Anda di halaman 1dari 4

I.

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan literatur Grist (1960), tanaman padi dalam sistematika tumbuhan(taksonomi)


diklasifikasikan ke dalam Divisio Spermatophyta, dengan Sub divisioAngiospermae, termasuk ke
dalam kelas Monocotyledoneae, Ordo adalah Poales,Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn,
dan Speciesnya adalah Oryza sativaL. Indonesia mempunyai lahan kering yang cukup luas dan tidak
termanfaatkan secara optimal. Adapun lahan kering yang dimaksud adalah lahan yang tidak
mempunyai saluran irigasi. Air yang terkandung hanya berasal dari air hujan yang ditahan oleh
partikel tanah. Oleh karena itu lahan kering pada umumnya mengalami kekeringan pada musim
kemarau. Sifat atau karakter lahan kering tersebut menyebabkan terbatasnya komoditas tanaman
budidaya yang dapat dikembangkan. Salah satu komoditas pangan yang dapat berproduksi di lahan
kering adalah padi gogo. Pengembangan padi gogo di lahan kering yang selama ini belum termanfaatkan
dengan optimal dapat menjadi salah satu solusi dalam menghadapi masalah ketahanan
pangan.Penurunan areal sawah akibat alih fungsi lahan yang berubah menjadi areal perumahan dan
pabrik industri, tingginya biaya membuka areal sawah baru, serta peruntukan airirigasi padi sawah
yang semakin terbatas menyebabkan padi gogo menjadi pentinguntuk dikembangkan (Hantoro,
2007).

Padi gogo merupakan salah satu ragam budidaya padi, yaitu penanaman padi dilahan kering. Selain padi
gogo, masih ada ragam budidaya padi yang lain, yaitu padisawah, padi rawa atau padi pasang surut
dan padi tadah hujan. Komposisi masing-masing ragam budidaya tersebut adalah padi sawah 63%,
padi gogo 14%, padi rawa3%, dan padi tadah hujan 20%. Padi gogo umumnya ditanam sekali setahun
pada awal musim hujan. Setelah penanaman padi gogo biasanya terus dilanjutkan dengan palawijaatau
jenis kacang-kacangan. Di beberapa daerah tadah hujan orang mengembangkanpadi gogo, suatu tipe
padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan sepertidi sawah. Di Lombok dikembangkan
sistem padi gogo rancah, yang memberikan penggenangan dalam selang waktu tertentu sehingga
hasil padi meningkat (Anonim,2012).

Beberapa sifat dalam bidang pertanian yang penting, seperti produksi tanaman,pertambahan bobot
hewan dan kandungan lemak daging hewan, merupakan contoh sifat 4 kuantitatif. Penelitian-penelitian
tentang model pewarisan sifat kuantitatif telah banyak dilakukan oleh ahli-ahli genetika pertanian. Sifat-
sifat kuantitatif dikontrol oleh banyak gen dan bersifat minor (minor polygenic), yang segregasinya
sesuai dengan hukum Mendel. Berbeda dengan sifat kualitatif yang dikontrol oleh sedikit gen dan
bersifat mayor (major monogenic) Sifat kuantatif ini juga dipengaruhi oleh lingkungan sampai tahap-
tahap tertentu (Kuswanto, 2012).

Padi gogo adalah budidaya padi di lahan kering. Lahan kering yang digunakan untuk tanaman padi gogo
rata-rata lahan marjinal yang kurang sesuai untuk tanaman. Tanaman padi gogo membutuhkan curah
hujan lebih dari 200 mm per bulan selama tidak kurang dari tiga bulan (Hantoro,2007).
Persentase tumbuh padi gogo lebih kecil dibandingkan dengan padi sawah, sehingga benih yang
dibutuhkan lebih banyak. Benih padi gogo tidak perlu disemai. Penanaman padi gogo dilakukan dengan
jarak tanam 20 cm x 20 cm. Masalah dalam pertanaman padi gogo diantaranya kerebahan. Selain itu
terdapat fase7fase kritis padi, yaitu pada fase awal pertumbuhan,primordia bunga hingga munculnya
bunga, dan pengisian biji. Jika terjadi kekeringan pada fase tersebut akan menurunkan hasil dan
meningkatkan persentase gabah hampa (Hantoro,2007).

Padi termasuk ke dalam genus Oryza, keluarga Gramineae atau rumput-rumputan. Genus Oryza tersebar
ke seluruh daerah tropis dan subtropis diseluruh dunia, dan terdiri dari 23 spesies liar dan dua spesies
budidaya yaitu Oryza sativa yang dibudidayakan di Asia dan Oryza glaberrima yang dibudidayakan di
Afrika (Randhawa dkk., 2006).

Pertumbuhan tanaman padi dibedakan menjadi tiga fase, yaitu fase vegetatif, fase generatif (reproduksi), dan fase
pemasakan. Fase vegetatif dimulai dari saat berkecambah sampai anakan aktif yaitu anakan maksimal,
bertambahnya tinggi tanaman dan tumbuh secara teratur. Fase reproduktif dimulai dari inisiasi primordia malai
dengan memanjangnya ruas batang, berkurangnya jumlah anakan, munculnya daun bendera, bunting, dan
pembungaan. Fase pemasakan dimulai dari berbunga sampai panen, yang ditandai dengan masak susu, masak
tepung, masak kuning, dan masak fisiologis (Yoshida, 1981).

Tanaman padi secara ekologi terbagi menjadi dua yaitu padi irigasi dan padi non irigasi. Padi gogo merupakan salah
satu jenis padi non irigasi yang mampu tumbuh pada input yang terbatas salah satunya adalah masalah
ketersediaan air. Kondisi tersebut menjadikan padi gogo dapat tumbuh dan berkembang pada lahan kering
(Dobermann dan Fairhurst, 2000).

Sulistyono dkk. (2005), menyatakan peningkatan produksi padi nasional dapat diusahakan melalui program
ekstensifikasi. Upaya yang dapat dilakukan melalui program tersebut yaitu dengan penanaman padi gogo dilahan
non irigasi. Padi gogo mampu tumbuh dan berproduksi pada tanah-tanah marginal yang memiliki tingkat
kesuburan rendah dan iklim yang kering.

Sistem olah tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah. Tujuannya adalah untuk
mencampur dan menggemburkan tanah, mengontrol tanaman pengganggu, mencampur sisa tanaman dengan
tanah, dan menciptakan kondisi kegemburan tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Gill dan Vanden Berg, 1967).

Sistem olah tanah dimaksudkan untuk menjaga aerasi dan kelembaban sesuai dengan kebutuhan tanah, sehingga
penyerapan unsur hara oleh akar tanaman dapat berlangsung dengan baik. Ada beberapa cara sistem olah tanah
yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu tanpa olah tanah, pengolahan tanah minimum dan pengolahan tanah
intensif (Tyasmoro dkk., 1995).

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman. Pada umumnya nitrogen dalam
tanah diambil oleh tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3-), tetapi nitrat yang
terserap segera tereduksi menjadi ammonium melalui enzim yang mengandung molybdenum. Ion-ion
ammonium dan beberapa karbohidrat mengalami sintesis dalam daun dan diubah menjadi asam amino,
terutama terjadi dalam hijau daun. Dengan demikian, apabila unsure nitrogen yang tersedia lebih
banyak daripada unsur lainnya, dapat dihasilkan protein lebih banyak dan daun dapat tumbuh lebih
lebar, sebagai akibatnya maka fotosintesis lebih banyak. Oleh sebab itu diduga lebarnya daun yang
tersedia bagi proses fotosintesis secara kasar sebanding dengan jumlah nitrogen yang diberikan (Sarief,
1989).

15

Peranan utama nitrogen bagi tanaman padi adalah untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan,
khususnya akar, batang, dan daun. Selain itu, nitrogen berperan penting dalam mendorong
pertumbuhan tanaman dengan cepat, memperbaiki tingkat hasil, dan kualitas gabah melalui
peningkatan jumlah anakan, pengembangan luas daun, pembentukan gabah, serta pengisian gabah
(Marsono dan Paulus, 2002).

Pemupukan nitrogen akan meningkatkan kadar protein, kadar selulosa, zat hijau daun, dan produksi
tanaman. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif, pemupukan N harus diimbangi
dengan pemupukan unsur lain. Pembentukkan senyawa N organik tergantung pada imbangan ion-ion
lain, termasuk untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002).

Menurut Syekhfani (1997), nitrogen berfungsi sebagai penyusunan komponen penting organ tanaman,
unsur yang terlibat dalam proses fotosintesis, merupakan unsur kehidupan sel tanaman, penyusun
klorofil, dan senyawa organik penting lainnya. Pemberian pupuk nitrogen dapat meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman

Kebutuhan benih untuk padi gogo lebih banyak daripada padi sawah, yaitu sekitar 50 kg/ha. Hal ini
disebabkan persentase tumbuh padi gogo lebih kecil. Benih padi gogo tidak perlu disemai terlebih
dahulu. Benih dapat langsung ditanam dalam lubang tanam atau diperlakukan seperti pada padi sawah.

Sebelum disemai, benih direndam terlebih dahulu dalam larutan air garam (200 g garam per liter air).
Benih yang mengambang dibuang karena sudah tidak bagus lagi. Benih yang bagus ditiriskan lalu dicuci
dan direndam dengan air bersih selama 24 jam. Air rendaman diganti tiap 12 jam. Perendaman
dimaksudkan untuk memecahkan dormansi. Benih kemudian dihamparkan dan dibungkus kain basah
selama 24 jam. Bakal lembaga akan muncul berupa bintik putih pada bagian ujungnya. Hal tersebut
labih menguntungkan karena benih benar-benar telah siap berkecambah dan tanaman lebih cepat
tumbuh (Purwono dan Purnamawati, 2009).

Penanaman dapat dilakukan jika kondisi tanah tidak terlalu kering. Benih ditanam dengan jarak barisan
tanaman 40-50 cm, sedangkan jarak dalam baris 20 cm atau 40-50 cm x 20 cm. Adapun tiap lubang
ditanam sebanyak 5 benih (Purwono dan Purnamawati, 2009).

Dosis pupuk yang diberikan cenderung lebih banyak, terutama untuk fosfor, yaitu 200-250 kg urea/ha, 150 kg SP-
36/ha, dan 75-100 kg KCl/ha. Sepertiga dosis pupuk urea dan seluruh dosis pupuk SP-36 dan KCl diberikan saat
tanaman berumur 2 MST (Minggu Setelah Tanam). Sepertiga dosis pupuk urea lagi diberikan saat tanaman
berumur 5-7 MST, dan terakhir sepertiga dosis lagi menjelang primordia (10 MST). Pengendalian gulma akan sangat
berpengaruh terhadap produksi padi gogo. Penyiangan pada awal penanaman sangat diperlukan kerena
pertumbuhan awal padi gogo lambat.

Masalah dalam penanaman padi gogo adalah kerebahan sehingga disarankan tanaman sedikit dibumbun
agar presentase tanaman rebah berkurang. Selain itu, adanya fase-fase kritis padi, yaitu fase awal
pertumbuhan, primordia bunga hingga munculnya bunga dan pengisian biji. Jika terjadi kekeringan pada
fase-fase tersebut, akan menurunkan hasil dan meningkatkan presentase gabah hampa (Purwono dan
Purnamawati, 2009).

Untuk dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi tanaman tidak hanya membutuhkan hara yang cukup dan
seimbang, tetapi juga memerlukan lingkungan fisik tanah yang cocok supaya akar tanaman dapat berkembang
dengan bebas, proses-proses fisiologi bagian tanaman yang berada di dalam tanah dapat berlangsung dengan baik
dan tanaman berdiri tegak, tidak mudah rebah (Islami dan Utomo, 1995).

Mulsa mengurangi erosi dengan cara meredam energi hujan yang jatuh sehingga tidak merusak struktur tanah,
mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan sehingga mengurangi daya kuras aliran permukaan. Mulsa
juga mengurangi penguapan air dari tanah sehingga meningkatkan kandungan air tanah. Selain dari sisa-sisa
tumbuhan, bahan lain seperti plastic, batu, dan pasir dapat digunakan sebagai mulsa (Arsyad, 2010).

Karena air yang diabsorpsi oleh tumbuhan dari tanah tidak mengalir secara bebas, melainkan berdifusi lambat ke
dalam akar tumbuhan melalui proses osmosis maka diperlukan area kontak yang luas antara akar tumbuhan
dengan partikel tanah (Hakim dkk., 1986).

Dalam membicarakan air tanah, sering kali orang menghubungkannya dengan kemampuan tanaman untuk
menghisap (mengabsorpsi) air. Unuk ini dikenal istilah kapasitas lapang (Field Capacity) dan titik layu (Wilting
Point). Disamping itu dikenal juga istilah kapasitas penyimpanan air, KPA, (Water Holding Capacity) (Islami dan
Utomo, 1995).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Padi Gogo. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi#Padi_gogo. Diakses padatanggal 6 Juni
2012.

Kuswanto. 2012. Genetika Kuantitatif. http://kuswanto.lecture.ub.ac.id/2012/02/bahan-kuliah-genetika-


kuantitatif/. Diakses pada tanggal 6 Juni 2012.

Hantoro, F.R.P. 2007. Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Anda mungkin juga menyukai