Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang Masalah

Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian saat

ini telah menciptakan suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur.

Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan semakin

meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai. Tujuan utama

perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau

para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2015)

Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan yang

dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan.

Investor dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal

memerlukan informasi tentang penilaian saham. Terdapat tiga jenis penilaian

yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (Book value), nilai pasar

(market value) dan nilai instrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai

saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai

saham di pasar saham dan nilai intrinsic merupakan nilai sebenarnya dari

saham. Investor perlu mengetahui dan memahami ketiga nilai tersebut sebagai

informasi penting dalam pengambilan keputusan investasi saham karena dapat

membantu investor untuk mengetahui saham mana yang bertumbuh dan murah.

Salah satu pendekatan dalam menentukan nilai intrinsic saham adalah price

book value (PBV). PBV atau rasio harga per nilai buku merupakan hubungan

antara harga pasar saham dengan nilai buku per lembar saham.

1
2

Nilai perusahaan merupakan nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan

ditambah nilai pasar hutang. Dengan demikian, penambahan dari jumlah ekuitas

perusahaan dengan hutang perusahaan dapat memcerminkan nilai perusahaan.

Berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa factor yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan, diantaranya : keputusan pendanaan, kebijakan

deviden, keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran

perusahaan. Beberapa factor tersebut memiliki hubungan dan pengaruh

terhadap nilai perusahaan yang tidak konsisten

Saat ini dunia usaha sangat tergantung pada masalah pendanaan. Dunia

usaha mengalami kemunduran yang diakibatkan oleh banyaknya lembaga-

lembaga keuangan yang mengalami kesulitan keuangan sebagai akibat adanya

kemacetan kredit pada dunia usaha tanpa memperhitungkan batas maksimum

pemberian kredit dimasa lalu oleh perbankan dan masalah kelayakan kredit yang

disetujui. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka manajer keuangan

perusahaan harus berhati-hati dalam menetapkan struktur modal yang

diharapkan perusahaan dapat meninkatkan nilai perusahaan dan lebih unggul

dalam menghadapi persaingan bisnis. Tujuan perusahaan dalam jangka panjang

adalah mengoptimalkan nilai perusahaan dengan meminimalkan biaya modal

perusahaan. Semakin sejahtera pemilik perusahaan.

Berdasarkan teori structur modal,apabila posisi struktur modal berada di

atas target struktur modal optimalnya, maka setiap pertambahan hutang akan

menurunkan nilai perusahaan. Penentuan target struktur modal optimal adalah

proporsi pendanaan dengan hutang (debt financing) perusahaan, yaitu rasio

leverage (pengungkit) perusahaan. Dengan demikian, hutang adalah unsur dari


3

struktur modal perusahaan. Struktur modal merupakan kunci perbaikan

produktivitas dan kinerja perusahaan. Teori struktur modal menjelaskan bahwa

kebijakan pendanaan (financial policy) perusahaan dalam menentukan struktur

modal (bauran antara hutang dan ekuitas) bertujuan untuk mengoptimalkan nilai

perusahaan (value of the firm).

Penggunaan hutang sebagai sumber pendanaan perusahaan memiliki

keuntungan dan kerugian. Keuntunagan penggunaan hutang diperoleh dari pajak

(bunga hutang adalah pengurangan pajak) dan disiplin manajer (kewajiban

membayar hutang menyebabkan disiplin manajemen), sedangkan kerugian

penggunaan hutang berhubungan dengan timbulnya biaya keagenan dan biaya

kepailitan.

Teori trade-off memprediksi hubungan positif antara struktur modal

dengan nilai perusahaan dengan asumsi keuntungan pajak masih lebih besar

dari biaya tekanan financial dan biaya keagenen. Teori Trade-off juga

memprediksi hubungan positif antara struktur modal dengan tingkat profitabilitas

atau kinerja keuangan perusahaan. Penggurangan bunga hutang pada

perhitungan penghasilan kena pajak akan memperkecil proprsi beban

pajak,sehingga proporsi laba bersih (Net Income) setelah pajak menjadi semakin

besar, atau tingkat profitabilitas semakin tinggi

Penelitian- penelitian yang berhubungan dengan struktur modal diantara

adalah Christian (2006) menemukan bahwa adanya perbedaan kepentingan

outsider dengan insider menyebabkan terjadinya agency cost dimana manajer

cendrung menggunakan hutang yang tinggi bukan atas dasar maksimisasi nilai

perusahaan tetapi untuk kepentingan opportunistic. Sugihen (2003) menemukan


4

bukti bahwa struktur modal berpengaruh tidak langsung dan negative terhadap

nilai perusahaan. Para pelaku pasar yakin bahwa apabila pengaruh eksternal ini

kembali normal, maka perusahaan kembali membaik dan nilai pasar ekuitas

ditentukan oleh permintaan dan penawaran.

Pertumbuhan (growth) adalah seberapa jauh perusahaan menempatkan

diri dalam sistem ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk

industri yang sama. Pada umumnya, perusahaan yang tumbuh dengan cepat

memperoleh hasil positif dalam artian pemantapan posisi di era persaingan,

menikmati penjualan yang meningkat secara signifikan dan diiringi oleh adanya

peningkatan pangsa pasar. Perusahaan yang tumbuh cepat juga menikmati

keuntungan dari citra positif yang diperoleh, akan tetapi perusahaan harus ekstra

hati-hati, karena kesuksesan yang diperoleh menyebabkan perusahaan menjadi

rentan terhadap adanya isu negative. Beberapa hal yang perlu mendapatkan

perhatian penting karena dapat menurunkan sumber berita negative yang

menggambarkan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan,

mengembangkan dan membangun keocokan kualitas dan pelayanan dengan

harapan konsumen. Pertumbuhan cepat juga memaksa sumber daya manusia

yang dimiliki untuk secara optimal memberikan kontribusinya. Agar pertumbuhan

cepat tidak memiliki arti pertumbuhan biaya yang kurang terkendali,maka dalam

mengelola pertumbuhan,perusahaan harus memiliki pengendalian operasi

dengan penekanan pada pengendalian biaya.

Growth dinyatakan sebagai pertumbuhan total asset dimana total asset

masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan dating dan

pertumbuhan yang akan dating (Taswan,2003). Pertumbuhan asset


5

menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi

profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa presentase perubahan total

aktiva merupakan indicator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan

(putrakrisnanda,2009).

Ratusan perusahaan saat ini telah menerapkan perencanaan srategis

secara menyeluruh dalam upaya mereka untuk meraih pendapatan laba yang

lebih tinggi. Tujuan jangka panjang menunjukkan hasil yang diharapkan dengan

menjalankan strategi tertentu. Strategi mempresentasikan tindakan yang akan

diambil untuk mencapai tujuan panjang. Tujuan harus kuantitatif, terukur,

realistis, dapat dimengerti, menantang, hirarkis, dapat dicapai dan selaras

dengan unit organisasi. Salah satu tujuan biasanya dinyatakan dalam bentuk

pertumbuhan asset. Tujuan jangka panjang dibutuhkan pada tingkat korporasi,

divisi, dan fungsional dalam organisasi. Tujuan tersebut merupakan ukuran

penting dalam tujuan keuangan perusahaan mencakup sesuatu yang

diasosiasikan dengan pertumbuhan dalam pendapatan, pertumbuhan dalam

laba, tingkat pengembalian investasi yang tinggi, dan perbaikan arus kas.

Penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006), Variabel yang diteliti

adalah pertumbuhan perusahaan, perubahan harga saham dan kebijaksanaan

struktur modal, hasil analisis yang didapat adalah pertumbuhan perusahaan

mempunyai pengaruh positif terhadap harga perubahan saham, hal ini berarti

bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan perusahaan akan direspon secara

positif oleh investor, sehingga meningkatkan harga saham dan pertumbuhan

perusahaan mempunyai pengaruh yang negative terhadap kebijaksanaan

struktur modal, yang memberi arti bahwa jika perusahaan melakukan


6

pertumbuhan maka manajer menetapkan struktur modal yang lebih banyak

menggunakan ekuitas dari pada hutang.

Penelitian kinerja keuangan sebagai akibat dari proses pegambilan

keputusan manajemen, merupakan persoalan yang kompleks karena

menyangkut efektivitas pemanfaatan modal dan efisiensi dari kegiatan

perusahaan yang meyangkut nilai serta keamanan dari berbagai tuntutan yang

timbul terhadap perusahaan. Perusahaan perlu melakukan analisis laporan

terhadap laporan keuangan, karena laporan keuangan merupakan salah satu

alat yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Laporan keuangan

sebagai sumber informasi, akan lebih bermanfaat jika dilihat secara konperhensif

misalnya dengan membandingkan suatu periode dengan periode lain. Salah satu

cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat profitabilitasnya.

Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil

pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas

terdiri atas profit margin, basic earning power, return on assets, dan return equity.

Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan return on equity (ROE).

Return on equity (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk pengembalian ekuitas

pemegang saham. ROE merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk

mengukur profitabilitas dari ekuitas. Semakin besal hasil ROE maka kinerja

perusahaan semakin baik. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja

manajemen meningkat dalam mengelola sumber dana pembiayaan operasional

secara efektif untuk menghasilkan laba bersih (profitabilitas meningkat). Jadi

dapat dikatakan bahwa selain mempertahankan efektivitas manajemen dalam


7

mengelola investasi yang dimiliki perusahaan, investor juga memperhatikan

kinerja manajemen yag mampu mengelola sumber dana pembiayaan secara

efektif untuk menciptakan laba bersih.

ROE menunujukan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham.

Adanya pertumbuan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik

karena berarti adanya potensi peningkatan keutungan yang diperoleh

perusahaan.hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal positif dari perusahaan

sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah

manajemen perusahaan untu menarik modal dalam bentuk saham. Apabila

terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak

langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal, penelitian yang

dilakukan oleh Wiranti (2008) menunujjan bahwa variabel return on equity (ROE),

berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV.

Informasi penting dari sampel perusahaan Automotif yang terdapat di

Bursa Efek Indonesia Tagun 2009-2014 yang terkait rata-rata DER, pertumbuhan

asset dan ROE, ditunjukkan dalam Tabel 1.1.

Table 1.1

Rata-rata Debt to Equity,Pertumbuhan Perusahaan, dan Return on


Equity,

Sampel Perusahaan Automotif Tahun 2009-2014

Tahun DER % Pertumbuhan Aset % ROE %


2009 133 12.85 1.830
2010 126 13.87 1.973
2011 146 13.20 1.886
2012 121 9.02 1.448
2013 160 8.65 564
2014 90 8.00 1.040
Sumber : Lampiran 2,3,dan 4
8

Tabel 1.1 Menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan total hutang

perusahaan Automotif pada tahun 2009-2014 mengalami peningkatan dan

penurunan. Pada Tahun 2009 rasio perbandingan total hutang yang dimiliki

dengan total ekuitas perusahaan sebesar 1.33% atau 133% dan pada tahun

berikutnya yaitu Tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014 masing-masing sebesar

1.26% atau 126%, 1.46 atau 146%,1,21 atau 121%,1.60% atau 160%,9.0% atau

90%. Dilihat dari tingginya rasio hutang pada Tabel 1.1 diatas diperkirakan

keadaan kesehatan perusahaan industry automotif di Indonesia,yang tercermin

dari perusahaan automotif yang terdaftar dalam ICMD (Indonesian capital market

directory), secara rata-rata diperkirakan telah berada jauh di atas target struktur

modal optimalnya (30%-40%). Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi ini

dengan jalan merencanakan program rekstrukturisasi kearah struktur modal yang

ideal.

Rata-rata pertumbuhan total asset perusahaan automotif Tahun 2009-

2014 mengalami Peningkatan dan penurunan setiap tahun, Tahun 2009 sebesar

12,85%, Tahun 2010 sebesar 13.87% ,Tahun 2011 sebesar 13.20%, Tahun 2012

sebesar 9,02%, Tahun 2013 sebesar 8.65%, dan Tahun 2014 sebesar 8,00%.

Sedangkan peningkatan ROE yang ditunjukkan pada Tabel 1.1 Tahun

2009,2010,2011,2012,2013 dan 2014 masing-masing sebesar 18,30 atau

1,830%, 19.73% atau1,973%,18.86 atau 1,886%,14,48% atau 1,448%, 5,64%

atau 564% dan 10,40% atau 1,040%. dan Tahun 2013 tingkat pertumbuhan

ROE pada sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di ICMD mengalami

penurunan yang sangat besar dari tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar

14,48% atau 1,448%. Dengan adanya penurunan ROE setiap tahun penelitian
9

menunjukkan kinerja manajemen yang tidak mampu mengelola sumber dana

pembiayaan operasional secara efektif untuk menciptakan laba bersih.

Berikut perbandingan grafik antara perusahaan otomotif dengan

pertambangan.

Penjualan Motor di Pasar Ekspor, 1996 – 2013

Sumber : Diolah dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia


(AISI)(Indoanalisis.co.id)

Harga Batubara Acuan, Januari 2009 – Juni 2014

Sumber : Diolah dari Direktorat Jenderal Batubara dan Sumber Daya


Mineral, Kementerian ESDM (Indoanalisis.co.id)
10

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya di atas maka dalam

peneltian ini digunakan varaibel penelitian seperti struktur modal, pertumbuhan

perusahaan,profitabilitas, dan nilai perusahaan. Perbedaan mendasar dengan

penelitian sebelumnya adalah penggunaan profitabilitas sebagai variabel

intervening endogen, Digunakan variabel profitabiltas sebagai variabel

intervening endogen guna mengetahui apakah provitabiltas dapat memperkuat

atau memperlemah pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan

terhadap nilai perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang akan

menjadi permasalahan dlam penelitian ini :

1) Apakah struktur modal berpengaruh terhadap profitabilitas pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia ?

2) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas

pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia ?

3) Apakah struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia ?

4) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek

Indonesia?

5) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia ?


11

6) Apakah Sumber Modal Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan melalui

Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek

Indonesia ?

7) Apakah Pertumbuhan Perusahaan Berpengaruh terhadap Nilai

Perusahaan melalui Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Automotive di

Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan :

1) Menganalisis Pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia.

2) Menganalisis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap profitabiltas

pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia.

3) Menganalisis pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia.

4) Menganalis pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap nilai

perusahaan pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek

Indonesia.

5) Menganalis pengaruh profitabiltas terhadap nilai perusahaan pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia.

6) Menganalisis pengaruh Struktur Modal terhadap Nilai Perusahaan Melalui

Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek

Indonesia
12

7) Menganalisis pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai

Perusahaan melalui Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Automotive di

Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran dan pemahaman

yang lebih mendalam mengenai pengaruh struktur modal dan

pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan,

serta sebagai referensi bagi penelitian-penelitian yang serupa di masa

yang akan dating.

2) Manfaat Praktis

Hasli penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para manajer

dalam upaya memaksimalkan nilai perusahaan sebagai tujuan utama

perusahaan
13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Nilai Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan

mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang dan

atau jasa untuk dijual (Salvatore,2005). Peusahaan ada karena akan menjadi sangattidk

efisien dan mahak bagi pengusaha untuk masuk dan membuat kontrak dengan pekerja

dan para pemilik modal, tanah dan sumber daya lain untuk setiap tahap produksi dan

distribusi yang terpisah. Sebaikknya, pengusaha biasanya masuk dalam kontrak yang

besar dan berjangka panjang dengan tenaga kerja untuk mengerjakan berbagai tugas

dengan upah tertentu dan berbagai tunjangan lain. Kontrak yang umum semacam ini jauh

lebih murah ketimbang sejumlah kontrak spesifik dan sangat mengguntungkan baik bagi

pengusaha maupun pekerja dan pemilik sumber daya lain. Perusahaan ada karena untuk

menghemat biaya transaksi semacam itu. Dengan meninternalisasi berbagai transaksi

(yaitu dengan menjalankan berbagai fungsi dalam perusahaan), perusahaan juga

menghemat pajak penjualan dan menghindari control harga dan peraturan pemerintah

yang berlaku hanya untuk transaksi antar perusahaan.

Semula teori perusahaan didasarkan pada asumsi bahwa maksud atau tujuan

perusahaan adalah memaksiumkan laba sekarang atau jangka pendek. Akan tetapi,

berdasarkan pengamatan perusahaan sering kali mengorbankan laba jangka pendek untuk

meningkatkan laba masa depan atau jangka panjang. Karena baik keuntungan jangka

pendek maupun jangka panjang sangat penting, teori perusahaan (theory of the firm)

sekarang mempostulatkan bahwa maksud atau tujuan utama perusahaan adalah untuk
14

memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Hal ini

mencerminkan dari nilai sekarang atas semua keuntungan perusahaan yang diharapkan di

masa depan.

Nilai dari perusahaan bergantung tidak hanya pada kemampuan menghasilkan

arus kas, tetapi juga bergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari

perusahaan yang diambil alih. Beberapa variable kuantitatif yang sering digunakan untuk

memperkirakan nilai perusahaan sebagai berikut :

1) Nilai Buku

Nilai Buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai

shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung

dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham

beredar. Adapun komponen dari shareholders equity yaitu agio saham

(paidup capital in excess of par value) dan laba ditahan (retained earning).

2) Nilai Appraisal

Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal

independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sagat

beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya

penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya

karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan

kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam

menghasilkan earnings dan kemudian nilai going concern dari suatu

perusahaan. Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan akan

bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode

penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu
15

seperti dalam perusahaan keuangan,perusahaan sumber daya alam atau bagi

suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kerugian dari nilai

appraisal akan menhasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang

berdasarkan appraiser independent juga akan menghasilkan pengurangan

good-will dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal.

Good-will dihasilkan sewaktu nilai pembelian suatu perusahaan melebihi

nilai buku dari aktivanya.

3) Nilai Pasar Saham

Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah

pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila

saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas

diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai

pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering

dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat

berubah secara cepat. Factor analisis berkompetisi dengan pengaruh

spekulatif murni dan berhubungan dengan sentiment masyarakat dan

keputusan pribadi.

4) Nilai “Chop-shop”

Pendekatan “Chop-Shop” untuk valuasi pertama kali diperkenalkan oleh

Dean lebaron dan Lawrence Speidell of Batterymarch Financial

Management. Secara khusus,ia menekankan untuk mengidentifikasi

perusahaan multi industry yang dibawah nilai akan bernilai lebih apabila

dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan ini mengkonseptualisasikan

praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan

mereka.
16

5) Nilai Arus Kas


Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat mengestimasi
arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan sebagai
hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan
menentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh
perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi
untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tigajenis
penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value),
nilai pasar (market value) dan nilai intristik ( intrinsic value). Nilai buku
merupakan nilai saham menurut pembukuan wmiten. Nilai pasar merupakan
pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsic merupakan nilai
sebenarnya dari saham.

Tujuan utama perusahaan menurut theory of the firm adalah intuk

memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm) (Salvatore,2005).

Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu perusahaan, karena

dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga memaksimalkan kemakmuran

pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan (Euis dan Taswan,2002).nilai

perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila

perusahaan tersebut dijual. Sedangkan menurut Keown (2004) nilai perusahaan

merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.

Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan

perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi

membuat nilai perusahaan juga tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar

percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek

perusahaan di masa depan

Menurut Brigham & Houston (2001) terdapat beberapa pendekatan analisis rasio

dalam penilaian market value, terdiri dari pendekatan price earning ratio (PER), price
17

book value ratio (PBRVR), market book ratio (MBR), deviden yield ratio, dan deviden

payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini nilai perusahaan diukur dengan PBV.

Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau price book value (PBV),

menunujukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relative terhadap

jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang

tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin

berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan

menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang saham

berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono,2001), seara sederhana menyatakn

bahwa price to book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan

untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Rasio ini dihitung

dengan formula sebagai berikut (Robert,1997):

Ps
PBV =
BSV

Ps merupakan harga pasar saham dan BVS merupakan nilai buku perlember

saham (book value per share). BVS digunakan untuk mengukur nilai shareholders quity

dengan jumlah saham yang beredar. PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai

berikut :

1) Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relative stabil yang dapat

diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya

dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book

value sebagai perbandingan


18

2) Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua

perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan

yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.

3) Perusahaan-perusahaan dengan earning negative, yang tidak bisa dinilai

dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi

menggunakan price book value ratio (PBV)

2.1.2 Struktur Modal

Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Franco

Modiligliani dan Merton Milner ( selanjutnya disebut MM) menerbitkan apa yang disebut

sebagai salah satu artikel keuangan paling mempengaruhi yang pernah ditulis. MM

membuktikan, dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi, bahwa nilai sebuah

perusahaan tidak terpengaruh oleh struktur modalnya. Atau dengan kata lain, hasil yang

diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahhab akan mendanai

operasina tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah suatu hal yang tidak

relevan. Akan tetapi, studi MM didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak

realistic,termasuk hal-hal berikut: 1) tidak ada biya pialang, 2) tidak ada pajak, 3) tidak

ada biaya kebangkrutan, 4) investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan

perusahaan, 5) semua investor mmemiliki informasi yang sama dengan manajemen

tentang peluang-peluang investasi perusahaan dimasa depan, 6) EBIT tidak terpengaruh

oleh penggunaan hutang.

Meskipun beberapa asumsi di ats jelas-jelas merupakan suatu hal yang tidak

realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti yang sangat penting. Dengan

menunjukkan kondisi-kondisi di mana struktur modal tersebut tidak relevan, MM juga

telah memberikan petunjuk mengenai hal-hal apa yang dibutuhkan agar membuat struktur
19

modal menjadi relevan yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil

karya MM menandai awal penelitian struktur modal modern, dengan penelitian

selanjutnya berfokus pada melonggarkan asumsi-asumsi MM guna mengembangkan

suatu teori struktur modal yang lebih realistis.

1) Pengaruh Perpajakan

MM Menerbitkan makalh lanjutan pada tahun 1963 di mana di

dalamnya mereka melonggarkan asumsi tidak adanya pajak

perusahaan. Peraturan perpajakan memperbolehkan perusahaan

untuk menggurangkan pembayran bunga sebagai suatu beban, akan

tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat

menjadi penggurangan pajak. Perbedaan perlakuan ini mendorong

perusahaan menggunakan hutang dalam struktur modalnya. Tentu

MM mendemontrasikan bahwa jika seluruh asumsi mereka lain yang

tetap berlaku, perlakuan yang berbeda ini akan mengarah pada

terjadinya suatu situasi dimana perusahaan didanai 100 persen oleh

hutang.

2) Pengaruh Potensi Terjadinya Kebangkrutan.

Hasil irelavansi MM juga tergantung pada asumsi bahwa perusahaan

tidak akan bangkrut, sehingga tidak aka nada biaya kebangkrutan.

Namun kebangkrutan pada praktiknya terjadi, dalam hal ini sangat

mahal biayanya. Perusahaan yang bangkrut akan memiliki beban

akuntansi dan hukun yang sangat tinggi, dan juga mengalami

kesulitan untuk mempertahankan pelanggan, pemasok dan

karyawannya. Masalah-masalah yang berhubungan dengan

kenagkrutan kemungkinan besar akan timbul ketika sebuah


20

perusahaan memasukkan lebih banyak hutang dalam struktur

modalnya. Karena itu, biaya kebangkrutan menahan perusahaan

mendorong penggunaan hutangnya hingga ke tingkat yang berlbihan.

3) Teori Pertukaran

Fakta bahwa bunga adalah beban penggurangan pajak menjadikan

hutang lebih murah daripada saham biasa atau saham preferen.

Akibatnya, secara tidak langsung pemerintah akan menbayarkan

sebagian biaya dari modal hutang, atau dengan cara lain, hutang

memberikan manfaat perlindungan pajak. Semakin banyak

perusahaan meggunakan hutang, maka semakin tinggi nilai dan harga

sahamnya, menurut asumsi tulisan Moddigliani Miller dengan pajak,

harga saham sebuah perusahaan akan mencapai nilai maksimal jika

perusahaan sepenuhnya menggunakan hutang 100 persen. Dalam

dunia nyata, perusahaan jarang menggunakan hutang 100 persen.

Alas an utama perusahaan mebatasi penggunaan hutang adalah untuk

menjaga biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan tetap

rendah.

4) Teori Persinyalan

MM berasumsi bahwa investor memiliki informasi yang sama

tentang prospek sebuah perusahaan seperti para manajernya, hal ini

disebut informasi simetris (symmetric information). Namun

kenyataanya, para manajer seringkali memiliki informasi yang lebih

daripada pihak luar. Hal ini disebut informasi asimetris (asymmetric

information), dan memiliki pengaruh yang penting pada struktur

modal yang optimal.


21

5) Menggunakan Pendanaan Hutang untuk Membatasi Manajer.

Perusahaan dapat mengurangi arus kas yang berlebihan dengan

beragam cara. Salah satunya adalah dengan menyalurkan kembali

kepada pemegang saham melalui deviden yang lebih tinggi atau

pembelian kembali saham. Alternatif yang lain adalah untuk

mengubah struktur modal ke arah hutang dengan harapan adanya

persyaratan penutupan hutang yang lebih tinggi akan memaksa

manajer untuk lebih disiplin. Jika hutang tidak tertutupi seperti yang

diharuskan, perusahaan akan terpaksa dinyatakan bangkrut.

Pembelian melalui hutang (laverage buyout-LBO) adalah satu cara

untuk mengurangi kelebihan arus kas, dalam suatu LBO hutang

digunakan untuk mendanai pembelian saham sebuah perusahaan,

dimana selanjutnya akan dimiliki secara pribadi.

Sruktur keuangan adalah cara bagaimana perusahaan mebiayai aktivanya dan

dapat dilihat pada seluruh sisi kanan dari neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang, dan modal pemegang saham. Sedangkan struktur modal

perusahaan adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari jangka panjang, saham

preferen, dan modal pemegang saham. Jadi, struktur modal suatu perusahaan hanya

merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Sedangkan struktur modal adalah bauran

(proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh hutang,

ekuitas saham preferen, dan saham biasa.

Pada dasarnya, keputusan pendanaan (financing) perusahaan berkaitan dengan

penentuan sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai usulan-usulan

investasi yang telah diputuskan sebelumnya. Pemenuhan kebutuhan dana tersebut dapat
22

disediakan atau diperoleh dari sumber internal maupun eksternal perusahaan. Apabila

perusahaan memenuhi kebutuhan kebutuhan dananya dari sumber internal, maka

perusahaan tersebut melakukan pendanaan internal (internal financing) yaitu dalam

bentuk laba ditahan sebaliknya, jika perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari

sumber eksternal, maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan eksternal (external

financing). Pemenuhan kebutuhan dana secara ekternal dipisahkan menjadi 2 yaitu

pembiayaan hutang (debt financing) dan pendanaan modal sendiri (equity financing).

Pembiayaan hutang diperoleh melalui pinjaman, sedangkan pendanaan modal sendiri

berasal dari emisi atau penerbitan saham.

Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang

jangka panjang dengan modal sendiri. Oleh karena itu, struktur modal diukur dengan debt

to equity ratio ( DER). DER merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat

leverage (penggunaan hutang) terhadap total shareholder’s equityyang dimiliki

perusahaan. Secara matematis DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Robert,1997):

Total Hutang
DER =
Total Ekuitas

Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka

panjang) sedangkan total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal

saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini

menunjukkan komposisi atau struktur modal dari totalpinjaman (hutang) terhadap total

modal yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total

hutang (jangka pendek dan jangka panjang0 semakin besar dibandingkan dengan total

modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar

(kreditur).(Robert,1997).
23

2.1.2.1 Trade off Theory

Selain teori yang telah dikemukakan oleh MM masih terdapat teori struktur

modal yang lain yang membahas hubungan antara struktur modal dengan nilai

perusahaan. Model trade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan

merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan

biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Esensi trade-off

theory dalam struktur modal adalah meyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang

timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar,tambahan hutang

masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar,

maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory telah

mempertimbangkan bebagai factor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan

personal tax, dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal

tertentu (Husnan, 2000). Kesimpulannya adalah penggunaan hutang akan meningkatkan

nilai perusahhaan tetapi hanya pada titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan

hutang justru menurunkan nilai perusahaan. Walaupun model trade-off theory tidak dapat

menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan

kontribusi penting yaitu:

1) Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan

sedikit hutang.

2) Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak

menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak

rendah.
24

2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total asset dimana pertumbuhan

asset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan

asset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan dating dan pertumbuhan

yang dating (Taswan,2003). Growth adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total

aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan asset dihitung sebagai persentase

perubahan asset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi,2004). Berdasarkan

difinisi di atas dapat dijelaskan Growth merupakan perubahan total asset baik berupa

peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu

tahun).

Pertumbuhan asset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan

mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang meyakini bahwa persentase perubahan total

aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam mengukur growth perusahaan

(Putrakrisnanda,2009). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proprsi

kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari

proporsi perubahan asset, untuk membandingkan kenaikan atau penurunan atas total asset

yang dimiliki oleh perusahaan.

Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh

perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaanya. Dalam

hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaanya agar tidak terjadi biaya

keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan,

sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah menggunakan hutang


25

sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan

tersebut membayar bunga secara teratur.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki

kecendrungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan

kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya

modal rendah, oleh sebab itu, leverage memiliki hubungan negative dengan tingkat

pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah pula rasio

hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain konstan.

2.1.4 Analisis Rasio

Kinerja keuangan perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu

perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu peralatan tertentu, berupa alat analisis. Alat

analisis yang dimaksud adalah rasio-rasio keuangan. Laporan keuangan akan melaporkan

posisi perusahaan pada suatu titik tertentu maupun operasinya selama suatu periode di

masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan

bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan

deviden di masa depan.

Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis

laporan keuangan sedangkan sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan

bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun

yang lebih penting lagi, sebagai titik awal untuk melakukan perenanaan langkah-langkah

akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.


26

1) Rasio Likuiditas

Aktiva likuid adalah aktiva yang diperdagangkan dalam suatu pasar yang

akan aktif sehingga akibatnya dapat dengan cepat diubah menjadi kas dengan

menggunakan harga pasar yang berlaku.

Aktiva lancar umumnya meliputi kas, sekuritas, hutang usaha, dan

persediaan. Kewajiban lancar terdiri atas hutang usaha, wesel tagih jangka

pendek, hutang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak, dan

beban-beban akrual lannnya (terutama Gaji).

Jika perusahaan megalami kesulitan keuangan, perusahaan akan

membayar tagihan-tagihannya (hutang usaha) secara lebih lambat, meminjam

dari bank, dan seterusnya. Jika kewajiban lancar meningkat secara lebih cepat

dari aktiva lancar, rasio lancar akan turun, dan hal ini pertanda adanya

masalah. Karena rasio lancar merupakan indikator tunggal terbaik dari

sampai sejauh mana klaim dari indikator jangka pendek telah ditutupi oleh

aktiva-aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi kas dengan cukup tepat,

rasio ini merupakan ukuran solvabilitas jangka pendek yang paling sering

digunakan.

2) Rasio Manajemen Aktiva

Rasio manajemen aktiva (asset manajement ratio), mengukur seberapa

efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio-rasio ini dirancang untuk

menjawab pertanyaan sebagai berikut : apakah jumlah total dari tiap-tiap

jenis aktiva seperti yang dilapokan dalam neraca terlihat wajar, terlalu tinggi,

atau terlalu rendah jika dibandingkan dengan tingkat penjualan yang

diproyeksinya?. Rasio perputaran persediaan dinyatakan sebagai penjualan

dibagi persediaan.
27

A. Mengevaluasi hutang ( jumlah hari penjualan belum tertagih)

Jumlah dari penjualan belum tertagih ( days sale outstanding), digunakan

untuk menilai hutang, dan dihitung dengan membagi hutang dengan

jumlah hari penjualan rata-rata untuk menemukan berapa hari penjualan

masih dicatat dalam hutang. Jadi DSO, mecerminkan rata-rata rentang

waktu perusahaan harus menunggu auntuk menerima kas setelah

melakukan penjualan.

B. Mengevaluasi aktiva tetap (rasio perputaran aktiva tetap)

Rasio perputaran aktiva tetap mengukur seberapa efektifkah perusahaan

mempergunakan pabrik dan peralatannya. Ini merupakan rasio dari

penjualan aktiva bersih.

3) Rasio Manajemen Hutang

Seberapa jauh sebuah perusahaan menggunakan pendanaan melalui

hutang atau pengungkit keuangan (financial laverage). Memiliki tiga aplikasi

yang penting: 1) dengan memperoleh dana memalui hutang, para pemegang

saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut

sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan, 2) kreditor akan melihat

pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai satuan batasan

keamanan, sehingga mungkin tinggi proporsi dari jumlah modal yang

diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang harus

dihadapi kreditor, 3) jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang

didanai dari hasil pinjaman lebih besar dari pada bunga yang dibayarkan,

maka pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau diungkit.


28

Perusahaan-perusahaan yang dimiliki rasio hutang relative tinggi ketika

perekonomian berada pada posisi normal, namun memiliki rasio kerugian

ketika ekonomi mengalami resesi. Oleh sebab itu, keputusan akan

penggunaan hutang mengharuskan perusahaan meyeimbangkan tingkat

ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi dengan risiko yang meningkat.

Rasio total hutang terhadap total aktiva, yang umumnya disebut sebagai rasio

hutang, akan mengukur persentase dari dana yang diberikan kreditor. Total

hutang meliputi kewajiban lanvar dan hutang jangka panjang. Kreditor lebih

menyukai rasio hutang yang lebih rendah karena semakin rendah angka

rasionya, maka semakin besar peredaman dari kerugian yang dialami kreditor

jika terjadi likuidasi. Pemegang saham, di lain pihak, mungkin menginginkan

lebih banyak leverage karena akan memperbesar ekspektasi keuntungan.

A. Kemampuan untuk membayar bunga (rasio kelipatan pembayaran bunga)

Rasio kelipatan pembayaran bunga mengukur sejauh mana laba operasi

dapat menurun sebelum perusahaan tidak mampu lagi membayar bunga

tahunannya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini akan dapat

mengakibatkan adanya tuntutan hukum oleh kreditor perusahaan yang

kemungkinan akan menyebabkan kebangkrutan.

B. Kemampuan untuk melayani hutang (rasio cakupan EBITDA)

Rasio time interest earned akan berguna dalam menilai kemampuan

sebuah perusahaan memenuhi beban bunga atas hutangnya, akan tetapi

rasio ini memiliki dua kelemahan: 1) bunga bukanlah satu-satunya beban

keuangan yang bersifat tetap, dan banyak perusahaan menyewa aktivanya

dan akibatnya harus melakukan pembayaran sewa. Jika gagal membayar

kembali hutang atau melunasi pembayaran sewanya, perusahaan terpaksa


29

harus menyatakan bangkrut. 2) EBIT tidaklah mencerminkan seluruh

arus kas yang tersedia untuk melayani hutang, terutama perusahaan yang

memiliki beban depresiasi dan amortisasi yang tinggi. Untuk

memasukkan kelemahan-kelemahan ini, para banker dan pihak lainnya

telah mengembangkan rasio keukupan EBITDA.

4) Rasio Profitabilitas

Menurut Brigham & Houston (2006), profitabilitas dapat diukur dengan

beberaparasio keuangan (rasio profitabilitas) yaitu :

A. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales), yang dihitung

dengan membagi laba bersih dengan penjualan, akan menunjukkan laba

per nilai penjualan:

B. Kemampuan dasar untuk menghasilkan laba (basic earning power-BEP),

dihitung dengan membagi keuntungan sebelum beban bunga dan pajak

(EBIT) dengan total aktiva.

C. Tingkat pengembalian total aktiva, rasio antara laba bersih terhadap total

aktiva mengukur tingkat pengembalian total aktiva (return on assets-

ROA) setelah beban bunga dan pajak.

D. Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa, rasio laba bersih terhadap

ekuitas saham biasa, dimana mengukur tingkat pengembalian atas

investasi dari pemegang saham biasa.

5) Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar akan menghubungkan nilai saham perusahaan pada

laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Rasio-rasio ini dapat

memberikan indikasi kepada manajemen mengenai yang dipikirkan oleh para


30

investor tentang kinerja masa lalu dan prospek perusahaan di masa

mendatang. Jika rasio-rasio likuditas, manajemen aktiva, manajemen hutang,

dan profitabilitas semuanya terlihat baik, maka rasio-rasio nilai pasarnya juga

akan tinggi, dan harga saham kemungkinan juga akan tinggi sesuai harapan.

A. Rasio harga/laba rasio harga/laba (price/earning) menunjukkan

seberapa banyak uang yang rela dikeluarkan oleh investor untuk

membawa setiap dollar laba yang dilaporkan.

B. Rasio harga/arus kas. Di beberapa industry, harga saham akan lebih

terikat pada arus kas daripada laba bersih.

C. Rasio nilai pasar/nilai buku. Rasio atas harga pasar saham terhadap

nilai bukunya juga akan memberikan indikasi yang lain tentang

bagaimana investor memandang perusahaan. Perusahaan dengan

tingkat pengembalian ekuitas yang relative tinggi biasanya menjual

dengan perkaliannya rendah.

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola

perusahaan. Ukuran profitabilitas perusahaan dapat berbagai macam seperti : laba

operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian

ekuitas pemilik. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio

rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Rasio ini dapat dibagi atas enam jenis yaitu :


31

1). Gross Profit Margin (GPM)

Gross Profit Margin (GPM) berfungsi untuk mengukur tingkat pengembalian keuntungan

kotor terhadap penjualan bersihnya. GPM dapat diketahui dengan perhitungan sebagai

berikut (Robert,1997).
Gross Profit
GPM =
Net Sales

Gross profit adalah net sales dikurangi dengan harga pokok penjualan, sedangkan net

sales total penjualan bersih selama satu tahun. Nilai GPM berada diantara 0 dan 1. Nilai

GPM semakin mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan

untuk penjualan dan semakin besar juga tingkat pengembalian keuntungan.

2). Net profit Margin (NPM)

NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjulan

bersihnya (Robert,1997)

Net Income After Tax


NPM =
Net Sales

Nilai NPM ini juga berada diantara 0 dan satu. Nilai NPM semakin besar mendekati satu,

maka berari semakin efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar

tingkat kembalian keuntungan bersih.

3). Operasional Return On Assets (OPROA)

OPROA digunakan untuk mengukur tingkat kembalian dari keuntungan operasional

perusahaan terhadap seluruh asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

operasional tersebut.
Operating Income
OPROA =
Average
𝑂 Total Asset
32

Operating income merupakan keuntungan operasional atau disebut juga laba usaha. -

Average total assets merupakan rata-rata dari total asset awal tahun dan akhir tahun. Jika

total asset awal tahun tidak tersedia, maka total asset akhir tahun dapat digunakan.

4). Return On Assets ( ROA)

ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan

keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio

yang terpenting diantara rasio profitabilitas yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga

Return on Investment (ROI) (Robert,1997).

Net Income After Tax


ROA =
Average Total Asset

5). Return on equity (ROE)

Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas pemilik

perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Return on equity

atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang

tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Sartono,2001). ROE secara eksplisit

memperhitungkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan return bagi pemegang

saham biasa setelah memperhitungkan bunga (biaya hutang) dan biaya saham preferen.

Seperti diketahui, pemegang saham mempunyai klaim sisa atas keuntungan yang

diperoleh perusahaan pertama akam dipakai untuk membayar bunga hutang kemudian

saham preferen baru kemudian ke pemegang saham biasa (Helfert,1996). Return on

equity merupakan rasio yang sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common

stockholder), karena rasio ini menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh

manajemen dari modal yang disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE
33

menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya pertumbuhan

ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi

peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor

sebagai sinyal positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor

serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk

saham. Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara

tidak langsug akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal. Oleh karena itu

dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on equity yang

dapat dirumuskan seagai berikut (Sartono,2001):

Laba Setelah Pajak


ROE =
Modal Sendiri

6). Earning Power

Earning Power adalah hasil kali net profit margin dengan perputaran aktiva. Earning

Power merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

aktiva yang digunakan. Rasio ini menunjukkan pula tingkat efisiensi investasi yang

Nampak pada tingkat perputaran aktiva. Apabila perputaran aktiva meningkat dan net

profit margin tetap maka earning power juga meningkat. Dua perusahaan mungkin akan

mempunyai earning power yang sama meskipun perputaran aktiva dan net profit margin

keduanya berbeda.

2.1.6 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas

Pemilik sebuah perusahaan mungkin dapat mempergunakan hutang yang

berjumlah relative besar untuk membatasi manajernya. Rasio hutang yang tinggi akan

meningkatkan ancaman kebangkrutan untuk menjadi lebih berhati-hati dan tidak

menhambur-hamburkan uang para pemegang saham. Kebanyakan pengambilalihan


34

perusahaan dan pembelian melalui hutang dirancang untuk meningkatkan efisiensi

dengan mengurangi arus kas bebas yang tersedia bagi para manajer (Brigham & Houston,

2004). Pembelanjaan yang dilakukan oleh manajer keuangan akan membentuk struktur

keuangan yang dapat menunjukkan komposisi perbandingan sumber dana perusahaan

dalam membiayai operasional perusahaan. Bagi setiap perusahaan, keputusan dalam

pemilihan sumber dana merupakan hal penting sebab hal tersebut akam mempengaruhi

struktur keuangan perusahaan, yang akhirnya akan mempengaruhi profitabilitas. Sumber

dana perusahaan dicerminkan oleh modal asing dan modal sendiri yang diukur dengan

debt to equity ratio (DER). Jika DER semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan

untuk mendapatkan profitabilitas akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai

hubungan negative dengan profitabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Denise dan Robert (2009), menemukan bahwa

strategi investasi yang berdasarkan kepemilikan modal dari dalam perusahaan (modal

sendiri) memiliki hubungan positif terhadap profitabilitas perusahaan, artinya jika

perusahaan memperoleh hasil yang lebih besar dari dana yang dipinjam daripada yang

harus dibayar sebagai bunga, maka hasil pengembalian berupa profit untuk para pemilik

akan meningkat. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumasari et al (2009) menemukan

bahwa pengaruh struktur modal berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Safieddine dan Titman (1997) menemukan

bahwa kinerja keuangan perusahaan yang meningkat seiring dengan rekapitalisasi

peningkatan laverage.

2.1.7 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas

Salah satu cara pengukuran kinerja perusahaan dapat dilihat dari tingkat

profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan memperoleh laba dalam hubungannya


35

dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Growth mempengaruhi

profitabilitas, melalui asset yang dimiliki sehingga berpengaruh terhadap produktivitas

dan efisiensi perusahaan yang pada akhirnya berpengaruh pada profitabilitas. Total asset

dipilih sebagai ukuran Growth dengan mempertimbangkan nilai asset relatif stabil

dibandingkan nilai market capitalized dan penjualan (Shudarmadji,2007). Penelitian yang

dilakukan oleh Sriwardany (2006) membuktikan bahwa pertumbuhan asset berpengaruh

negatif terhadap kinerja keuangan dan kusumasari et al. (2009) membuktikan bahwa

pertumbuhan asset berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan.

2.1.8 Pegaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan

Pada tahun 1958 Modigliani dan Milner (MM) menunjukkan bahwa nilai suatu

perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modal, bukti tersebut dengan berdasarkan

serangkaian asumsi antara lain, tidak ada biaya broker (pialang), tidak ada pajak, tidak

ada kebangkrutan, para investor dapat meminjam dengan tingkat suku bunga yang sama

dengan perseroan, semua investor mempunyai informasi yang sama, EBIT tidak

dipengaruhi oleh biaya hutang. Hasil tersebut menunjukkan kondisi-kondisi dimana

struktur modal tidak relevan, MM juga memberikan petunjuk agar struktur modal

menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai perusahaan (Brigham dan

Houston,2001).

Pada tahun 1963 MM menerbitkan makalah lanjutan yang melemahkan asumsi

tidak ada pajak perseroan. Peraturan perpajakan memperbolehkan pengurangan bunga

sebagai beban, tetapi pembayaran deviden kepada pemegang saham tidak dapat

dikurangi. Hasil penelitian mendorong perusahaan untuk menggunakan hutang dalam

struktur modal. Kesimpulan ini diubah oleh Miller ketika memasuki efek dari pajak

perseroan. Miller berpendapatan bahwa investor bersedia menerima pengembalian atas


36

saham sebelum pajak yang relative rendah dibandingkan dengan pengembalian atas

obligasi sebelum pajak (brigham dan Houston, 2001).

Hasil-hasil MM yang tidak relevan juga tergantung pada asumsi tidak adanya

biaya kebangkrutan. Perusahaan yang bangkrut mempunyai biaya hukum dan akuntansi

yang tinggi, dan mereka juga sulit untuk menahan pelanggan, pemasok dan karyawan.

Bahkan kebangkrutan sering memaksa suatu perusahaan melikuidasi atau menjual

hartanya dengan harga dibawah harga seandainya perusahaan beroprasi. Biaya yang

terkait dengan kebangkrutan, yaitu: 1) profitabilitas terjadinya, 2) biaya-biaya yang

timbul bila kesulitan keuangan akan muncul. Perusahaan yang labanya lebih labil, bila

semua hal lain sama, menhadapi biaya kebangkrutan yang lebih besar sehingga harus

lebih sedikit hutang daripada perusahaan yang stabil (Brigham dan Houston,2001).

Teori trade-off dari laverage adalah teori yang menjelaskan bahwa struktur

modal yang optimal ditemukan dengan menyeimbangkan manfaat dari pendanaan dengan

hutang (perlakukan pajak perseroan yang menguntungkan) dengan suku bunga dan

kebangkrutan yang lebih tinggi (Brigham dan Houston,2001). Biaya dari hutang

dihasilkan dari 1) peningkatan kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh

kewajiban hutang yang tergantung pada risiko bisnis dan risiko keuangan, 2) biaya agen

dan pengendalian tindakan perusahaan, 3) biaya yang berkaitan dengan manajer yang

mempunyai informasi yang lebih banyak tentang prospek perusahaan daripada investor

(Sriwardany, 2006).

Jika pendekatan Modigliani dan Miller dalam kondisi ada pajak penghasilan

perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena penggunaan hutang yang

semakin besar. Tetapi perlu diingat bahwa bila sekarang dari financial distress dan nilai
37

sekarang adalah agrncy cost dapat mengakibatkan menurunnya nilai perusahaan yang

memiliki laverage (Sartono,2001).

Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah

titik optimal maka setiap penambahan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan.

Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap

penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, dengan asumsi

titik target struktur modal optimal belum tercapai, maka berdasarkan trade-off theory

memprediksi adanya hubungan yang positif terhadap nilai perusahaan.

Solihah dan Taswan (2002) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan

hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Driffield et

al (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan

untuk struktur kepemilikan terhadap leverage (DAR) dan nilai perusahaan (Tobin’Q) di

Indonesia,Korea,Malaysia, dan tidak signifikan di Thailand. Penelitian yang dilakukan

Syarif (2007) menemukan bahwa peningkatan hutang mampu meningkatkan nilai

perusahaan. Sedangkan penelitian dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Arijit (2008)

menunjukkan bahwa penggunaan laverage ternyata berdampak negative terhadap

kesempatan peningkatan nilai perusahaan di masa yang akan datang.

Ekayana (2007) dan Sujoko Soebiantoro (2007) yang menemukan bahwa

kebijakan hutang yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan ukuran perusahaan

yang diukur dengan total asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap price book

value (PBV). Sedangkan Chen (2002) menemukan bahwa struktur modal berpengaruh

secara positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, Chen juga membuktikan

bahwa nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan memilih tidak ada hutang pada

struktur modal pada perusahaan Belanda


38

2.1.9 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan

leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaanya agar tidak

terjadi biaya keagenan ( agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen

perusahaan, sebaliknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena

penggunaan hutang mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur.

Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi.

Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan

perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak

mebagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi

pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin

besar R&D cost-nya maka berarti ada propek perusahaan untuk tumbuh (Sartono,2001).

Kallapur dan Trombley (1999) Realisasi pertumbuhan perusahaan diukur dengan

nilai pertumbuhan perusahaan yang meliputi pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Aktiva

perusahaan menunjukkan keputusan pengunaan dana atau keputusan investasi pada masa

lalu. Aktiva didefinisikan sebagai sumber daya yang mepunyai potensi memberikan

manfaat ekonomis pada perusahaan dimasa yang akan datang. Sumber daya tersebut akan

diakui sebagai aktiva perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva tersebut sebagai

hasil transaksi atau pertukaran pada masa lalu dan manfaat ekonomis masa mendatang

bisa diukur, dikuanlifikasikan dengan tingkat ketepatan yang memadai.

Pertumbuhan adalah dampak atas arus dana perusahaan dari perubahan

operasional yang disebabkan oleh pertumbuhan atau penurunan volume usaha

(Helfert,1997). Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun

eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik member tanda bagi perkembangan
39

perusahaan. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan

tanda perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan investor pun akan

mengharapkan tingkat pengembalian (rate of return) dari investasi yang dilakukan

menunjukkan perkembangan yang baik.

Stulz (1990) menemukan bukti bahwa perusahaan yang menghadapi kesempatan

pertumbuhan yang rendah, maka rasio hutang berhubungan secara positif dengan nilai

perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menghadapi kesempatan pertumbuhan yang

tinggi, maka rasio hutang berhubungan secara negative dengan nilai perusahaan. Oleh

karena itu, pengaruh hutang terhadap nilai perusahaan sangat tergantung pada keberadaan

kesempatan pertumbuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Sriwardany (2006)

membuktikan bahwa pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap

harga perubahan saham, hal ini berarti bahwa informasi tentang adanya pertumbuhan

perusahaan akan direspon positif ileh investor, sehingga akan meningkatkan harga saham.

Sedangkan hasil berbeda ditemukan oleh Safrida (2008) membuktikan bahwa

pertumbuhan perusahaan berpengaruh negative namun tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan.

2.1.10 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan.

Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis

laporan keuangan sedangkan sudut pandang manajemen, analisis laporan keuangan akan

bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maun,

yang lebih penting lagi, sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah

akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.

Jika manajemen ingin memaksimalkan nilai sebuah perusahaan,maka harus

mengambil keuntungan dari kekuatan-kekuatan perusahaan dan memperbaiki kelemahan-


40

kelemahannya. Analisis laporan keuangan akan melibatkan membandingkan kinerja

perusahaan dengan kinerja perusahaan-perusahaan lain dalam industry yang sama dan

mengevaluasi tren posisi keuangan dari waktu ke waktu. Studi-studi ini akan membantu

manajemen mengidentifikasikan berbagai kekurangan yang mereka miliki dan kemudian

mengambil tindakan untuk meningkatkan kinerjanya (Brigham&Houston,2004).

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola

perusahaan. Robert (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas atau rasio

rantabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.

Dalam penelitian ini profitabilitas diukur dengan return on equity merupakan rasio yang

sangat penting bagi pemilik perusahaan (the common stockholder), karena rasio ini

menunjukkan tingkat kembalian yang dihasilkan oleh manajemen dari modal yang

disediakan oleh pemilik perusahaan. Dengan kata lain, ROE menunjukkan keuntungan

yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan

prospek perusahaan yang semakin baik karena berarti adanya potensi peningkatan

keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hal ini ditangkap oleh investor sebagai sinyal

positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor sebagai sinyal

positif dari perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan

mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham.

Apabila terdapat kenaikkan permintaan saham suatu perusahaan, maka secara tidak

langsung akan menaikkan harga saham tersebut di pasar modal.

Penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih dan Wirakusuma (2006) menemukan

bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan return on asset berpengaruh positif secara

statistis terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang lain yang mendukung adalah Sari

(2005) membuktikan bahwa factor-foktor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan


41

adalah kepemilikan manajerial, rasio laverage, interaksi laverage dengan investasi dan

interaksi profitabilitas dengan investasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan Caringsih

(2008) membuktikan bahwa ROA berpengaruh negatife terhadap nilai perusahaan

sedangkan ROE berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.1
Matrik Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variabel dalam Penelitian Hasil temuan
Nakman Harahap
1 (2003) Analisis pengaruh struktur struktur modal sangat berpengaruh
modal terhadap profitabilitas terhadap profitabilitas karena struktur
pada Industri Pulp and Paper modal yang digunakan perusahaan
yang masuk pasar modal untuk operasional menentukan profit
yang diinginkan
2 Mayangsari (2001) Analisis Faktor-faktor yang perusahaan yang memiliki kemampuan
Mepengaruhi Keputusan Pendaan menghasilkan laba lebih mungkin
Perusahaan : Pengujian Pecking menggunakan dana internal
Order Hyphotesis
3 Dwi Nurhayati (2003) Analisis pengaruh struktur Modal Struktur modal (total modal) terhadap
terhadap tingkat pengembalian return on investment (ROI) menyatakan
investasi pada PT. Pantjamitra bahwa return on investment (ROI)
Ichigojaya Malang tidak hanya dipengaruhi oleh struktur
modal saja.
4 Rina Oktavia (2011) pengaruh struktur modal terhadap variabel bebas berupa DER berpengaruh
profitabilitas pada UMKM "Bagus signifikan negatif terhadap ROE sebagai
Agriseta Mandiri variabel terikat sedangkan DAR dan LDER
berpengaruh positif terhadap ROE
5 Edi Ningsih (2004) Rasio keuangan dan prediksi Rasio indebteness/equity berpengaruh
Pertumbuhan Laba,Studi Empiris positif paling dominant terhadap
pada perusahaan Manufaktur pertumbuhan laba dua tahun ke depan
di BEJ
6 Marti (2005) Analisis Pengaruh Likuiditas, Struktur modal tidak berpengaruh
Struktur Modal dan Profitabilitas dignifikan terhadap profitabilitas
Industri terhadap Profitabilitas perusahaan
Perusahaan
Siregar & Utama
7 (2005) Pengaruh Struktur kepemilikan Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh
ukuran perusahaan, dan Praktek negatif signifikan terhadap besaran
Corporate Governance terhadap pengelolaan laba
pengelolaan Laba
(Earning Management)
8 Fitzsimons,Steffens, Growth and Profitability in Small Tidak ada hubungan yang konsisten dan
Douglas (2005) and Medium Sized Australian Firms jelas antara pertumbuhan perusahaan
dengan profitabilitas
42

No. Peneliti Variabel dalam Penelitian Hasil temuan


9 Aditya (2006) Studi Empiris Faktor-faktor yang Penelitian tersebut memiliki empat variabel
mempengaruhi struktur modal pada bebas yang berpengaruh secara parsial
perusahaan manufaktur di Bursa terhadap variabel terikat struktur modal
Efek Jakarta Periode Tahun yaitu variabel struktur aktiva,ukuran
2000-2003 perusahaan,profitabilitas dan likuiditas.
sedangkan untuk operating leverage dan
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap struktur
modal
10 Susetyo (2006) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Bisnis,Struktur Aktiva,Profitabilitas
Struktur Modal pada perusahaan dan ukuran perusahaan secara bersama
Manufaktur yang Go Public di BEJ sama berpengaruh signifikan terhadap
Periode 2000-2003 struktur modal. Risiko bisnis berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap struktur
modal. Struktur aktiva berpengaruh positif
dan signifikan terhadap struktur modal.
11 Noor (2007) Pengaruh Struktur Aktiva, Tingkat Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Pertumbuhan perusahaan,ukuran secara simultan variabel struktur aktiva,
perusahaan profitabilitas dan Cost tingkat pertumbuhan perusahaan,profitabilitas
of Equity Terhadap Struktur Modal. dan cost of equity memiliki pengaruh signifikan
populasi ini adalah perusahaan yang terhadap struktur modal perusahaan dan
terdaftar di Bursa Efek Jakarta secara parsial hanya variabel profitabilitas
periode 2004-2006 yang berpengaruh signifikan terhadap struktur
modal.
Pengaruh profitabilitas dan pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan
12 Ikbal,dkk (2011) kepemilikan hutang
Insider terhadap Nilai perusahaan dgn perusahaan bernilai negatif,secara statistik
kebijakan Hutang dan kebijakan
deviden temuan ini tidak signifikan,namun secara arah
sebagai Variabel Intervening pada hipotesis temuan ini mendukung hipotesis
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pecking order theory.demikian juga profitabilitas
di BEI berpengaruh positif terhadap kebijakan deviden
secara statistik penelitian ini tidak signifikan.
kemudian kebijakan hutang berpengaruh
signifikan terhadap kebijakan
deviden,profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan,sejalan dengan teori yang
kemukakan oleh MM,sementara itu kebijakan
hutang berpengaruh secara negatif terhadap
nilai perusahaan,kemudian pengaruh kebijakan
deviden terhadap nilai perusahaan tidak
signifikan
dan hasil penelitian ini tidak mendukung
hipotesis kebijakan deviden relevan yang
menyatakan bahwa deviden yang tinggi dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
43

No. Peneliti Variabel dalam Penelitian Hasil temuan


Gultom dan Syarif Pengaruh kebijakan Kebijakan leverage berpengaruh sangat
13 (2009) leverage,kebijakan signifikan
Deviden dan Earning per Share
terhadap terhadap nilai perusahaan,hasil penelitian ini
mendukung teori trade off dan konsisten
Nilai Perusahaan pada perusahaan dengan
manufaktur yang terdaftar di BEI temuan Modigliani dan Miller yang menyatakan
bahwa peningkatan hutang akan mampu
meningk
atkan nilai perusahaan,sebab pembayaran
bunga
yang dapat dikurangkan dari perhitungan pajak.
sedangkan kebijakan deviden dan EPS tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan.
14 Pakpahan (2010) Pengaruh Faktor-faktor Perusahaan Hutang perusahaan tidak berpengaruh terhadap
dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai nilai perusahaan, ROE berpengaruh terhadap
nilai perusahaan secara signifikan
perusahaan pada Perusahaan positif,deviden
Manufaktur di BEI Tahun 2003-2007) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.1.11 Hipotesis Penelitian

Struktur Modal
(X1)

Nilai Perusahaan
Profitabilitas (Z)
(Y)

Pertumbuhan
Perusahaan
(X2)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu serta gambar kerangka

piker penelitian maka dapat ditetapkan hipotesis penelitin sebagai berikut :


44

1. Diduga Struktur Modl berpengaruh negative terhadap Profitabilitas pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia.

2. Diduga Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negative Terhadap

Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek

Indonesia

3. Diduga Struktur Modal berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia

4. Diduga Pertumbuhan Perusahaan Berpengaruh negative terhadap Nilai

Perusahaan pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek

Indonesia.

5. Diduga Profitabilitas berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan pada

Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek Indonesia.

6. Diduga Strukutur Modal berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan

melalui Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Automotive di Bursa Efek

Indonesia.

7. Diduga Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negative terhadap Nilai

Perusahaan melalui Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Automotive di

Bursa Efek Indonesia.


45

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Menurut Sugiono (2011) data kuantitatif merupakan suatu karakteristik dari suatu

variabel yang nilai-nilainya dinyatakan dalam bentuk numerical.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Junis Penelitian ini adalah kausialitas yang bersifat kuantitatif dimana peneliti

dalam pengolahan data dengan melakukan perhitungan terhadap rasio keuangan

berdasarkan laporan keuangan automotive yang dijadikan sampel guna mengetahui

pengaruh dari variabel eksogen dengan variabel terpengaruh atau variabel endogen.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang telah dibuat oleh masing-

masing Automotive yang dijadikan sampel. Laporan keuangan tahunan yang diterbitkan

melalui Bursa Efek Indonesia.

3.3 Populasi dan Sampel

Pupulasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila ingin meneliti semua

elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi” (Arikunto, 2010). Menurut Sugiono (2010) “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimplannya.
46

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Perusahaan Automotive yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan periode laporan keuangan selama 6 tahun yaitu

tahun 2009 s.d tahun 2014.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu teknik dokumentasi yaitu dengan

mengumpulkan laporan keuangan tahunan periode 2009 s.d 2014.

Tabel 3.2
Sampel Penelitian Perusahaan Automotive Tahun 2009-2014

No EMITEN KODE
1 PT. Astra Internasional Tbk ASII
2 PT. Astra Otoparts Tbk AUTO
3 PT. Goodyear Indonesia Tbk GDYR
4 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk HEXA
5 PT. Indospring Tbk INDS
6 PT. Intraco Penta Tbk INTA
7 PT. Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN
8 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk MASA
9 PT. Nipress Tbk NIPS
10 PT. Selamat Sempurna Tbk SMSM
11 PT. Tigaraksa Satria Tbk TGKA
12 PT. Total Bangun Persada Tbk TOTL
13 PT. Tunas Ridean Tbk TURI
14 PT. Trias Sentosa Tbk TRST
15 PT. United Tractor Tbk UNTX
16 PT. Polychem Indonesia Tbk ADMG
Sumber : Indonesia Capital Market Directory Tahun 2009-2014

3.5 Definisi Operasional variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel eksogen yaitu : Struktur Modal

(X1) dan Pertumbuhan perusahaan (X2). Dan variabel endogen yaitu Profitabilitas (Y)

dan Nilai Perusahaan (Z)


47

Tabel 3.1
Definisi Operasionalisasi Variabel
Variabel Definisi Pengukuran Ukuran
Struktur Komposisi dan proporsi Perbandingan Rasio
Modal (X1) Utang jangka panjang total hutang yang
dan dimiliki dengan
Ekuitas ( saham preferen total ekuitas
Dan saham biasa) yang di kali 100%.
Ditetapkan perusahaan.
Pertumbuhan Seberapa jauh Total aktiva yang Rasio
Perusahaan perusahaan dimiliki
(X2) menempatkan diri dalam perusahaan pada
system ekonomi secara periode sekarang
keseluruhan dengan periode
sebelumnya
Di kali 100%
Profitabilitas Seberapa banyak Laba bersih Rasio
(Y) perusahaan yang telah setelah pajak
memperoleh dana atas terhadap modal
dana yang diinvestasikan sendiri dikali
oleh pemegang saham 100%
Nilai Rasio menilai suatu Rasio antara Rasio
perusahaan ekuitas berdasarkan nilai harga perlembar
(Z) bukunya. saham dengan
nilai buku
perlembar saham
dikali 100%

3.6 Teknik Analisa Data

1. Analisis Deskriptif

Dalam analisis deskriptif berturut-turut akan dijelakan tentang nilai rasio

terendah, nilai rasio tertinggi, nilai rasio rata-rata ( mean ), standar deviasi (

Standard deviation ).

2. Uji Normalitas Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

jalur (path analysis) skematik diagram struktur. Metode ini digunakan untuk

menganalisis pola hubungan antar variabel dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh langsung dan tidak langsung seperangkat variabel bebas

(eksogen) terhadap variabel terikat (endogen) (Riduwan dan Kuncoro, 2011).


48

Untuk memastikan apakah variabel-variabel yang diteliti dapat di

analisis dengan menggunakan analisis jalur (path analysis), maka terlebih

dahulu akan dilakukan uji normalitas dan uji linieritas.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model path

analisis, variabel pengganggu (residual) memiliki distribusi normal. Pengujian

normalitas dilakukan dengan multivariat, yaitu melihat nilai residual sebaran

data tiap variabel indikator. Bila nilai residual berada di antara -2 s.d +2

(Ghozali, 2011), maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal.

Lebih lanjut (Ghozali, 2011) menyatakan deteksi normalitas dapat

juga dilakukan dengan melihat penyebaran data (tiik) nilai residual pada

sumbu diagonal dari grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan

mengikuti garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

3. Uji Linieritas Data

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang kita miliki

sesuai dengan garis linier atau tidak. Uji linieritas dapat diketahui melalui

nilai Sig. pada Deviation from Linierity. Jika nilai Sig. pada Deviation from

Linierity > 0,05 maka hubungan anatar variable tersebut adalah linier (Tianto,

2015).

4. Analisis Jalur ( Path Analisis )

Analisis jalur (path analysis) merupakan suatu teknik analisis

statistika yang dikembangkan dari analisis regresi berganda. Analisis jalur

termasuk kedalam analisis multivariate karena melibatkan lebih dari dua

variabel. Adapun tujuan dari analisis jalur tersebut untuk mengetahui

hubungan struktural berbagai variabel eksogen (independen) dan variabel


49

endogen (dependen) serta besarnya pengaruh baik secara langsung

maupun tidak langsung serta pengaruh total dari model yang dibangun

dalam penelitian (Trianto, 2015).

Syarat penggunaan analisis jalur (path analysis) adalah (Riduwan

dan Kuncoro, 2011):

1. Hubungan sebab akibat.

2. Hubungan antar variabel harus linier dan aditif.

3. Semua variabel residu tidak mempunyai korelasi satu sama lain.

4. Pola hubungan antar variabel adalah adalah rekursif atau hubungan

yang tidak melibatkan arah pengaruh yang timbal balik.

5. Tingkat pengukuran semua data variabel adalah data interval.

6. Terdapat masukan korelasi yang sesuai.

Analisis jalur (path analysis) yang digunakan dalam penelitian ini

Skematik diagram struktur dengan formulasi persamaan ada dua struktual

yaitu struktur 1 dan struktur 2, sebagai berikut:

1. Y = βy X1 + βy X2 + e1

Struktur Modal
(X1)
Profitabilitas
(Y)
Pertumbuhan
Perusahaan
(X2)

Gambar 1. Struktural 1
50

2. Z = βz X1 + βz X2 + βz y + e2

Struktur
Modal
(X1)
Nilai
Profitabilitas Perusahaan
(Y) (Z)
Pertumbuhan
Perusahaan
(X2)

Gambar 2. Struktural 2

Struktur
Modal
(X1)
Nilai
Profitabilitas Perusahaan
(Y) (Z)
Pertumbuhan
Perusahaan
(X2)

Gambar 3. Struktural Utuh

Keterangan:

β merupakan notasi/lambang dari koefisien jalur (path coefficient) untuk

setiap variabel eksogen. Koefisien jalur menunjukkan pengaruh langsung

variabel eksogen terhadap variabel endogen. Sedangkan ɛ menunjukkan faktor

residual yang fungsinya menjelaskan pengaruh variabel lain yang telah

teridentifikasi oleh teori, tetapi tidak diteliti atau variabel lainnya yang belum
51

teridentifikasi oleh teori, atau muncul sebagai akibat dari kekeliruan pengukuran

variabel.

Sebuah diagram jalur, tanda panah yang berujung ganda (↔)

menunjukkan hubungan korelasional dan tanda panah satu arah (→)

menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh langsung dari variabel eksogen

(X) terhadap variabel endogen (Y). Jadi secara sistematik analisis jalur (path

analysis) mengikuti pola model struktural, sehingga langkah awal untuk

mengerjakan atau penerapan model analisis jalur (path analysis) yaitu dengan

merumuskan persamaan struktural dan diagram jalur yang berdasarkan kajian

teori tertentu.

3.1. Pengujian Hipotesis

Setelah model penelitian dibentuk dan bersih dari pengaruh inefisien

analisis jalur, selanjutnya untuk memperoleh kesimpulan, dilakukan pengujian

sebagai berikut:

1. Pengaruh Langsung

Pengaruh langsung adalah pengaruh dari variabel eksogen ke variabel

endogen yang langsung tanpa melalui variabel lain. Pada analisis jalur pengaruh

langsung ditunjukkan oleh bentuk panah satu arah lurus dari:

1. X1 → Y

2. X1 → Z

3. X2 → Y

4. X2 → Z

5. Y → Z
52

2. Pengaruh Tidak Langsung

Pengaruh tidak langsung ini terjadi jika variabel eksogen mempengaruhi

variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh tidak langsung

ditunjukkan oleh pengaruh dari:

1. X1 → Z melalui Y

2. X2 → Z melalui Y

Anda mungkin juga menyukai