Anda di halaman 1dari 16

Pengantar Perencanaan Tambang Prof.

Partanto Prodjosumarto

PENGANTAR PERENCANAAN TAMBANG

1. PERENCANAAN
Perencanaan (planning) adalah penentuan persyaratan teknik untuk mencapai tujuan dan
sasaran kegiatan yang sangat penting serta urutan teknis pelaksanaannya. Oleh sebab itu
perencanaan merupakan gagasan pada saat awal kegiatan untuk menetapkan apa dan
mengapa harus dikerjakan, oleh siapa, kapan, di mana dan bagaimana melaksanakannya.
Perencanaan tambang (mine planning) dapat mencakup kegiatan-kegiatan prospeksi,
eksplorasi, studi kelayakan (feasibility study) yang dilengkapi dengan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL), persiapan penambangan dan konstruksi prasarana
(infrastructure) serta sarana (facilities) penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3),
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup. Bila industri pertambangan yang bersangkutan
melakukan kegiatan terpadu, maka akan mencakup pula pengolahan (mineral dressing /
mineral benefication), peleburan (smelting), pemurnian (refining) dan pemasaran (marketing);
lihat Gambar 1).

Ada berbagai macam perencanaan antara lain :

∝ Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya
lebih dari 5 tahun secara berkesinambungan.

∝ Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka waktu antara
1 – 5 tahun (lihat gambar 2, 3 dan 4).

∝ Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan aktivitas untuk jangka waktu kurang
dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah dan panjang.

∝ Perencanaan penyangga atau alternatif ; bagaimanapun baiknya suatu perencanaan telah


disusun, kadang-kadang karena kemudian terjadi hal-hal tak terduga atau ada perubahan
data dan informasi atau timbul hambatan (kendala) yang sulit untuk diatasi, sehingga dapat
menyebabkan kegagalan, maka harus diadakan perubahan dalam perencanaannya.

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 1


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

2. PERANCANGAN

Rancangan (design) adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci
dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya. Di
Industri pertambangan juga dikenal rancangan tambang (mine design) yang mencakup pula
kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada perencanaan tambang, tetapi semua data dan
informasinya sudah rinci (lihat Gambar 1 dan 5)

Pada umumnya ada dua tingkat rancangan, yaitu :

∝ Rancangan konsep (conceptual design), yaitu suatu rancangan awal atau titik tolak
rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara garis besar dan baru
dipandang dari beberapa segi yang terpenting, kemudian akan dikembangkan agar sesuai
dengan keadaan (condition) nyata di lapangan.

∝ Rancangan rekayasa atau rekacipta (engineering design), adalah suatu rancangan


lanjutan dari rancangan konsep yang disusun dengan rinci dan lengkap berdasarkan data
dan informasi hasil penelitian laboratoria serta literatur dilengkapi dengan hasil-hasil
pemeriksaan keadaan lapangan.

Rancangan konsep pada umumnya digunakan untuk perhitungan teknis dan penentuan urutan
kegiatan sampai tahap studi kelayakan (feasibility study), sedangkan rancangan rekayasa
(rekacipta) dipakai sebagai dasar acuan atau pegangan dari pelaksanaan kegiatan sebenarnya
di lapangan yang meliputi rancangan batas akhir tambang, tahapan penambangan (mining
stages/ mining phases pushback), penjadwalan produksi dan material buangan (waste).
Rancangan rekayasa tersebut biasanya juga diperjelas menjadi rancangan bulanan, mingguan
dan harian.

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 2


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 3


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

PERSIAPAN
PENAMBANGAN

Gambar. 1 Alur Kegiatan Perencanaan & Perancangan Tambang

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 4


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Gambar 2 Peta Kemajuan Tambang Tahun Pertama

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 5


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Gambar 3 Peta Kemajuan Tambang Tahun Kedua

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 6


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Gambar 3 Peta Kemajuan Tambang Tahun Ketiga

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 7


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Gambar 4. Peta Rancangan Tambang

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 8


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Pada kegiatan penambangan (mining operation) selalu akan diperoleh produksi berupa hasil
panggilan endapan bahan galian dan material penutup (overburden and interburden) yang
harus dikelola dengan baik. Oleh sebab itu baik untuk produksi tambang maupun material
penutup harus dibuatkan suatu rancangan pengelolaan agar di dalam pelaksanaannya nanti
para petugas di lapangan dapat menjalankan tugasnya dengan tertib dan tidak ada keragu-
raguan.

3. PERISTILAHAN
Berbagai istilah penting yang erat hubungannya dengan perencanaan dan perancangan
tambang perlu dipahami dengan baik.

3.1 ISTILAH DASAR


Tambang (mine), berarti tempat lokasi bahan galian digali
Penambangan (mining/exploitation) adalah kegiatan / proses
Pertambangan/industri pertambangan (mining industry) menunjukkan jangkauan /ruang lingkup
kerja.
Kapasitas (capacity) satuannya m3 (cu yd) atau ton
Produksi (production), satuannya m3/ jam (Cu yd /hs) atau ton/jam
Produktivitas (productivity), satuannya m3/jam/orang atau ton/jam/orang (ton per man hour)

3.2 CADANGAN (RESERVE)


Cadangan tereka/terduga/terkira (inferred / prossible raserve) perhitungannya hanya
didasarkan pada data dan informasi geologi serta percontoh dari singkapan yang ada ;
kesalahan perhitungan berkisar 40% - 60%.
Cadangan terunjuk/terindikasi (indicated / probable reserve) perhitungannya kecuali
didasarkan pada data dan informasi yang lebih rinci juga dilengkapi dengan data
pengeboran ini geologi yang jaraknya kurang rapat (>50 m untuk endapan bijih; > 250 m
untuk endapan batubara); kesalahannya 20% - 40%.
Cadangan terukur/teruji (measured / proven reserve), perhitungannya diperoleh berdasarkan
data pemercontohan untuk sistematis dari pengeboran inti yang rapat (25 – 50 m untuk
endapan bijih; 100 – 250 m untuk endapan batubara); kesalahannya maksimum 20%.
Cadangan tertambang (mineable reserve), yaitu cadangan terukur yang dapat ditambang
secara ekonomis. Satuannya m3 atau ton.
Cadangan terperoleh (recoverable reserve) adalah cadangan tertambang sesudah dikurangi
kehilangan (losses) atau produksi tambang yang dapat dijual; satuannya m3 atau ton.

3.3. KADAR BATAS (CUT OFF GRADE)


Ada 2 (dua) pengertian tentang kadar batas ini, yaitu :
a) Kadar (kekayaan) endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan
apabila ditambang.
b) Kadar rata-rata terendah dari endapan bahan galian yang masih memberikan
keuntungan apabila ditambang.

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 9


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

KADAR BATAS PULANG POKOK (BREAK EVEN CUT OFF GRADE = BECOG)
Dalam teori ekonomi analisis pulang pokok (impas) diartikan sebagai perolehan pendapatan
yang tepat sama dengan biaya-biaya yang dikeluarkan atau tidak untung dan tidak rugi. Dalam
industri pertambangan dikenal pengertian kadar batas pulang pokok (break even cut off grade =
BECOG) yang dapat dinyatakan dalam rumus :
Biaya (Mine + Mill + G & A)
BECOG =
(Harga jual - SRF) kadar x MillRec. x Smelt Rec. x Faktor
di mana :
Mine = seluruh biaya penambangan, Rp.
Mill = seluruh biaya pengolahan atau pencucian Rp.
G&A = (General & Administrative costs) biaya umum dan administrasi atau biaya tak
langsung (overhead)
SRF = seluruh biaya peleburan (smelting), pemurnian (refining) dan Pengangkutan
(freight), Rp.
Mill Rec. = perolehan pengolahan (mill recovery), %
Smelt Rec. = Perolehan peleburan dan pemurnian (smelting & refining recovery), %
Faktor = faktor konversi ; bila dari 5 ke lb dipakai angka 20; bila dari % ke kg dipakai
angka 22,046. Sedangkan untuk logam-logam mulia tidak diperlukan angka
konversi ; karena satuannya sudah troy oz/ton atau gr/ton

KADAR BATAS INTERNAL (INTERNAL CUT OFF GRADE = ICOG)


Jika harus melakukan pemilihan untuk menjual produksi tambang ke pabrik pengolahan dan
peleburan atau mengangkut hasil galian tersebut ke tempat penimbunan, maka dikenal kadar
batas internal (internal cut off grade = ICOG). Cara menghitungnya memakai rumus BECOG,
tetapi tanpa memasukan biaya penambangan, artinya biaya penambangannya dianggap nol.

KADAR BATAS PROSES (PROCESS CUT OFF GRADE = PCOG)


Bila tingkat produksi instalasi pengolahan bahan galian sudah ditentukan, misalnya seperti
pada instalasi (proses) pencucian atau flotasi, maka dalam perhitungan kadar batas harus
memasukan biaya umum dan administrasi (G & A = overhead). Tetapi bila tingkat produksi
instalasi pengolahan tidak menentu, seperti pada proses pelindian (leaching process), maka
biaya umum dan administrasi boleh tidak dimasukkan untuk menghitung kadar batas
penambangannya. Kadar batas ini disebut kadar batas proses atau pengolahan (process cut
grade = PCOG) yang diartikan sebagai kadar terendah bahan galian yang masih dapat
menutupi biaya pengolahan.
Jika perusahaan pertambangan memiliki instalasi pengolahan dengan kapasitas tertentu,
sedangkan produksi tambang kadarnya sering berada di bawah kadar yang disyaratkan oleh
instansi pengolahan, maka bahan galian dengan kadar batas proses itulah yang ditambang
untuk dibawa ke instalasi pengolahan. Namun demikian keadaan seperti tersebut di atas
sedapat mungkin dihindari agar perusahaan tambang yang bersangkutan tidak mengalami
kerugian.

3.4. KADAR SETARA (EQUIVALENT GRADE)


Kadar setara hanya dikenal pada endapan-endapan bijih yang mengandung lebih dari satu
mineral berharga. Oleh sebab itu pada tambang batubara tidak dikenal kadar serta, karena
bersama endapan batubara jarang sekali, bahkan tidak pernah ditemukan mineral berharga.

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 10


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Kadar setara adalah kadar yang menghasilkan gabungan nilai “net smelter return” (NSR) dari
semua mineral berharga yang terkandung di dalam endapan bijih (ore). Sedangkan NSR
adalah nilai 1,0 ton bijih setelah dikurangi dengan jumlah biaya peleburan, pemurnian dan
pengangkutan (smelting, refining and freight costs = SRF).

3.5. FAKTOR PENGEMBANGAN (SWELL FACTOR)


Material di alam (insitu) ditemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik, tetapi
bila digali atau diberai akan terjadi pengembangan volume.
Perbandingan antara volume alami (insitu) dengan volume berai (loose volume) dikenal dengan
istilah faktor pengembangan / faktor pemuaian / faktor pemekaran (swell factor). Dalam Bentuk
rumus dapat dinyatakan sebagai berikut :
⎛ V insitu ⎞
Faktor pengembangan (swell factor = SF) =⎜ ⎟ x 100%
⎝ V loose ⎠
⎛ V loose - V insitu ⎞
Persen pengembangan (percent swell = PS) = ⎜ ⎟ x 100%
⎝ V insitu ⎠

3.6. NISBAH PENGUPASAN (STRIPPING RATIO)


Nisbah pengupasan adalah perbandingan antara jumlah material penutup (overburden) yang
harus dikupas terhadap jumlah bahan galian yang akan dapat ditambang. Dalam bentuk rumus
untuk tambang bahan galian:
bahan galian, ton
SR (Stripping Ratio) =
material penutup, ton

Pada tambang batubara:


batubara, ton
Stripping Ratio =
material penutup, m 3
Untuk menentukan pemilihan sistem penambangan yang akan diterapkan, tambang terbuka
(surface mine) atau tambang dalam / bawah tanah (underground mine), maka perlu dipelajari
nisbah pengupasan pulang pokok / impas (break even stripping ratio = BESR), yaitu
perbandingan biaya penambangan bawah tanah dengan biaya penambangan terbuka. Dalam
bentuk rumus:

BESR (1) =
(biaya penambangan bawah tanah/ton bijih) - biaya penambangan terbuka/ton bijih)
biaya pengupasan tambang terbuka/ton OB

BESR (1) ini juga dikenal sebagai nisbah pengupasan (overall stripping ratio)
sSebagai gambaran misalnya biaya penambangan secara bawah tanah = $2.00/ton jijih, biaya
penambangan secara tambang terbuka = $3.00/ton bijih dan ongkos pengupasan tanah
penutup = $0.35/ton “waste”; maka untuk memilih salah satu sistem penambangan digunakan
rumus BESR (1).
$ 2,00 - $ 0,30
BESR (1) =
$ 0,35

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 11


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih rendah dari 4.86
yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan menguntungkan. Jadi 4.86 adalah
BESR (1) tertinggi yang masih diizinkan untuk operasi tambang terbuka dalam kondisi tersebut
di atas.
Setelah ditentukan bahwa akan menggunakan sistem tambang terbuka, maka dalam rangka
pengembangan rancangan penambangannya digunakan BESR (2) sebagai berikut:
(nilai bahan galian yang ditambang/ton bahan galian) - ( biaya produksi/ton bahan galian)
BESR (2) =
biaya pengupasan/ton OB

BESR (2) ini biasanya disebut nisbah pengupasan ekonomis (economic stripping ratio) yang
menunjukkan besarnya keuntungan yang bisa diperoleh bila endapan bahan galian itu
ditambang secara tambang terbuka.
Sebagai contoh perhitungan BESR (2) untuk bijih tembaga kadar 0.80%, 0.75% dan 0.60%
adalah seperti berikut:
Dari hasil perhitungan seperti yang terlihat pada Tabel 1, bila harga logam Cu = $ 0.25/lb,
ternyata untuk bijih Cu dengan kadar 0.80% mempunyai BESR 1.5 : 1; kadar 0.70% Cu
mempunyai BESR 1.5 : 1 dan kadar 0.60% Cu mempunyai BESR 0.6 : 1. Demikian selanjutnya
untuk harga metal $ 0.30/lb dan %0.35/lb Cu juga dihitung BESR-nya.
Setelah masing-masing BESR dihitung untuk tiap kadar CU dan untuk berbagai harga logam
Cu (lihat Tabel 1), kemudian dapat dibuat grafik BESR terhadap kadar Cu (lihat Gambar 6).
Bila nilai BESR (2) > 1, maka tambang terbuka tersebut dapat meraih keuntungan. Tetapi bila
BESR (2) = 1, mak apenambangan tersebut hanya mencapai titik pulang pokok atau impas
yang biasanya terjadi pada kodisi BECOG.
Tabel 1. Contoh perhitungan “Break Even Striping Ratio” (BESR 2)

Kadar, % Cu 1,00 0,80 0,60


“Smelter recovery”, % 81,80 83,02 85,80
“Recovery Cu/ton ore”, lb 14,10 12,20 10,30

ONGKOS PRODUKSI TIAP TON BIJIH


Penambangan $ 0,45 $ 0,45 $ 0,45
Milling, Dpr. & Gen. Cost $ 1,25 $ 1,25 $ 1,25
Treatment etc. $ 0,85 $ 0,76 $ 0,65
Ongkos produksi total $ 2,55 $ 2,46 $ 2,35

ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan/ton wate $ 0,40 $ 0,40 $ 0,40

“RECOVERY VALUE”
Harga jual per ton bijih
1. untuk $ 0,25/lb Cu $ 3,53 $ 3,05 $ 2,58
BESR 2,5 : 1 1,5 : 1 0,6 : 1
2. untuk $ 0,30/lb Cu $ 4,23 $ 4,23 $ 3,09
BESR 4,2 : 1 3,0 : 1 1,8 : 1
3. Untuk $ 0,35/lb Cu $ 4,94 $ 4,27 $ 3,61
BESR 6,0 : 1 4,5 : 1 3,2 : 1

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 12


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

Gambar 5 Contoh Grafik Break Even Stripping Ratio

4. TUJUAN PERENCANAAN
Adakah agar dapat :
Melaksanakan penambangan yang secara teknis sesuai dengan metode kerja yang sistematis,
ramah lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah kesehatan dan keselamatan kerja.
Mencapai sasaran produksi yang telah ditetapkan dengan efisiensi kerja yang tinggi dan
ongkos produksi yang semurah mungkin.

5. RUANG LINGKUP PERENCANAAN


Agar suatu persamaan tambang dapat disebut lengkap, maka harus mencakup :

5.1 PENENTUAN BATAS AKHIR TAMBANG (ULTIMATE PIT LIMIST)


Untuk menentukan batas akhir tambang harus mempertimbangkan bentuk, ukuran, posisi
cadangan terukur bahan galian, BESR yang sesuai dan kemantapan lereng – batas akhir
tambang ini harus tergambar pada peta.

5.2 PENTAHAPAN KEMAJUAN PENAMBANGAN (PUSH BACK).


Membuat bentuk-bentuk penambangan (mineable geometries) agar bisa menambang habis
cadangan terukur mulai dari titik awal penambangan hingga ke batas akhir tambang. Pada
perencanaan urutan tahap-tahap kemajuan penambangan ini batas batas akhir tambang dibagi
menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil agar lebih mudah di kelola hal ini akan
menyederhanakan masalah perencanaan tambang tiga dimensi yang biasanya sangat komplek

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 13


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

5.3 PENJADWALAN PRODUKSI


Menambang endapan bahan galian dan lapisan penutupnya (overburden/ interburden/ waste)
jenjang demi jenjang harus mengikuti urutan tahap-tahap kemajuan tambang yang sudah
direncanakan dengan memakai tabulasi volume (tonase) dan kadar (mutu) nya pengaruh dari
berbagai evaluasi untuk menentukan jadwal sasaran produksi pada kadar batas yang terbaik.

5.4. PEMILIHAN PERALATAN


Berdasarkan rencana produksi penambangan dan penimbunan lapisan penutup per tahun
dapat ditentukan tipe, ukuran dan jumlah peralatan bor, armada pengangkutan, alat muat dan
peralatan penunjangnya (buldoser, alat garu, motor grader, bahan peledak, dll.) untuk tiap
tahun.

5.5. PEMBUATAN PETA KEMAJUAN TAMBANG


Peta rencana kemajuan penambangan dibuat untuk setiap tahun yang menunjukan dari bagian-
bagian mana endapan bahan galian dan lapisan penutup ditambang pada tahun yang
bersangkutan. Pada peta-peta tersebut juga akan tergambar rencana jalan angkut, letak medan
kerja (front), tempat penyimpanan lapisan penutup, kolam pengendap/ settling/ treatment
ponds), bengkel, kantor, dll, sehingga diperoleh gambaran lengkap dari seluruh kegiatan
penambangan.

5.6. PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI


Dengan menggunakan tingkat produksi tahunan dan bentuk organisasi yang dipilih, maka dapat
dihitung jumlah tenaga kerja dan gilir kerja (shift) yang diperlukan untuk operasi, perawatan dan
pengawasan kemudian biaya produksi, modal kerja dan biaya penggantian peralatan dapat
dihitung.

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 14


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

LAMPIRAN A

PERHITUNGAN KADAR BATAS

Contoh untuk bijih tembaga (Cu):


Biaya penambangan (Mining Cost) per ton material $0.75
Biaya pengolahan (Milling Cost) per ton Bijih $3.25
Biaya G dan A per ton bijih
Perolehan pabrik (Mill Recovery) 94%
Biaya ”Smelting, Refining, Freight” (SRF) per pound produk $0.275
Perolehan Peleburan (Smelter Recovery) 96.15 %
Harga Tembaga per pound $0.95

Penghasilan = Biaya (titik pulang pokok x harga 1satu ton bijih)


Harga jual x kadar x mill rec.x smlt rec.x 20 = Ongkos ( Mine + Mill + G & A) x SRF X Kadar x
Mill Rec. X Smelt.Rec x 20
Harga jual x kadar x mill rec. x smlt rec.x 20 = Ongkos ( Mine + Mill + G & A)
- SRF X Kadar x Mill Rec. X Smelt.Rec x 20

Kadar Batas Pulang Pokok Ongkos (Mine + Mill + G&A)


=
(BECOG) (Harga-SRF) x MillRec.x SmltRec x 20

$0.75 +$3.25+$0.25)
=
($ 0.95-$0.275) x 0.94 x 0.9615 x 20

BECOG = 0.35 % Cu

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 15


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004
Pengantar Perencanaan Tambang Prof. Partanto Prodjosumarto

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN KADAR SETARA

Tembaga x
Harga Komoditas $ 0.90 $3.00
Perolehan Pabrik 88% 70%
Perolehan Smelter / Konventer 96.1% 99%
Biaya Smelting Konvensi per Pound $0.324 $0.81

1. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1 % Cu

($ 0.90 - $ 0.324) (1%) (0.88) (0.961) (20lb/%)= $ 9.74

2. Hitung nilai NSR dari 1 ton bijih dengan kadar 1 % x

($ 3.00 - $ 0.81) (1%) (0.70) (0.99) (20lb/%)= $ 30.35

3. Faktor eqivalen = NSRx / NSR Tembaga

$ 30.35 / $ 9.74 = 3.1160

4. Tembaga Eqivalen = Kadar Cu + 3.1160 + Kadar x

Diklat Perencanaan Tambang Terbuka 16


Unisba, 30 Agustus – 07 September2004

Anda mungkin juga menyukai