a. Konsentrasi nutrien. Sel-sel memerlukan pasokan molekul nutrien secara terus menerus untuk menghasilkan energi. Energi, nantinya, diperlukan untuk menunjang berbagai aktivitas sel baik yang bersifat khusus maupun yang mempertahankan kehidupan. b. Konsentrasi O2 dan CO2. Sel-sel memerlukan O2 untuk melakukan reaksi kimia pembentuk energi. CO2 yang dibentuk selama reaksi-reaksi ini harus dikeluarkan sehingga CO2 pembentuk asam tidak meningkatkan keasaman lingkungan internal. c. Konsentrasi zat sisa. Sebagian reaksi kimia menghasilkan produk-produk akhir yang menimbulkan efek toksik pada sel tubuh jika produk toksik tersebut dibiarkan berakumulasi. d. pH. Perubahan pada pH cairan ekstraseluler (jumlah relatif asam) berpengaruh buruk pada fungsi sel saraf dan merusak aktivitas enzim semua sel. e. Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lain. Karena konsentrasi relatif garam (NaCl) dan air di cairan ekstrasel memengaruhi seberapa banyak air yang masuk atau keluar sel, konsentrasi keduanya diatur secara cermat untuk mempertahankan volume sel. Sel tidak berfungsi normal jika membengkak atau menciut. Elektrolit-elektrolit lain (zat-zat kimia yang membentuk ion dalam cairan dan menghantarkan listrik) berperan dalam berbagai fungsi vital. Sebagai contoh, denyut jantung yang teratur bergantung pada konsentrasi kalium (K+) yang relatif konstan di cairan ekstrasel. f. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yang bersirkulasi, plasma, harus dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang adekuat untuk menjamin distribusi penghubung yang penting ini antara lingkaran eksternal dan sel ke seluruh tubuh. g. Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang sempit. Jika sel terlalu dingin, fungsi sel akan terlalu melambat dan yang lebih buruk lagi, jika sel terlalu panas, protein-protein struktural dan enzimatik akan terganggu atau rusak.
B. Kompartemen Cairan Tubuh
Air adalah komponen tubuh manusia yang paling banyak, rata-rata membentuk 60% berat tubuh tetapi berkisar dari 40% hingga 80%. Kandungan H2O seseorang relatif tidak berubah, terutama karena ginjal secara efisien mengatur keseimbangan H2O, tetapi persentase H2O tubuh bervariasi dari orang ke orang. Penyebab sangat berbedanya H2O tubuh pada setiap individu adalah variabilitas dalam jumlah jaringan lemak setiap individu. Jaringan lemak memiliki persentase H2O yang rendah dibandingkan dengan jaringan lain. Plasma, dapat diperkirakan, mengandung lebih dari 90% H2O. Bahkan jaringan lunak seperti kulit, otot, dan organ internal memiliki kandungan H2O 70% hingga 80%. Tulang yang relative kering mengandung H2O hanya 22%. Namun, lemak adalah jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H2O hanya 10%. Karena itu, persentase H2O tubuh yang tinggi berkaitan dengan tubuh langsing dan persentase H2O yang rendah berkaitan dengan obesitas karena komposisi sebagian besar tubuh yang kelebihan berat tersebut terdiri dari lemak yang relatif kering. Persentase H2O tubuh juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan usia individu. Wanita memiliki persentase H2O yang lebih rendah daripada pria, terutma karena hormon seks wanita, estrogen, mendorong pengendapan lemak di payudara, bokong, dan tempat lain. Hal ini tidak saja menghasilkan bentuk tubuh wanita, tetapi juga menganugerahi wanita dengan proporsi jaringan lemak yang lebih banyak dan, karenanya, proporsi H2O yang lebih kecil. Persentase H2O tubuh juga berkurang progresif seiring usia.
Tabel 2-1 Kompartemen Cairan Tubuh Utama
Volume Cairan Persentasi Cairan Persentase Berat Kompartemen (dalam Liter) Tubuh Tubuh Cairan Tubuh 42 100 60 Total Cairan Intrasel 28 67 40 (CIS) Cairan Ekstrasel 14 33 20 (CES) 6.6 Plasma 2.8 4 (20% CES) Cairan 26.4 11.2 16 interstisium (80% CES)
Sumber : Lauralee S. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Ed.8. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. Jakarta : EGC, 2014.