Anda di halaman 1dari 30

Bahan bakar etanol

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Jump to navigationJump to search

Saab 9-3 SportCombi BioPower. Model kedua yang berbahan bakar E85 diperkenalkan oleh Saab di pasar Swedia.

Keterangan mengenai etanol pada sebuah pompa bensin di California.

Energi terbarukan

Biofuel

Biomassa

Panas bumi

Energi air

Energi surya

Energi pasang surut

Energi ombak

Energi angin

 l
 b
 s

Bahan bakar etanol adalah etanol (etil alkohol) dengan jenis yang sama dengan yang ditemukan
pada minuman beralkohol dengan penggunaan sebagai bahan bakar. Etanol seringkali dijadikan bahan
tambahan bensin sehingga menjadi biofuel. Produksi etanol dunia untuk bahan bakar transportasi meningkat 3
kali lipat dalam kurun waktu 7 tahun, dari 17 miliar liter pada tahun 2000 menjadi 52 miliar liter pada tahun
2007. Dari tahun 2007 ke 2008, komposisi etanol pada bahan bakar bensin di dunia telah meningkat dari 3.7%
menjadi 5.4%.[1]Pada tahun 2010, produksi etanol dunia mencapai angka 22,95 miliar galon AS (86,9 miliar
liter), dengan Amerika Serikat sendiri memproduksi 13,2 miliar galon AS, atau 57,5% dari total produksi
dunia.[2] Etanol mempunyai nilai "ekuivalensi galon bensin" sebesar 1.500 galon AS.
Etanol digunakan secara luas di Brasil dan Amerika Serikat. Kedua negara ini memproduksi 88% dari seluruh
jumlah bahan bakar etanol yang diproduksi di dunia.[2] Kebanyakan mobil-mobil yang beredar di Amerika
Serikat saat ini dapat menggunakan bahan bakar dengan kandungan etanol sampai 10%,[3] dan penggunaan
bensin etanol 10% malah diwajibkan di beberapa kota dan negara bagian AS. Sejak tahun 1976, pemerintah
Brasil telah mewajibkan penggunaan bensin yang dicampur dengan etanol, dan sejak tahun 2007, campuran
yang legal adalah berkisar 25% etanol dan 75% bensin (E25).[4] Di bulan Desember 2010 Brasil sudah
mempunyai 12 juta kendaraan dan truk ringan bahan bakar fleksibel dan lebih dari 500 ribu sepeda motor yang
dapat menggunakan bahan bakar etanol murni (E100).[5][6][7][8]
Bioethanol adalah salah satu bentuk energi terbaharui yang dapat diproduksi dari tumbuhan. Etanol dapat
dibuat dari tanaman-tanaman yang umum, misalnya tebu, kentang, singkong, dan jagung. Telah muncul
perdebatan, apakah bioetanol ini nantinya akan menggantikan bensin yang ada saat ini. Kekhawatiran
mengenai produksi dan adanya kemungkinan naiknya harga makanan yang disebabkan karena dibutuhkan
lahan yang sangat besar,[9] ditambah lagi energi dan polusi yang dihasilkan dari keseluruhan produksi etanol,
terutama tanaman jagung.[10][11] Pengembangan terbaru dengan munculnya komersialisasi dan produksi etanol
selulosamungkin dapat memecahkan sedikit masalah.[12]
Etanol selulosa menawarkan prospek yang menjanjikan karena serat selulosa, komponen utama pada dinding
sel di semua tumbuhan, dapat digunakan untuk memproduksi etanol.[13][14] Menurut Badan Energi
Internasional etanol selulosa dapat menyumbangkan perannya lebih besar pada masa mendatang.[15]

Daftar isi
[sembunyikan]

 1Kimia
 2Sumber
o 2.1Proses produksi
o 2.2Fermentasi
o 2.3Distilasi
o 2.4Dehidrasi
 3Teknologi
o 3.1Mesin berbahan bakar etanol
o 3.2Menyalakan mobil di musim dingin
o 3.3Campuran bahan bakar etanol
o 3.4Ekonomi bahan bakar
 4Produksi per negara
 5Lingkungan
o 5.1Keseimbangan energi
o 5.2Polusi udara
o 5.3Karbon dioksida
o 5.4Perubahan penggunaan lahan
 5.4.1Penggunaan etanol untuk listrik
 5.4.2Ongkos biaya akibat emisi etanol
 6Efisiensi tanaman
 7Penggunaan lain
 8Bibliografi
 9Referensi
 10Lihat pula
 11Pranala luar

Kimia[sunting | sunting sumber]

Struktur dari molekul etanol. Semua ikatannya adalah ikatan tunggal.

Glukosa (gula sederhana) dibuat oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis.


6 CO2 + 6 H2O + cahaya matahari → C6H12O6 + 6 O2
Dalam fermentasi etanol, glukosa akan dipecah menjadi etanol dan karbon
dioksida.
C6H12O6 → 2 CH3CH2OH+ 2 CO2 + panas
Ketika etanol dibakar (direaksikan dengan oksigen) maka akan
dihasilkan karbon dioksida, air, dan panas:
CH3CH2OH + 3 O2 → 2 CO2 + 3 H2O + panas
Setelah reaksi pembakaran digandakan (karena didapatkan 2
molekul etanol dari tiap molekul glukosa]], dan ditambahkan 3
reaksi bersamaan, maka jumlah atom di sebelah kiri akan sama
dengan jumlah atom di sebelah kanan pada persamaan tersebut,
maka reaksi bersih dari produksi dan konsumsi etanol hanya
berupa:
cahaya → panas
Panas yang dihasilkan dari pembakaran etanol digunakan
untuk menggerakkan piston pada mesin. Dapat dikatakan
bahwa cahaya matahari digunakan untuk menjalankan
mesinnya.
Bukan hanya glukosa saja yang dapat difermentasi. Gula
lainnya seperti fruktosa juga dapat digunakan untuk
fermentasi. 3 macam gula lainnya juga dapat difermentasi
dengan memecahnya melalui hidrolisis menjadi molekul-
molekul glukosa atau fruktosa. Amilum dan selulosa adalah
molekul yang terdiri dari ikatan-ikatan
glukosa. Sukrosa (atau gula tebu) merupakan molekul
glukosa yang berikatan dengan molekul fruktosa. Energi
untuk membuat fruktosa berasal dari metabolisme glukosa
yang diperoleh dari fotosintesis (yang membutuhkan sinar
matahari). Maka dari itu, sinar matahari jga menyediakan
energi yang dihasilkan oleh fermentasi dari molekul-molekul
ini.
Etanol juga dapat diproduksi dari etena (etilena). Dengan
penambahan air ke dalam etena maka akan mengubah etena
menjadi etanol:
C2H4 + H2O → CH3CH2OH
Ketika etanol dibakar di atmosfer (bukan di oksigen
murni), maka akan ada reaksi kimia yang lain yang
menghasilkan 4 komponen kimia lainnya, termasuk
dengan gas nitrogen (N2). Gas nitrogen dapat
menimbulkan munculnya nitrogen oksida, salah satu
polutan utama di udara.[butuh rujukan]

Sumber[sunting | sunting sumber]


Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tanaman
energi

Panen tebu

Ladang jagung di Afrika Selatan


Switchgrass

Etanol merupakan salah satu sumber energi


terbaharui karena energi ini didapatkan dari energi
matahari. Pembuatan etanol diawali tanaman seperti tebu
atau jagung yang melakukan fotosintesis sehingga
tumbuh sampai besar. Nantinya tanaman ini yang
diproses menjadi etanol.
Sekitar 5% dari etanol yang diproduksi di dunia pada
tahun 2003 sebenarnya malah merupakan produk
minyak bumi.[16] Etanol dari minyak bumi ini dibuat
dengan hidrasi katalis dari etilena dengan memakai asam
sulfat sebagai katalisnya. Etanol juga bisa dihasilkan
via etilenaatau asetilena, kalsium karbida, gas bumi, dan
sumber lainnya. 2 juta ton etanol yang berasal dari
minyak mentah dihasilkan setiap tahunnya.[17] Etanol
yang berasal dari minyak bumi (etanol sintetik) secara
kimia sama dengan bio etanol dan hanya bisa dibedakan
melalui penanggalan radiokarbon.
Bio-etanol biasanya diperoleh dari tanaman pertanian.
Tanaman pertanian ini dianggap bisa diperbaharui
karena mereka mendapatkan energi dari matahari
melalui fotosintesis. Etanol dapat diproduksi dari banyak
macam tanaman seperti tebu, bagasse, miscanthus, bit
gula, sorgum,
grain sorghum, switchgrass, jelai, hemp, kenaf, kentang,
ubi jalar, singkong, bunga
matahari, buah, molasses, jagung, stover, serealia, gandu
m, straw, kapas, biomassa lainnya, termasuk berbagai
macam sampah selulosa.
Sebuah proses alternatif untuk memproduksi bioetanol
dari algae (rumput laut) saat ini sedang dikembangkan
oleh perusahaan Algenol. Daripada algae hanya ditanam
dan lalu dipanen jika sudah matang, algae dapat
memproduksi etanol secara langsung tanpa membunuh
tanaman itu sendiri. Diklaim bahwa proses dari algae ini
dapat menghasilkan 6000 galon per acre per tahun,
daripada tanaman jagung yang hanya 400 galon per acre
per tahun.[18]
Saat ini, pemrosesan etanol generasi pertama untuk
memproduksi etanol dari jagung hanya menggunakan
sebagian kecil dari tanaman jagung itu sendiri. Hanya
bagian amilum dari kernel jagung saja yang diproses
menjadi etanol. Amilum ini massanya hanya 50% dari
massa kernel kering. 2 pemrosesan tingkat lanjut sedang
dikembangakan saat ini. Proses tersebut adalah
penggunaan enzim dan fermentasi ragi untuk mengubah
selulosa tanaman menjadi etanol. Proses yang kedua
adalah menggunakan pirolisis untuk mengubah seluruh
bagian tanaman menjadi cairan minyak bio atau syngas.
Pemrosesan generasi kedua ini juga bisa digunakan
untuk tanaman lain misalnya rumput-rumputan atau
kayu.
Proses produksi[sunting | sunting sumber]
Langkah dasar yang dibutuhkan untuk memproduksi
etanol
adalah fermentasi jamur khamir, distilasi, dehidrasi,
dan denaturasi. Sebelum dilakukan fermentasi, beberapa
tanaman membutuhkan hidrolisis karbohidrat seperti
selulosa dan amilum menjadi gula. Hidrolisis selulosa
disebut sebagai selulosis. Enzim digunakan untuk
mengubah amilum menjadi gula.[19]
Fermentasi[sunting | sunting sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fermentasi
etanol
Etanol diproduksi dengan cara fermentasi mikroba pada
gula. Fermentasi mikroba saat ini hanya bisa dilakukan
langsung pada gula. 2 komponen utama dalam
tanaman, amilum dan selulosa, dua-duanya terdiri dari
gula dan bisa diubah menjadi gula melalui fermentasi.
Sekarang ini, hanya gula (contohnya tebu) dan amilum
(contohnya jagung) yang masih bernilai ekonomis jika
dikonversi.
Distilasi[sunting | sunting sumber]

Pabrik etanol di Burlington, Iowa


Pabrik etanol di Sertãozinho, Brazil.

Jika etanol ingin digunakan sebagai bahan bakar, maka


sebagian besar kandungan airnya harus dihilangkan
dengan cara distilasi. Tingkat kemurnian etanol setelah
didistilasi masih sekitar 95-96%. (masih ada kandungan
airnya 3-4%). Campuran ini dinamakan etanol hidrat dan
bisa digunakan sebagai bahan bakar, tetapi tidak bisa
dicampur sama sekali dengan bensin. Jadi, biasanya
kandungan air dalam etanol hidrat dibuang habis terlebih
dahulu dengan pengolahan lainnya sehingga baru bisa
dicampurkan dengan bensin.[20]
Dehidrasi[sunting | sunting sumber]
Pada dasarnya ada 5 tahap proses dehidrasi untuk
membuang kandungan air dalam campuran
etanol azeotropik (etanol 95-96%). Proses yang pertama,
yang sudah digunakan di banyak pabrik etanol sejak
dulu, adalah proses yang disebut distilasi azeotropik.
Distilasi azeotropik dilakukan dengan cara
menambahkan benzena atau sikloheksana ke dalam
campuran. Ketika zat ini ditambahkan, maka akan
membentuk campuran azeotropik heterogen. Hasil
akhirnya nanti adalah etanol anhidrat dan campuran uap
dari air dan sikloheksana/benzena. Ketika dikondensasi,
uap ini akan menjadi cairan. Metode lama lainnya yang
digunakan adalah distilasi ekstraktif. Metode ini
digunakan dengan cara menambahkan komponen terner
dalam etanol hidrat sehingga akan meningkatkan
ketidakstabilan relatif etanol tersebut. Ketika campuran
terner ini nantinya didistilasi, maka akan menghasilkan
etanol anhidrat.
Saat ini penelitian juga sedang mengembangkan metode
pemurnian etanol dengan menghemat energi. Metode
yang saat ini berkembang dan mulai banyak digunakan
oleh pabrik-pabrik pembuatan etanol adalah
penggunaan saringan molekul untuk membuang air dari
etanol. Dalam proses ini, uap etanol bertekanan
melewati semacam tatakan yang terdiri dari butiran
saringan molekul. Pori-pori dari dari saringan ini
dirancang untuk menyerap air. Setelah beberapa waktu,
saringan ini pun divakum untuk menghilangkan
kandungan air di dalamnya. 2 tatakan biasanya
digunakan sekaligus sehingga ketika satu sedang
dikeringkan, yang satunya bisa dipakai untuk menyaring
etanol. Teknologi dehidrasi ini diperkirakan dapat
menghemat energi sebesar 3.000 btus/gallon (840 kJ/L)
jika dibandingkan dengan distilasi azeotropik.[21]

Teknologi[sunting | sunting sumber]


Mesin berbahan bakar
etanol[sunting | sunting sumber]

Ringkasan dari campuran bahan bakar etanol yang


digunakan di seluruh dunia

VW Gol 1.6 Total Flex 2003 merupakan mobil pertama


yang berbahan bakar fleksibel yang bisa berjalan dengan
campuran bensindengan etanol.

Honda CG 150 Titan Mix 2009 diluncurkan ke pasar


Brasil dan menjadi motor berbahan bakar fleksibel yang
pertama dijual di dunia.

Etanol merupakan cairan yang sering digunakan pada


mobil, meskipun juga mungkin digunakan pada
kendaraan lainnya, seperti traktor, perahu, dan pesawat
terbang. Konsumsi etanol dalam mesin lebih boros 51%
dibandingkan bensin, karena energi per unit volume
etanol 34% lebih rendah dibandingkan dengan
bensin.[22][23] Rasio kompresi pada mesin yang berbahan
bakar etanol saja, dapat membuat mesin ini lebih
bertenaga dan lebih irit bahan bakar.[24][25] Pada
umumnya, mesin yang hanya berbahan bakar etanol
dikonfigurasi untuk menambahkan sedikit tambahan
tenaga dan torsi yang lebih baik dibandingkan dengan
mesin berbahan bakar bensin. Pada kendaraan bahan
bakar fleksibel, rasio kompresi yang lebih rendah
menyebabkan mesinnya perlu dikonfigurasi ulang,
sehingga bisa mendapatkan keluaran tenaga yang sama
saat memakai bahan bakar bensin atau etanol. Untuk
mendapatkan keuntungan maksimal dari etanol, maka
rasio kompresi harus dinaikkan.[26] Rasio kompresi pada
mobil bermesin berbahan bakar etanol murni saat ini
didesain kira-kira lebih boros 20-30% dibandingkan
dengan versi bahan bakar bensinnya.[27]
Etanol mengandung bahan-bahan yang dapat larut dan
tidak dapat larut.[28] Bahan-bahan yang dapat larut, yaitu
ion-ion klorida, mempunyai sifat korosif. Ion
halida meningkatkan korosi dengan 2 cara: secara kimia,
ion ini akan menyerang pasivator film oksida pada
logam sehingga akan menimbulkan korosi, dan kedua,
ion ini akan meningkatkan konduktivitas bahan bakar.
Konduktivitas elektrik yang meningkat menyebabkan
korosi pada elektrik dan galvanis pada sistem bahan
bakar. Bahan-bahan yang dapat larut, seperti aluminium
hidroksida yang merupakan produk dari ion halida tadi,
akan menyumbat sistem bahan bakar sedikit demi
sedikit.
Etanol bersifat higroskopis, yang artinya etanol akan
menyerap uap air langsung dari atmosfer. Karena
menyerap air akan mengencerkan nilai bahan bakar
etanol (dan juga akan menimbulkan knocking pada
mesin), maka dalam pengepakannya, bahan bakar etanol
harus ditutup rapat. Karena etanol dengan amat mudah
bercampur dengan air, maka etanol tidak dapat
didistribusikan dengan pipa yang lebih efisien dan
modern.[29] Para teknisi sekarang juga melihat dampak
yang ditimbulkan karena adanya kandungan air dalam
etanol yang menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin
kecil, terutama pada karburatornya.[30]
Sebuah studi yang dilakukan oleh MIT pada tahun
2004[31] dan sebuah paper yang dipublikasika
oleh Society of Automotive
Engineers[32]mengidentifikasikan sebuah metode yang
lebih baik untuk mengeksplorasi karakteristik bahan
bakar etanol daripada jika hanya mencampurkannya
dengan bensin. Metode ini akan memunculkan
kemungkinan bahwa alkohol nantinya akan
memperbaiki efektifitas pada mobil elektrik hibrida.
Perubahan ini akan menggunakan mesin 2 bahan bakar
(dual-fuel) yaitu alkohol murni (atau azeotrop atau E85)
dengan injeksi langsung turbocharger, dengan rasio
kompresi tinggi, volume silinder kecil, tetapi
menghasilkan tenaga yang sama dengan mesin yang
memiliki volume silinder 2 kalinya. Setiap bahan bakar
akan ditempatkan terpisah, dengan tangki alkohol yang
berukuran jauh lebih kecil. Mesin berkompresi tinggi ini
(yang berarti juga efisiensinya tinggi), akan
menggunakan bahan bakar bensin pada kondisi daya
jelajah rendah. Alkohol hanya akan diinjeksikan ke
silinder ketika dibutuhkan, yaitu misalnya saat ingin
berakselerasi dengan cepat. Injeksi silinder langsung ini
akan meningkatkan nilai oktan etanol yang sudah tinggi
sampai 130. Dari sini, penggunaan bensin serta emisi
gas buang akan berkurang sampai 30%.
Nilai oktan etanol yang lebih tinggi meningkatkan rasio
kompresi mesin dan juga meningkatkan efisiensi
termal.[24] Dalam sebuah studi, kontrol mesin yang
kompleks ditambah sirkulasi ulang pipa gas buang yang
ditingkatkan bisa meningkatkan rasio kompresi sampai
19,5 dengan bahan bakarnya etanol murni sampai
E50.[33] Hal ini nantinya akan menghasilkan ekonomi
bahan bakar mobil etanol sama dengan ekonomi bahan
bakar mobil bensin.
Sejak tahun 1989 juga telah dioperasikan mesin etanol
yang memakai basis dari mesin diesel di
Swedia.[34] Mesin-mesin ini dipakai di bus kota, juga
digunakan di truk-truk distribusi dan pengangkut
sampah. Mesin ini dibuat oleh perusahaan Scania,
mempunyai rasio kompresi yang telah dimodifikasi dan
bahan bakarnya adalah 93.6 % etanol dan 3.6 %
peningkat pembakaran, dan 2.8% denaturan (bahan
bakar ini disebut sebagai ED95).[35] Adanya peningkat
pembakaran memungkinkan mesin ini melakukan
pembakaran seefisien dengan siklus pembakaran pada
mesin diesel. Mesin-mesin ini telah digunakan
di Britania Raya oleh Reading Transport tetapi
penggunaan bahan bakar bioetanol saat ini akan ditutup.
Menyalakan mobil di musim
dingin[sunting | sunting sumber]
Honda Civic berbahan bakar fleksibel di Brasil tahun
2008, mempunyai akses langsung ke tangki bensin
cadangan yang terletak di bagian depan kanan, tempat
pengisiannya ditunjukkan dengan tanda panah.

Campuran etanol yang tinggi akan memunculkan


masalah yaitu kurangnya tekanan uap bahan bakar
tersebut sehingga susah untuk menguap dan memicu
pembakaran di musim dingin selagi musim dingin (hal
ini terjadi karena etanol cenderung menaikkan kalor
penguapanbahan bakar).[36]) Ketika tekanan uap kurang
dari 45 kPa maka mesin akan suusah untuk
dinyalakan.[37] Maka, untuk menghindari masalah ini,
terutama ketika suhu kurang dari 11 °C (52 °F), maka
pemerintah Amerika Serikat dan Uni Eropa sepakat
untuk menggunakan E85 sebagai campuran etanol
maksimum yang digunakan di kendaraan bahan bakar
fleksibel di negara mereka. Di tempat-tempat yang
suhunya sangat dingin, pemerintah Amerika Serikat
mengurangi campuran etanol pada bahan bakar
menjadi E70, meskipun namanya tetap dijual sebagai
E85.[38][39] Selain itu, di tempat yang suhunya turun
sampai dibawah −12 °C (10 °F), maka disarankan untuk
menambahkan sistem pemanas mesin, berlaku untuk
bensin dan kendaraan E85. Pemerintah Swedia juga
mempunyai sistem pengurangan campuran etanol ini,
mereka mengurangi campuran etanol menjadi E75 selagi
musim dingin.[39][40]
Kendaraan bahan bakar fleksibel di Brasil dapat
dioperasikan menggunakan etanol sampai E100. Mesin
kendaraan ini juga akan menimbulkan turunnya uap
penguapan seperti pada kendaraan E85. Untuk
mengatasinya, kendaraan bahan bakar fleksibel di Brasil
juga dibuatkan tangki bensin kecil cadangan yang
diletakkan dekat mesin. Ketika mesin akan dinyalakan,
maka bensin akan diinjeksikan ke ruang bakar sehingga
tidak menimbulkan masalah di suhu rendah. Bensin ini
biasanya dibutuhkan bagi penduduk yang tinggal di
Brasil bagian tengah atau selatan, dimana saat musim
dingin suhunya akan turun sampai dibawah 15 °C
(59 °F). Pada tahun 2009, akhirnya diluncurkan mesin
berbahan bakar fleksibel generasi terbaru yang tidak
membutuhkan tangki bensin tambahan lagi.[41][42] Di
bulan Maret 2009, Volkswagen do
Brasil meluncurkan Polo E-Flex, mobil berbahan bakar
fleksibel pertama di Brasil yang tidak lagi menggunakan
tangki bensin tambahan untuk menyalakan mesin.[43][44]
Campuran bahan bakar
etanol[sunting | sunting sumber]
Untuk detail lebih lanjut tentang topik ini,
lihat Campuran bahan bakar etanol umum.

Label EPA E15 di Amerika Serikat yang harus dicantumkan di


semua pom bensin yang menjual etanol E15.

Banyak negara mewajibkan kendaraan-kendaraannya


menggunakan bahan bakar bensin yang dicampur
dengan etanol. Semua kendaraan ringan di Brasil bisa
beroperasi dengan menggunakan etanol dengan
campuran sampai 25% (E25). Sejak tahun 1993,
pemerintahan federal sudah mewajibkan campuran
etanol berkisar antara 22% sampai 25%, dan di bulan
Juli 2011 adalah 25%.[45] Di Amerika Serikat, semua
kendaraan ringan bisa memakai campuran etanol dalam
bahan bakar sampai 10% (E10). Di akhir tahun 2010,
lebih dari 90 persen bensin yang dijual di AS dicampur
dengan etanol.[46] Di bulan Januari 2011, Badan
Perlindungan Lingkungan Amerika
Serikat mengeluarkan surat pernyataan untuk
mencampurkan etanol dalam bensin sampai 15% (E15).
Bahan bakar dengan etanol 15% ini hanya dijual untuk
mobil kecil dan truk ringan dengan keluaran tahun 2001
atau lebih baru.[47][48] Negara lainnya juga telah
menerapkan peraturan serupa, dengan kebijakan masing-
masing.
Ekonomi bahan bakar[sunting | sunting
sumber]
Secara teori, semua kendaraan yang beroperasi dengan
bahan bakar akan mempunyai nilai ekonomi bahan
bakar yang satuannya adalah liter per 100 kilometer.
Nilai ekonomi bahan bakar ini biasanya berbanding
lurus dengan energi yang terkandung dalam bahan
bakar.[49]Tapi, pada faktanya ada banyak variabel yang
dapat memengaruhi performa bahan bakar di dalam
mesin. Etanol sendiri memiliki energi per unit volume
34% lebih rendah daripada bensin. Maka, teorinya
adalah jika memakai bahan bakar etanol, maka jumlah
bahan bakar yang dikonsumsi akan lebih boros 34%
daripada bensin biasa. Tapi etanol memiliki kelebihan
lain yaitu nilai oktan yang tinggi, maka mesin dapat
dibuat lebih efisien dengan cara meningkatkan rasio
kompresinya. Misalnya, dengan penambahan
turbocharger variabel maka rasio kompresi dapat
menjadi optimum, sehingga ekonomi bahan bakar
nantinya bisa konstan dengan campuran etanol
berapapun.[22][23]Untuk campuran E10 (10% etanol dan
90% bensin), maka efeknya akan kecil jika
dibandingkan dengan bensin biasa.[50][51] Untuk bahan
bakar etanol E85 (85% etanol), maka efeknya akan
menjadi signifikan. E85 memang lebih boros daripada
bensin sehingga pemilik mobil akan lebih sering mengisi
bahan bakar. Performa kendaraan sendiri tergantung dari
mobilnya apa. Sebuah tes yang dilakukan pada tahun
2006 oleh Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA)
pada mobil-mobil E85 menyebutkan bahwa ekonomi
bahan bakar mobil E85 lebih boros sekitar 25,56%
daripada bensin.[52] Rating ekonomi bahan bakar yang
dikeluarkan oleh EPA ini berpengaruh[53] ketika orang
akan membeli mobil. Tapi, karena E85 ini adalah bahan
bakar dengan performa tinggi (nilai oktannya 94-96),
maka semestinya juga dibandingkan dengan bensin yang
mahal.[54] Harga ritel etanol E85 di Amerika Serikat
adalah 2,62 dolar AS per galon AS, sedangkan harga
bensin biasa adalah 3,03 dolar AS per galon AS. Harga
etanol murni di Brasil (E100) adalah 3,88 dolar,
sedangkan harga bensin campuran E25 adalah 4,91 dolar
(pada bulan Juli 2007).

Produksi per negara[sunting | sunting


sumber]
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bahan bakar
etanol berdasarkan negara
Produsen etanol terbesar di dunia pada tahun 2010
adalah Amerika Serikat dengan jumlah 13,2 miliar galon
AS dan Brasil dengan 6,92 galon AS. 2 negara ini
memproduksi 88% etanol dunia, yang total semuanya
adalah 22,95 galon AS (86,9 miliar liter).[2] Insentif yang
diberikan pemerintah, diikuti dengan pengembangan
inisiatif dari industri, telah mendorong negara-negara
seperti Jerman, Spanyol, Perancis, Swedia, China, Thaila
nd, Kanada, Kolombia, India, Australia, dan beberapa
negara Amerika Tengah untuk mengembangkan industri
etanol.

Produksi Bahan bakar etanol Per tahun Per negara


(2007–2010)[2][55][56]
Top 10 negara/kawasan
(Satuan dalam juta galon AS)
Per.
Negara/wilayah 2010 2009 2008 2007
Dunia

1 Amerika Serikat 13,230.00 10,600.00 9,000.00 6,498.60

2 Brasil 6,921.54 6,577.89 6,472.2 5,019.2

3 Uni Eropa 1,176.88 1,039.52 733.60 570.30

4 Republik Rakyat 541.55 541.55 501.90 486.00


Tiongkok

5 Thailand 435.20 89.80 79.20

6 Kanada 356.63 290.59 237.70 211.30

7 India 91.67 66.00 52.80

8 Kolombia 83.21 79.30 74.90

9 Australia 66.04 56.80 26.40 26.40

10 Lainnya 247.27

Total dunia 22,946.87 19,534.993 17,335.20 13,101.7

Lingkungan[sunting | sunting sumber]


Keseimbangan energi[sunting | sunting
sumber]

Keseimbangan energi [57]


Negara Tipe Keseimbangan energi

Amerika Serikat Etanol dari jagung 1.3

Brasil Etanol dari tebu 8

Jerman Biodiesel 2.5

Amerika Serikat Etanol selulosa† 2–36††

† hanya eksperimen, belum diproduksi secara


komersial
†† tergantung dari metode produksi

Artikel utama untuk bagian ini


adalah: Keseimbangan energi bahan bakar etanol
Semua biomassa paling tidak pasti mempunyai tahap-
tahap seperti ini: ditanam, dipanen, dikeringkan,
difermentasi, dan kemudian dibakar. Semua tahap-tahap
ini membutuhkan sumber daya dan infrastruktur. Total
energi yang digunakan untuk menghasilkan etanol jika
dibandingkan dengan total energi yang dihasilkan etanol
maka akan menghasilkan "keseimbangan energi" atau
"hasil energi bersih". Sebuah penelitian yang dilakukan
oleh majalah National Geographic pada tahun 2007
menjelaskan tentang etanol dari jagung yang dihasilkan
oleh Amerika Serikat: satu unit energi bahan bakar fosil
dibutuhkan untk memproduksi 1,3 unit energi bahan
bakar etanol. Keseimbangan energi dari etanol yang
diproduksi di Brasil lebih baik, yaitu 1:8. Estimasi untuk
keseimbangan energi ini sebenarnya juga tidak pasti,
karena beberapa laporan menyatakan yang sebaliknya.
Contohnya adalah sebuah survei yang terpisah
menyatakan bahwa etanol yang diproduksi dari tebu
dapat mengembalikan 8 sampai 9 kali energi yang
dibutuhkan untuk membuatnya, jika dibandingkan
dengan jagung yang hanya mengembalikan 1,34 kali
energi yang dibutuhkan untuk membuatnya.[58] Studi
yang dilakukan oleh Universitas California,
Berkeley pada tahun 2006 menyatakan bahwa
memproduksi etanol dari jagung menggunakan minyak
mentah yang lebih sedikit daripada memproduksi
bensin.[59]
Karbon dioksida, yang termasuk dalam gas rumah kaca,
akan dihasilkan selama proses fermentasi dan
pembakaran. Karbon dioksida ini nantinya bisa
digunakan oleh tanaman untuk memproduksi biomassa
lagi.[60] Ketika dibandingkan dengan bensin, tergantung
dari metode produksinya juga, etanol akan menghasilkan
gas rumah kaca yang lebih sedikit.[61][62]
Polusi udara[sunting | sunting sumber]
Etanol adalah bahan bakar yang jika dibakar dengan
oksigen maka akan menghasilkan karbon dioksida, air,
dan aldehida. Bensin sendiri menghasilkan 2,44 kg
CO2 per liter dan etanol 1,94 kg/liter.[63] Karena energi
yang dihasilkan oleh etanol hanya 2/3 energi yang
dihasilkan bensin, maka etanol menghasilkan CO2 19%
lebih banyak daripada bensin dengan energi yang sama.
Undang-undang Kebersihan Udara AS mengharuskan
penambahan oksigenat untuk mengurangi emisi karbon
dioksida di Amerika Serikat. Zat adiktif yang biasa
digunakan pada bensin, MTBE, saat ini mulai dikurangi
penggunaannya karena ternyata mencemari air tanah,
sehingga etanol dianggap sebagai aditif alternatif yang
menjanjikan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti atmosfer
di Universitas Stanford mengemukakan bahwa bahan
bakar E85 dapat meningkatkan risiko kematian akibat
pencemaran udara sampai 9% di kota Los
Angeles.[64] Level ozon juga meningkat secara
signifikan, kabut asap meningkat dan penyakit seperti
asma juga meningkat.[65]
Karbon dioksida[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Standar bahan bakar rendah karbon

Kalkulasi intensitas karbon dari bioetanol jagung yang


ditanam di AS dan dibakar di Inggris, yang dilakukan oleh
pemerintah Inggris.[66]
Grafik dari pemerintah Inggris yang menggambarkan
intensitas karbon dari bioetanol dan bahan bakar fosil.
Grafik ini mengasumsikan bahwa semua bioetanol dibakar
di negara asalnya dan tanah yang digunakan sebelumnya
telah digunakan untuk menanami tanaman bio ini.[66]

Penghitungan pasti berapa banyak karbon dioksida yang


dihasilkan untuk memproduksi bioetanol sangatlah
kompleks dan prosesnya juga tidak pasti, sehingga
sangat tergantung dari bagaimana etanol itu diproduksi
dan nantinya akan dibuat asumsi dalam penghitungan
tersebut. Penghitungan karbon dioksida itu semestinya
termasuk:

 Biaya untuk menanam tanaman


 Biaya untuk mengangkut tanaman ke pabrik
 Biaya untuk mengolah tanaman itu menjadi
bioetanol
Penghitungan itu juga mungkin termasuk:

 Biaya penggantian penggunaan lahan dimana


tanaman bio itu ditanam.
 Biaya transportasi bioetanol dari pabrik ke tempat
penggunaan.
 Efisiensi bioetanol jika dibandingkan dengan bensin
biasa.
 Banyaknya karbon dioksida yang dihasilkan di pipa
pembuangan.
 Keuntungan lain yang didapat dari produksi
sampingan seperti pakan ternak atau listrik.
Grafik di kanan menunjukkan penghitungan yang
dilakukan oleh pemerintah Inggris untuk keperluan
obligasi bahan bakar transportasi terbaharukan.[66]
Pada bulan Januari 2006, sebuah artikel sains dari ERG
UC Berkeley mengestimasi pengurangan gas rumah
kaca dari etanol jagung adalah 13% setelah mempelajari
berbagai macam studi. Tak lama kemudian, mereka
mengeluarkan versi revisi dari artikel itu dan
menurunkan angkanya menjadi 7,4% saja. Sebuah
ulasan dari Majalah National Geographic pada tahun
2007[57] mengemukakan bahwa produksi dan
penggunaan etanol dari jagung akan mengurangi emisi
CO2 sebesar 22% jika dibandingkan dengan bensin,
sedangkan untuk etanol dari tebu maka pengurangan
emisinya adalah 56%. Perusahaan Ford mengatakan
bahwa akan ada pengurangan emisi CO2 sebesar 70%
untuk penggunaan bahan bakar bioetanol pada
kendaraan bahan bakar fleksibel mereka.[67]
Perubahan penggunaan
lahan[sunting | sunting sumber]
Lihat pula: Bahan bakar vs. makanan
Perkebunan skala besar dibutuhkan untuk memproduksi
alkohol dan ini membutuhkan lahan yang luas juga.
Universitas Minnesota melaporkan bahwa jika semua
jagung yang ditanam di A.S. digunakan untuk
memproduksi etanol maka akan menggantikan 12%
konsumsi bensin A.S. sekarang ini.[68] Mereka
mengklaim bahwa lahan yang digunakan untuk
memproduksi etanol diperoleh melalui deforestasi hutan,
dan lainnya juga telah meneliti bahwa area yang
sekarang ini dipakai untuk menanam tanaman ini
biasanya tanahnya tidak cocok.[69][70] Dalam beberapa
hal, pertanian dapat saja membuat kesuburan tanah
berkurang karena berkurangnya organisme
organik,[71] turunnya kualitas dan kuantitas air,
penggunaan pestisida yang semakin besar, dan potensi
penggusuran komunitas lokal.[72] Teknologi yang
semakin modern memungkinkan para petani untuk
memperoleh hasil yang sama besar dengan pengorbanan
yang lebih sedikit.[68]
Produksi etanol selulosa merupakan salah satu
pendekatan baru yang digunakan untuk menyelesaikan
masalah penggunaan lahan ini. Etanol selulosa dapat
diproduksi dari bagian mana saja dari sebuah tanaman,
sehingga berpotensi akan melipatgandakan hasil,
sehingga akhirnya konflik makanan vs. bahan bakar
akan bisa diminimalkan. Daripada biasanya yang hanya
menggunakan amilumnya saja, produksi etanol selulosa
akan memaksimalkan penggunaan seluruh bagian
tumbuhan. Dengan ini, maka pengeluaran karbon pun
menjadi lebih sedikit karena mendapatkan hasil yang
lebih banyak dengan menggunakan material yang masih
bisa dipakai. Teknologi untuk memproduksi etanol
selulosa ini sampai saat ini sudah sampai pada tahap
komersialisasi.[14][15]
Penggunaan etanol untuk listrik[sunting | sunting
sumber]
Mengubah biomassa menjadi listrik untuk kemudian
digunakan untuk mengisi baterai mobil elektrik mungkin
akan lebih "ramah lingkungan" daripada menggunakan
biomassa untuk memproduksi etanol, menurut salah satu
publikasi ilmiah. "Anda akan menggunakan lahan lebih
efisien dan penggunaan yang lebih efisien juga dengan
mengubah biomassa menjadi listrik daripada menjadi
etanol," kata Elliott Campbell, seorang peneliti
lingkungan di Universitas California di Merced, yang
memimpin penelitian ini. "Daripada untuk membuat
bahan bakar bio cair, lebih baik kita menjadikannya
sebagai sumber daya alam bio."
Karena bioenergi saat ini telah menjadi solusi dari
masalah iklim globa;, maka pengembangan teknologi
diperlukan, kata analis. Para peneliti terus mencari
bagaimana cara mencari pengembangan yang paling
efektif, baik di etanol selulosa maupun baterai kendaraan
listrik.[73]
Ongkos biaya akibat emisi etanol[sunting | sunting
sumber]
Untuk setiap satu miliar galon bahan bakar etanol yang
diproduksi dan dibakar di AS, maka diperkirakan
ongkos produksi disertai dengan perubahan iklim adalah
469 juta dolar AS untuk bensin, 472–952 juta dolar AS
untuk etanol jagung tergantung dari sumber panas
pengilangannya beserta teknologinya, dan hanya 123–
208 juta dolar AS untuk etanol selulosa tergantung dari
tanamannya (biomassa prairie, Miscanthus, stover
jagung, atau switchgrass).[74]

Efisiensi tanaman[sunting | sunting


sumber]
Ketika hasil etanol semakin meningkat dan tanaman
yang bisa dipakai untuk etanol semakin banyak, maka
produksi etanol bisa semakin ekonomis. Sekarang ini,
penelitian untuk meningkatkan hasil etanol dari tanaman
jagung sedang dilakukan menggunakan bioteknologi.
Juga, selama harga minyak tetap tinggi, maka
penggunaan tanaman sebagai bahan bakar akan semakin
dipilih. Tanaman switchgrass, yang tumbuhnya cepat,
bisa ditanam di lahan yang tidak cocok untuk tanaman
lain dan menghasilkan etanol banyak per unit
wilayah.[57]

Penghematan
Hasil per tahun
Jenis gas rumah
(Liter/hektar, Keterangan
tanaman kaca
galon AS/acre)
vs. bensin[a]
7300 L/ha, Produksi etanol bergantung dari
Miscanthus 37%–73%
780 g/acre kemajuan teknologi selulosa.

Produksi etanol bergantung dari


kemajuan teknologi selulosa.
Usaha peranakan dilakukan untuk
3100–7600 L/ha,
Switchgrass 37%–73% meningkatkan hasil.
330–810 g/acre
Kemungkinan produksi biomassa
lebih besar dengan campuran dari
rumput perennial lainnya.

Tanaman cepat tumbuh. Produksi


etanol bergantung dari kemajuan
teknologi selulosa. Jika proyek
3700–6000 L/ha,
Poplar 51%–100% pengurutan genomik tanaman ini
400–640 g/acre
selesai, maka bisa diusahakan
untuk meningkatkan hasil
tanaman.

Tanaman yang digunakan sebagai


sumber utama untuk etanol di
Brasil Pabrik pemrosesan terbaru
6800–8000
dapat membakar residu yang tidak
Tebu L/ha,[52][75][76][77] 87%–96%
digunakan untuk etanol untuk
727–870 g/acre
menghasilkan listrik. Hanya
tumbuh di iklim tropis dan
subtropis.

Produksi etanol dapat


menggunakan teknologi yang ada
saat ini. Tumbuh di tempat
Sorgum 2500–7000 L/ha, Tidak ada beriklim tropis dan sedang, tetapi
manis 270–750 g/acre data hasil etanol tertinggi bisa didapat
kalau ditanam di tempat tropis.
Tidak dapat disimpan
lama.[78][79][80][81]

Digunakan sebagai tanaman


utama penghasil bioetanol di
3100–4000
Amerika Serikat. Saat ini hanya
Jagung L/ha,[52][75][76][77] 10%–20%
kernelnya saja yang dapat
330–424 g/acre
diproses. Pengembangan
teknologi selulosa akan
memungkinkan brangkasannya
digunakan juga dan dapat
meningkatkan hasil etanol
sampaui 1.100 - 2.000 liter/ha.

Sumber: Nature 444 (7 December 2006): 673-676.


[a] - Savings of GHG emissions assuming no land use change (using existing crop lands).

Penggunaan lain[sunting | sunting


sumber]
Bahan bakar etanol juga bisa digunakan sebagai bahan
bakar roket. Sampai tahun 2010, ada etanol meskipun
dalam jumlah sedikit yang digunakan di Pesawat
ringan contohnya Mark-III X-racer.[82]
Sampai saat ini masih banyak penggunaan kerosin untuk
penerangan dan memasak di negara-negara yang masih
kurang berkembang. Etanol bisa digunakan sebagai
sumber untuk menggantikan minyak ini juga. Sebuah
proyek non-profit yang bernama Proyek Gaia sedang
mengusahakan agar kompor berbahan etanol bisa
menggantikan kayu bakar, arang, atau kerosin.[83]

Bibliografi[sunting | sunting sumber]


 J. Goettemoeller, A. Goettemoeller
(2007). Sustainable Ethanol: Biofuels,
Biorefineries, Cellulosic Biomass, Flex-Fuel
Vehicles, and Sustainable Farming for Energy
Independence (Brief and comprehensive account of
the history, evolution and future of ethanol). Prairie
Oak Publishing,Maryville,
Missouri. ISBN 9780978629304.
 The Worldwatch Institute (2007). Biofuels for
Transport: Global Potential and Implications for
Energy and Agriculture (Global view, includes
country study cases of Brazil, China, India and
Tanzania). Earthscan Publications Ltd., London,
U.K. ISBN 9781844074228.

Referensi[sunting | sunting sumber]


1. ^ "Towards Sustainable Production and Use of
Resources: Assessing Biofuels" (PDF). United
Nations Environment Programme. 16 October 2009.
Diakses tanggal 24 October2009.
2. ^ a b c d F.O. Lichts. "Industry Statistics: 2010 World
Fuel Ethanol Production". Renewable Fuels
Association. Diakses tanggal 30 April 2011.
3. ^ Worldwatch Institute and Center for American
Progress (2006). American energy: The renewable
path to energy security
4. ^ "Portaria Nº 143, de 27 de Junho de 2007" (dalam
bahasa Portuguese). Ministério da Agricultura,
Pecuária e Abastecimento. Diakses tanggal 5
October 2008.
5. ^ "Produção de Automóveis por Tipo e Combustível
- 2010(Tabela 10)" (PDF) (dalam bahasa
Portuguese). ANFAVEA - Associação Nacional dos
Fabricantes de Veículos Automotores (Brasil).
January 2011. Diakses tanggal 5
February 2011. Production up to December 2010
6. ^ "Anúario da Industria Automobilistica Brasileira
2010: Tabelas 2.1-2.2-2.3 Produção por combustível
- 1957/2009" (dalam bahasa Portuguese).
ANFAVEA - Associação Nacional dos Fabricantes
de Veículos Automotores (Brasil). Diakses tanggal 5
February 2011.
7. ^ "Produção Motocicletas 2010" (PDF) (dalam
bahasa Portuguese). ABRACICLO. Diakses
tanggal 15 February 2011.
8. ^ Abraciclo (27 January 2010). "Motos flex foram
as mais vendidas em 2009 na categoria
150cc" (dalam bahasa Portuguese). UNICA. Diakses
tanggal 10 February 2010.
9. ^ "Deforestation diesel – the madness of
biofuel" (PDF). Diakses tanggal 27 August 2011.
10. ^ Youngquist, W. Geodestinies, National Book
company, Portland, OR, 499p.
11. ^ "The dirty truth about biofuels". Oilcrash.com. 14
March 2005. Diakses tanggal 27 August 2011.
12. ^ Kinver, Mark (18 September 2006). "Biofuels
look to the next generation". BBC News. Diakses
tanggal 27 August 2011.
13. ^ O. R. Inderwildi, D. A. King (2009). "Quo Vadis
Biofuels". Energy & Environmental Science. 2 (4):
343. doi:10.1039/b822951c.
14. ^ a b Biotechnology Industry Organization
(2007). Industrial Biotechnology Is Revolutionizing
the Production of Ethanol Transportation Fuel pp.
3-4.
15. ^ a b International Energy Agency (2006). World
Energy Outlook 2006 p. 8.
16. ^ "meti.go.jp file g30819b40j" (PDF). Diakses
tanggal 27 August 2011.
17. ^ "(grainscouncil.com, Biofuels_study 268 kB pdf,
footnote, p 6)" (PDF). Web.archive.org. 18 July
2008. Diakses tanggal 27 August 2011.
18. ^ By: Martin LaMonica (12 June 2008). "Algae
farm in Mexico to produce ethanol in '09".
News.cnet.com. Diakses tanggal 27 August 2011.
19. ^ "New Enzyme for More Efficient Corn Ethanol
Production". Green Car Congress. 30 June 2005.
Diakses tanggal 14 January 2008.
20. ^ "Gasoline C made with Hydrous Ethanol in
Brazil" (PDF). Delphi South America Technical
Center – Brazil. 2008-07-30.
21. ^ "Modern Corn Ethanol plant description" (PDF).
22. ^ a b http://www.afdc.energy.gov Energy.gov site
23. ^ a b http://www.eia.doe.gov Alternative Fuel
Efficiencies in Miles per Gallon
24. ^ a b "washington.edu, course, 22 October v2".
Courses.washington.edu. Diakses tanggal 27
August 2011.
25. ^ "Efficiency Improvements Associated with
Ethanol-Fueled Spark-Ignition Engines". Swri.edu.
21 January 2011. Diakses tanggal 27 August 2011.
26. ^ N. Stauffer (25 October 2006). "MIT's pint-sized
car engine promises high efficiency, low cost". MIT.
Diakses tanggal 14 January 2008.
27. ^ Squeezing More Out of Ethanol
28. ^ Brinkman, N., Halsall, R., Jorgensen, S.W., &
Kirwan, J.E., "The Development Of Improved Fuel
Specifications for Methanol (M85) and Ethanol
(Ed85), SAE Technical Paper 940764
29. ^ W. Horn and F. Krupp. Earth: The Sequel: The
Race to Reinvent Energy and Stop Global Warming.
2006, 85
30. ^ Mechanics see ethanol damaging small engines,
msnbc.com, 8 January 2008
31. ^ "Microsoft Word -
Direct_Injection_03=08=05_1.doc" (PDF). Diakses
tanggal 27 August2011.
32. ^ "SAE Paper 2001-01-2901". Sae.org. 16 October
2000. Diakses tanggal 27 August2011.
33. ^ M. Brusstar, M. Bakenhus. "Economical, High-
Efficiency Engine Technologies for Alcohol
Fuels" (PDF). U. S. Environmental Protection
Agency. Diakses tanggal 14 January 2008.
34. ^ "Scania continues renewable fuel drive, New
highly efficient diesel ethanol engine-- ready to cut
fossil CO2 emissions by 90%" Scania PRESSInfo,
21 May 2007
35. ^ "England receives ethanol buses Brian
Warshaw, Ethanol Producer, 21 March 2008
36. ^ Roman M. Balabin; et al. (2007). "Molar enthalpy
of vaporization of ethanol–gasoline mixtures and
their colloid state". Fuel. 86 (3):
323. doi:10.1016/j.fuel.2006.08.008.
37. ^ "Sustainable biofuels: prospects and
challenges" (PDF). The Royal Society. 2008. Diakses
tanggal 27
September 2008. Parameter |month= yang tidak
diketahui akan diabaikan (bantuan)[pranala
nonaktif]
Policy document 01/08. See 4.3.1 Vapour
pressure and bioethanol and Figure 4.3 for the
relation between ethanol content and vapor pressure.
38. ^ Ethanol Promotion and Information Council (27
February 2007). "When is E85 not 85 percent
ethanol? When it's E70 with an E85 sticker on it".
AutoblogGreen. Diakses tanggal 24 August 2008.
39. ^ a b "Ethanol fuel and cars". Interesting Energy
Facts. Diakses tanggal 23 September2008.
40. ^ Vägverket (Swedish Road Administration) (30
May 2007). "Swedish comments on Euro 5/6
comitology version 4, 30 May 2007: Cold
Temperature Tests For Flex Fuel Vehicles"(PDF).
European Commission. Diakses tanggal 23
September 2008.
41. ^ "Here comes the 'Flex' vehicles third
generation" (PDF). Revista Brasileira de
BioEnergia (dalam bahasa Portuguese). Centro
Nacional de Referência em Biomassa (Cenbio).
2008. Diakses tanggal 23
September 2008. Parameter |month= yang tidak
diketahui akan diabaikan (bantuan) Ano 2, No. 3
(every article is presented in both English and
Portuguese)
42. ^ Agência Estado (10 June 2008). "Bosch investe na
segunda geração do motor flex"(dalam bahasa
Portuguese). Gazeta do Povo. Diakses tanggal 23
September 2008.
43. ^ Q. Rodas (2009). "Volkswagen Polo E-
Flex" (dalam bahasa Portuguese). Editora Abril.
Diakses tanggal 12
March 2003. Parameter |month= yang tidak
diketahui akan diabaikan (bantuan)
44. ^ "Volks lança sistema que elimina tanquinho de
gasolina para partida a frio" (dalam bahasa
Portuguese). UNICA. 12 March 2009. Diakses
tanggal 12 March 2003.
45. ^ Julieta Andrea Puerto Rico (8 May
2008). "Programa de Biocombustíveis no Brasil e na
Colômbia: uma análise da implantação, resultados e
perspectivas" (dalam bahasa
Portuguese). Universidade de São Paulo. Diakses
tanggal 5 October 2008. Ph.D. Dissertation Thesis,
pp. 81–82
46. ^ "2011 Ethanol Industry Outlook: Building Bridges
to a More Sustainable Future" (PDF). Renewable
Fuels Association. 2011. Diakses tanggal 30
April 2011.See pages 2-3, 10-11, 19-20, and 26-27.
47. ^ Matthew L. Wald (13 October 2010). "A Bit More
Ethanol in the Gas Tank". New York Times. Diakses
tanggal 14 October 2010.
48. ^ Fred Meier (13 October 2010). "EPA allows 15%
ethanol in gasoline, but only for late-model
cars". USA Today. Diakses tanggal 14 October 2010.
49. ^ http://www.eia.doe.gov DOE FAQ
50. ^ "Ethanol in Petrol". Royal Automobile
Association of South Australia. 2004. Diakses
tanggal 29 April 2007. Parameter |month= yang
tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
51. ^ "EPA Info". US EPA. 2011-03-07. Diakses
tanggal 2011-08-27.
52. ^ a b c J. Goettemoeller, A. Goettemoeller
(2007). Sustainable Ethanol: Biofuels, Biorefineries,
Cellulosic Biomass, Flex-Fuel Vehicles, and
Sustainable Farming for Energy Independence.
Prairie Oak Publishing, Maryville, Missouri.
hlm. 42. ISBN 9780978629304.
53. ^ "EPA Mileage". Fueleconomy.gov. Diakses
tanggal 2011-08-27.
54. ^ "Changes in Gasoline IV, sponsored by
Renewable Fuels Foundation" (PDF). Diakses
tanggal 27 August 2011.
55. ^ "2009 Global Ethanol Production (Million
Gallons)" (PDF). F.O. Licht, cited in Renewable
Fuels Association, Ethanol Industry Overlook 2010,
pp. 2 and 22. 2010. Diakses tanggal 12
February 2011.
56. ^ F.O. Licht. "2007 and 2008 World Fuel Ethanol
Production". Renewable Fuels Association.
Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 April 2008.
Diakses tanggal 17 April 2010.
57. ^ a b c Green Dreams J.K. Bourne JR, R.
Clark National Geographic Magazine October 2007
p. 41 Article
58. ^ iea.org, biofuels2004.pdf[pranala nonaktif]
59. ^ Sanders, Robert (26 January 2006).Ethanol can
replace gasoline with significant energy savings,
comparable impact on greenhouse gases. University
of California BerkleyEnergy Resources Group, Dan
Kammen and Alex Farrell; Michael O'Hare,
Goldman School of Public Policy. Also published
27 JANUARY 2006 VOL 311 Science,
www.sciencemag.org .Retrieved 22 August 2011.
60. ^ "oregon.gov, biomass forum". Oregon.gov. 27
March 2009. Diakses tanggal 27 August2011.
61. ^ M. Wang, C. Saricks, D. Santini. "Effects of Fuel
Ethanol Use on Fuel-Cycle Energy and Greenhouse
Gas Emissions" (PDF). Argonne National
Laboratory. Diakses tanggal 7 July2009.
62. ^ M. Wang. "Energy and Greenhouse Gas
Emissions Effects of Fuel Ethanol" (PDF). Diakses
tanggal 7 July 2009.
63. ^ Popa, Bogdan (29 Jan 2009). "Emissions:
Gasoline vs. Diesel vs. Bioethanol".
autoevolution.com. Diakses tanggal 27
December 2010.
64. ^ Davidson, Keay (18 April 2007). "Study warns of
health risk from ethanol". San Francisco Chronicle.
Diakses tanggal 7 July 2009.
65. ^ M. Z. Jacobson (14 March 2007). "Effects of
Ethanol (E85) vs. Gasoline Vehicles on Cancer and
Mortality in the United States". ACS Publications.
Diakses tanggal 2008-1-14.Periksa nilai tanggal
di: |accessdate= (bantuan)
66. ^ a b c "Part
One" (PDF). Parameter |acessdate= yang tidak
diketahui mengabaikan (|tanggal-
akses= yang disarankan) (bantuan)
67. ^ Bioethanol Production and Use Creating Markets
for Renewable Energy TechnologiesEU, RES
Technology Marketing Campaign, European
Biomass Industry Association EUBIA 2007
68. ^ a b D. Morrison (18 September 2006). "Ethanol
fuel presents a corn-undrum". University of
Minnesota. Diakses tanggal 14 January 2008.
69. ^ "Lula calls for ethanol investment". BBC. 4 June
2007. Diakses tanggal 14 January2008.
70. ^ "Brazil's ethanol push could eat away at Amazon".
Associated Press. 7 March 2007. Diakses tanggal 14
January 2008.
71. ^ Kononova, M. M. Soil Organic Matter, Its Nature,
Its role in Soil Formation and in Soil Fertility, 1961
72. ^ D. Russi (7 March 2007). "Biofuels: An advisable
strategy?". Diarsipkan dari versi aslitanggal 29
March 2008.
73. ^ Block, Ben. "Study: biofuels more efficient as
electricity source.(EYE ON EARTH)(Brief article)."
World Watch 22
74. ^ Hill, Jason, Stephen Polasky, Erik Nelson, David
Tilman, Hong Huo, Lindsay Ludwig, James
Neumann, Haochi Zheng, and Diego Bonta.
"Climate change and health costs of air emissions
from biofuels and gasoline.(SUSTAINABILITY
SCIENCE)(Author abstract)." Proceedings of the
National Academy of Sciences of the United States
106.6 (10 February 2009): 2077(6). Expanded
Academic ASAP. Gale. BENTLEY UPPER
SCHOOL LIBRARY (BAISL). 6 October 2009
75. ^ a b D. Budny, P. Sotero (2007-04). "Brazil Institute
Special Report: The Global Dynamics of
Biofuels" (PDF). Brazil Institute of the Woodrow
Wilson Center (updated to Jan, 2011). Diakses
tanggal 3 May 2008. Periksa nilai tanggal
di: |date= (bantuan)
76. ^ a b J. Duailibi (27 April 2008). "Ele é o falso
vilão" (dalam bahasa Portuguese). Veja Magazine.
Diakses tanggal 3 May 2008.
77. ^ a b M. H. Tachinardi (13 June 2008). "Por que a
cana é melhor que o milho" (dalam bahasa
Portuguese). Época Magazine. Diakses tanggal 6
August 2008. Print edition pp. 73
78. ^ Belum V S Reddy. "Sweet sorghum: A Water
Saving BioEnergy Crop" (PDF). International Crops
Research Institute for the SemiArid Tropics. Diakses
tanggal 14
January2008. Parameter |coauthors= yang
tidak diketahui mengabaikan (|author= yang
disarankan) (bantuan)
79. ^ "RP INVESTOR TO PUT UP PIONEERING
SWEET SORGHUM ETHANOL PLANT". Manila
Bulletin. 25 October 2006. Diakses tanggal 14
January 2008.
80. ^ G. C. Rains, J. S. Cundiff, and G. E. Welbaum (12
September 1997). "Sweet Sorghum for a Piedmont
Ethanol Industry". Diakses tanggal 14 January 2008.
81. ^ "ICRISAT develops sweet sorghum for ethanol
production". 12 August 2004. Diarsipkan dari versi
asli tanggal 15 December 2007. Diakses tanggal 14
January 2008.
82. ^ Rocket Racing League Unveils New Flying Hot
Rod, by Denise Chow, Space.com, 2010-04-26,
accessed 27 April 2010.
83. ^ "Welcome to Project Gaia". Project Gaia. Diakses
tanggal 6 May 2009.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]


 Daftar topik energi
 Biodiesel
 Bahan bakar bio
 Biomassa
 Butanol dari Clostridium acetobutylicum
 Bahan bakar butanol
 Kendaraan hidrogen
 MTBE
 Bahan bakar seri-P
 Tebu
 Bahan bakar cair
 Krisis minyak
 Garis waktu bahan bakar alkohol
 Etanol selulosa

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 How Ethanol is Made
 Ethanol from Sweet Sorghum:[1]
 Ethanol fuel for rural households;[2]
 U.S. Department of Energy: ethanol.
 National Pollutant Inventory - Ethanol fact sheet
 Farm Industry News: Hydrogen Corn Economy.
Article about converting ethanol to hydrogen.
 Clean Fuels Development Coalition [3]
 Pimentel: Ethanol - Inefficient Fuel and Debunking
Pimentel: Ethanol - Efficient Fuel
 Henry Ford, Charles Kettering and the Fuel of the
Future (history of ethanol) [4]
 Renewable and Appropriate Energy
Laboratory's survey article *Ethanol Can Contribute
to Energy and Environmental Goals (.pdf format).
Published in Science, January 27, 2006
 David Cohn, "Ethanol's New Cheap Trick", Seed
Magazine" March 31, 2006
 DrivingEthanol.org
 e85 ethanol information
 FuturePundit.com - Is Corn Ethanol A Good Energy
Source?
 Thermodynamics of the Corn-Ethanol Biofuel
Cycle Tad W. Patzek, Department of Civil and
Environmental Engineering, University of
California, Berkeley
 How far can you drive on a bushel of corn?
Crunching the numbers on alternative fuels. Popular
Mechanics May, 2006 issue
 Robert Rapier, "Ethanol Investing:
Counterpoint", Financial Sense" June 23, 2006
 Digging into the Ethanol Debate Wall Street Journal
Online, June 9, 2006. Summary of the production
efficiency debate, with references.
 Biofuels: Think Outside The Barrel—Google talk
on ethanol by Vinod Khosla, a Silicon Valley
billionaire (requires media player)
 The Andersons Agriculture & Ethanol Company
 Ethanol India
 Pacific Ethanol
 Archers Daniels Midland Agriculture & Ethanol
Company
 Verasun Energy
 Biomass Ethanol Energy
 American Coalition for Ethanol
 Ethanol & Methanol - Article by Rob Rodriguez
(ASE) on CDX eTextbook
Kategori:
 Bahan bakar bio
 Bioteknologi
 Bahan bakar
Menu navigasi
 Belum masuk log

 Pembicaraan

 Kontribusi

 Buat akun baru

 Masuk log
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Versi terdahulu
Pencarian
Lanjut

 Halaman Utama
 Perubahan terbaru
 Peristiwa terkini
 Halaman baru
 Halaman sembarang
Komunitas
 Warung Kopi
 Portal komunitas
 Bantuan
Wikipedia
 Tentang Wikipedia
 Pancapilar
 Kebijakan
 Menyumbang
 Hubungi kami
 Bak pasir
Bagikan
 Facebook
 Twitter
 Google+
Cetak/ekspor
 Buat buku
 Unduh versi PDF
 Versi cetak
Dalam proyek lain
 Wikimedia Commons
Perkakas
 Pranala balik
 Perubahan terkait
 Halaman istimewa
 Pranala permanen
 Informasi halaman
 Item di Wikidata
 Kutip halaman ini
 Pranala menurut ID
Bahasa lain
 ‫العربية‬
 Deutsch
 English
 Español
 Français
 हिन्दी
 Português
 Русский
 中文
28 lagi
Sunting interwiki
 Halaman ini terakhir diubah pada 26 Agustus 2017, pukul
00.24.
 Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi-BerbagiSerupa
Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

 Kebijakan privasi

 Tentang Wikipedia

 Penyangkalan

 Pengembang

 Cookie statement

 Tampilan seluler

Anda mungkin juga menyukai