Anda di halaman 1dari 18

Proses Belajar

Menurut Teori Humanistik

Proses Belajar Humanistik.

Peranan Siswa (Si-belajar).

Peranan Guru. Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator.
Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):

Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas

Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam


kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.

Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-
tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.

Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan
mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.

Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.

Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan
cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok

Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut
menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.

Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi
yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa

Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalam dan kuat selama belajar
Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.

Menurut Teori Konstruktivistik

Peranan Siswa (Si-belajar). Menurut teori konstruktivistik, belajar adalah proses pemaknaan
atau penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi
serta interpretasi. Proses tersebut harus dilakukan oleh siswa (Si-belajar), karena pembelajaran
konstruktivistik lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si belajar.
Sehingga siswa bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang
dipelajari. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi
masukan tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru harus mengambil prakarsa untuk
menata lingkungan yang member peluang optimal bagi terjadinya belajar. namun yang
akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.
Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada
siswa.[10]

Peranan Guru. Dalam proses belajar konstruktivistik, guru atau pendidik berperan sebagai
fasilitator artinya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan proses
pengkonstruksian pengetahuan berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang
dimilikinya pada siswa tetapi dituntut untuk memahami jalan pikiran atau cara pandang setiap
siswa dalam belajar.

Peranan utama guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi :

Menumbuhkan kemandirian pada siswa dengan memberikan kesempatan untuk bertindak dan
mengambil keputusan.

Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa agar dapat melakukan sesuatunya dengan
baik.

Memberikan kemudahan dalam belajar dengan menyediakan fasilitas yang mendukung dan
memberi peluang yang optimal bagi siswa.

Sarana belajar. Pusat kegiatan pembelajaran konstruktivistik adalah siswa. Dalam proses
belajar, siswa berusaha menggali dan membentuk pengetahuannya sendiri serta bebas dalam
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya. Sehingga segala sesuatu seperti bahan, media,
peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu proses belajar
tersebut. Dengan demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, mandiri,
kritis, kreatif dan mampu bertanggung jawab.

Evaluasi belajar. Lingkungan belajar dimana kegiatan belajar dilaksanakan sangat mendukung
munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas. Sedangkan menurut
pandangan konstruktivistik, realitas ada pada pikiran seseorang, sehingga manusia
mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya
sendiri.

Pandangan konstruktivistik menggunakan goal-free evaluation, yaitu suatu konstruksi untuk


mengatasi kelemahan evaluasi pada tujuan spesifik. Evaluasi yang digunakan untuk menilai
hasil belajar konstruktivistik, memerlukan proses pengalaman kognitif bagi tujuan-tujuan
konstruktivistik. Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dan menekankan pada
keterampilan proses dalam kelompok. Bentuk-bentuk evaluasi ini dapat diarahkan pada tugas-
tugas autentik, tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang bermakna serta menerapkan
apa yang dipelajari dalam konteks nyata serta mengkonstruksi pengetahuan yang
menggambarkan proses berpikir yang lebih tinggi dan mengkonstruksi pengalaman siswa dan
mengarahkannya pada konteks yang lebih luas.

Aplikasi Teori Belajar dalam Kegiatan Pembelajaran

Menurut Teori Humanistik

Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
Teori dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psykoterapi dari pada
pada bidang pendidikan, sehingga sukar menerjemahkannya kedalam langkah-langkah lebih
kongkrit dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal itulah yaitu memanusiakan manusia
maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.

Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada
dimensi yang lebih luas sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun
akan selalu diarahkan untuk mencapai pembelajaran yang praktis dan operasional, namun
sumbangan teori ini sanagat besar, dapat membantu para guru dan pendidik memahami
hakikat kejiwaan manusia. Dapat menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti
perumusan tujuan, pemilihan strategi pembelajaran serta pengembangan alat evaluasi kearah
pembentukan manusia yang dicitakan.

Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-
lagkah pembelajaran dengan pendekaan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah
pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Praetya Irawan(2001) dapat digunakan
sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.


Menetukan materi pelajaran.

Mengidentifikasi kemampuan awal siswa.

Mengidentifikasi topik-topoik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri
atau mengalami dalam belajar.[11]

Menurut Teori Konstruktivistik

Berdasarkan hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah
ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan
pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:

1. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa

Kegiatan pembelajaran ditujukan untuk membantu siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan.


Siswa didorong untuk mengkonstruksi pengetahuan baru dengan memanfaatkan pengetahuan
awal yang telah dimilikinya. Oleh karena itu pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan
awal siswa dan memanfaatkan teknik-teknik untuk mendorong agar terjadi perubahan
konsepsi pada diri siswa.

2. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna

Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga
bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar
dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. Hal ini dapat
terlihat dari usaha-usaha untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari,
penggunaan sumber daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga penerapan konsep.

3. Adanya lingkungan sosial yang kondusif

Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa
maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai
konteks sosial.

4. Adanya dorongan agar siswa bisa mandiri

Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu
siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan
belajarnya.

5. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.


Sains bukan hanya produk (fakta, konsep, prinsip, teori), namun juga mencakup proses dan
sikap. Oleh karena itu pembelajaran sains juga harus bisa melatih dan memperkenalkan siswa
tentang “kehidupan” ilmuwan.

pembelajaran kontruktuvisme merupakan pembelajaran yang cukup baik dimana siswa dalam
pembelajaran terjun langsung tidak hanya menerima pelajaran yang pasti seperti
pembelajaran bihavioristik. Misalnya saja pada pelajaran pkn, tentang tolong menolong dan
siswa di tugaskan untuk terjun langsung dan terlibat mengamati suatu lingkungan bagaimana
sikap tolong menolong terbangun. Dan setelah itu guru memberi pengarahan yang lebih lanjut.
Siswa lebih mamahami makna ketimbang konsep.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar

1. Teori Belajar Humanistik

a. Kelebihan Teori Belajar Humanistik

1) Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial.

2) Indikator dari keberhasilan alkasi ini adalah siswa merasa senang. Bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

3) Siswa dharapkan menjai manusia yang bebas, tidk terikt oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

b. Kekurangan Teori Belajar Humanistik

1) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam prses belajar.

2) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.

2. Teori Konstruktivistik

a. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivisti

Pemecahan masalah dan penemuan memberikan pengetahuan yang dapat bertahan lama,
mudah diingat. Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir.
Memberikan motivasi siswa untuk belajar secara terus menerus sampai pertanyaan mereka
terjawab.

b. Kekurangan Teori Belajar Konstruktivistik


Membutuhkan pemahaman guru yang konvensional yang menekankan belajar untuk
mendapatkan jawaban yang benar, sehingga menghilangkan kreativitas siswa dalam
mengungkapkan pendapatnya. Sulit membangun kesadaran pemahaman siswa untuk belajar.
Belajar memecahkan masalah dan penemuan memerlukan waktu sehingga akan mengganggu
struktur pembelajaran bidang lain.

\
Learn To Know
Mari belajar untuk tahu lebih banyak!!

 Pijakan di Bumi
 Privacy Policy

 Artikel
 Berita
 Hal Lain
 Seputar Ekonomi
 Seputar Pendidikan
 Seputar Penelitian

Thursday, 27 November 2014


TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN PENERAPANNYA
DALAM PEMBELAJARAN

1. Latar Belakang Teori

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di dalam kehidupan manusia.


Dimanapun dan kapanpun di dunia ini terdapat pendidikan. Pendidikan dipandang merupakan
kegiatan manusia untuk memanusiakan sendiri, yaitu manusia berbudaya. Konstruktivis
sebagai satu konsep yang banyak membicarakan masalah pembelajaran,diharapkan menjadi
landasan intelektual untuk menyusun dan menganalisis problem pembelajaran dalam
pergulatan dunia pendidikan.
2. Pengertian Teori Konstrivistik

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu


tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan
merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang
mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan (epistemologi) yang


mempertanyakan:

 Apa itu pengetahuan ?

 Bagaimana orang membangun pengetahuan?

Pengetahuan (menurut konstruktivisme) merupakan konstruksi (bentukan) kognitif oleh


seseorang terhadap obyek, pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan bukan sekedar kumpulan fakta, atau “barang jadi” yang tinggal diambil,
atau ditransfer dari seorang kepada orang lain.

3. Tujuan Teori Konstruktivistik


• Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

• Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejutkanpertanyaan dan mencari sendiri


pertanyaannya.

• Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian daan pemahaman konsep secara lengkap.

• Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.


• Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

4. Ciri-ciri belajar dalam teori


konstruktivistik yang dikemukakan
oleh Driver dan Oldham (1994)

• Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari
suatu topik dengan memberikan kesempatan melakukan observasi.

• Elisitasi, yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster
dan lain-lain.

• Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru,
mengevaluasi ide baru.

• Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk
perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.

• Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah.

5. Peran Guru Dalam Pembelajaran


Konstruktivistik
Beberapa tugas guru dalam menjalankan fungsinya sebagai mediator dan fasilitator belajar,
sebagai berikut :

1. Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam


membuat rancangan, proses dan penelitian.

2. Menyediakan atau memberi kegiatan-kegitan yang merangsang keingintahuan dan membantu


mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengkomunikasikan ide-ide ilmiah
mereka

3. Menyediakan sarana yang merangsang siswa untuk berpikir secara produktif.

4. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa.

6. Pencetus Teori Konstruktivistik


Jean Piaget

Jean Piaget dilahirkan di Neuchâtel (Switzerland) pada tanggal 9 Agustus 1896. Dia meninggal
di Geneva pada tanggal 16 September, 1980. Dia adalah anak tertua dari pasangan suami istri
Arthur Piaget, seorang profesor Kesusastraan abad pertengahan dan Rebecca Jackson. Pada
usia yang masih dibilang kecil pada saat itu yakni 11 tahun di Neuchâtel Latin high school, dia
menulis suatu ulasan tentang albino sparrow. Paper singkat ini mendapat perhatian khusus
dari berbagai pihak dan dianggap sebagai permulaan karir ilmiah yang brilian dari seseorang
yang telah menulis lebih dari enam puluh buku dan beberapa ratus artikel. Piaget telah diberi
gelar sebagai seorang interaktionis sekaligus sebagai seorang konstruktivis.

7. Tokoh-tokoh Teori Konstruktivistik

7.1. Jean Piaget


Dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism). Teori ini memiliki
fokus perhatian pada bangkitnya dan dimilikinya schemata—skema bagaimana seseorang
mengenal dunia—dalam saat "tingkatan-tingkatan perkembangan", ketika anak-anak
menerima cara baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi. Pengetahuan
tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.

Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:

1. Schemata adalah suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah, karena
proses asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta dinamis.

2. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi
sesuatu yang dikenal oleh siswa

3. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata yang
sudah ada

4. Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap


lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau schemata yang
stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.

7.2. Vigotsky

Teori Konstruktivisme vigotsky berasumsi bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam
interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih
mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Siswa mempunyai dua tingkat
perkembangan,perkembangan aktual dan potensial (Rustaman, 2009)

7.3. Jhon Dewey dan Von Graselfeld


Bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi serangkaian teori yang
membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan
ditransfer ke pembelajar.

8. Pengaplikasian Teori
Konstruktivistik
 Pengetahuan tidak bisa diberikan begitu saja kepada siswa dan diharapkan siswa juga harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif
yang dimilikinya.

 Teori ini memusatkan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka,

 Pengajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi
koseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi.

 siswa adalah subjek utama dalam kegiatan penemuan pengetahuan.

 Pengajar harus dapat memahami dan menghargai pemikiran siswa yang seringkali siswa
menampilkan pendapat yang berbeda bahkan bertentangan dengan pemikiran pengajar.

9. Implikasi Pendekatan
Konstruktivistik

Menurut Suhartoni (2013) dijelaskan peranan antara pendidik dan peserta didik
menurut teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:

No. Peranan Peserta Didik Peranan Pendidik


1. Berinisiatif mengemukakan masalah dan Mengutamakan peran siswa dalam
pokok pikiran, kemudian menganalisis berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif
dan menjawabannya sendiri. dalam kegiatan belajar.

2. Bertanggung jawab sendiri terhadap Memusatkan perhatian kepada proses


kegiatan belajarnya atau penyelesaian berpikir atau proses mental siswa, bukan
suatu masalah. kepada kebenaran jawaban siswa saja.

3. Secara aktif bersama dengan teman Guru perlu fleksibel dalam merespons
sekelasnya mendiskusikan penyelesaian jawaban atau pemikiran siswa. Menghargai
masalah atau pokok pikiran yang mereka pemikiran siswa dan meghindari
munculkan, dan apabila dirasa perlu perkataan “Ini satu-satunya jawaban
dapat menanyakannya kepada guru. benar”

4. Guru perlu menyediakan pengalaman


Atas inisiatif sendiri dan mandiri
belajar dengan mengkaitkan pengetahuan
berupaya memperoleh pemahaman yang
yang telah dimiliki siswa sehingga belajar
mendalam (deep understanding)
sebagai proses konstruksi pengetahuan
terhadap suatu topik masalah belajar.
dapat terwujud.

5. Secara aktif mengajukan dan


Memaklumi akan adanya perbedaan
menggunakan berbagai hipotesis
individual, termasuk dalam hal
(kemungkinan jawaban) dalam
perkembangan kognitif siswa.
memecahkan suatu masalah.

6. Secara aktif mengajukan berbagai data Guru perlu menyampaikan tujuan


atau informasi pendukung dalam pembelajaran dan apa yang akan dipelajari
penyelesaian suatu masalah atau pokok di awal kegiatan belajar. Hal ini akan
pikiran yang dimunculkan sendiri atau mempengaruhi keaktifan siswa, karena ia
yang telah dimunculkan oleh teman tahu apa yang akan di pelajari dan untuk
sekelas. apa ia terlibat dalam pembelajaran.
7. Guru perlu banyak berinteraksi dengan
Secara kreatif dan imajinatif mengaitkan
siswa untuk dapat mengetahui apa yang
antara gagasan yang telah dimiliki
telah mereka ketahui dan apa yang mereka
dengan informasi baru yang diterima.
pikirkan.

10. Kelebihan dan Kekurangan Teori


Konstruktivistik
 Kelebihan

1. Berpikir : Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berpikir untuk


menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
2. Paham : Karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru,
mereka akan lebih paham dan boleh mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3. Ingat : Karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan
lebih mengingat semua konsep. Melalui pendekatan ini murid membina sendiri
kepahaman mereka. Mereka akan lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah
dalam situasi baru.
4. Kemahiran sosial :Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan teman dan
guru dalam membina pengetahuan baru.
5. Menyenangkan : Karena mereka terlibat secara langsung, mereka paham, ingat, yakin
dan berinteraksi dengan baik, maka mereka akan merasa senang saat belajar dalam
membina pengetahuan baru.

 Kekurangan

Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
Sumber:

Budiningsih, Asri. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Siregar, Eveline dan Nara, Hartini, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.

Dan berbagai sumber diinternet

Posted by Ratna Dewi Safitri at 20:33:00

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Seputar Pendidikan

1 comment:

1.

Kelly Wood7 May 2016 at 14:46

This comment has been removed by a blog administrator.

Reply

Load more...

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Cari Di Blog Ini

Total Pageviews
32553
Popular Posts
 TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN

1. Latar Belakang Teori Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di


dalam kehidupan manusia. Dimanapun dan kapanpun di d...

 Karakteristik Penelitian Ilmiah

Ada pun juga jawaban yang hendak diungkap (jawaban abstrak atau konkret), suatu
penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapa...

 Masa Kanak-Kanak Akhir

Tahapan Rentang Kehidupan Tibanya akhir masa anak-anak sulit untuk diketahui
secara tepat kapan periode ini berakhir, karena kematanga...

 Sistem Kearsipan-Sistem Kronologis

a. Pengertian Sistem Kronologis Sistem kronologis/sistem tanggal merupakan sistem


yang sederhana dan praktis dipergunakan dalam mengatur...

 Tugas Wewenang dan Tanggung Jawab Petugas Arsip


TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PETUGAS PADA UNIT KEARSIPAN
1) Penerima adalah unit/staf yang bertugas menerima naskah dinas/s...

Mengelola Keuangan Usaha

Pada dasarnya, setiap usaha pasti memerlukan modal. Modal usaha dapat
berupa modal dana dan modal nondana berupa keahlian dan...

Model Model Komunikasi

Model Garbner Model Garbner merupakan perluasan dari model Lasswell. Model ini
terdiri dari model verbal dan model diagramatik. Model ver...

 Ketenagakerjaan dan Inflasi

A. Definisi Ketenagakerjaan 1. Kesempatan kerja Diartikan sebagai peluang atau


keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pek...

 Daftar SMK Negeri Administrasi Perkantoran di Jakarta

SMKN AP di Jakarta Jakarta Pusat SMKN 2 Jakarta Jl. Batu III RT. 001/007 Gambir
Jakarta Pusat 10110 Telp 021-3846219 021-352860 ...

 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

i. Konsep dasar Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) adalah Kurikulum operasi...

Kontak Saya
Name
Email *

Message *

Awesome Inc. theme. Theme images by chuwy. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai