OTOMIKOSIS
Oleh :
Pembimbing :
dr. Ida Bagus, Sp. THT-KL
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
2.2 DEFINISI......................................................................... 7
2.3 EPIDEMIOLOGI............................................................. 8
2.4 ETIOLOGI....................................................................... 8
2.6 DIAGNOSIS.................................................................... 11
2.7 PENATALAKSANAAN................................................. 12
2.8 KOMPLIKASI................................................................. 14
2.9 PROGNOSIS................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
spora, hanya sedikit mengandung klorofil, dan bereproduksi baik secara seksual
maupun aseksual.1
Otomikosis atau Otitis Eksterna yang disebabkan oleh jamur (fungal otitis
externa) digambarkan sebagai infeksi akut, subakut maupun kronik oleh jamur yang
yang jarang melibatkan telinga tengah. Walaupun sangat jarang mengancam jiwa,
proses penyakit ini sering menyebabkan keputusasaan baik pada pasien maupun
ahli telinga hidung tenggorok karena lamanya waktu yang diperlukan dalam
pengobatan dan tindak lanjutnya, begitu juga dengan angka rekurensinya yang
begitu tinggi.2
Otomikosis adalah satu dari gejala umum yang sering dijumpai pada klinik-
pendapat bahwa jamur sebagai penyebab infeksi, melawan pendapat lain yang
menyatakan adanya koloni berbagai macam spesies sebagai respon host yang
1
pengamatan secara klinis mendukung otomikosis sebagai penyebab patologis yang
sebenarnya, dengan Candida dan Aspergillus sebagai spesies jamur yang terbanyak
jamur lokal atau sistemik. Berikut ini akan dibahas tentang anatomi telinga itu
otomikosis, sehingga kita dapat mendiagnosa dan memberi pengobatan secara cepat
dan tepat.2
Semoga referat ini dapat berguna bagi penyusun maupun pembaca untuk
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Telinga di bagi atas 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga dalam.
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dan tangka tulang rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan
dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang, dengan panjang 2,5 – 3 cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak kelenjar serumen
(modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh
kulit liang telinga. Pada dua pertiga bagian dalam hanya sedikit dijumpai kelenjar
3
serumen. Serumen memiliki sifat antimikotik dan bakteriostatik dan juga repellant
terhadap serangga.4
Serumen terdiri dari lemak (46-73 %), protein, asam amino, ion-ion mineral,
dan juga mengandung lisozim, immunoglobulin, dan asam lemak tak jenuh rantai
ganda. Asam lemak ini menyebabkan kulit yang tak mudah rapuh sehingga
terjadi di telinga bagian luar, yang terkadang disebabkan oleh ketiadaan serumen.3
B. Telinga tengah
Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontalis,
kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window) dan tingkap bundar (round window)
dan promontorium.4
Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
4
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran nafas. Pars tensa mempunyai satu lagi di tengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
bagian luar dan sirkuler pada bagian dalam. Tulang pendengaran didalam telinga
maleus melekat dengan inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada
C. Telinga tengah
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput ) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau
5
puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea, tampak
skala vestibuli disebelah atas, skala timpani disebelah bawah, dan skala media
diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi cairan perilimfa, sedangkan
skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat pada perilimfa berbeda
dengan endolimfa. Hal ini penting untuk pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut
adalah membran basalis. Pada membran ini terletak Organ corti. Pada skala media
terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran tektoria, dan pada
membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel rambut
ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang
lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes
6
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses
yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius sampai ke korteks
2.2. DEFINISI
7
2.3. EPIDEMIOLOGI
Angka insidensi otomikosis tidak diketahui, tetapi sering terjadi pada daerah
dengan cuaca yang panas, juga pada orang-orang yang senang dengan olah raga air.
1 dari 8 kasus infesi telinga luar disebabkan oleh jamur. 90 % infeksi jamur ini
disebabkan oleh Aspergillus spp, dan selebihnya adalah Candida spp. Angka
prevalensi Otomikosis ini dijumpai pada 9 % dari seluruh pasien yang mengalami
gejala dan tanda otitis eksterna. Otomikosis ini lebih sering dijumpai pada daerah
dengan cuaca panas, dan banyak literatur menyebutkan otomikosis berasal dari
negara tropis dan subtropis. Di United Kingdom (UK), diagnosis otitis eksterna
yang disebabkan oleh jamur ini sering ditegakkan pada saat berakhirnya musim
panas.6
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ali Zarei tahun 2006, Otomikosis
dijumpai lebih banyak pada wanita (terutama ibu rumah tangga) daripada pria.
Otomikosis biasanya terjadi pada dewasa, dan jarang pada anak-anak. Pada
penelitian tersebut, dijumpai otomikosis sering pada remaja laki-laki, yang juga
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hueso,dkk, dari 102
kasus ditemukan 55,8 % nya merupakan lelaki, sedangkan 44,2% nya merupakan
wanita.3
2.4. ETIOLOGI
trauma lokal, yang biasanya sering disebabkan oleh kapas telinga (cotton buds) dan
8
alat bantu dengar. Serumen sendiri memiliki pH yang berkisar antara 4-5 yang
berfungsi menekan pertumbuhan bakteri dan jamur. Olah raga air misalnya
berenang dan berselancar sering dihubungkan dengan keadaan ini oleh karena
paparan ulang dengan air yang menyebabkan keluarnya serumen, dan keringnya
kanalis auditorius eksternus. Bisa juga disebabkan oleh adanya prosedur invasif
pada telinga. Predisposisi yang lain meliputi riwayat menderita eksema, rhinitis
Infeksi ini disebabkan oleh beberapa spesies dari jamur yang bersifat
dari predisposisi tertentu misalnya otitis eksterna yang disebabkan bakteri yang
Banyak faktor yang menjadi penyebab perubahan jamur saprofit ini mejadi
dimengerti. Beberapa dari faktor dibawah ini dianggap berperan dalam terjadinya
infeksi, seperti perubahan epitel, peningkatan kadar pH, gangguan kualitatif dan
telinga.3
9
Aspergillus niger dilaporkan sebagai penyebab paling terbanyak dari
otomikosis ini. Pada dua penelitian di Babol dan barat laut Iran, A.niger dilaporkan
sebagai penyebab utama. Ozcan dkk, dan Hurst melaporkan A.niger , juga sebagai
Pada penelitian yang dilakukan Ali Zarei di Pakistan Tahun 2006, dijumpai A.niger
Gejala klinik yang dapat ditemui hampir sama seperti gejala otitis eksterna
pada umumnya yakni otalgia dan otorrhea sebagai gejala yang paling banyak
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Tang Ho,et al pada tahun 2006,
yakni dari 132 kasus otomikosis didapati persentase masing- masing gejala
10
Simptom Jumlah Persentase ( % )
Pasien ( n )
Otalgia 63 48
Otorrhea 63 48
Kehilangan pendengaran 59 45
Rasa penuh pada telinga 44 33
Gatal 20 23
Tinnitus 5 4
Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan
kelainan ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun
telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama
halus. Bila meluas sampai kedalam, sampai ke membran timpani, maka akan dapat
akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yang berwana
putih dan panjang dari permukaan kulit, hilangnya pembengkakan signifikan pada
dinding kanalis, dan area melingkar dari jaringan granulasi diantara kanalis
2.6. DIAGNOSIS
Anamnesis.
11
Adanya keluhan nyeri di dalam telinga, rasa gatal, adanya secret yang keluar
Gejala Klinik.
Yang khas, terasa gatal atau sakit di liang telinga dan daun telinga menjadi
merah, skuamous dan dapat meluas ke dalam liang telinga sampai 2/3 bagian luar.
Didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen
Pemeriksaan Laboratorium
Preparat langsung : skuama dari kerokan kulit liang telinga diperiksa dengan
Pembiakan : Skuama dibiakkan pada media Agar Saboraud, dan dieramkan pada
suhu kamar. Koloni akan tumbuh dalam satu minggu berupa koloni filament
berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebar dan pada ujung-ujung
hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat pada permukaannya.9
disebabkan oleh bakteri, kemudian dengan dermatitis pada liang telinga yang sering
2.7. PENATALAKSANAAN
Pengobatan ditujukan untuk menjaga agar liang telinga tetap kering , jangan
12
barang yang kotor seperti korek api, garukan telinga, atau kapas. Kotoran-kotoran
Larutan asam asetat 2-5 % dalam alkohol yang diteteskan kedalam liang
Tetes telinga siap beli seperti VoSol (asam asetat nonakueus 2 %), Cresylate
(m-kresil asetat) dan Otic Domeboro (asam asetat 2 %) bermanfaat bagi banyak
kasus.4
larutan burrowi 5 % satu atau dua tetes dan selanjutnya dibersihkan dengan
Dapat juga diberikan Neosporin dan larutan gentian violet 1-2 %.8
Akhir-akhir ini yang sering dipakai adalah fungisida topikal spesifik, seperti
komplit mengobati proses dari otomikosis ini, oleh karena agen-agen diatas tidak
menunjukkan keefektifan untuk mencegah otomikosis ini relaps kembali. Hal ini
menjadi penting untuk diingat bahwa, selain memberikan anti jamur topikal, juga
harus dipahami fisiologi dari kanalis auditorius eksternus itu sendiri, yakni dengan
dengan air agar tidak menambah kelembaban, mendapatkan terapi yang adekuat
ketika menderita otitis media, juga menghindari situasi apapun yang dapat merubah
13
homeostasis lokal. Kesemuanya apabila dijalankan dengan baik, maka akan
2.8. KOMPLIKASI
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-16
% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
2.9. PROGNOSIS
Umumnya baik bila diobati dengan pengobatan yang adekuat. Pada saat
terapi dengan anti jamur dimulai, maka akan dimulai suatu proses resolusi
kekambuhan sangat tinggi, jika faktor yang menyebabkan infeksi sebenarnya tidak
dikoreksi, dan fisiologi lingkungan normal dari kanalis auditorius eksternus masih
terganggu. 1
14
BAB III
PENUTUP
Otomikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur baik bersifat akut, sub
akut, maupun kronik yang terjadi pada liang telinga luar (kanalis auditorius
eksternus).4
Gejala dari otomikosis dapat berupa nyeri pada telinga, keluarnya secret
kelembaban yang tinggi karena sering beraktifitas dalam air seperti berenang, dan
Spesies yang paling terbanyak menyebabkan infeksi ini adalah dari genus
faktor-faktor predisposisinya, dan pemakaian anti fungal baik secara lokal maupun
sistemik.8
15
DAFTAR PUSTAKA
16