Peranan Guru. Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator.
Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok,
atau pengalaman kelas
Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-
tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam
belajar yang bermakna tadi.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan
mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi
yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan
cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan
sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut
menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya
dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi
yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan
yang dalam dan kuat selama belajar
Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Peranan Siswa (Si-belajar). Menurut teori konstruktivistik, belajar adalah proses pemaknaan
atau penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi
serta interpretasi. Proses tersebut harus dilakukan oleh siswa (Si-belajar), karena pembelajaran
konstruktivistik lebih banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si belajar.
Sehingga siswa bisa memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pengetahuan yang
dipelajari. Ia harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi
masukan tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru harus mengambil prakarsa untuk
menata lingkungan yang member peluang optimal bagi terjadinya belajar. namun yang
akhirnya paling menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri.
Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada
siswa.[10]
Peranan Guru. Dalam proses belajar konstruktivistik, guru atau pendidik berperan sebagai
fasilitator artinya membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri dan proses
pengkonstruksian pengetahuan berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang
dimilikinya pada siswa tetapi dituntut untuk memahami jalan pikiran atau cara pandang setiap
siswa dalam belajar.
Peranan utama guru dalam interaksi pendidikan adalah pengendalian, yang meliputi :
Menumbuhkan kemandirian pada siswa dengan memberikan kesempatan untuk bertindak dan
mengambil keputusan.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan siswa agar dapat melakukan sesuatunya dengan
baik.
Memberikan kemudahan dalam belajar dengan menyediakan fasilitas yang mendukung dan
memberi peluang yang optimal bagi siswa.
Sarana belajar. Pusat kegiatan pembelajaran konstruktivistik adalah siswa. Dalam proses
belajar, siswa berusaha menggali dan membentuk pengetahuannya sendiri serta bebas dalam
mengungkapkan pendapat dan pemikirannya. Sehingga segala sesuatu seperti bahan, media,
peralatan, lingkungan dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu proses belajar
tersebut. Dengan demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, mandiri,
kritis, kreatif dan mampu bertanggung jawab.
Evaluasi belajar. Lingkungan belajar dimana kegiatan belajar dilaksanakan sangat mendukung
munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas. Sedangkan menurut
pandangan konstruktivistik, realitas ada pada pikiran seseorang, sehingga manusia
mengkonstruksi dan menginterpretasikannya berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya
sendiri.
Teori humanistik sering dikritik karena sukar diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
Teori dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psykoterapi dari pada
pada bidang pendidikan, sehingga sukar menerjemahkannya kedalam langkah-langkah lebih
kongkrit dan praktis. Namun karena sifatnya yang ideal itulah yaitu memanusiakan manusia
maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen pembelajaran
untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Teori humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada
dimensi yang lebih luas sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun
akan selalu diarahkan untuk mencapai pembelajaran yang praktis dan operasional, namun
sumbangan teori ini sanagat besar, dapat membantu para guru dan pendidik memahami
hakikat kejiwaan manusia. Dapat menentukan komponen-komponen pembelajaran seperti
perumusan tujuan, pemilihan strategi pembelajaran serta pengembangan alat evaluasi kearah
pembentukan manusia yang dicitakan.
Dalam prakteknya teori humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara eksplisit belum ada pedoman baku tentang langkah-
lagkah pembelajaran dengan pendekaan humanistik, namun paling tidak langkah-langkah
pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati dan Praetya Irawan(2001) dapat digunakan
sebagai acuan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi topik-topoik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri
atau mengalami dalam belajar.[11]
Berdasarkan hasil analisis Akhmad Sudrajat terhadap sejumlah kriteria dan pendapat sejumlah
ahli, Widodo, (2004) menyimpulkan tentang lima unsur penting dalam lingkungan
pembelajaran yang konstruktivis, yaitu:
Segala kegiatan yang dilakukan di dalam pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga
bermakna bagi siswa. Oleh karena itu minat, sikap, dan kebutuhan belajar siswa benar-benar
dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan melakukan pembelajaran. Hal ini dapat
terlihat dari usaha-usaha untuk mengaitkan pelajaran dengan kehidupan sehari-hari,
penggunaan sumber daya dari kehidupan sehari-hari, dan juga penerapan konsep.
Siswa diberi kesempatan untuk bisa berinteraksi secara produktif dengan sesama siswa
maupun dengan guru. Selain itu juga ada kesempatan bagi siswa untuk bekerja dalam berbagai
konteks sosial.
Siswa didorong untuk bisa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya. Oleh karena itu
siswa dilatih dan diberi kesempatan untuk melakukan refleksi dan mengatur kegiatan
belajarnya.
pembelajaran kontruktuvisme merupakan pembelajaran yang cukup baik dimana siswa dalam
pembelajaran terjun langsung tidak hanya menerima pelajaran yang pasti seperti
pembelajaran bihavioristik. Misalnya saja pada pelajaran pkn, tentang tolong menolong dan
siswa di tugaskan untuk terjun langsung dan terlibat mengamati suatu lingkungan bagaimana
sikap tolong menolong terbangun. Dan setelah itu guru memberi pengarahan yang lebih lanjut.
Siswa lebih mamahami makna ketimbang konsep.
1) Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial.
2) Indikator dari keberhasilan alkasi ini adalah siswa merasa senang. Bergairah, berinisiatif
dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
3) Siswa dharapkan menjai manusia yang bebas, tidk terikt oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain
atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
1) Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam prses belajar.
2) Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
2. Teori Konstruktivistik
Pemecahan masalah dan penemuan memberikan pengetahuan yang dapat bertahan lama,
mudah diingat. Dapat meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berfikir.
Memberikan motivasi siswa untuk belajar secara terus menerus sampai pertanyaan mereka
terjawab.
\
Learn To Know
Mari belajar untuk tahu lebih banyak!!
Pijakan di Bumi
Privacy Policy
Artikel
Berita
Hal Lain
Seputar Ekonomi
Seputar Pendidikan
Seputar Penelitian
• Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian daan pemahaman konsep secara lengkap.
• Orientasi, yaitu siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari
suatu topik dengan memberikan kesempatan melakukan observasi.
• Elisitasi, yaitu siswa mengungkapkan idenya dengan jalan berdiskusi, menulis, membuat poster
dan lain-lain.
• Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru,
mengevaluasi ide baru.
• Penggunaan ide baru dalam berbagai situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah terbentuk
perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.
• Review, yaitu dalam mengaplikasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi dengan
menambahkan atau mengubah.
4. Menyediakan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses belajar siswa.
Jean Piaget dilahirkan di Neuchâtel (Switzerland) pada tanggal 9 Agustus 1896. Dia meninggal
di Geneva pada tanggal 16 September, 1980. Dia adalah anak tertua dari pasangan suami istri
Arthur Piaget, seorang profesor Kesusastraan abad pertengahan dan Rebecca Jackson. Pada
usia yang masih dibilang kecil pada saat itu yakni 11 tahun di Neuchâtel Latin high school, dia
menulis suatu ulasan tentang albino sparrow. Paper singkat ini mendapat perhatian khusus
dari berbagai pihak dan dianggap sebagai permulaan karir ilmiah yang brilian dari seseorang
yang telah menulis lebih dari enam puluh buku dan beberapa ratus artikel. Piaget telah diberi
gelar sebagai seorang interaktionis sekaligus sebagai seorang konstruktivis.
1. Schemata adalah suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah, karena
proses asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta dinamis.
2. Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi
sesuatu yang dikenal oleh siswa
3. Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata yang
sudah ada
7.2. Vigotsky
Teori Konstruktivisme vigotsky berasumsi bahwa belajar bagi anak dilakukan dalam
interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery dalam belajar lebih
mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Siswa mempunyai dua tingkat
perkembangan,perkembangan aktual dan potensial (Rustaman, 2009)
8. Pengaplikasian Teori
Konstruktivistik
Pengetahuan tidak bisa diberikan begitu saja kepada siswa dan diharapkan siswa juga harus
aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif
yang dimilikinya.
Teori ini memusatkan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka,
Pengajar berperan sebagai fasilitator atau instruktur yang membantu murid mengkonstruksi
koseptualisasi dan solusi dari masalah yang dihadapi.
Pengajar harus dapat memahami dan menghargai pemikiran siswa yang seringkali siswa
menampilkan pendapat yang berbeda bahkan bertentangan dengan pemikiran pengajar.
9. Implikasi Pendekatan
Konstruktivistik
Menurut Suhartoni (2013) dijelaskan peranan antara pendidik dan peserta didik
menurut teori konstruktivistik adalah sebagai berikut:
3. Secara aktif bersama dengan teman Guru perlu fleksibel dalam merespons
sekelasnya mendiskusikan penyelesaian jawaban atau pemikiran siswa. Menghargai
masalah atau pokok pikiran yang mereka pemikiran siswa dan meghindari
munculkan, dan apabila dirasa perlu perkataan “Ini satu-satunya jawaban
dapat menanyakannya kepada guru. benar”
Kekurangan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik itu sepertinya kurang begitu mendukung.
Sumber:
Siregar, Eveline dan Nara, Hartini, 2010, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia.
1 comment:
1.
Reply
Load more...
Total Pageviews
32553
Popular Posts
TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
Ada pun juga jawaban yang hendak diungkap (jawaban abstrak atau konkret), suatu
penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapa...
Tahapan Rentang Kehidupan Tibanya akhir masa anak-anak sulit untuk diketahui
secara tepat kapan periode ini berakhir, karena kematanga...
Pada dasarnya, setiap usaha pasti memerlukan modal. Modal usaha dapat
berupa modal dana dan modal nondana berupa keahlian dan...
Model Garbner Model Garbner merupakan perluasan dari model Lasswell. Model ini
terdiri dari model verbal dan model diagramatik. Model ver...
SMKN AP di Jakarta Jakarta Pusat SMKN 2 Jakarta Jl. Batu III RT. 001/007 Gambir
Jakarta Pusat 10110 Telp 021-3846219 021-352860 ...
Kontak Saya
Name
Email *
Message *