PENDAHULUAN
1
Selain penelitian kedokteran pada manusia, penelitian kedokteran juga
sering melibatkan hewan sebagai subjek penelitian. Penggunaan hewan
sebagai subjek penelitian telah terjadi berabad-abad. Dokter-dokter di Yunani
melakukan pembedahan pada hewan yang hidup atau dikenal dengan istilah
“vivisections”. Beberapa dari dokter tersebut adalah Alcmaeon of Croton
(Abad ke 6 – ke -5 BCE). Aristotle, Diocles, Praxagoras (Abad ke-4 BCE),
dan Erasistratus, dan Herophilus (and ke 4-ke-3 BCE). Namun, bagi
sebagian besar masyarakat Yunani kuno, penggunaan hewan hidup di dalam
penelitian tidak menjadi permasalahan oleh karena kepercayaan mereka
bahwa manusia berada dalam skala tertinggi dalam rantai kehidupan sehingga
berhak melakukan apapun pada strata makhluk hidup di bawahnya (Franco,
2013). Namun, di Inggris, penggunaan hewan sebagai subjek penelitian
masih menjadi perdebatan. Kelompok yang tidak setuju terhadap penggunaan
hewan sebagai subjek penelitian, yang justru menghambat perkembangan
penelitian kedokteran. Oleh karena itu, pada tahun 1986, sebuah kerangka
konsep tentang penggunaan hewan sebagai subjek penelitian dibuat di
Inggris, yaitu Animals (Scientific Procedures) Act (Festing dan Wilkinson,
2007).
2
3. Bagaimana panduan etik dalam penelitian yang melibatkan hewan
sebagai subjek?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat makalah ini secara akademis adalah dapat menjadi salah satu
sumber rujukan pustaka mengenai etik di dalam penelitian kedokteran.
Secara sosial, makalah ini dapat menjadi salah satu sumber informasi
tentang pelaksanaan penelitian kedokteran yang melibatkan manusia dan
hewan sebagai subjek, sehingga dapat mengatasi berbagai isu di dalam
masyarakat terkait etis atau tidaknya suatu penelitian kedokteran.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA