
7

PENDAHULUAN

Pengetahuan diciptakan untuk dunia, begitu juga dengan filsafat. Filsafat


adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia
secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami
dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi
dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu,
memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Filsafat
menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping
nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan
ketertarikan jika dikaitkan dengan logika. Dimana logika itu sendiri merupakan
ilmu yang sama sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad
ke 7 S.M..Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi
akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak
menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan ini.
Dalam bab berikutnya akan dibahas mengenai pengertian, perbedaan
dan persamaan antara filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan,
pengetahuan, biologi/ pendidikan biologi dan agama.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah: dapat mengetahui dan
memahami Pengertian, perbedaan dan persamaan antara filsafat, filsafat ilmu
pengetahuan, ilmu pengetahuan, pengetahuan, biologi/ pendidikan biologi dan
agama.

ISI

1 Pengertian
a. Filsafat
Ditinjau dari pengertiannya, filsafat berasal dari kata Yunani, yaitu
philosophia yang berarti adalah cinta (philia) kebijaksanaan (sophia). Oleh
karena itu, orang yang mencintai kebijaksanaan disebut sebagai philosophos
atau filsuf.
Pada hakikatnya, ada dua pengertian dari filsafat. Yang pertama, filsafat
adalah suatu aktivitas, dan bukan suatu mata pelajaran saja. Dengan kata lain,
anda berfilsafat, dan tidak hanya belajar filsafat. Yang kedua, filsafat juga
sering diartikan sebagai suatu analisis konseptual, yakni berpikir tentang
pikiran. Arti dari kedua hakikat tersebut adalah filsafat tidak didalami dengan
8

melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan


mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Definisi filsafat menurut beberapa filsuf antara lain:
1. Plato (427sm – 347sm) seorang filsuf yunani yang termasyhur murid socrates
dan guru aristoteles, mengatakan: filsafat adalah pengetahuan tentang segala
yang ada (ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli).
2. Aristoteles (384 sm – 322sm) mengatakan : filsafat adalah ilmua pengetahuan
yang meliputi kebenaran, yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika (filsafat menyelidiki sebab
dan asas segala benda).
3. Marcus tullius cicero (106 sm – 43sm) politikus dan ahli pidato romawi,
merumuskan: filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung
dan usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-farabi (meninggal 950m), filsuf muslim terbesar sebelum ibnu sina,
mengatakan : filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
5. Immanuel kant (1724 -1804), yang sering disebut raksasa pikir barat,
mengatakan: filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang
mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: ” apakah yang dapat kita
ketahui? (dijawab oleh metafisika) ” apakah yang dapat kita kerjakan? (dijawab
oleh etika) ” sampai di manakah pengharapan kita? (dijawab oleh antropologi)
6. Prof. Dr. Fuad hasan, guru besar psikologi ui, menyimpulkan: filsafat adalah
suatu ikhtiar untuk berpikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala,
dari akarnya suatu hal yang hendak dimasalahkan. Dan dengan jalan
penjajakan yang radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-
kesimpulan yang universal.
7. Drs h. Hasbullah bakry merumuskan: ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai oleh akal manusia, dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.

b. Filsafat Ilmu Pengetahuan


Filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk memahami
makna, metode, struktur logis dari ilmu pengetahuan, termasuk juga di
dalamnya kriteria-kriteria ilmu pengetahuan, hukum-hukum, dan teori-teori di
dalam ilmu pengetahuan.
9

Filsafat ilmu pengetahuan adalah cabang filsafat yang mengkaji segala


persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

c. Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu pengetahuan menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
1. J. Haberer (1972) mengatakan ilmu pengetahuan adalah suatu hasil aktivitas
manusia yang merupakan kumpulan teori, metode dan praktek dan menjadi
pranata dalam masyarakat.
2. J.D. Bernal (1977) mengatakan ilmu pengetahuan adalah suatu pranata atau
metode yang membentuk keyakinan mengenai alam semesta dan manusia.
3. Cantote (1977) mengatakan ilmu pengetahuan adalah suatu hasil aktivitas
manusia yang mempunyai makna dan metode.1977 -1992.
4. Cambridge-Dictionary (1995) mengatakan ilmu pengetahuan adalah adalah
kumpulan pengetahuan yang benar, mempunyai objek dan tujuan tertentu
dengan sistem, metode untuk berkembang serta berlaku universal yang dapat
diuji kebenarannya.
5. Menurut Sutrisno Hadi, ilmu pengetahuan adalah kumpulan dari pengalaman-
pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan dari sejumlah orang-orang yang
dipadukan secara harmonis dalam suatu bangunan yang teratur.
Ilmu pengetahuan mencakup tujuh macam tindakan, yakni tindak
melakukan pengamatan seakurat dan sepasti mungkin, mencatat pengamatan
tersebut sedetail mungkin, mengklasifikasi data yang telah didapat sesuai
dengan kebutuhan analisis, mengambil kesimpulan yang bersifat umum dari
data-data yang bersifat partikular, membuat semacam pernyataan deduksi dari
kesimpulan yang telah didapat, menguji pernyataan tersebut dengan bukti-
bukti yang didapay kemudian, dan menghubungkan teori yang didapat dengan
berbagai teori lainnya yang sudah ada sebelumnya.
Karl Popper mengatakan “ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan yang terdiri dari empat hal yang diatur secara sistematis, yakni
pernyataan awal dan klasifikasi data yang relevan dengan fenomena yang
diteliti seakurat dan setepat mungkin, pernyataan umum (hukum) yang berasal
dari pencarian persamaan atas beragam data yang didapat, pernyataan teoritis
yang menghubungkan berbagai bentuk pernyataan hukum yang sudah ada
sebelumnya, dan terakhir adalah pernyataan umum yang lebih spesifik yang
ditarik dari berbagai hukum yang ada, yang kemudian dikonfirmasi kembali oleh
pengamatan dan uji coba lebih jauh.
10

Dari penjabaran diatas terlihat jelas bahwa perbedaannya dengan


filsafat ilmu pengetahuan. Dimana, ilmu pengetahuan bersifat empiris dan
eksperimental dengan melakukan percobaan-percobaan. Ilmu pengetahuan
berisi tentang penjabaran data, generalisasi dari data-data tersebut, perumusan
hukum dan teori serta argumentasi.

d. Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, ide , konsep, dan
pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya, termasuk manusia
dan kehidupannya.
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihatb atau dirasakan sebelumnya. Misalnya,
ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan
mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita
ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk ke dalamnya adalah ilmu, jadi
ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia
disamping berbagai pengetahuan lainnya seperti seni dan agama.
Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman
inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.
Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi
yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris juga bisa
didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulang kali.
Misalnya, seorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan
sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi.
Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan
melalui akal budi yang kemudian dikenal rasionalisme. Rasionalisme lebih
menekankan pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada
pengalaman. Misalnya, pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika,
hasil 1+1=2. bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris,
melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.

e. Biologi/ Pendidikan Biologi


Biologi berasal dari kata bios yang berarti kehidupan, dan logos yang
berarti ilmu. Biologi memmpengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari
hubungan kita dengan lingkungan, makanan yang kita konsumsi, hingga
11

penyakit yang dapat menyerang kita. Biologi merupakan bidang ilmu yang luas
dan bagian dari ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan alam.

f. Agama
Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau
juga disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.
Kata “Agama” berasal dari sansekerta. Agama yang berarti tradisi.
Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal
dari bahasa Latin Religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
mengikat kembali. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
dengan Tuhan.

2 Perbedaan
a. Filsafat
1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita)
2. Objek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat non-fragmentaris, karena
mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan
mendasar.
3. Filsafat dilaksanakan dalam suatu suasana pengetahuan yang menonjolkan
daya spekulasi, kritis dan pengawasan, kegunaan filsafat timbul dari nilainya.
4. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada
pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskurtsif, yaitu
menguraikan seara logis yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu.
5. Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak dan mendalam
sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab
yang tidak mendalam, yang lebih dekat yang sekunder (secondary cause).
6. Objek kajian filsafat adalah seluruh kenyataan
7. Mengungkapkan makna dan kebenaran hidup
8. Filsafat berdasarkan rasio, diperoleh dengan akal budi.

b. Filsafat Ilmu Pengetahuan


12

1. Filsafat ilmu pengetahuan bersifat analitis yaitu berisi analisis atas konsep-
konsep yang digunakan di dalam ilmu pengetahuan dan reflektif. Argumentasi
yang dihasilkannya tajam.

c. Ilmu Pengetahuan
1. Ilmu pengetahuan bersifat empiris dan eksperimental
2. Mengungkapkan kebenaran hidup
3. Bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu pengetahuan hanya terfokus pada
disiplin bidang masing-masing secara kaku dan terkotak-kotak.
4. Ilmu pengetahuan bersifat fragmentaris, spesifik dan insentif. Di samping itu,
objek formal ilmu pengetahuan itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara ide-
ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita.

d. Pengetahuan
1. Pengetahuan lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi.
2. Didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan
secara empiris dan rasional.
3. Tidak menekankan pada pengalaman
4. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab
permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia, dan untuk
digunakan dalam menawarkan berbagai kemudahan kepadanya.

e. Biologi dan Pendidikan Biologi


1. Ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang makhluk hidup.

f. Agama
1. Berdasarkan keimanan
2. Berasal dari Wahyu Tuhan
3. Dipraktekkan oleh orang yang beriman

3 Persamaan
a. Filsafat dan Imu Pengetahuan
1. Didasarkan pada rasio, maksudnya sama-sama berdasarkan akal budi
2. Mempunyai metode, menempuh suatu jalan untuk mencapai kebenaran
3. Bersifat sistematis, memberikan suatu uraian atau penjelasan yang
menyeluruh dan bagian-bagian yang saling berhubungan.
13

b. Filsafat dan Agama


1. Filsafat dan Agama adalah sama-sama mengandung suatu pemandangan yang
luas.

c. Ilmu Pengetahuan dan Agama


Perpaduan ilmu pengetahuan dan agama dikonsepkan oleh Al Ghazali
sebagai al ma’rifah. Al gazali menjelaskan bahwa jalan menuju ma’rifah sebagai
kerinduan rohani untuk mengenal Tuhan dengan hati nurani melalui tingkat-
tingkat ilmu pengetahuan. Al ma’rifah menjadi tingkat yang tertinggi di dalam
pengetahuan dan kesadaran rohani manusia terhadap Tuhan.

PENUTUP

Kesimpulan
Yang menjadi kesimpulan pada penulisan makalah ini adalah:
1. Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan pengertian-pengertian dari:
a. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta-fakta, prinsip-prinsip
hakikat yang sebenarnya, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.
b. Filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk memahami makna,
metode, struktur logis dari ilmu pengetahuan, termasuk juga di dalamnya
kriteria-kriteria ilmu pengetahuan, hukum-hukum, dan teori-teori di dalam ilmu
pengetahuan.
c. Ilmu pengetahuan adalah keseluruhan sistem pengetahuan manusia yang
meliputi teori, metode, dan praktek yang dilakukan secara sistematis.
d. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, ide , konsep, dan pemahaman
yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya, termasuk manusia dan
kehidupannya.
e. Biologi/ Pendidikan Biologi adalah ilmu yang mengkaji tentang makhluk hidup.
f. Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan.
2. Adapun yang menjadi kesimpulan dari perbedaan-perbedaan keenam poin
diatas adalah:
a. Filsafat bersifat universal, non fragmatis, memuat pertanyaan lebih jauh dan
lebih mendalam .
b. Filsafat Ilmu pengetahuan bersifat analitis yaitu berisi analisis atas konsep-
konsep yang digunakan di dalam ilmu pengetahuan dan reflektif. Argumentasi
yang dihasilkannya tajam.
14

c. Ilmu pengetahuan bersifat empiris dan eksperimental, sebagian dari


kenyataan, mengungkapkan kebenaran kehidupan
d. Pengetahuan menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi, didapatkan
dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris
dan rasional, tidak menekankan pada pengalaman, pengetahuan dikumpulkan
oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan.
e. Biologi/ Pendidikan Biologi adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang
makhluk hidup.
f. Agama didasarkan keimanan, berasal dari Wahyu Tuhan, dipraktekkan oleh
orang yang beriman.
3. Adapun yang menjadi kesimpulan dari persamaan dari keenam poin diatas
adalah:
a. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan didasarkan pada rasio, maksudnya
sama-sama berdasarkan akal budi, mempunyai metode, menempuh
suatu jalan untuk mencapai kebenaran, bersifat sistematis, memberikan
suatu uraian atau penjelasan yang menyeluruh dan bagian-bagian yang
saling berhubungan.
b. Persamaan Filsafat dan Agama adalah sama-sama mengandung suatu
pemandangan yang luas.
c. Persamaan Ilmu Pengetahuan dan Agama yaitu jalan menuju ma’rifah sebagai
kerinduan rohani untuk mengenal Tuhan dengan hati nurani melalui tingkat-
tingkat ilmu pengetahuan.

PENGERTIAN FILSAFAT ILMU


Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu
dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001).
 Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific
opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not
a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah
suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan
terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
 Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific
thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole”.
(Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
 A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the
nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place
15

in the general scheme of intellectual discipines”. (Cabang pengetahuan filsafati yang


merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-
konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-
cabang pengetahuan intelektual.)
 Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations
between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika
interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni
tentang metode ilmiah).
 May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis,
description, and clarifications of science”. (Analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
 Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science
what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two
sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and
offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything
that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to
the elimination of inconsistency and error”. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat,
yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh
pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun
teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-
landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala
hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk
teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan)
 Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate
the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of
argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so
on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic,
practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba
pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah
prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan
perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai
landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi
praktis, dan metafisika).

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari
segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu,
seperti :
16

 Obyek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan
pengetahuan? (Landasan ontologis)
 Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?
Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah
kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara
penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang
ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?
(Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
2. BEBERAPA KONSEP DALAM ILMU
 Konsep Klasifikasi adalah suatu konsep yang meletakan obyek yang sedang ditelaah dalam
suatu kelas tertentu. Contohnya: konsep taxonomi dalam botani dan zoologi.
 Konsep Perbandingan merupakan konsep yang lebih efektif dalam memberikan informasi.
Konsep ini berperan sebagai perantara antara konsep klasifikasi dan konsep kuantitatf.
Konsep perbandingan melibatkan suatu struktur hubungan logis yang rumit. Sekali kita
menetapkan struktur ini maka kita tidak bebas lagi untuk menolak dan mengubahnya. Jadi
kita melihat dua segi di mana konsep perbandingan dalam ilmu tidak bersifat konvensional:
mereka harus diterapkan kepada fakta-fakta alami dan mereka harus sesuai dengan struktur
hubungan logis.
 Konsep Kuantitatif, konsep ini mempunyai pasangan yang berhubungan dengan konsep
komparatif dimana dalam perkembangan sebuah bidang keilmuan, biasanya berfungsi
sebagai langkah pertama terhadap kuantiatif.
3. CIRI-CIRI DAN CARA KERJA FILSAFAT ILMU

 Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi, dan metode ilmiah.


 Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya.
 Menkaji persamaan ilmu yang satu dengan yang lainnya, tanpa mengabaikan persamaan
kedudukan masing-masing ilmu.
 Mengkaji cara perbedaan suatu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
 Mengkaji analisis konseptual dan bahasa yang digunakannya.
 Menyelidiki berbagai dampak pengetahun ilmiah terhadap:
– Cara pandang manusia

– hakikat manusia

– nilai-nilai yang dianut manusia


17

– tempat tinggal manusia

– sumber-sumber pengetahuan dan hakikatnya

– logika dengan matematika

– logika dan matematika dengan realitas yang ada

4. TUJUAN FILSAFAT ILMU


1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara mnyeluruh kita dapat memahami
sumber, hakikat dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan perkembangan dan kemajuan ilmu diberbagai bidang,
sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan
tinggi terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan non-ilmiah.
4. Mendorong pada calon ilmuwan untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan dan
mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.

B. FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Hakekat manusia dan persoalan pendidikan
a. Hakikat Manusia
Siapakah manusia? Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan.

Asal muasal kehidupan ini adalah Tuhan (Causa Prima) dan bertujuan akan kembali kepada-
Nya.

Namun pada dataran realita, prilaku manusia ketika ada kesempatan manusia cenderung
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai ketuhanan.

Dari kesenjangan antara pengetahuan dan prilaku tersebut, muncullah upaya untuk
mempertemukannya, yaitu melalui pendidikan. Sepanjang eksistensinya manusia senantiasa
mendidik dirinya dengan mencari dan menemukan keselarasan antara pengetahuan dengan
prilakunya. Dalam sepanjang eksistensinya manusia senantiasa menselaraskan antara
pengetahuan dengan prilakunya melalui pendidikan. Di dalam konteks pendidikan manusia
manusia memerankan dirinya sebagai subjek dan objek.
18

Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi manusia cenderung lebih memerankan dirinya
sebagai subjek.Dengan ilmu dan teknologi, manusia membangun perekonomian materi-
kapilatistik secara eksploratif dan eksploitatif terhadap sumerdaya alam sampai pada batas
marginal. Sehingga lingkungan alam menjadi tidak seimbang lagi, maniusia semakin terpuruk
ke dalam lorong filosofi kehidupan sekuler positivistik dengan orientasi hedonisme-materialistik
akibatnya , dunia spritual-transendental terabaikan. Padahal hakekat peran manusia sebagai
objek adalah menemukan kecerdasan spritual-transendental dan prilaku berkeadilan terhadap
alam semesta.

A.1 Manusia mahluk berpengetahuan

Manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta adalah
kemampuan spiritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai-nilai kebenaran, rasa adalah
kemampuan spiritual , yang secara khusus mempersoalkan nilai-nilai keindahan,. Sedangkan
karsa adalah yang secara khusus mempersoalkan nilai kebaikan.

ketiga potensi tersebut terkandung dalam segala sesuatu yang ada (realitas), dibingkai dalam
sistem falsafah hidup untuk mencapai tujuan hidup itu sendiri.

Falsafah hidup adalah pengetahuan yang bernilai universal tentang asal-muasal hidup, tujuan
hidup, dan eksistensi kehidupan.

Falsafah hidup dijabarkan dalam pedoman hidup. Pendoman hidup adalah suatu bentuk atau
wujud falsafah hidup yang berfungsi sebagai titik tolak langsung prilaku sehari-hari.

Sedangkan sikap dan prilaku hidup adalah pengetahan khusus dan kongkrit berupa langkah
kehidupan yang tentukan sepenuhnya oleh pedoman hidup. Ketiga pengetahuan tersebut
selanjutnya dijadikan objek pembelajaran bagi manusia dalam mencapai tujuan akhir
kehidupannya.

A.2. Manusia sebagai makhluk berpendidikan.

Sejak lahir manusia sudah langsung terlibat dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

Kegiatan pendidikan dan pembelajaran itu di selenggarakan dengan cara-cara konvensional


(alami) menurut pengalaman hidup, sampai dengan cara-cara formal yang metodik sistemarik
institusional (pendidikan sekolah), menurut kemampuan konseptik-rasional.bahkan setelah
mencapai kedewasaan diri, manusia terus melanjutkan pendidikannya menuju pematangan diri.
19

Pematangan diri adalah kemampuan manusia untuk menolong dirinya sendiri, orang lain
terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung sesuai ekosistemnya.

A.3 Manusia makhluk berkebudayaan

Nilai kebenaran yang diperoleh manusia melalui pendidikan selanjutnya mendorong


terbentuknya nilai sikap prilaku arif dan berkeadilan. Lebih lanju, dengan sikap dan prilaku
tersebut, manusia membangun kebudayaan dan peradabannya. Kebudayaan baik yang
material maupun yang spiritual, adalah upaya manusia untuk mengubah dan membangun
keterhubungan yang seimbang baik secra horizontal maupun vertikal.

Secara horizontal , dengan sikap terdidiknya manuia mendukung kodrat untuk senantiasa
terdorong membangun hubungan diri sendiri dengan sesamanya secara berkeadilan. Manusia
juga terdorong secara kodrati untuk senantiasa membangun hubungan yang berkeadilan
dengan alamnya.

Hubungan berkeadilan terhadap diri sendiri berupa pemenuhan segala kewajiban menurut
dasar hak kodrat dirinya sebagai manusia

Contoh kewajiban makan, minum, dan berpakaian,

Selanjutnya sikap perilaku arif berkeadilan juga harus diberlakukan bagi pengembangan
hubungan sesama manusia. Dalam konteks ini terjadi hubungan yang saling mendidik antar
orang yang satu dengan yang lainnya.

Selanjutnya sikap adil dan berkeadilan juga dilakukan terhadap alamnya. Karena prilaku
manusia yang zalim terhadap alam dan potensi sumber dayanya mengakibatkan sistem
lingkungan menjadi disharmonis, dan bencana alam terjadi di mana-mana.Dengan
mengutamakan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, dan perindustrian untuk pelestarian
alam dan sumberdayanya maka kelangsungan hidup manusia akan terjamin.

B. Filosofi kehidupan.
Secara filosofis realita persoalan kehidupan dapat disederhanak menjadi tiga titik saja. Yaitu:
titik ’asal mula’ yaitu dengan peristiwa kelahiran.

Kedua, ’titik tujuan’ yaitu peristiwa kematian.


20

Ketiga, ’titik eksistensi’ berupa garis lurus kehidupan manusia. Yang menghubungkan antara
kedua titik terdahulu.

Idealnya jika titik asal mula bernilai’A’, misalnya, maka tujuan haruslah bernilai ’ A’ pula.
Sebagai konsekuensinya , titik eksistensinya tidak bisa tidak harus bernilai ’A’. Jika manusia
menyakini asal muasal kehidupan adalah Tuhan maka tujuan hidupnya adalah Tuhan, sebagai
konsekuensinya, seluruh prilakunya kehidupan manusia mutlak harus bernilai ketuhanan.

Secara filosofis, titik asal-mula dan tujuan adalah dua titik identik yang berada di dunia
metafisis. Oleh karena itu tunggal adanya, bersifat universal dan absolut serta tidak mengalami
perubahan. Sedangkan garis eksistensi berada dalam dunia ’fisis’. Oleh karena itu plural
adanya, bersifat serba berhingga, khusus dan sarat perubahan, sehingga relatif adanya. Dunia
fisis adalah ruang lingkup pengalaman dan pemikiran manusia, dan dari sinilah muncul dan
berkembang berbagai interpretasi mengenai arti kehidupan, yang mengakibatkan bergai filsaft
hidup, sikap dan prilaku hidup. Keanekaragaman eksistensi kehidupan inilah yang menjadi
faktor dominan penyebab keterpisahan antara asal-mula dan tujuan kehidupan.

Karena sifat fisisnya, dunia eksistensi ini sering diposisikan saling bertentangan dengan dunia
metafisis. Padaha sebenarnya dunis fisis eksistensial ini adalah perwujudan atau perluasan dari
dunia metafisis. Atau secara fenomenologis, dunia fisis ini merupakan gejala atau penampakan
dari dunia metafisis.

Persoalan dunia fisis eksistensial semakin beragam dan akhirnya berakumulasi menjadi
persoalan besar yang makin memisahkan titik asal mula dan tujuan. Jika demikian,
kelangsungan hidup dan kehidupan menjadi terbatas dan berhingga hanya sampai pada titik
sekuler. Akibatnya kehidupan menjadi serba material dan menjadi ladang yang subur bagi
berkembang biaknya keserakahan.

Dunia fisis eksistensial inilah yang kemudian dipandang penting untuk di rekonstruksikan
secara konseptik- filosofis dan dilaksanakan secara kongkrit dalam bidang pendidikan.agar
terjalin konsistensi antara titik-awal, tujuan, dan eksistensi kehidupan itu, maka:

a) secara filosofis perlu dirumuskan arti hakikat, asal-mula, dan tujuan kehidupan.

b) Dalam kegiatan pendidian, hakekat asal-mula dan tujuan kehidupan perlu ditanamkan ke
dalam prilaku kehidupan

C. Hakikat asal-mula dan tujuan kehidupan


21

Ketidaktahuan manusia akan substansi titik-awal dan tujuan akhir kehidupan, karena pikiran
manusia bersifat terbatas, sementara substansi asal-mula dan tujuan itu bersifat tak terbatas,
maka tak mungkin yang serba terbatas mampu mengetahui yang serba tak terbatas. Bahwa jika
titik awal itu dipastikan sebagai ’causa prima’ (Tuhan), maka terhadap kenyataan ini,
sejauhmankah kal pikiran kita dapat menjelaskan fakta tentang Tuhan?. Meskipun demikian
akal pikiran manusia mampu menyimpulkan dan menilai bahwa hakikat asal-mula dan tujuan
kehidupan adalah satu, bersifat universal, absolut, berada dalam dunia metafiisis, dan
merupakan tujuan akhir dari segala yang ada di dunia ini.

D. Problema pendidikan dalam kehidupan


Atas posisi dan fungsinya, manusi berkewajiban kodrati mempertahankan, mengatur dan
mengembangkan kehidupan dirinya, baik secara individu, anggota masyarakat maupun
makhluk dalam eksistensi alam yang harmonis. Jika terjadi ketidakharmonisan dalam
kehidupan manusia, maka secara filosofis penyebabnya adalah kualitas pendidikan yang
rendah.

Marilah kita simak fakta kehidupan manusia. Pada zaman dahulu, kehidupan manusia begitu
sederhana dalam hal menentukan tujuan, sikap dan prilaku serta bagaimana menggunakan alat
perlengkapan kehidupannya. Tetapi sejak jumlah manusia berlipat ganda menurut dert ukur,
hubungan harmonis itu makin kontradiktif dengan kakikat kodrat keberadaanya.Dengan
kreatifitas manusia menciptakan teknologi yang kemudian mampu menggelar era perindustrian
sejak beberapa abad yang lalu, sebagai akibatnya prilaku kehidupan manusia menjadi
terdominasi oleh kecerdasan intelektual, dengan demikian potensi kecerdasan spiritual menjadi
terabaikan. Potensi kecerdasan intelektual memang lebih bisa menjamin pemenuhan
kebutuhan kehidupan manusia sehari-hari, sedangkan potensi spiritual dan moral lebih bersifat
teoritis dan normatif.

Ketidakharmonisan kehidupan terjadi justru terjadi ketika kuantitas pendidikan mengalami


kemajuan. Dunia pendidikan telah mampu membuktikan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang berhasil menciptakan industrialisasi secara global, sehingga masyarakat,
bangsa, dan negara manpun terdesak untuk mengubah sifat kemasyarakatannya menjadi
semangat perindustrian. Akibatnya moralitas individu tertarik untuk mengubah dirinya menjadi
berwatak industri. Sebagai akibat langsung dari kecepatan diamika teknologi dan perindustrian
pada gilirannya dunia pendidikanpun dilanda komersialisasi. Oleh sebabitu, persoalan
selanjutnya yang penting dan perlu adalah bagaiman membingkai gerakan cepat teknologi
dan perindutrian itu tetap dalam kerangka tujuan hidup dan kehidupan manusia. Secara
filosofis pendidikan seharusnyan mengembangkan potensi spiritual, intelektual, dan moral
menurut hubungan sebab-akibat. Dengan kerangka pikir demikian persoalannya dapat
22

disederhanakan menjadi”mengembangkan teknologi dan perindustrian dalam rangka memenuhi


kebutuhan hidup, bukan keinginan hidup”.pendidikan untuk industri adalah wajar dan benar.
Tapi sebaliknya perindustrian untuk mendidik masyarakat manusia menjadi kehidupan yang
maju adalah lebih tepat dan seharusnya menjadi spirit dan perwatakan era industrialisasi
sekarang ini. Inilah yang menjadi titik utama perhatian filsafat masa depan.

E. Problematika kependidikan
Ketika telah terjadi komersialisai pendidikan yang kemudian berbanding lurus dengan krisis
moral. Sebagai akibat watak moral material-kapitalistik. Melekat mulai dari titik kebijakan hingga
praktek penyelenggaraan pendidikan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan sangat kurang memperhatikan pada persoalan motodologi


pendidikan, sementara metode pengajaran terlalu mendapat penekanan. Wawasan pendidikan
yang seharusnya berorientasi pada proses (process oriented), berubah menjadi result oriented.
Akibatnya kreativitas individual menjadi tumpul dan yang berkembang adalah moral peniruan..
akibat selanjutnya, kehidupan sosial diberbagai bidang tidak mengalami mobilitas dinamis yang
bergrak ke arah tujuannya. Dalam kondisi sosial yang demikian watak manusia lebih konsumtif
dan tidak produktif.

Pihak-pihak yang bertanggung-jawab terhadap masalah kependidikan tersebut secara


sistematis adalah keluarga, sekolah, masyarakat, negara, pada gilirannya peserta didik itu
sendiri.

Arti Pendidikan:

Pendekatan Eksistensial

Istilah pendidikan berasal dari bahasa Inggris ”education” yang berakar dari bahasa latin
”educare”, yang berarti pembimbngan berkelanjutan (to lead forth).

Sasaran pendidikan berfungsi sebagai alat, sarana, dan jalan untuk membuat perubahan
menuju perkembangan hidup. Pada akhirnya manusia mewujudkan dirinya sebagai makhluk
pendidikan.

Bahasan selanjutnya terkait dengan keberadaan pendidikan, yang terbagi dalam tiga katagori,
yaitu dalam arti luas, sempit dan keberadaan pendidikan dalam arti alternatif.

F. Pendidikan dalam arti luas.


23

Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam
segala situasi kegiatan kehidupan yang berlangsung disegala jenis, bentuk dan tingkat
lingkungan hidup. Singkatnya pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju
pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan,
cerdas dalam hal perkembangan jiwa, dan matang dalam hal berprilaku. Dengan pendidikan,
manusia berusaha meningkatkan kehidupannya dari tingkat kehidupan naluriah menjadi
rasional berkebudayaan. Dalam arti luas, pendidikan dapat di identifikasi karakteristiknya
sebagai berikut:

1. pendidikan berlangsung sepanjang zaman (life long education).


2. pendidikan berlangsung disetiap bidang kehidupan manusia.
3. pendidikan berlangsung disegala tempat dimanapun dan disegala waktu kapanpun
4. objek utama pendidikan adalah pembudayaan manusia dalam memausiawikan diri dan
kehidupannya.
7. Arti Sempit Pendidikan
Dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan, dengan
materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal, dalam sistem pengawasan, dan diberikan
evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan. Mengenai arti pendidikan secara sempit,
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mudyahardjo, ciri-ciri khasnya antara lain dapat
diidentifikasi sebagai berikut:

1. pendidikan berlangsung dalam waktu terbatas.


2. pendidikan berlangsung dalam ruang terbatas.
3. oleh karena itu, pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan khusus yang sengaja
diciptakan menurut sistem administrasi dan manajemen tertentu.
4. isi pendidikan disusun secara sistemik dan terprogram dalam bentuk kurikulum
5. tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar (sekolah).
8. Relevansi Filsafat Ilmu dan Filsafat Pendidikan
Filsafat secara etimologis berarti ’cinta kearifan’. Mencintai kearifan berarti mendambakan
kehidupan yang diliputi dengan sikap dan perilaku adil. Kehidupan yang berkeadilan adalah
kehidupan yang harmonis. Menurut objek penelitannya filsafat adalah bidang studi yang
mempersoalkan hakekat segala sesuatu yang ada. Apakah itu secara kuantitatif tunggal atau
plural berada dalam realitas abstrak atau konkrit. Terhadap pertanyaan itu, filsafat mengakui
bahwa menurut substansinya, yang ada itu tunggal, berada ditingkat abstrak, bersifat mutlak,
dan tidak mengalami perubahan. Sedangkan menurut eksistensinya, yang ada itu plural, berada
ditingkat konkrit, bersifat relatif dan mengalami perubahan. Jadi, segala sesuatu yang ada di
dunia pengalaman itu berasal mula dari satu substansi. Persolan yang muncul bagaimana
menyikapi segala pluralitas? Apakah yang seharusnya dilakukan agar manusia tidak saling
berbenturan?
24

Jawabannya adalah manusia harus bersikap dan berperilaku adil terhadap diri sendir,
masyarakat, dan terhadap alam. Agar bisa berbuat demikian, manusia berusaha mendapatkan
pengetahuan yang benar mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada ini, dari mana
asalnya, bagaimana keberadaannya, dan apakah yang menjadi tujuan akhirnya. Untuk itu
manusia harus mendidik diri sendiri dan sesamanya secara terus menerus. Bertolak dari
pemikiran filsafat tersebut pendidikan muncul dan memulai sesuatu. Dalam hal ini kegiatan
pendidikan ditekankan pada materi yang berisi tentang pengetahuan umum. Berdasarkan
filsafat, pendidikan berkepentingan membangun filsafat hidup. Jadi, terhadap pendidikan filsafat
memberikan pengembangan berupa kesadaran menyeluruh. Tanpa filsafat, pendidikan tidak
berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya tanpa pendidikan
filsafat tetap berada didalam dunia utopianya.

Berdasarkan penjelasan diatas, ilmu dapat melahirkan sebuah pendidikan da npendidikan juga
berkaitan dengan ilmu. Dalam arti luas, ilmu melandasi perkembangan pendidikan, dalam arti
sempit, ilmu sebagai bidang garapan pendidikan yang dijadikan subject matter

2.Bagaimana pendapat saudara jika pengertian berikut ini dihubungkan dengan peran filsafat

4. Ilmu pendidikan sebagai Ilmu Normatif, Teoritis, empirik, Praktis dan sebagai lapangan studi. coba
petakan fungsi masing-masing dalam praktek pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan teramat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan darinya. Sifat pendidikan dalam
kehidupan adalah mutlak, baik untuk kehidupan pribadi, keluarga, alam, berbangsa dan bernegara. Maju
mundurnya suatu bangsa sangat dipengaruhi dari berhasil tidaknya suatu pendidikan yang
diselenggarakan di Negara itu, meskipun banyak factor lain juga yang mempengaruhi keberhasilannya
seperti birokrasi yang sehat dan cerdas, kepemerintahan yang sangat lihai mengurus rakyatnya; baik
dalam bidang ekonominya, kesehatannya dsb. Tetapi semuanya itu ada pada regenerasi rakyat
(manusia) sebagai sumber daya untuk menjadi penerus kepemerintahan; apabila penerusnya buta
norma, akidah, maka tunggu kehancuran bangsa itu. Tetapi bila penerusnya sangat menjunjung norma
dan amalan yang baik manfaat, maka siap-siaplah menjadi bangsa yang cerdas, sehat dan maju. Itu
semua dapat diraih lewat pendidikan, baik pendidikan dari Negara (formal) mau pun pendidikan non-
formal dan in-formal yang keduanya saling membantu terhadap pendidikan formal.
Mengingat sangat pentingnya pendidikan bagi kehidupan, maka pendidikan itu mesti dilaksanakan sebaik
mungkin sehingga hasilnya pun akan sesuai harapan. Dalam proses pendidikan biasanya dikomandoi
oleh tenaga pendidikan. Kemampuan guru sebagai salah satu tenaga pendidikan harus benar-benar
dipikirkan, karena guru ini adalah tenaga yang langsung melaksanakan kependidikan dan sebagai ujung
tombak keberhasilan suatu pendidikan.
Maka dari itu guru perlu ilmu pendidikan. Karena ilmu pendidikan merupakan ilmu yang mempersiapkan
tenaga pendidikan yang professional, karena bagi guru itu merupakan syarat utama. Bagaimana cara
25

mendidik, bagaimana metode untuk sampai tujuannya, caranya untuk mengajar dsb, semuanya ada pada
ilmu pendidikan.
Maka dari itu untuk mendalaminya, akan dibahas dalam makalah yang telah penyusun buat dengan
judul; Ilmu Pendikan; Sebagai Ilmu yang Normatif, Teoritis, Praktis.
Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu Ilmu Pendidikikan Islam (IPI)
yang telah memberikan kesempatannya pada penyusun untuk mempresentasikan hasilnya pada seminar
kelas ini. Maka apabila ada suatu kekeliruan, kesulitan dalam seminar kelas, penyusun sangat
mengharapkan sekali kontribusi dari Dosen.
BAB II
PEMBAHASAN

1. A. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan ialah suatu uraian yang lengkap dan juga tersusun tentang suatu objek yang
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut;

1. Mempunyai objek (lapangan) yang jelas dan dapat dipisahkan dari objek ilmu pengetahuan lain.
2. Dalam uraian (lengkap) itu dijelaskan bagian demi bagian secara bersama-sama yang saling
berkaitan secara keseluruhannya (sistematis).[1]

Ilmu Pengetahuan menurut kadar sistemnya dapat kita bedakan menjadi dua;pertama; ilmu-ilmu murni
dan kedua; ilmu-ilmu pengalaman (empiris).[2]

1. Ilmu pengetahuan murni adalah ilmu yang terbebas dari factor pengalaman atau empiris, ia murni
berdiri sendiri. Contohnya seperti ilmu pasti (matematika, hitung-hitungan), logika dan filsafat.
2. Ilmu pengetahuan empiris atau pengalaman adalah ilmu yang terikat dengan objek-objek tertentu
saja yang didapat dari pengalaman. Objek-objeknya bisa terdiri dari gejala-gejala kehidupan,
seperti alam (ilmu alam), sejarah, gejala-gejala hidup atau situasi pendidikan.[3]

Bagian ilmu pengetahuan empiris (pengalaman) dibagi kembali menjadi dua bagian, pertama; ilmu-ilmu
pengetahuan alam kedua; ilmu-ilmu pengetahuan rohani.

1. Ilmu pengetahuan alam, objek-objeknya terdapat di alam. Sifat metodenya eksperimental,


empiris, analitis dan sintetis.
2. Ilmu pengetahuan rohani, objek-objeknya terdapat dalam berbagai kegiatan rohani, seperti
berbicara, kebahasaan, kesusastraan, kegiatan belajar mengajar (didaktik metodik) dan praktek-
praktek yang mendidik lainnya. Sifat metodenya menyelam supaya tahu, memperhatikan sebab
dan tujuan, menggunakan angket, tes dan interview.[4]

Ilmu pendidikan merupakan ilmu pengetahuan rohani karena situasi pendidikan berdasarkan atas tujuan
manusia tidak membiarkan anak manusia kepada keadaan alamnya, tetapi anak manusia dipandang
sebagai mahluk susila dan mesti dibawa kea rah mahluk (manusia) susila yang berbudaya.
Dari ilmu pengetahaun rohani itu dibagi kembali menjadi ilmu deskriptif dan normatif.
26

1. Ilmu pengetahuan deskriptif, hanya menggambarkan objek-objek dari ilmu pengetahaan rohani
itu
2. Ilmu pengetahaun normatif, tergantung kepada pertimbangan nilainya.[5]

Untuk menentukan berbagai objek dari ilmu-ilmu pendidikan itu tergantung kepada apa yang ditegaskan
mengenai arti dari “mendidik”. Dalam hal ini pengukurannya menggunakan saatu norma.
Selain itu ada juga pembagian ilmu pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan yangbersifat teoritis dan
praktis. Ilmu pendidikan teoritis dibagi menjadi ilmu mendidik sistematis, historis dan praktis.[6]
Ilmu pendidikan termasuk ilmu pengetahuan empiris, rohani dan rormatif yang diangkat dari pengalaman
(emiris) pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk kemudian digunakan secara praktis.[7]
Sebagai ilmu yang berdiri sendiri, maka ilmu pendidikan termasuk kepada ilmu yang baru saja
berkembang; padahal secara praktis, proses pendidikan telah dimulai sejak manusia ada.[8]
Tabel 1. Pembagian Ilmu Pengetahuan

1. B. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Normatif

Secara singkat ilmu pendidikan sebagai ilmu yang normative, alasannya karena ilmu pendidikan berdasar
atas pemilihan antara yang baik dan sebaliknya untuk anak manusia secara husus dan manusia secara
universal.
Kenapa normatif, karena ilmu pendidikan senantiasa berurusan dengan pertanyaan yang singkat, siapa
manusia itu?.
Secara umum pembahasan mengenai manusia itu ada pada bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi.
Pandangannya tentang manusia ini sangat besar penaruhnya terhadap konsep-konsep pendidikan dan
praktek-praktek pendidikan. Pandangan filsafat dapat menentukan dilai-dilai luhur yang dipegang teguh
oleh pendidik mau pun bangsa yang mau atau sedang melaksanakan pendidikan. Nilai-nilai yang
dipegang teguh itu dijadikan suatu norma-norma untuk menentukan cirri manusia yang diharapkan
melalui praktek pendidikan. Sebenarnya nilai itu tidak hanya didapat dari praktek mendidik (pengalaman)
saja, tapi juga bersumber dari norma-norma masyarakat, norma filsafat, pandangan hidup (way og life)
dan juga dari norma agama.[9]
Penjelasan mengenai system nilai yang menjadi norma bagi pendidikan, dapat kita cermati kisah sejarah
berikut;[10]

1. Kisah Yunani

Tujuan pendidikan Yunani yakni pembentukan rakyat yang kuat jasmaninya. Mereka berpandangan
bahwa manusia adalah mahluk bermain (homo ludens). Mereka berpandangan bahwa pendidikan
jasmani adalah pendidikan utama karenamensana incorpore sano ‫السلبم الجسم فى السليم العقل‬.
Orang Yunani berpandangan demikian, dapat diketahui latar belakangnya; mereka berada di Negara
yang sering mengalami ketegangan dengan Negara lain, sehingga perlu solusinya, untuk itu mereka
harus kuat jasmaninya.
Dari kisah sejarah tadi dapat dipahami bahwa system nilai yang menjunjung tinggi aspek jasmani telah
memberikan corak normative tersendiri terhadap system pendidikan Yunani.
27

1. Kisah Rasionalisme; pengaruhnya terhadap Eropa Barat

Pandangan manusia menurut mereka adalah mahluk berfikir (homo sapiens). Akal dijadikannya pangkal
tolak. Rakyatnya sangat menjunjung akal, baik akal teoritis maupun praktis. Dengan akal, manusia
menghasilkan pengetahuan. Dengan pengetahuan maka manusia dapat berbuat baik dalam arti
sempurna.
Untuk contoh konkrit, Rene Descartes dengan metode kesangsiannya Cogito Ergo Sum (saya berfikir
karena saya ada); sebab saya sadar saya ada, maka berarti ada yang meng-ada-kan saya, dan yang
mengadakan itu adalah sempurna, maka apa-apa yang diciptakannya adalah sempurna.
Dari faham ini dapat dikatakan bahwa akal (pengetahuan) maha kuasa. Ini merupakan
aksioma:[11] implikasi pendirian ini bahwa pendidikan ini sangat menjunjung tinggi pengaruh
pengetahuan dan peranan akal rasio.
John Locke (bapaknya) empirisme yang sangat mementingkan pengaruh pendidikan atas dasar teori
tabularasa (anak lahir secara fitrah).
Dari contoh-contoh ini dapat dilihat bahwa ada nilai-nilai tertentu yang menjadi norma, seperti tadi
pengetahuan yang merupakan norma bagi pelaksanaan pendidikan.

1. Kisah John Dewey

John Dewey dengan pragmatism (etika utilitarisme, ilmu jiwa behaviorisme). Diketahui normanya terletak
pada; kebenaran itu terletak pada kenyataan yang praktis. Apa yang berguna bagi diri itu adalah benar,
segala yang sesuai dengan praktek itulah yang benar.
Pandangan John Dewey ini sangat berpengaruh dalam psikologi dan dapat menghasilkan berbagai
metode mendidik dengan cara mendrill dan latihan yang akhirnya menghasilkan manusia sebagai mesin
yang berdasar response terhadap stimulus.
Dari kisah-kisah di atas Nampak jelas bahwa nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam pandangan manusia
seseorang atau suatu bangsa itulah yang dijadikan norma atau criteria untuk mendidik. Norma-norma ini
biasanya tergambar dalam tujuan pendidikan.[12]
Dengan demikian ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan yang mendidik dengan tujuan. Tujuan itu
ditentukan oleh nilai yang dijunjung tinggi oleh seseorang atau bangsa, adapun nilai itu sendiri
merupakan ukuran yang bersifat normatif. Maka dari itu ilmu pendidikan dikatakan sebagai ilmu yang
bersifat normatif.
Adapun al-qur’an memuat nilai-nilai normatif yang menjadi acuan dalam pendidikan Islam adalah sebagai
berikut;[13]

1. I’tiqodiyah yang berkaitan dengan iman kepada rukun iman yang 6, bertujuan sebagai piñata
kepercayaan individu
2. Khuluqiyah yang berkaitan dengan pendidikan etika, tujuannya membersihkan diri dari prilaku
rendah dan menghiasi diri dengan prilaku mahmudah
3. Amaliyah yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-hari; baik yang berhubungan
dengan muamalah atau pun ibadah.
1. Pendidikan ibadah yang memuat hubungan antara manusia dengan tuhannya, seperti
sholat, puasa, zakat, haji dan nadir; yang bertujuan untuk aktualisasi nilai-nilai ubudiyah
28

2. Pendidikan muamalah yang memuat hubungan antar manusia, baik secara individual
maupun institusional.
1. Pendidikan syahsyiyah seperti prilaku individu (masalah pernikahan), hubungan
suami-istri, keluarga serta kerabat dekat; bertujuan untuk membentuk keluarga
sakinah dan mawadah warohmah.
2. Pendidikan madaniyah yang berhubungan dengan perdagangan seperti upah,
gadai, kongsi dan sebagainya; bertujuan untuk mengelola harta benda atau hak
individu.
3. Pendidikan jana’iyah yang berhubungan dengan pidana atau pelanggaran yang
dilakukan; bertujuan untuk memelihara kelangsungan kehidupan manusia, baik
berkaitan dengan harta, kehormatan, maupun hak individu lainnya.
4. Pendidikan murofa’at yang berhubungan dengan acara seperti peradilan, saksi
maupun sumpah; betujuan untuk menegakkan keadilan di antara anggota
masyarakat.
5. Pendidikan dusturiyah yang berhubungan dengan undang-undang Negara yang
mengatur hubungan antara rakyat dengan pemerintah atau Negara; bertujuan
untuk stabilitas bangsa Negara.
6. Pendidikan duwaliyah yang berhubungan dengan tata Negara, seperti tata
Negara Islam/ non-islam, wilayah perdamaian dan wilayah perang, hubungan
muslim satu Negara dengan yang lainnya; bertujuan untuk perdamaian dunia.
7. Pendidikan iqtishodiyah yang berhubungan denan perekonomian individu dan
Negara, hubungan miskin dan yang kaya; bertujuan untuk keseimbangan atau
pemerataan pendapatan.

1. C. Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu yang Teoritis dan Praktis

Ilmu pendidikan tidak hanya mencari pengetahuan deskiriptif tentang objek pendidikan, tetapi juga
mencari pengetahuan bagaimana caranya agar berguna bagi objek didiknya.
Dilihat dari maksud dan tujuannya, ilmu pendidikan disebut sebagai ilmu yang praktis karena ditujukan
kepada praktek-praktek dan perbuatan yang mempengaruhi anak didiknya. Namun walaupun ilmu
pendidikan ditujukan pada peaktek mendidik, tetapi perlu dibedakan antara ilmu pendidikan sebagai ilmu
bersifat teoritis dan ilmu pendidikan sebagai ilmu bersifat praktis.
Dalam ilmu pendidikan teoritis dibagi lagi menjadi ilmu pendidikan sistematis dan ilmu pendidikan historis.

1. Ilmu Pendidikan Teoritis

Ilmu pendidikan teoritis para ahli dalam pemikirannya mengatur dan mensistemkan berbagai masalah
yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Caranya dari berbagai praktek pendidikan disusunlah
suatu pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran teoritis ini kemudian disusun menjadi satu system
pendidikan. inilah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan teoritis (sistematis). Teoritis sama saja dengan
sistematis.[14]
29

Ilmu pendidikan sistematis memberikan suatu pemikitan-pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang
masalah-masalah pendidikan. ilmu pendidikan sistematis ini membahas semua permasalahan pokok
dalam pendidikan secara universal, abstrak dan objektif (pendapat Langeveld).[15]
Pendidikan sistematis ini sangat berkatian dengan sejarah pendidikan. sejarah pendidikan berisikan
tentang berbagai uraian yang terakhir menganai system-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan
melihat latar belakang kebudayaan yang sangat berpengaruh pada waktu itu.[16]
Seberapa besar keterkaitan atau sumbangan sejarahpendidikan terhadap teori pendidikan maupun
praktek pendidikan? untuk mengetahuinya kita ikuti kisah berikut;
Di jaman Yunani kuno ada aliran Stoa, salah seorang pengikutnya bernama Epiktetos. Dia adalah
seorang yang berlatar belakang budak, ia berusaha untuk tetap membela teori sikap kolektivisme.
Apabila teori Epiktetos ini benar, berarti ia tidak mengakui perbedaan manusia. Tetapi dia dengan tegas
tidak menyatakan perbedaan dalam derajat. Menurutnya walaupun ada persamaan secara lahir, tetapi
dalam derajat rohaniyah kita perlu mengakui bahwa ada perbedaan. Dengan kata lain bahwa walaupun
Epiktetos mengatakan semua anak manusia itu sama derajat dan martabatnya, tapi perlu diakui bahwa
tiap anak manusia terdapat perbedaan yang khas. Menurut dia, kata ‘persamaan’ tidak bole diartikan
sebagai kesamaan lair, tapi perlu diperhatikan lagi dimana letak konkrit kesamaannya. Sebaliknya harus
berhati-hati dalam kesamaan itu, keduanya harus silang dalam kenyataan atau dikatakan harus ada
keseimbangan dalam menerangkan kedua prinsip itu.
Dari kisah sejarah pendidikan ini terlihat secara jelas bahwa pandangan-pandangan teoritis yang
tersusun dapat dipakai sebagai peringatan untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya (yang baru).
Kesimpulannya bahwa terlihat ilmu pendidikan sistematis mendahului ilmu pendidikan historis, tetapi ilmu
pendidikan historis ini memberikan bantuan dan menjadikan bahan untuk memperkaya ilmu pendidikan
sistematis. Teori-teori yang ditemukan (baik dari ilmu sistematis maupun historis) keduannya membantu
para pendidik agar selalu waspada dan hati-hati dalam praktek-praktek pendidikan.[17]
Ilmu pendidikan historis memberikan uraian-uraian teoritis tentang system-sistem pendidikan sepanjang
jaman dengan melihat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman itu.
Ilmu pendidikan historis mempunyai hubungan timbale balik dengan ilmu pendidikan sistematis.
Sebaliknya ilmu pendidikan sistematis akan dibangkitkan untuk masalah pendidikan yang baru apabila
ilmu ini terbuka untuk menerima bahan-bahan dari ilmu pendidikan historis, tetapi bila dibandingkan
antara keduanya maka yang sistematislah yang primair karnea penuturan yang sistematis harus lebih
dahulu untuk memungkinkan penyusunan ilmu historis[18]
Para pendidik yang genial[19] sebenarnya memakai teorinya tersendiri, walau teroi itu belum disadari
atau belum disistematiskan. Seorang pakar ilmu pendidikan J.M. Gunning pernah berkata bahwa teori
tanpa praktek adalah baik untuk para cendikia, dan praktek tanpa teori hanya ada pada orang-orang
yang gila da para penjahat. Maka dari itu para pendidik perlu suatu teori dan praktek yang berjalan
bersama-sama (saling).
Ilmu pendidikan adalah suatu ilmu pendidikan yang memerlukan pemikiran teoritis, kenapa?

1. Tiap-tiap pendidik akan mendengarkan kritik-kritik, catatan-catatan, sumbangan pemikiran dari


para ahli. Pendidik akan mulai memikirkan secara kritis tindakan-tindakan dalam perbuatan
mendidiknya (ia bis belajar dari catatan dan kritik saran orang lain). J.M Gunning pernah berkata
bahwa mempelajari ilmu pendidikan berarti mengubah diri sendiri menjadi orang lain, karena ada
30

pemikiran teoritis tentang tindakan mendidik itu sendiri, sehingga dianggap bahwa teori itu
diperlukan.
2. Salah satu masalah yang dianggap perlu pemikiran teoritis adalah apakah anak peserta didik itu
perlu untuk berkembang, perlu berapa jauh lingkungan pendidikan, potensi kreatifitas peserta
didik berkembang. Pemikiran yang mendasar ini selalu dibicarakan dari abad-ke adab. Hal-hal ini
memerlukan pemikiran teoritis. Bertolak pula dari kenyataan praktek pendidikan pada jaman
tersebut.
3. Ketika kita membaca rumusan tujuan pendidkan dari jaman ke jaman, akan kita dapatkan
gambaran bagaimana caranya orang memperagakan suatu gambaran ideal tentang manusia dan
masyarakat yang diharapkan. Setiap saat tujuan pendidikan itu berpindah dan berbeda-beda;
suatu saat orang menghendaki tujuan pendidikannya membentuk rakyat yang kuat seperti terjadi
di Yunani, suatu saat tujuan pendidikannya membentuk manusia yang baik yang mengabdi pada
Negara, suatu saat tujuan pendidikannya adalah membentuk manusia yang baik yang
dipersiapkan (kehidupan di dunia-akhirat), suatu saat orang menekankan kebebasan manusia
sebagai individu dan lain pihak menghendaki kepentingan bersama, pada suatu saat orang
menginginkan keseimbangan antara individu dan kepentingan bersama.
4. Pendidikan perlu jangka waktu yang panjang, sebab pendidikan bercorak perbuatan pendidkan.
Dalam perbuatan, biasanya orang bisa melihat dan men-cek hasilnya segera. Hasil pendidikan
itu baru dapat dilihat pada generasi berikutnya. Untuk meneliti hasil pendidikan itu orang harus
melihat bagaimana cara bertindak, mendidik dan bagaimana cara hidup anak di masa dewasa
nanti.

Kesimpulannya bahwa pendidik ini memerlukan; 1 status dia sebagai pendidik, 2 tahu tujuan pendidikan,
3 tahu peserta didiknya, 4 tahu cara dan metode mendidik yang sesuai jenjang perkembangan anak yang
selanjutnya membawanya pada pencapaian tujuan pendidikan, 5 tahu martabat manusia secara umum
(dijelaskan dalam antropologi pendidikan).
Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa ilmu pendidikan memerlukan pemikiran teoritis, yakni perlu
pemikiran yang tersusun secara teratur dan sistematis.

1. Ilmu Pendidikan Praktis

Ilmu pendidikan praktis memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan-ketentuan pendidikan
yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik. Ilmu pendidikan praktis ini menempatkan diri di
dalam situasi pendidikan dan mengarahkan diri pada perwujudan/ realisasi dari ide-ide yang dibentuk dan
dari kesimpulan-kesimpulan yang diambil.
Menurut Langeveld dalam bukunya dikatakan bahwa praktek yang tidak dibimbing oleh hipotesa atau
teori-teori tertentu, maka akan berakhir sebagai pemborosan dana, tenaga dan waktu karena hanya
didasarkan pada percobaan yang tidak terarah dan tidak menentu.
Sebenarnya praktek dapat mengubah teori atau dengan kata lain apabila pakta tida sesuai dengan teori,
maka teori itu mesti diubah. Jadi pakta ini dapat memperkaya teori.
Kesimpulannya antara teori dan praktek harus saling mengisi. Teori tanpa praktek seperti kompas yang
di pendam. Sebaliknya bila praktek tanpa teori seperti kapal berlayar tanpa radar.[20]
31

Dari ilmu pendidikan praktis dapat dihasilkan ilmu-ilmu seperti pendidikan social, keluarga, luar biasa,
agama, dan lainnya.
Tabel 2. Pembagian Ilmu Pendidikan

Teori dan Praktek dalam Pendidikan Islam


Pengkajian bahan-bahan yang didapat dari proses empiris, baik itu penelitian kualitatif atau kuantitatif,
sangat memerlukan pendalaman dan pengulasan teori yang dikembangkan.
Intinya antara teori (ilmu pendidikan islam) dan fakta yang berkembang dalam lapangan empiris mesti
saling berkaitan. Adapun keterkaitannya meliputi;

1. Teori menetapkan adanya hubungan dari fakta yang ada


2. Teori mengembangkan system klarifikasi dan struktur dari konsep-konsep.

Perlu dilihat bahwa fakta alam yang ada disekitar kita tidak menyediakan system yang siap pakai untuk
pengklasifikasian objek keilmuan yang berupa fakta dan kejadian-kejadian, metode dan sebagainya;
manusia itulah yang bertindak sebagai pengatur dan merumuskannya sehingga menjadi bermakna dan
berguna bagi dirinya.

1. Teori harus mengikhtisarkan fakta-fakta, oleh sebab itu sbuah teori mesti mampu menerangkan
sejumlah besar fakta.
2. Teori harus dapat meramalkan fakta. Karena salah satu tugas dari sebuah teori adalah dapat
meramalkan kejadian-kejadian sebelum terjadi.

Antara teori dan praktek di satu pihak harus saling berhubungan, di lain pihak harus dikembangkan
melalui kegiatan penelitian sebagai sarana memperkaya dan mengoreksi konsep-konsep operasional
pendidikan tersebut.
Karena melihat bahwa ilmu pendidikan Islam bersifat teoritis dan praktis, maka agar keduanya bercorak
ilmiyah- harus ada usaha sistematisasi yang tersusun baik sehingga mampu memberikan deskripsi
tentang fakta/ data dari pengalaman dalam pengertian yang sederhana mungkin.
Agar corak teoritis dari keilmuan kependidikan Islam itu tidak berkurang, maka teori-teori yang
dirumuskan itu lahir dari hipotesa-hipotesa yang dianalisis melalui proses pemikiran yang sifatnya
deduktif dan induktif serta analisis-sintesis. Suatu fakta atau pengalaman yang relevan merupakan
bahan-bahan analisis yang dijadikan pembuktian atas kebenaran hipotesis tersebut.
Ilmu pendidikan Islam teoritis juga mengandung watak dan cirri praktis. Watak dan cirri ini tidak perlu ada
pemisahan antara bersifat teoritis dan yang praktis, keduanya telah mencakup dalam pengertian ilmu itu
sendiri. Teori tanpa praktek tidak akan bermakna, praktek tanpa teori adalah kabur.

1. Teori harus menunjukan kebutuhan-kebutuhan untuk dikembangkan dalam penelitian lebih


lanjut.[21]

Poin-Poin Penjelasan Ilmu Pendidikan bersifat Normatif


32

1. Sebagai ilmu pengetahuan normative, ilmu pendidikan merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma


atau ukuran tingkah laku, perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan manusia. Atau ilmu
pendidikan bertugas merumuskan peraturan-peraturan tentang tingkah laku perbuatan makhluk
yang bernama manusia dalam kehidupan dan penghidupannya.
2. Sebagai ilmu pengetahuan praktis, tugas pendidikan atau pendidik/ guru adalah menanamkan
system-sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang
dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat.
3. Sesuai dengan kenyataan di atas, ilmu pendidikan erat hubungannya dengan ilmu filsafat dan
ilmu pengetahuan normative lainnya yang dalam sejarah perkembangan merupakan bagian dari
yang tak terpisahkan dan baru pada abad modern ini memisahkan diri sebagai ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri yang dinamai Filsafat Pendidikan pada tahun 1908 M.
4. Ilmu pengetahuan yang dapat dimasukan kepada ilmu pengetahun normative meliputi; agama,
filsafat dengan cabang-cabangnya (metafisika, etika, estetika, logika), way of life sosial
masyarakat, kaidah pundamental Negara maupun tradisi kepercayaan bangsa.
5. Bahwa agama, filsafat dengan cabangnya serta istilah yang ekuifalen lainnya menentukan dasar-
dasar dan tujuan hidup yang akan menentukan dasar dan tujuan pendidikan manusia, dan
selanjutnya akan menentukan tingkah laku perbuatan manusia dalam kehidupan dan
penghidupannya.
6. Bahwa dalam perumusan tujuan-tujuan altimit dan proksimit, pendidikan akan ditetapkan hakikat
dan sifat hakikat manusia dari segi-segi pendidikan yang akan dibina dan dikembangkan melalui
prose pendidikan sebagaimana yang tercantum/ dirumuskan dalam system pendidikan (science
of education).
7. Bahwa system pendidikan atau science of education bertugas merumuskan alat-alat, prasarana,
pelaksanaan, tekhnik-tekhnik dan atau pola-pola proses pendidikan dan pengajaran yang di
mana akan dicapai dan dibina tujuan-tujuan pendidikan, dan ini meliputi problematika
kepemimpinan dan metode pendidikan, politik pendidikan, sampai kepada seni mendidik (the art
of education).
8. Isi moral pendidikan atau tujuan intermidit adalah berisi perumusan norma-norma atau nilai-nilai
spiritual etis yang akan dijadikan system nilai pendidikan dan atau merupakan konsepsi dasar
nilai moral pendidikan yang berlaku disegala jenis dan tingkat pendidikan.
9. Bahwa wajar setiap manusia mempunyai filsafat hidup atau kaidah-kaidah berpikir dan pikiran
tentang kehidupan dan penghidupannya, maka suatu keharusan agar setiap pendidik dan
gurumemiliki dan membina filsafat pendidikan yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan tugas
pendidikan dan pengajarannya, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan formal sekolah
yaitu di dalam masyarakat.
10. Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi bertugas merumuskan secara normative dasar-
dasar dan tujuan pendidikan, hakikat dan sifat hakaikat manusia, hakikat dan segi-segi
pendidikan, isi moral pendidikan, system pendidikan yang meiputi politik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan dan metodologi pengajarannya, pola-pola kaulturasi dan peranan
pendidikan dalam pembangunan masyarakat.[22]

1. D. Faktor-faktor Pendidikan
33

Unsure pokok yang tersusun dalam pemikiran teoritis (gambaran manusia yang diharapkan) antara lain;
1 yang menyangkut tujuan pendidikan. Gambaran manusia yang bagaimana yang menjadi norma, dalil
asasi antropologi yang memungkinkan terjadinya proses mendidik, 2 siswa, 3 guru, 4 alat-alat pendidikan
dan 5 alam milieu.[23]

1. Tujuan pendidikan

Kalau di Indonesia, manusia yang diharapkan dari pendidikan adalah menjadi manusia pancasilais.
Manusia pancasilais ini dijabarkan kembali dalam rumusan tentang gambaran manusia seperti rumusan
tujuan pendidikan nasional yang tertulis pada ketetapan MPR nomor IV/MPR/1987 tentang pendidikan.
Untuk mewujudkan itu, maka melalui pendidikan formal di sekolah didirikan jenjang-jenjangnya, mulai
dari Taman Kanak-kanak/ Raudhatul Athfal, Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah
Umum/ Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, Perguruan Tinggi/ Jami’ah
Ulya. Tiap jenjang ini mempunyai sub tujuan sendiri dalam rangka mencapai tujuan nasional. Rumusan
tujuan pendidikan biasanya terdapat dalam kurikulum tiap jenjang sekolah atau dikenal dengan tujuan
institusional.
Setelah tujuan institusional, selanjutnya tujuan kurikuler yang selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan
instruksioal umum yang kemudian disusunlah pokok-pokok bahasan.
Tiap-tiap guru mempunyai kewajiban untuk menyusun tujuan instruksional khusu. Jadi secara berurutan
dalam kurikulum biasanya kerangka berfikir tergambar dengan jelas dengan tujuan-tujuan berikut;

1. Cita-cita nasional (alinea dua pembukaan Undang-undang Dasar 1945)


2. Tujuan nasional (alinea empat pembukaan Undang-undang Dasar 1945)
3. Tujuan pembangunan nasional (TAP MPR no. IV/MPR/1978 tentang bidang pendidikan)
4. Tujuan institusional (tiap jenjang sekolah)
5. Tujuan kurikuler
6. Tujuan instruksional umum
7. Tujuan instruksional khusus.

Secara teoritis, tujuan pendidikan dapat dibagi menjadi enam (menurut Langeveld); tujuan umum/ akhir,
tujuan tidak lengkap, tujuan sementara, tujuan kebetulan, tujuan perantara (intermediaair). dijelaskan di
bahasan selanjutnya.

1. Siswa

Tujuan hakiki dalam pendidikan adalah objeknya, yaitu siswa. Siswa ini ingin menjadi manusia yang
diharapkan. Gambaran manusia yang diharapkan ini ada dalam tujuan pendidikan yang mesti sesuai
dengan gambaran anak, hakikatnya (sebagai mahluk susila), perkembangan jiwanya. Dalam hal ini
pendidik mesti mempelajari psikologi perkembangan, psikologi pendidikan dan psikologi belajar. Dan
yang perlu diketahui bahwa tiap anak itu tidak sama, jadi guru harus bisa memahami proses
pengidentifikasian siswa.
Adapun penentu tanggung jawab pendidikan anak adalah; orang tuanya dan penggantinya bila orang tua
tidak ada, guru (karena sebagai jabatan pendidik), masyarakat, tokoh agama dan penentu lainnya.
34

Crow &Crow usia perkembangan meliputi; usia kronologis, usia kejasmanian, usia anatomis, usia
kejiwaan, usia pengalaman dan lainnya. Inilah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam mendidik, harus
bisa mengetahui perkembangan anak-anak didikanya.[24]
Adapun factor perkembangan manusia (siswa) dapat kita amati tiga pakar berikut;

1. Factor keturunan yang dibawa oleh Scopenhauer dengan nativismenya mengatakan bahwa anak
sejak lahir sudah memiliki berbagai pembawaan yang akan berkembang sendiri menurut
arahnya, perkembangan yang di bawa mereka bisa baik bisa juga buruk. Pembawa pendapat ini
disebut juga kelompok pesimis.
2. Factor lingkungan yang dibawa oleh John Lock dan Francis Bacon dengan empirismenya bahwa
anak dilahirkan dalam keadaan kosong (bagai kertas putih). Anak akan mengalami
perkembangan dengan melalui pengalaman (empiris) yakni melalui lingkungan. Kelompok ini
disebut juga kelompok optimis.[25]
3. Tetapi karena kita ketahui sekarang bahwa antara factor keturunan dan factor lingkungan
mempunyai hubungan yang berkatian. Pendapat ini dikenal dengan pendapat konvergensi
(penyatuan poin a dan b) yang dibawa oleh William Stern. Ini sesuai dengan sabda nabi
Muhammad saw berikut;

‫ح َّد َث َنا‬ َ ُ‫ن ذ ِْئبُ َأبِى ا ْبن‬


َ ُ‫ح َّد َث َنا آ َدم‬ ُِ ‫ى َع‬ ُِ ِ ‫هر‬ ُّ ‫ن‬
ْ ‫الز‬ ُْ ‫ة َأبِى َع‬ َُ ‫م‬َ ‫س َل‬َ ‫ن‬ ُِ ‫د ْب‬ َ ‫ن‬
ُِ ‫ع ْب‬ ُِ ‫م‬ َ ‫ح‬ َّ ‫ن‬
ْ ‫الر‬ ُْ ‫ة َأبِى َع‬ َُ ‫عنه هللا رضى – ه َر ْي َر‬
–‫ل‬ َُ ‫ل َقا‬ َُ ‫ى َقا‬
ُُّ ِ ‫النب‬ َّ – ‫ل « – وسلم عليه هللا صلى‬ ُُّ ‫م ْولودُ ك‬ َ ُ‫ولد‬ َ ‫ة َع َلى ي‬ ْ ‫ ْالف‬، ُ‫ه َف َأ َب َواه‬
ُِ ‫ِط َر‬ ُْ ‫ه َأ‬
ُِ ِ‫و ي َهو ِ َدان‬ ُِ ِ‫ص َران‬ ُْ ‫َأ‬
ِ ‫و ي َن‬
ُِ ِ ‫سان‬
‫ه‬ َ ِ ‫مج‬ َ ‫ي‬،‫ل‬ ُِ ‫م َث‬ َ ‫ة َك‬ َ ‫ة ت ْن َتجُ ْالبَهِي‬
ُِ ‫م‬ َ ‫ ْالبَهِي‬، ‫ل‬
َُ ‫م‬ ُْ ‫ه‬ َ ‫ج ْد َعا َُء ف ِي َها َت َرى‬َ [26]

1. Guru

Salzman tokoh guru jaman Aufklarung/ pencetakan sering menulis buku tentang pendidikan yang
mengambil contoh-contoh hidup dari binatang. Bukunya berjudulBuku Semut, Buku Kepiting dan lainnya.
Di kisah bukunya (kepiting) ada seekor induk kepiting dan anaknya mengikuti; induknya berkata: ‘nak,
ikut ibu’, anaknya jawab: iya bu, saya memang ikut jalannya ibu, ibu jalan seperti itu, maka saya juga
demikian.
Dari anekdot ini dapat diambil kesimpulan bahwa pendidik punya pengaruh besar sebagai uswatun
hasanah bagi siswanya. Ia harus tahu siapa dirinya (pendidik), ia mesti tahu konsep diri, ide tentang diri,
identitas diri sebagai guru.
Sokrates mengatakan bahwa kenalilah dirimu sendiri. Bila telah kenal, ia akan sadar kelebihan dan
kelemahannya seperti guru mengucapkan kata “eu” sebanyak 40 kali. Sadar akan diri sendiri menjadi
permulaan dari kemungkinan untuk mampu mendidik orang lain.

1. Alat pendidikan

Dalam menggapai tujuan pendidikan, perlu alat-alat pendidikan yang saling berpasangan; perintah-
larangan, dorongan-hambatan, nasihat-anjuran, hadiah-hukuman, membuka kesempatan-menutup
kesempatan.
Jadi alat pendidikan adalah perbuatan yang diadakan sengan sengaja untuk mecapai tujuan
pendidikan.[27]
35

Crow & Crow maksud dari alat pendidikan (media) meliputi rencana-rencana kelas, bangku, papan tulis,
projector, ruangan dan alat-alat jasmani lainnya.
Penggunaan alat pendidikan mesti sesuai dengan tujuan, keadaan siswa, situasi pendidikan dan
lingkungan pendidikan.
Target dari alat pendidikan sebagai pembantu pencapaian tujuan pendidikan meliputi; apa yang hendak
ditujunya (dengan alat apa), alat-alat yang mana yang ada, guru mana yang akan memakai alat ini,
kepada siswa mana menggunakan alat ini (jenisk kelaminnya, umurnya, bakatnya, perkembangannya,
lingkungannya). Intinya tiap anak didik berbeda, tidak dengan alat yang sama dapat membantu tujuan
pendidikan.[28]

1. Lingkungan

Factor alam atau milie ini adalah segala sesuatu yang ada disekeliling siswa. Para ahli membagi ala mini
menjadi; lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiganya saling keterkaitan tidak bisa memisah,
ia harus sebagai mata rantai yang selalu berputar bekerjasama satu sama lain.
Ada juga sebagian pendidik yang membagi milieu ini menjadi; wujud manusia (keluarga, teman main/
sekolah, tetangga), wujud kesenian (macam pertunjukan, bioskop, wayang, overa), kesusastraan (buku
bacaan, majalah, koran, tabloid), tempat (tempat tinggal, iklim).[29]
Kesemuanya ini mempunyai pengaruh pada perkembangan jiwa siswa dalam upaya menuju pada tujuan
pendidikan.

1. E. Tujuan Pendidikan (versi M.J. Langeveld) dan para Pakar

Langeveld membagi tujuan dari pendidikan menjadi enam;

1. Tujuan Umum/ Akhir/ Lengkap

Tujuan akhir pendidikan adalah membawa anak dengan sengaja dan penuh tanggung jawab kea rah
kedewasaan jasmani dan rohani.

1. Tujuan Khusus

Tujuan ini adalah penjabaran tujuan umum. Tiap anak pasti berbeda, dan tujuannya tergantung pada
kejadian; tergantung sifat dan bakat anaknya, kemungkinan dalam keluarga dan lingkungan anaknya,
tergantung tujuan kemasyarakatan siswanya, tergantung kesanggupan gurunya dan tergantung pada
kinerja lembaga pendidikan.

1. Tujuan Seketika/ Insidentil

Tujuan ini merupakan tujuan tersendiri yang sifatnya seketika/ momentil. Contoh guru mengajak siswa
makan bersama. Guru dengan tanpa mengatakan pada siswa, ia ingin melatih siswa supaya makan
dengan tertib-teratur. Tapi beda waktu guru mengajak lagi makan dengan tanpa tujuan mendidik apapun
(hanya makan saja).
36

1. Tujuan Sementara

Tujuan ini dikenal dengan jeda istirahat untuk siap-siap pada tujuan umum. Contoh seperti belajar bicara,
membaca yang akan membantu dalam perkembangannya. Ketika hendak mengajar, guru mesti tahu
tingkat kepekaan siswa.

1. Tujuan tidak Lengkap

Tujuan ini mempunyai hubungan dengan aspek kepribadian manusia, sebagai fungsi kerohanian pada
bidang etika, agama, estetika, sikap socialnya.

1. Tujuan Perantara/ Intermediaair

Tujuan ini persis seperti tujuan sementara, tapi ini khusus pada pelaksanaan tekhnis tugas belajar,
contoh belajar membaca, menulis yang seolah-olah terlepas dari tujuan akhir, seakan-akan belajar
mengeja tidak lagi terikat pada pandangan hidup tertentu. Tapi itu keliru, hubungannya sangat erat
dengan tujuan akhir/ umum pendidikan.[30]
Undang-undang Dasar Sispenas. 20 2003
Menurut Undang-undang Sispenas. 20 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikannya adalah untuk
pengembangan potensi diri agar memiliki kekuatan spiritual agama, kendali diri, punya kepribadian,
cerdas, berakhlak mulia, memiliki keterampilan yangdiperlukan baik untuk dirinya, bangsa, agama dan
Negara.[31]
Dapat kita katakana bahwa pendidikan adalah usaha orang dewasa/ guru untuk mengambil kendali
perkembangan potensi jasmani dan rohaninya ke arah manusia karim.
Socrates berpendapat bahwa tujuan manusia dalam hidupnya adalah mengenali diri pribadi. Ia
menganjurkan supaya hidup dengan jiwa sehat, bersusila, dan berbahagia.
Plato (siswa Sokrates) berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah mencapai keadilan dalam suatu
Negara dengan dipimpin oleh raja yang bijaskana. Dalam Negara itu tiap orang harus berbuat menurut
kecakapan dan bakatnya mencampuri perkara orang lain.
Raden Van Ryan berpendapat bahwa tujuan pendidikan (katolik) to know God and to enjoy eternal
happiness with Him in Heaven (mengetahui tuhan dan hidup bahagia di dunia-akhirat).
Kohnstamm berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menolong manusia yang sedang berkembang,
supaya memperoleh perdamaian batin yang sedalam-dalamnya, tana mengganggu dan menjadi beban
orang lain.
Arifin berpendapat bahwa tujuan pendidikan (islam) adalah mencapai kebahagiaan kehidupan dunia dan
akhirat, dan untuk beribadah kepada Allah swt. Seperti tertera dalam al-Qur’an.[32]
)56 :‫ )الداريات‬tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#uržwÎ)Èbr߉ç7÷èu‹Ï9$
Oßg÷YÏBur`¨BãAqà)tž!$oY-
)201:‫ )البقرة‬už$oYÏ?#uäžÎû$už÷Ržž9$#ZpuZ|¡ymžÎûurÍotžÅzFy$#ZpuZ|¡ym$oYÏ%urz>#xžtã͞$¨Z9$#/
Paul haberlin (aliran haberlin) berpendapat bahwa tujuan pendidikan cakap batin supaya dapat
memenuhi kewajibannya, tugas hidupnya, dan tujuan hidupnya.
John Dewey (aliran pragmatis) berpendapat bahwa tujuan umum pendidikan adalah memenuhi proses
hidup. Tujuan hidup ini dapat berubah sesuai pengalaman dan pendidikan, memperbaiki filsafat hidup.
37

Artinya suatu tujuan hanya dapat dicapai dengan bersama (dicapai dengan jalan hidup dan
berdemokrasi).
Langeveld (aliran fenomenologi) berpendapat bahwa tujuan pendidikan tercapainya kedewasaan.
Sikun Pribadi berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah psycho hygience (sehat jiwa). Kesehatan
jiwa ini mutlak untuk produktif, kreatif, progresif. Psycho hygience berbeda dengan mental hygience yang
menitik beratkan pada bagian rohani saja, sedangkan psycho hygience sebagai totalitet psycho hygience/
psycho somatic. Psycho hygience adalah keadaan jiwa yang dapat menyeimbangkan antara kepribadian
dengan perasaan bersatu dengan seluruh hidup kejiwaannya
Indonesia memberikan pedoman filsafat pancasila sebagai cita-cita pendidikan bangsa yang mesti
dilaksanakan dan diusahakan dalam pendidikan Indonesia.

1. Ketuhanan yang maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.[33]

Tujuan umum pendidikan Indonesia sudah tersusun dalam tapMPR 1966 atau sekarang undang-undang
dasar 1945 Sispenas. 20 2003.

1. F. Pandangan Pendidikan menurut Para Pakar

Ki Hajar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut:


Pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak.
Pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak-
anak.
D. Marimba berpendapat bahwa penegertian pendidikan adalah bimbingan atau pimipinan secara sadar
oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rokhani si terdidik menuju terbentunya kepribadian
yang utama.
Menurut Carter V. Good dalam ‘Dictionary of Education’, Pendidikan adalah (1) Seni, praktek, atau
profesi sebagai pengajar. (2) Ilmu yang sistematik atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip
dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid.
Menurut Richey dalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menyatakan: Istilah
‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu
masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban
dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.
Menurut S. Brojonegoro pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut : Pendidikan adalah tuntutan
kepada manusia yang belum dewasa untuk menyiapkan dirinya agar dapat memenuhi sendiri tugas
hidupnya.
Menurut Rupert C.Lodge beranggapan bahwa pendidikan adalah kehidupan dan kehidupan adalah
pendidikan (Education is Life and Life is Education).[34]
Plato (filosof Yunani) mengartikan pendidikan sebagai upaya membentuk pisik dan akal anak dengan
suatu pendidikan dan mengantarkannya ada kebaikan dan kesempurnaan.
38

Herbert Spencer (filosof Inggris) pendidikan adalah upaya menyiapkan manusia untuk mencapai
tingkatan kesenangan dan ketentraman hidup.
Ferdick Herbert (filosof Jerman) mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya mengangkat martabat dan
akhlak manusia.
Aristoteles (filosof Yunani) pendidikan adalah upaya menyiapkan (membuka) akal manusia untuk
menerima pendidikan sebagai mana bumi siap untuk ditanami.
Jean Jacque Rosseau (filosof Prancis) mengatakan pendidikan sebagai usaha pembekalan manusia
terhadap jiwa anak yang masih fitrah, dan membekalinya dengan suatu yang dibutuhkannya ketika
tengah dewasa.
James Mill (filososf Inggris) mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya memberikan keahlian kepada
anak agar menjadi manusia yang berbahagia, manfaat bagi diri dan orang lain.
John Stuart Mill (filosof Inggris) mengatakan bahwa pendidikan adalah segala yang diperbuat manusia
untuk dirinya maupun orang lain, untuk mencapai tujuan kesempurnaan.
Festalozzi (pakar pendidikan Swiss) mengatakan bahwa pendidikan sebagai upaya mengatasi problema-
problema hidup dan merubah keadaan menjadi sejahtera.
Frobel (pakar pendidikan jerman) mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya mengantarkan manusia
kepada manusia seutuhnya.
William Chanler Bagley (dosen American Univercity) mengatakan pendidikan sebagai upaya
pembentukan keahlian sehingga mempunyai pengalaman yang menguatkan perbuatannya untuk menjadi
lebih baik dan sempurna di masa selanjutnya
Findlaij (dosen Manchaster University) mengatakan pendidikan sebagai proses mempengaruhi anak didik
dengan teori-teori dan cara yang telah disusun secara sistematis untuk dijadikan pola dalam membentuk
keluarga, masyarakat, kepemerintahan dan lainnya sebagai bekal untuk generasi penerusnya agar hidup
bahagia.
Raijmaunt (dosen London University) mengatakan pendidikan sebagai upaya memberikan pengaruh
pada siswa sejak kecil secara khusus dengan sesuatu yang akan ditemui dalam kehidupan masyarakat
social pada waktu yang akan dating, melalui perantara keluarga, lingkungan, masyarakat dan
lembaga.[35]
Langeveld
Pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju
kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa
seperti sekolah, buka, putaran hidup sehari-hari, dsb) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
J.J Rousseau
Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutukannya pada waktu dewasa.
Carter V. Gooda. menyatakan “Pedagogy is the art, practice or profession of teaching. b. The
systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control
and guidance, largely replaced by the term education”.
Pendidikan ialah:
39

1. Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar


2. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode
mengajar, pengawasan dan bimbingan murid, dalam arti luas digantikan dengan istilah
pendidikan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia


Pendidikan berasal dari kata dasar “didik” (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Sukardjo dan Komarudin
Sukardjo dan Komarudin, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan adalah kumpulan dari
semua proses yang memungkinkan seseorang mampu mengembangkan seluruh kemampuan (potensi)
yang dimilikinya, sikap dan bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang
bersangkutan berada.
Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya. Lebih lanjut beliau ( Kerja Ki Hajar Dewantara (1962) menjelaskan
bahwa “Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (
kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak, dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh
dipisah-pisahkan bagian-bagian itu, agar supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik selaras dengan dunianya “.
UU No 20 Tahun 2003
Dalam UU NO 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan adalah Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat.
Pidarte Made
Pidarta Made (2007: 169) menyatakan pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan
budaya, membuat orang berperilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Dimanapun orang berada
disitulah terjadi proses pendidikan dan enkulturasi. Tempat terjadinya enkulturasi adalah sekolah,
keluarga, dalam perkumpulan pemuda, perkumpulan olahraga, kesenian, keagamaan, di tempat kursus
dan latihan.
Dari beberapa pengertian pendidikan yang diberikan oleh para ahli tersebut, berbeda secara redaksional,
namun secara esensial terdapat kesatuan unsur-unsur atau faktor-faktor yang terdapat didalamnya.
Unsur-unsur esensial dalalam pengertian pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pembinaan (kepribadian), pengembangan (kemampuan atau potensi diri), peningkatan


(pengetahuan) serta tujuan (kearah mana peserta didik akn diharapakan akan
mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.
2. Ada hubungan antara kedua belah pihak (pendidik dan peserta didik)
3. Aktifitas pendidikan berlangsung dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.[36]
40

Musthofa al-Maraghi memberikan definisi pendidikan pada dua; pertama tarbiyah khalqiyah yakni
penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana
bagi pengembangan jiwanya, keduanyatarbiyah diniyah tahzibiyah yakni pembinaan jiwa manusia dan
kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu ilahi.
Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan adalah mempersiapkan manusia supaya hidup
dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur
fikirnya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya (lisan maupun tulisan)[37]
Crow & Crow memberikat arti bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan
yang cocok bagi individu untun kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan kebudayaan
serta kelembagaan social dari generasi ke generasi.[38]
Tim Dosen IKIP Malang mengatakan bahwa pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas manusia
Indonesia agar masing-masing individu dapat berperan secara tepat sesuai dengan kodratnya dengan
pembekalan-pembekalan berikut;

1. Keimanan dan ketakwaan pada Allah swt


2. Budi pekerti yang luhur
3. Kepribadian yang kuat
4. Mandiri
5. Keinginan untuk maju
6. Ketangguhan
7. Kecerdasan
8. Kreatifitas
9. Keterapmilan
10. Disiplin yang tinggi
11. Etos kerja yang tinggi
12. Profesionalisme yang mantap
13. Tanggung jawab yang tinggi
14. Produktifitas yang tinggi
15. Sehat jasmani dan rohani. (disarikan dari GBHN 1993).[39]

Menurut John Dewey dalam buku Filsafat Pendidikan menyatakan bahwa pendidikan adalah proses
pembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pun
pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin terjadi secara sengaja dan dilembagakan untuk
menghasilkan kesinambungan social. Prose ini melibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang
yang belum dewasa dan kelompok di mana ia hidup.
Horne mengatakan pendidikan sebagai proses yang terus menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi
bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada
tuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Frederick J. Mc. Donald mengatakan pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan yang diarahkan
untuk merubah tabiat (behavior/ pembawaan) manusia.
M.J. langeveld mengatakan bahwa pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa
dengan anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan di mana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.
41

A.D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar yang
dilakukan guru terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.[40]
Tetapi pada akhirnya di Negara Indonesia sendiri mempunyai tujuan pendidikan yakni yang tertera dalam
UU NO 20 tahun 2003 tentang Sispenas. dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat.
Adapun Indonesia memberikan pedoman filsafat pancasila sebagai cita-cita pendidikan bangsa yang
mesti dilaksanakan dan diusahakan dalam pendidikan Indonesia.
Ketuhanan yang maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan umum pendidikan Indonesia sudah tersusun dalam tapMPR 1966 atau sekarang undang-undang
dasar 1945 Sispenas. 20 2003.
BAB III
KEIMPULAN

Kesimpulannya adalah bahwa ilmu pendidikan itu adalah tentang bagaimana cara untuk
mendidik. Sebagai ilmu yang bersifat normatif, maka ilmu pendidikan adalah ilmu yang mengarah kepada
perbuatan mendidik dengan tujuan-tujuan yang ditentukan, dimana tujuan-tujuan ini ditentukan oleh
norma-norma yang dijunjung tinggi oleh manusia, di mana di dalam proses pendidikan itu sangat
berkatitan erat dengan agama, filsafat, etika, estetika, way of life masyarakat sosial dengan melalui
proses penyusunan teori-teori yang tersusun rapi untuk dilakukan secara praktis dalam proses
pendidikan manusia menuju kepada kepribadian, kesusilaan yang berupakan ukuran yang bersifat
normative untuk mencapai kualitas manusia yang mendapat gelar manusia seutuhnya, sebagai
persiapan bagi generasi-generasi seterusnya dalam mengisi kemerdekaan dengan manusia-manusia
yang pancasilais dan berbudi luhur sesuai yang tertera dalam amanat Undang-undang Dasar 1945;
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut serta memelihara perdamaian
dunia dengan meletakan norma-norma di atas segala sikap yang lain, yang mana dengan pendidikan
dapat mengubah keadaan dari primitive menjadi normatif.
Hasil pendidikan secara normatif tidak akan tercapai tanapa teori-teori pendidikan yang
dipraktekan secara praktis.
Teori perkembangan anak yaitu nativisme dengan teori empirisme dipadukan menjadi satu kesatuan
yang disebut teori konvergensi, sehingga menyajikan sifat ilmu pengetahuan normatif, teoritis dan praktis
secara matang dengan sinergitas yang kokoh.

SARAN

Untuk para pembaca makalah ini semoga menyajikan kontribusi ilmiyah bagi para pembaca khususnya
dan umumnya bagi siapa pun yang peduli terhadap dunia pendidikan.
42

Penulis sangat terbuka menerima sumbang saran, kritik membangun, manakala dalam makalah
ini terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku:
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Barnadib, Sutari Imam. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) IKIP Yogyakarta.
Hadikusumo, Kunaryo., Supratignyo, Titi., Sayuti, Sadjat., Sutarto, Joko., Rifai, Ahmad RC., Salim, Agus.,
Budiyono., Buchori, Mochtar. 1996. Pengantar Pendidikan. Semarang: IKIP Semarang Press.
Arifin, M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Mujib, Abdul. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Interpratama Offset
Yunus. 1999. Filsafat Pendidikan. Bandung: CV. Citra Sarana Grafika.
Purwanto, Ngalim. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yunus, Mahmud., Bakri, Muhamad Qosim. 1992. Tarbiyah wa at-Ta’lim. Ponorogo: Darusalam Press.
Ramayulis. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia.
Website:
http://binham.wordpress.com/2012/01/07/konsep-dasar-ilmu-pendidikan/.
http://alixwijaya.com/2010/08/12-definisi-pendidikan-2.html.
Software:
Kitab Maktabah Syamilah ‫ الشاملة المكتبة‬versi 2
Abstraksi
Makalah ini mempunyai tujuan untuk mengkaji; 1. Ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan, 2.
Ilmu pendidikan sebagai ilmu normative, 3. Ilmu pendidikan sebagai ilmu yang teoritis dan praktis, 4.
Factor-faktor pendidikan, 5. Tujuan pendidikan versi Langeveld dkk, 6. Pandangan pendidikan menurut
para pakar.
Pada intinya pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
Dalam makalah ini dipaparkan bahwa ilmu pendidikan itu bersifat normatif, yakni memberikan pemikiran
tentang pemilihan nilai-nilai yang baik, kesusilaan, kepribadian, keadaban dan kearifan. Ilmu pendidikan
juga bersifat teoritis karena memberikan renungan teori yang berarti tersusun secara sistematis, logis
tentang masalah-masalah dan ketentuan pendidikan. bersifat praktis yakni memberikan pemikiran
tentang masalah-masalah dan ketentuan-ketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada
perbuatan mendidik, mengarahkan diri pada perwujudan/ realisasi dari teori-teori yang dibentuk dan
kesimpulan-kesimpulan yang diambil untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Kata kunci: ilmu pendidikan, normatif, teoritis, praktis, tujuan, pandangan
43

PERANAN ILMU PENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN


Ilmu pendidikan mempunyai Peranan sebagai perantara dalam membentuk masyarakat yang
mempunyai landasan individual, sosial dan nsurei dalam penyelenggaraan pendidikan. Pada
skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam skala nsurei
tebatas seperti antara nsurei sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelompok kecil
siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri, antara orang tua dan anak serta anak
lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan agar manusia sebagai individu berkembang
semua potensinya dalam arti perangkat pembawaanya yang baik dengan lengkap.
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional dan
Penyelenggaraan pendidikan.Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem
terbuka dan multimakna. Pendidikan sistem terbuka: fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian
program lintas satuan dan jalur pendidikan. Pendidikan multimakna: proses pendidikan yang
diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak
dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.

2. KEDUDUKAN ILMU PENDIDIKAN DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN


Ilmu pendidikan adalah ilmu yg mempelajari serta memproses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, pembuatan mendidik. Ilmu pendidikan sebagai suatu
ilmu harus dapat bersifat:
a. Empiris, karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.
b. Rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan
peserta didik kepada keadaan alamnya.
c. Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk.
d. Histories, karena memberikan uraian teoritis tentang sitem-sistem pendidikan sepanjang
jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada
jaman tertentu.
e. Praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan pendidikan yang
langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik.

Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain dalam penyelenggaraan
pendidikan. Ilmu pendidikan ialah suatu llmu pengetahuan yang membahas masalah yamg
berhubungan dengan pendidikan, sedangkan, definisi yang terpenting dari suatu pendidikan itu
sendiri yaitu:
• Meningkatkan pengetahuan, pengertian, kesadaran, dan toleransi.
44

• Meningkatkan questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu - termasuk


pendidikannya.
• Meningkatkan kedewasaan individu.

Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan supaya
negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan tidak hanya meng-copy dari
negara lain. Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup manusia
dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikan.
Pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu sendiri.
Dalam perkembangan adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik, teratur untuk
mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pemikiran teoritis tentang pendidikan.
Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki manusia,
melahirkan teori-teori pendidikan.

3
konsep pendidikan dapat berubah sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia dan tidak dapat
dilepaskan dengan praktek pendidikan. coba komentari pendapat sebagi berikut dengan dikaitkan
dengan filsafat " proses sosial dimana orang dikenakan pengaruh lingkungan pengendalian yang dipilih
dan (terutama yang sekolah) sehingga mereka dapat mencapai kompetensi sosial dan pengembangan
individu yang optimal.

the social process by which people are subjected to the influence of a selected and control environment
(especially that the school) so they may attain social competence and optimum individual development.

5
philosophy of education, we may add, is the study of comparative effect 1. of rival philosophies on the
life process and of alternative education process on character building-both undertaken in order to find
what management of education is likely to build of most constructive character in young and old

filsafat pendidikan, kita dapat menambahkan, adalah studi tentang efek banding 1. filsafat saingan pada
proses kehidupan dan proses pendidikan alternatif pada karakter bangunan-baik dilakukan untuk
menemukan apa yang manajemen pendidikan cenderung untuk membangun karakter paling konstruktif
di muda dan tua
45

MAKALAH IMPLIKASI FILSAFAT ILMU DALAM


PENDIDIKAN
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan
pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan
guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Pendidikan
nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek
pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia
yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai
cita-cita nasional Indonesia. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang
mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa “Pancasila” yang diabdikan demi kepentingan
bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara
Indonesia.

Akan tetapi, kenyataan pendidikan di Indonesia masih memprihatinkan. Kita boleh


berbangga dengan masuknya beberapa Universitas ternama sebagai bagian dari 500
Universitas ternama di dunia namun di sisi lain, masih sangat banyak warga bangsa ini yang
tidak mendapatkan pendidikan secara layak. Fasilitas pendidikan yang tidak merata, pelayanan
di dunia pendidikan yang belum merata dan cenderung terfokus ke pusat-pusat pendidikan di
kota-kota besar adalah kenyataan yang dihadapi setiap hari.Pendidikan adalah hal yang
menjadi hak asasi manusia, siapapun dia. Oleh karena itu, aktifitas pendidikan adalah aktifitas
seumur hidup.

Dalam perkembangannya, pendidikan mendapatkan beberapa pendasaran guna memberikan


pemahaman yang lebih baik tentang apa dan bagaimana itu pendidikan. Oleh karena itu, dalam tulisan
ini, Kami mencoba membahas tentang salah satu pendekatan filosofis terhadap pendidikan, yaitu
idealisme sebagai sistematika filsafat dan Implikasi Idealisme dalam Pendidikan.

Bahasan terhadap pendekatan ini akan dilakukan dalam beberapa aspek, yaitu metafisika,
epistemologis dan aksiologis. Dari aspek-aspek tersebut dapat ditarik kesimpulan, bagaimana
sebenarnya pendekatan Idealisme terhadap Pendidikan dalam perspektif filosofis. Pendekatan-
pendekatan itu pula yang membedakan satu aliran dengan aliran yang lainnya.
46

B. Masalah

Permasalahan pendidikan di Indonesia masih banyak dan beragam yaitu kualitas pendidikan
yang masih rendah dan pemerataan pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan nasional masih
belum tercapai, sehingga ketika pemerintah melaksanakan ujian nasional maka muncul beberapa
permasalahan yang tidak seimbang antara kota dan desa terutama daerah-daerah di luar pulau jawa,
maka hasil UN di Indonesia tidak seimbang antara perkotaan dengan pedesaan. Hal iu disebabkan oleh
belum terpenuhi standar sarana-prasana, standar proses, standar kompetensi guru dan lain-lain.

C. Tujuan

Tulisan ini dibuat untuk membedah permasalahan pendidikan di Indonesia dengan melihat
Implikasi dan aplikasi filsafat ilmu dalam pendidikan. Jika permasalahan itu dapat diselesaikan maka
akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan dan pemerataan pendidikan di Indonesia.

D. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah kita sebagai generasi muda harus
mengetahui tentang filasat ilmu dalam pendidikan di Indonesia. Kita harus dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia pendidikan di Indonesia.

PEMBAHASAN

A. IMPLIKASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN

1. Pengertian

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implikasi adalah keterlibatan Dengan demikian Implikasi
filsafat ilmu dalam pendidikan adalah keterlibatan filsafat imu dalam mengembangkan pendidikan

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:

- Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta
badaniah.Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi
yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis.

- Idealisme, yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau
intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
47

- Realisme, aliran ini berpendapat bahwa dunia batin atau rohani dan dunia materi murupakan hakitat
yang asli dan abadi.

- Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak
doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia.

2. Konsep Dasar Filsafat Umum Idiologis

a. Metafisika

Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala
sesuatu yang ada) secara menyelurh (komprehensif).

b. Hakikat Realistis

Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut
idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu
sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran atau spirit atau roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak
nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran ataujiwa atau roh.

c. Hakikat Manusia

Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual atau kejiwaan.
Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan
bagian rasional,thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu).
Dari ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia
bukanlah badannya, melainkan jiwa atau spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih
atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.

3. Aliran-aliran Filsafat Pendidikan

Beberapa aliran filsafat pendidikan, yaitu sebagai berikut :

1) Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme.

Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri,
melainkanmerupakan suatugerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.
Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.
48

Kelebihan Filsafat Pendidikan Progresivisme

1. Siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya.

2. Siswa diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya.

3. Siswa belajar untuk mencari tahu sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul di awal
pembelajaran. Dengan mendapatkan sendiri jawaban itu, siswa pasti akan lebih mengingat materi yang
sedang dipelajari.

4. Membentuk output yang dihasilkan dari pendidikan di sekolah memilki keahlian dan kecakapan yang
langsung dapat diterapkan di masyarakat luas.

Kekurangan Filsafat Pendidikan Progresivisme

1. Mengabaikan kurikulum yang telah ditentukan, yang menjadi tradisi sekolah.

2. Mengurangi bimbingan dan pengaruh guru. Siswa memilih aktivitas sendiri.

3. Siswa menjadi orang yang mementingkan diri sendiri, ia menjadi manusia yang tidak memiliki self
discipline, dan tidak mau berkorban demi kepentingan umum.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme
bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis.
Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara
individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk mempertinggi
taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental,
yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

2) Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme.

Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan ciri-
ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama ialah dalam
memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk
perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang
bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama
yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan
sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah
timbulnya konsep-konsep pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu,
esensialisme adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama
49

muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka,
disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta, yang
memenuhi tuntutan zaman

Kelebihan Filsafat Esensialisme

a. Esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses pendidikan, namun
tidak mendukung perenialisme bahwa subject matter yang benar adalah realitas abadi yang disajikan
dalam buku-buku besar dari peradaban barat. Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk
mereka sendiri melainkan untuk dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada dewasa ini.
b. Esensialis berpendapat bahwa perubahan merupaka suatu kenyataan yang tidak dapat diubah dalam
kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam sejarah, namun evolusi itu harus terjadi
sebagai hasil desakan masyarakat secara terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan
imtelegensi manusia yang mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara
bertindak, organisasi, dan fungsi sosial.

Kekurangan Filsafat Esensialisme

a. Menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-kebijakan sosial.
Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat tradisi pada pendidikan sekolah yang akan
mengindoktrinasi siswa dan mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka berpedoman
pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis bahkan memandang seni dan ilmu sastra
sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-
hal yang benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada masyarakat.
c. Peran guru sangat dominan sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan merupakan model yang
sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas
dibawah pengaruh dan pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan
pada siswa.

Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Socrates. Aliran idealisme merupakan suatu
aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata
bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh panca indera.Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea.
Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau
tidak mengalami perubahan serta penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.

Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang asli hanya dapat dipotret
oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya
50

tidak menetap. Sedangkan yang dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya
sangat absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada
kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa bertempat di dalam
dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.

Plato yang memiliki filsafat beraliran idealisme yang realistis mengemukakan bahwa jalan untuk
membentuk masyarakat menjadi stabil adalah menentukan kedudukan yang pasti bagi setiap orang dan
setiap kelas menurut kapasitas masin-masing dalam masyarakat sebagai keseluruhan. Mereka yang
memiliki kebajikan dan kebijaksanaan yang cukup dapat menduduki posisi yang tinggi, selanjutnya
berurutan ke bawah. Misalnya, dari atas ke bawah, dimulai dari raja, filosof, perwira, prajurit sampai
kepada pekerja dan budak. Yang menduduki urutan paling atas adalah mereka yang telah bertahun-
tahun mengalami pendidikan dan latihan serta telah memperlihatkan sifat superioritasnya dalam
melawan berbagai godaan, serta dapat menunjukkan cara hidup menurut kebenaran tertinggi.

Mengenai kebenaran tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato
mengemukakan bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah kebaikan.Tugas
ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah
menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk
mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

3) Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Aliran Perenialisme Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada
abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang berarti abadi, kekal atau selalu.
Perenialisme lahir
sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum perenialis adalah
dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai nilai atau prinsip prinsip umum
yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat, kukuh pada zaman kuno dan
abad pertengahan.

Kelebihan Filsafat Perenialisme

a. Perenialisme tetap percaya terhadap asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak.
Kecakapan membaca, menulis, dan berhitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan
itu maka learning to reason menjadi tujuan pokok pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Belajar sebagai persiapan hidup. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau
proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme
memberikan sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktik bagi kebudayaan dan pendidikan
zaman sekarang.
b. Pendidikan ditekankan pada kebenaran absolut yang bersifat universal yang tidak terikat pada tempat
51

dan waktu.
Perenialisme menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran, dan keindahan Perenialisme
mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh
pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak
mengarahkan perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
c. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi
terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang
merupakan karya terbaik dan paling significant yang diciptakan oleh manusia. Contohnya, seorang guru
bahasa Inggris mengharuskan siswanya untuk membaca Moby Dick nya Melville atau drama-drama
Shakespeare.

Kekurangan Filsafat Perenialisme


a. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan
yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terkait
pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
b. Perenialis kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan
banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian,dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan
moral, intelektual, dan sosio-kultural.
c. Focus perenialis mengenai kurikulum adalah pada disiplin-disiplin pengetahuan abadi , hal ini akan
berdampak pada kurangnya perhatian pada realitas peserta didik dan minat-minat siswa.

Kadangkala dunia idea adalah pekerjaan rohani yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-
cita yang arealnya merupakan lapangan metafisis di luar alam yang nyata. Menurut Berguseon, rohani
merupakan sasaran untuk mewujudkan suatu visi yang lebih jauh jangkauannya, yaitu intuisi dengan
melihat kenyataan bukan sebagai materi yang beku maupun dunia luar yang tak dapat dikenal,
melainkan dunia daya hidup yang kreatif (Peursen, 1978:36). Aliran idealisme kenyataannya sangat
identik dengan alam dan lingkungan sehingga melahirkan dua macam realita. Pertama, yang tampak
yaitu apa yang dialami oleh kita selaku makhluk hidup dalam lingkungan ini seperti ada yang datang dan
pergi, ada yang hidup dan ada yang demikian seterusnya. Kedua, adalah realitas sejati, yang merupakan
sifat yang kekal dan sempurna (idea), gagasan dan pikiran yang utuh di dalamnya terdapat nilai-nilai
yang murni dan asli, kemudian kemutlakan dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak,
karena idea merupakan wujud yang hakiki.

Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini hanya idea, dunia
idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam nyata seperti yang tampak dan
tergambar. Sedangkan ruangannya tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea
adalah arche yang merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan
Tuhan,arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
52

Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma lebih berharga dan
lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu
hakikat yang sebenarnya, sehingga benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma.
Aliran idealisme berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang
baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk menemukan hakikat yang
mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian juga hasil adaptasi individu dengan individu
lainnya. Oleh karena itu, adanya hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan
peradaban baru (Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang isi
aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani yang berupa angan-
angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir bahwa sumber pengetahuan terletak pada
kenyataan rohani sehingga kepuasaan hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai
kerohanian yang dalam idealisme disebut dengan idea.

Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan pandangan yang
fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran (Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan
sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi
aliran idealisme. Namun pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam
pandangan tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-bentuk di luar
benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan usaha-usaha yang dilakukan pada
dasarnya adalah untuk mengenal alam raya. Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari
aliran yang lain karena pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang
kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom mengetengahkan,
dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi yang difungsikan di sini adalah jiwa
atau sukma. Dengan demikian, dunia pun terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia
kelihatan (boraton genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos).Bagian ini menjadi sasaran
studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).

Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap idea bisa diterapkan
pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia. Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu
bisa mengetahui apa di balik alam nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada
dalam ajaran idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat lebih
banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan mencari dalil dan keterangan
hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap
berlanjut tanpa akhir. Tetapi betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap
memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang pokok dan utama.

Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang dibicarakan oleh filsafat Plato
adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum pernah dikenal dan dikemukakan orang
sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang
mencoba memecahkan persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum
53

terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang keabadian. Yang
keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima, pandangannya tentang ilmu pengetahuan
(Ali, 1990:28).

Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi aliran idealis. George WE
Hegel kemudian merumuskan aliran idealisme ini secara komprehensif ditinjau secara filosofi maupun
sejarah. Tokoh-tokoh lain yang juga mendukung aliran idealisme antara lain Plotinus, George Berkeley,
Leinbiz, Fichte, dan Schelling serta Kant. Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam Al
Ghozali.

- Konsep dasar Aliran Idealisme

Menurut paham Idealisme bahwa yang sesungguhnya nyata adalah ruh, mental atau jiwa. Alam
semesta ini tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada manusia yang punya kecerdasan dan kesadaran
atas keberadaannya.Materi apapun ada karena diindra dan dipersepsikan oleh otak manusia. Waktu dan
sejarah baru ada karena adanya gambaran mental hasil pemikiran manusia.Dahulu, sekarang atau nanti
adalah gambaran mental manusia. Ludwig Noiré berpendapat "The only space or place of the world is
the soul," and "Time must not be assumed to exist outside the soul”.

EKSISTENSIALISME PENDIDIKAN

Eksistensialisme yaitu suatu usaha untuk menjadikan masalah menjadi konkret karena adanya
manusia dan dunia. Menurut Sartre eksistensialisme yaitu filsafat yang memberi penekanan eksistensi
yang mendahului esensi. Memandang segala gejala yang ada berpangkal kepada eksistensi. Dengan
adanya eksistensi akan penuh dengan lukisan-lukisan yang konkret dengan metode fenomenologi (cara
keberadaan manusia).
Eksistensi sendiri yaitu eks artinya keluar, sintesi artinya berdiri; jadi eksistensi adalah berdiri sebagai diri
sendiri. Menurut Heideggard “Das wesen des daseins liegh in seiner Existenz” , da-sein adalah tersusun
dari dad an sein. “da” disana. Sein berarti berada. Jadi artinya manusia sadar dengan tempatnya.
Menurut Sartre adanya manusia itu bukanlah “etre” melainkan “ a etre” yang artinya manusia itu tidak
hanya ada tetapi dia selamanya harus dibentuk tidak henti-hentinya.
Menurut Parkey (1998) aliran eksistensialisme terbagi menjadi 2, yaitu; bersifat theistic(bertuhan) dan
atheistic. Menurut eksistensialisme sendiri ada 3 jenis; tradisional, spekulatif dan skeptif.
Eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan karena pusat pembicaraan eksistensialisme
adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan hanya dilakukan oleh manusia.

Kelebihan Eksistensialisme
54

1. Menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna.

2. Memberi semangat dan sikap yang dapat diterapkan dalam usaha pendidikan.

Kekurangan Eksistensialisme

1. Sangat tidak puas dengan sistem filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademis dan jauh dari
kehidupan

2. Penolakan untuk dimasukkan dalam aliran filsafat tertentu

B. IMPLEMENTASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN

1. Pengertian

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implementasi adalah penerapan. Pendidikan adalah
upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa,
maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar
pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan
dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Jadi implementasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah penerapan filsafat ilmu dalam upaya
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun
karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.

2. Implementasi Terhadap Pendidikan

Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak memperhatikan masalah-masalah pendidikan,


sehingga cukup berpengaruh terhadap pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh
aliran pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah tokoh filosof
Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme yang seangkatan dengan Herman
Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran
idealisme lebih dari 33 tahun di Universitas New York.

Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang menulis tentang idealisme dalam
pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian
muncul pula Rupert C. Lodge (1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas
Maitoba. Dua bukunya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam filsafat pendidikan
adalah Philosophy of Educationdan studi mengenai pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia,
Giovanni Gentile Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari reformasi
55

pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme sebagai perlawanan terhadap dua
aliran yang hidup di negara itu sebelumnya, yaitu positivisme dan naturalisme.

Idealisme sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah satu-satunya yang melakukan
oposisi secara fundamental terhadap naturalisme. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk
proses pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam
semata. Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang kebudayaan
manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.

Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan,
memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab,
pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah mengemukakan,
“Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu
muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik,
sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.

Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai makhluk spiritual.
Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan
merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk
spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam
sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa
spiritual merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya
spiritual.

3. Tujuan Pendidikan

Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan
diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan
kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.

Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah pribadi,
maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara individual. Pola pendidikan yang
diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak,
atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan
pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya.

Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan
memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup
56

bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu
individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial
adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun
hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling
penuh pengertian dan rasa saling menyayangi. Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai
gabungan antara tujuan individual dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan
yang berkaitan dengan Tuhan.

Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis,


dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.

4. Kurikulum Pendidikan

Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis.


Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan
moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu
kehidupanatau pekerjaan.

Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan
pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran yang textbook.Agar
supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.

5. Metode Pendidikan

Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa
pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk
memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi,
memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan
pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran,
dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia (Callahan and Clark,1983).

6. Peran Guru dan Siswa

Para filusuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada
guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam
sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan
manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa
berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982).
57

Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:

a) Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;

b) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;

c) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;

d) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;

e) Guru menjadi teman dari para muridnya;

f) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar;

g) Guru harus bisa menjadi idola para siswa;

h) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan para siswanya;

i) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;

j) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;

k) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;

l) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;

m) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi;

n) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.


58

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu memiliki peranan penting
dalam keterlibatan dalam pengembangan imu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan dan
implementasinya dalam pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan di dunia ini mengikuti aliran-aliran
filsafat pendidikan yang ada yaitu:

1. Filsafat pendidikan progresivisme, yang didukung oleh filsafat pragmatism;

2. Filsafat pendidikan esensialisme, yang didukung oleh idealisme dan realisme;

3. Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

IMPLEMENTASI FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN (MATEMATIKA):

Telaah Kurikulum 2013 Berdasar Peta Pendidikan Dunia Karya Paul Ernes

A. Industrial trainer

Industrial trainer dimaksudkan untuk pelatihan kepada siswa melalui pembelajaran matematika.
Pelatihan ini adalah bagian dari persiapan untuk kehidupan siswa dalam menghadapi dunia kerja.
Metode latihan, hafalan, praktek, dan otoritas hirarki ketat guru membantu siswa untuk menanamkan
kemampuan-kemampuan dan nilai-nilai yang sesuai dengan dunia atau tantangan kerja di masa depan.
Sedangkan pendidikan tinggi masa depan siswa tidak begitu diperhatikan.

1. Teori Sosial : Rigid Hierarchy, Market-Orientation

Masyarakat dikelompokkan ke dalam tingkatan kelas sosial, yang didasarkan kepada kebaikan
maupun kemampuan mereka. Bagaimanapun pada grup industrial
trainer mengutamakan pada tantangan dunia kerja di masa depan. Dengan demikian siswa diharapkan
mampu menjadi pemimpin yang keras atau pekerja keras. Jika siswa kedepannya tidak mampu bersaing
dengan individu lainnya pada persaingan pasar dimungkinkan siswa akan berada pada posisi standar,
atau tingkatan yang lebih rendah pada tingkatan sosial dalam masyarakat.
59

Kurikulum 2013 dalam Permen No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum bahwa
dalam penyusunan implementasi harus memenuhi beberapa prinsip, salah satunya adalah tuntutan
dunia kerja. Pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan
hidup untuk membekali siswa memasuki dunia kerja.

Maka dapat dikaitkan bahwa pada industrial trainer teori sosial diimplementasikan kurikulum
2013. Karena kurikulum 2013 memang mempunyai prinsip dapat mendukung siswa dalam menghadapi
tantangan masa depan, tetapi salah satu alat untuk menyiapkan tantangan tersebut adalah dengan
pendidikan diantaranya melalui pembelajaran matematika, dengan model-model pembelajaran yang
berpusat kepada siswa, guru menjadi fasilitator. Sedangkan pada industrial trainer anak selalu dilatih
dengan metode drill, hafalan, dan hirarki guru.

Maka dapat disimpulkan bahwa antara industrial trainer dan kurikulum 2013 sama-sama
mempersiapkan siswa untuk menjadi seseorang yang dapat menghadapi tantangan masa depan , tetapi
dengan cara / proses yang berbeda.

2. Hakekat Siswa: Empty Vessel

Bejana kosong hakekatnya adalah siswa belum mempunyai pengetahuan, hanya menerima teori
– teori pengetahuan dari guru sehingga siswa terkesan pasif.

Sedangkan pada kurikulum 2013 siswa telah memiliki pengetahuan dasar yang diharapkan dapat
menjadi landasan untuk menggali pengetahuan selanjutnya. Siswa dituntut aktif mencari dan
membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pembelajaran matematika melalui
pendekatan dan model-model pembelajaran yang telah dirumuskan akan mengajak siswa untuk
berbuat, beraktivitas, mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki (math is doing something).

3. Teori Kemampuan Siswa: Talent and Effort

Setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan salah satu faktor yang berpengaruh
adalah faktor keturunan., oleh karena itu setiap anak memiliki perbedaan dalam mengikuti pelajaran.
Seharusnya intitusi pendidik/ lembaga sekolah menempatkan siswa pada kelas-kelas yang sesuai dengan
kebutuhan siswa, agar bakat atau talenta siswa dapat diakomodasi dan ditumbuhkembangkan. Siswa
yang berkemampuan rendah kemungkinan akan lebih baik untuk diri mereka jika mencoba dengan
tekun karena memang dari kesadaran dan usaha mereka sendiri.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori kemampuan siswa pada industrial trainer telah
diimplementasikan dengan landasan yuridis Kurikulum 2013 yaitu pada Permen No.65 tentang standar
proses, yang menjelaskan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
60

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Maka dari itu guru dapat membentuk diri
siswa dengan kemampuan mereka. Dimana kemampuan yang diharapkan adalah kemampuan pada
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

B. Technological Pragmatist

Technological Pragmatist adalah kelompok modern yang turun dari industri trainer yang
mempromosikan versi modern dari tujuan utilitarian (berfaedah/kemanfaatan) dan mereka khawatir
dengan kelanjutan kepentingan industri melalui pengembangan teknologi.

a. Teori Sosial: Hierarchy


Industrial dan teknis pertumbuhan dipahami sebagai mesin pembangunan sosial dan kemajuan,
sehingga ilmu pengetahuan, teknologi dan industri terletak di jantung masyarakat. Struktur-struktur
sosial dan politik diterima sebagai realitas yang mendasarinya. Jadi model hirarki masyarakat diterima,
dengan para ahli, teknokrat dan birokrat di posisi tinggi. Namun, hirarki sosial tidak dilihat
sebagaisesuatu hal yang kaku karena adanya mobilitas sosial. Masyarakat dipandang sebagai
meritokrasi yaitu bentuk sistem politik yang memberikan penghargaan lebih kepada warga yang
berprestasi atau berkemampuan. Kerap dianggap sebagai suatu bentuk sistem masyarakat yang sangat
adil dengan memberikan tempat kepada mereka yang berprestasi untuk duduk sebagai pemimpin,
tetapi tetap dikritik sebagai bentuk ketidakadilan yang kurang memberi tempat bagi mereka yang
kurang memiliki kemampuan untuk tampil memimpin, dan mereka yang memperoleh pengetahuan
ilmiah dan teknologi yang diperlukan dan keterampilan dihargai oleh peningkatan kekayaan, status dan
kekuasaan.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori sosial masyarakat technological pragmatist yang
menganggap bahwa yang berprestasilah yang dijadikan pemimpin telah diimplementasikan dalam
kurikulum 2013 dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dimana siswa yang berkemampuan
tinggi dapat menjadi ketua kelompok dan membantu teman lainnya.

b. Hakekat Siswa: Empty Vessel


Pada technological pragmatist ini, anak dipandang sebagai bejana kosong yang perlu diisi
dengan fakta-fakta dan keterampilan yang memadai. Ada jugayang menilai bahwa pengalaman itu
penting sebagai sumber keterampilan. Jadi anak juga dilihat sebagai 'alat tumpul', yang perlu dipertajam
melalui pelatihan-pelatihan, untuk digunakan dalam dunia kerja. Perlu adanya keseriusan khusus dari
siswa untuk memantapkan ilmunya agar dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
61

Teori hakekat siswa pada technological pragmatist bahwa siswa adalah bejana kosong yang diisi
dengan keterampilan dan diasah melalui pelatihan terus menerus tidak diimplementasikan kurikulum
2013 karena siswa memang dilatih keterampilannya namun pelatihan tersebut tidak diberikan secara
terus – menerus oleh guru. Melainkan guru melakukan scaffolding agar siswa mampu mandiri untuk
mencipta.

c. Teori Kemampuan Siswa: Talent


Technological pragmatist merupakan suatu karakter dimana seseorang lebih menginginkan
mencapai sesuatu hasil dengan cara-cara praktis, simple, instant, dan efisien, tapi tepat guna dengan
teknologi yang ada. Pada era ini orang-orang disibukkan dengan berbagai macam hal dan menuntut
mereka melakukan segala sesuatunya dengan cepat dan praktis. Walaupun demikian,pada tahap teori
kemampuan ini, siswa dituntut untuk tetap melakukan proses guna memunculkan dan
memaksimalkan talenta (bakat) yang mereka miliki untuk menghadapi zaman yang semakin canggih,
artinya tidak serta merta mereka mengkonsumsi teknologi tanpa ada ilmu tentangnya. Tujuan kelompok
ini untuk pembelajaran matematika utilitarian, yaitu siswa mempelajari matematika di tingkat yang
tepat, guna mempersiapkan mereka untuk tantangan kerja di masa depan.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori kemampuan siswa ditechnological pragmatist sudah
diimplementasikan karena, telah merujuk pada prinsip kurikulum 2013 yaitu menjawab kebutuhan
kompetensi di masa yang akan datang dengan mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kritis,
kreatif, dan memiliki minat yang luas dalam kehidupan dan kesiapan untuk bekerja sesuai dengan
potensi yang dimiliki.

C. Old Humanist

Kelompok humanis tua menganggap pengetahuan murni adalah nilai kebenaran diri sendiri.
Secara khusus, humanis tua menganggap matematika sebagai matematika nilai intrinsik, bagian pusat
budaya. Matematika adalah pencapaian umat manusia, 'ratu ilmu pengetahuan', yang sempurna,
puncak kebenaran sejati. Ini adalah hasil terbaik dari sekelompok kecil orang jenius. Dalam matematika
ketelitian, bukti logis, struktur, abstraksi, kesederhanaan, keanggunan yang dihargai. Berdasarkan nilai-
nilai tujuan untuk pendidikan matematika adalah komunikasi matematika untuk kepentingan diri
sendiri. Ideologi kelompok ini adalah dipisahkan absolutisme relativistik.

1. Teori Sosial: Hierarchy Conservative

Teori masyarakat pada humanis tua pada dasarnya adalah konservatif dan hirarkis meskipun
secara politik mungkin liberal. Di atas semua itu, nilai-nilai pengetahuan dan budaya tradisi barat
62

digunakan untuk kepentingan diri sendiri dan untuk usaha melestarikannya. Dengan kata lain teori
masyarakat ini bertujuan untuk melestarikan tradisi budaya yang ada dan terkait struktur sosial. Dalam
hirarkis struktur diwarisi dari masa lalu, system masyarakat bertingkat yang terlihat secara halus
memisahkan orang berbudaya dengan rakyat biasa. Mereka yang berkebudayaan tinggi yang pantas
untuk memerintah masyarakat. Masyarakat dipandang terutama sebagai sarana melestarikan dan
menciptakan budaya tinggi, yang menyediakan ukuran tingkat peradaban.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa
masyarakat harus melestarikan budaya telah diimplementasikan sesuai dengan landasan yuridis
kurikulum 2013 yaitu pada permen nomor 54 tahun 2013 mengenai SKL. Dalam permen tersebut
menyatakan bahwa kualifikasi pengetahuan yang dimiliki siswa adalah memiliki pengetahuan faktual
dan konseptual tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban.

2. Hakekat Siswa: Character Building

Anak diidentifikasi humanisme tua sebagai bagian dari “Liberal / konservatif“ ideology, awalnya
berasal dari “Aristokrasi/bangsawan” pengelompokan anak dengan kebijakan pendidikan bahwa yang
Non – kejuruan adalah yang berkependidikan, ditekankan pada karakter anak. Pendidikan aristokrasi,
yakni pendidikan sebagai sarana mempersiapkan kaum muda untuk peran sosialnya sebagai seorang
yang berbudi halus dan sebagai seorang pemimpin dan untuk mempertahankan standar ditetapkan
keunggulan budaya melalui metode seleksi tradisional. Ini telah mempertahankan tradisional subyek
dan pandangan elitis bahwa pengetahuan itu murni dan tidak terkait dengan kebutuhan hidup yang
mendesak.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa
hakekat siswa adalah dalam pembelajaran harus ditanamkan nilai-nilai karakter, telah
diimplementasikan sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 yaitu pada permen nomor 54 tahun
2013 mengenai SKL. Dalam permen tersebut menyatakan bahwa kualifikasi karakter yang dimiliki siswa
adalah beriman, berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan percaya diri.

3. Teori Kemampuan Siswa: Talent Development

Menurut pandangan ini, bakat dalam matematika itu diwariskan, dan kemampuan matematika
dapat diidentifikasi dengan kecerdasan murni. Ada pembagian tahap kemampuan matematika, dari
matematika genius yang letaknya di atas sampai matematika tidak mampu yang letaknya di bagian
bawah. Pembelajaran hanya membantu siswa untuk menyadari bahwa mereka mewarisi potensi
matematika yang perlu dikembangkan. Penyediaan pendidikan diperlukan untuk pengembangan bakat
63

matematika agar mereka menyadari sepenuhnya bakat yang mereka miliki. Karena anak-anak sangat
bervariasi dalam kemampuan matematika, kemampuan matematika mereka perlu ditunjukkan di
sekolah. Ini adalah teori kemampuan siswa yang melihat kemampuan matematika sebagai tahapan dan
bertingkat, dan menghargai orang – orang paling atas.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori kemampuan siswa old humanist telah
diimplementasikan dengan landasan yuridis kurikulum 2013 karena, dalam kurikulum 2013 siswa
dituntut untuk berpikir secara bertingkat dimulai dari recall, basic, critical, creative hingga akhirnya
siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi pada level critical dan creative.

D. Progressive Educator

Teori Progresivisme sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatisme pendidikan.


Teori ini memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif. Pada teori ini, belajar yang paling baik itu
apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan nyata siswa. Pembelajarannya harus terpusat pada peserta
didik.

Ada lima prinsip pendidikan progresif, yaitu :

1) Berikan kebebasan kepada peserta didik untuk berkembang secara alamiah

2) Minat dan pengalaman langsung merupakan rangsangan yang paling baik untuk belajar

3) Guru memiliki peran sebagai narasumber dan pembimbing kegiatan belajar

4) Mengembangkan kerjasama antara sekolah dengan keluarga

5) Sekolah progresif harus menjadi laboratorium informasi dan pengujian pendidikan

1. Teori Masyarakat: Welfare

Teori masyarakat di progressive educator yaitu masyarakat yang sejahtera.Idealnya, masyarakat


dilihat sebagai sesuatu yang mendukung dan memelihara lingkungan. Jadi, teori masyarakatnya sudah
sedikit maju dibandingkan di industrial trainer, pragmatist, dan old humanist.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013, teori masyarakat kaum progressive educator yang
menganut kepada kesejahteraan masyarakat telah diimplementasikan karena dengan pendidikanlah
dapat terwujud masyarakat yang sejahtera.

2. Hakekat Siswa: Student Orientation


64

Hakekat siswa di progressive educator ini adalah berorientasi pada siswa (students centered).
Pada kaum ini, siswa merupakan subjek yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak hanya
menerima semua pengetahuan dari guru, tetapi mereka mencoba mencarinya sendiri. Namun, hal ini
tidak berarti bahwa siswa diizinkan untuk mengikuti semua keinginannya, karena mereka belum cukup
matang untuk menentukan tujuan yang memadai. Siswa memang banyak berbuat dalam menentukan
proses belajar, namun ia bukan penentu akhir. Siswa membutuhkan bimbingan dan arahan dari guru
dalam melaksanakan aktivitasnya. Jadi, dengan kata lain kerjasama antara guru dan siswa serta siswa
dan siswa belum terlihat.

Berdasarkan tujuan pembelajaran kurikulum 2013, hakekat siswa student center sudah sedikit
diimplementasikan karena, dalam pembelajaran siswa sudah dituntut aktif dalam pembelajaran
matematika guru menggunakan model-model atau pendekatan pembelajaran yang menjalin kerjasama
antara guru dan siswa serta siswa dan siswa belum terlihat seperti model pembelajaran problem based
learning dan cooperative learning.

3. Teori Kemampuan Siswa: Need

Teori kemampuan siswa di progressive educator sangat dibutuhkan. Maksudnya adalah siswa
membutuhkan pengasuhan, perlindungan, dan pengalaman untuk mengembangkan potensi mereka.
Mereka belajar dan tumbuh melalui pengalaman secara fisik dan dunia sosial. Nilai-nilai yang terhubung
merupakan sumber jiwa yang melindungi dan membantu perkembangan kreativitas dan pengalaman
pribadi.

Bila dikaitkan telaah kurikulum 2013, teori kemampuan siswa kaum progressive educator sudah
diimplementasikan kurikulum 2013 bahwa pembelajaran matematika adalah berasaskan pada aktivitas
atau kegiatan (math is doing something) sehingga siswa memperoleh pengalaman secara nyata.

E. Public Educator

1. Teori Sosial : un-justice need a reform

Teori sosial dari public educator menyatakan bahwa perlu suatu reformasi atau pembaharuan
untuk suatu ketidakadilan. Public educator mewakili pembaharuan tradisi secara radikal, berfokus pada
demokrasi dan keadilan sosial. Bagi public educator, semua orang memiliki kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan. Tujuan mereka adalah 'pendidikan untuk semua' dan pendidikan
merupakan suatu hal yang penting bagi negara yang demokratis.
65

Kurikulum 2013 sudah mulai diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013/2014 namun, baru
pada sekolah-sekolah tertentu (terbatas). Meskipun kurikulum baru ini mengundang kontroversi, namun
secara teoritis nyawa dari kurikulum baru ini adalah kurikulum 2006.

Pasal 31 UUD 1945 ayat 1 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan dan ayat 2 menyatakan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya. Dalam kurikulum 2013 pun setiap warga negara dinyatakan berhak
mendapatkan pendidikan, wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Hal
ini terbukti dengan adanya kebijakan mengenai dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang diberikan
oleh pemerintah, dan kebijakan-kebijakan yang lain. Bila dikaitkan dengan peta pendidikan dunia Paul
Ernest mengenai teori sosial dari public educator, maka telah diimplementasikan antara landasan yuridis
dengan peta pendidikan dunia yang dikemukakan. Pendidikan adalah untuk semua masyarakat. Tidak
peduli pria atau wanita, tua atau muda, kaya atau miskin, semuanya berhak atas pendidikan.

2. Hakekat Siswa : to develop/ grow seed plant

Hakekat siswa menurut public educator adalah siswa bukan merupakan kertas kosong putih
bersih yang siap menerima coretan-coretan dari gurunya. Menurut pandangan kaum sosial ini, guru
menganggap siswa sebagai benih tanaman yang apabila tanaman tersebut dipupuk dan disiram secara
teratur, maka tanaman tersebut akan tumbuh, berkembang, dan berbuah.

Berdasarkan Permen Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, proses pembelajaran
berdasarkan Kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan ilmiah(scientific), tematik terpadu
(tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran). Sifat pembelajaran
menggunakan pendekatan scientific adalah kontekstual, konstruktivis, dan student centered dengan
proses pembelajaran mengacu pada 5 pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Siswa dituntut aktif mencari dan membangun
pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Adapun model-model pembelajaran yang dirumuskan
dalam kurikulum baru meliputi discovery/inquiry learning, project based learning dimana siswa
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah, serta collaborative learning. Jadi dapat disimpulkan
bahwa kurikulum 2013 telah diimplementasikan pandangan public educator mengenai hakekat siswa
sebagai benih tanaman yang harus dipupuk dan disiram secara teratur. Pembelajaran matematika
melalui pendekatan dan model-model pembelajaran yang telah dirumuskan akan mengajak siswa untuk
berbuat, beraktivitas, mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki (math is doing something).

3. Teori Kemampuan Siswa : aspect of culture, relatives


66

Teori kemampuan siswa menurut kelompok sosial public educator adalah berdasarkan aspek
budaya dan relatif pada diri siswa. Kemampuan berdasarkan aspek budaya dan relatif maksudnya adalah
kemampuan yang dimiliki seorang siswa berbeda satu sama lain, sesuai dengan bakat yang dimiliki
dipengaruhi budaya dan kondisi lingkungan sekitar. Bisa jadi, seseorang pintar matematika, sementara
orang lain pintar menari. Karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan perbedaan
individu tersebut dan berperan sebagai fasilitator, menyediakan sesuatu yang memungkinkan siswa
untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya.

Bila dikaitkan dengan kurikulum 2013 teori kemampuan siswa kaum sosial public educator telah
diimplementasikan sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 permen No. 81 A bahwa kemampuan
siswa dikembangkan dengan memperhatikan keragaman budaya yang memperhatikan karakteristik
budaya setempat karena, sebelum mempelajari budaya luar kita harus menghayati dan mengapresiasi
budaya negara kita sendiri.
67

6
implementasi filsafat dalam pendidikan dalam mata kuliah filsafat ilmu dan filsafat pendidikan salah satu
tujuan nya adalah membangun kerangka piker keserasian antara logika, hati dan prilaku sebagai
manusia Indonesia yang berimam dsb komentari pemikiran tersebut

Ha ha,..sengaja pengen menuliskan judul di atas untuk mewakili tulisan saya kali ini. Dalam
memandang filsafat kita mungkin akan berpikir untuk apa sich kok ada gini-ginian segala,
terus apa hubungannya dengan pendidikan kita?,
Dan…………..ternyata filsafat ini memegang peranan yang penting dalam melatari
pemilihan model pendidikan yang akan digunakan. Ini nih korelasinya.

Filsafat Idealisme, filsafat ini memiliki ciri karakteristik: Bahwa untuk mengetahui/proses
kognitif merupakan proses mengingat kembali ide-ide yang ada secara laten dalam pikiran.
Pengetahuan adalah sebuah proses mental/psikologis yang bersifat subyektif sehingga
pendidikan harus mampu membantu siswa menemukan kebenaran, keindahan dan
kehidupan yang luhur.
Sehingga dalam realisasinya pendidikan yang diajarkan didalam pendidikan: Bahasa
Indonesia, Matematika, Kimia, Biologi, dan Fisika (MIPA).
Dan, bagaimana cara mengajarkan: dengan menggunakan metode pendidikan yang
berupaya merangsang atau membawa ide-ide laten pada kesadaran siswa, dengan
mengajukan pertanyaan yang mengarah pada pokok-pokok bahasan (pada suatu materi
pelajaran), membentuk konsep dengan cara menunjukkan obyek.
Terus bagaimana soal Hubungan guru dan murid: Guru berupaya membangun konsep
pada murid yang memiliki hubungan dengan suatu obyek dalam realitas dan murid
berupaya sedapat mungkin menangkap konsep tersebut dan mengajukan beberapa
pertanyaan untuk didiskusikan bersama.
Nah, Kurikulumnya menggunakan dengan: menyusun metode pengajaran yang
didasarkan pada rumusan abstraksi-sensasi, mengembangkan serangkaian demonstrasi
kelas untuk dilakukan oleh siswa guna menjelaskan suatu fenomena.
Esensialisme dan pendidikan;
Ciri karakteristik: Menurut pandangan ini pendidikan selayaknya mencakup pelajaran
tentang keterampilan seni dan sains dasar yang berguna dimasa lampau dan mungkin
68

berguna dimasa datang. Esensialisme menerapkan prinsip idealisme dan realisme secara
eklektis, filsafat ini berpendapat bahwa alam semesta dan isinya diatur oleh hukum yang
mencakup semuanya sehingga tugas manusia hanya memahami agar bisa menghargai
dan menyesuaikan diri dengan tatanan tersebut.
Yang diajarkan didalam pendidikan: yang perlu untuk diajarkan menurut pandangan ini
adalah Sejarah, Matematika, Sains, Bahasa dan Sastra.
Cara mengajarkan: dengan mengajarkan tanggungjawab, disiplin dan kepatuhan kepada
siswa melalui latihan yang sistematis dalam pelajaran tertentu seperti membaca, menulis,
berhitung dan sejarah yang mengharuskan adanya penguasaan atas mata pelajaran
tertentu.
Hubungan guru dan murid: pandangan ini mengharuskan adanya upaya yang sinergik
antara guru dan murid. Guru yang matang, terdidik, dan menguasai mata pelajaran
menstransmisikan ilmunya sedangkan untuk penguasaan keterampilan dan mata pelajaran
memerlukan upaya dan ketekunan dari peserta didik.
Kurikulum: kurikulum dasar menekankan alat keterampilan dasar agar anak menjadi melek
huruf, kurikulum lanjutan meliputi Sejarah, Matematika, Sains, Sastra dan Bahasa.
Rekonstruksionisme dan pendidikan;
Ciri karakteristik: Bahwa pendidikan seharusnya memperkenalkan kebijakan dan program
reformasi masyarakat. Melalui filsafat rekonstruksi sosial ini masyarakat dijadikan sumber
dan juga dijadikan objek dalam belajar. Masalah-masalah yang berkembang dalam
masyarakat, kebutuhan masyarakat, dan keunggulan masyarakat dapat dijadikan materi
pelajaran.
Yang diajarkan didalam pendidikan: yang hendaknya diajarkan menurut teori ini adalah
pengertian kritis dalam menguji warisan budaya, komitmen untuk melakukan reformasi
sosial yang cermat, sikap berencana yang merupakan kemampuan merencanakan jalannya
revisi budaya, dan pengujian rencana budaya dengan membuat program reformasi sosial
yang seksama.
Cara mengajarkan: mengajarkan siswa agar mampu mendeteksi kebiasaan, keyakinan
dan nilai-nilai yang berpotensi mengganggu rekonstruksi sosial.
Hubungan guru dan murid: guru membimbing siswanya dalam program rekayasa sosial
dan reformasi, dan siswa terlibat aktif dalam program tersebut.
Kurikulum: kurikulum ditekankan pada pengembangan kebiasaan, watak dan loyalitas
demokratis, perolehan pengetahuan dan wawasan partisipasi inteligen dalam masyarakat
demokratis.
Progesivisme dan pendidikan;
Ciri karakteristik: bahwa manusia mampu memperbaiki dan menyempurnakan
69

lingkungannya dengan menerapkan intelegensi manusia dan metode ilmiah untuk


memecahkan masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.
Yang diajarkan didalam pendidikan: perhatian khusus yang yang diberikan pada aktivitas
kreatif yang mencakup: menari, membuat sketsa, menggambar, menyanyi, mengayam, dan
aktivitas ekspresif lain. Pengajaran formal dalam membaca, menulis, dan berhitung
dilaksanakan sampai anak-anak usia sepuluh tahun.
Cara mengajarkan: Cara pengajaran umumnya adalah dengan metode diskusi bebas.
Hubungan guru dan murid: guru yang membimbing siswanya lebih merupakan seorang
sutradara aktifitas riset daripada sebagai seorang yang menguasai tugas (task-master),
terdapat kerjasama antara guru, murid dan orang tua murid untuk mempertemukan
kebutuhan murid demi pertumbuhan dan perkembangannya.
Kurikulum: mendorong perkembangan alami anak dan pertumbuhan melalui aktivitas yang
menanamkan inisiatif, kreatifitas dan ekspresi diri, seluruh pelajaran dibimbing oleh siswa
sendiri yang distimulasi oleh kontak dengan dunia nyata. Prestasi siswa diukur berdasarkan
perkembangan mental, fisik, moral dan sosial.

Anda mungkin juga menyukai