Anda di halaman 1dari 30

PEDOMAN PELAYANAN

UNIT KAMAR OPERASI ( UKO )

RSIA CITRA INSANI


Tahun 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat yang telah
dikaruniakan sehingga Pedoman Pelayanan Unit kamar operasi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Insani ini dapat selesai disusun.

Pedoman Unit kamar operasi ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan pedoman kerja
bagi petugas rumah sakit terutama tenaga keperawatan yang bekerja di unit kamar operasi.
Pedoman ini sangat penting untuk membantu sistematika kerja perawat di unit kamar
operasi sehingga pada akhirnya diharapkan secara khusus dapat mengurangi atau
menurunkan angka kematian, kecacatan dan infeksi seminimal mungkin serta
meningkatkan mutu pelayanan di kamar operasi pada umumnya.

Tidak lupa penyusun sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan semua
pihak dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Unit kamar operasi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Citra Insani

Parung, 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................4

A. Latar Belakang............................................................................. 4

B. Tujuan Pedoman........................................................................... 4

C. Ruang Lingkup............................................................................. 5

D. Batasan Operasional.................................................................... 5

E. Landasan Hukum......................................................................... 6

BAB II STANDAR KETENAGAAN..............................................................7

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia............................................... 7

B. Distribusi Ketenagaan................................................................... 7

C. Pengaturan tenaga......................................................................... 8

BAB III STANDAR FASILITAS................................................................... 10

A. Denah Ruangan............................................................................10

B. Standar Fasilitas......................................................................... 10

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN................................................... 16

BAB VLOGISTIK.......................................................................................22

BAB VI KESELAMATAN PASIEN...............................................................23

BAB VII KESELAMATAN KERJA................................................................27

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU................................................................29

BABIX PENUTUP........................................................................................30

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata
penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan
profesi yang telah ditetapkan.

Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan tindakan yang menimbulkan


stres. Orang yang mengalami pembedahan mempunyai resiko integritas atau keutuhan
tubuh terganggu bahkan dapat merupakan ancaman kehidupan. Penyulit dapat disebabkan
oleh aspek manusia /tenaga, fasilitas/alat dan lingkungan yang tidak memenuhi
persyaratan.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dirasakan perlunya


meningkatkan pelayanan di kamar bedah melalui standarisasi prosedur , melakukan
pengamanan penggunaan peralatan media, peningkatan keterampilan petugas unit kamar
operasi dan peningkatan fasilitas sarana medik sesuai dengan kemajuan tehnologi.

Dengan dilandasi prinsip bahwa setiap tindakan bedah ditujukan untuk mencapai
kesembuhan pasien dan mencegah /mengurangi kecacatan maka setiap pembedahan harus
dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip kehati-hatian dengan melakukan
penyaringan, pengkajian yang menyeluruh terhadap kondisi kesehatan pasien termasuk
melakukan konsultasi multipihak.

B. Tujuan Pedoman

Persyaratan tehnis unit kamar operasi, dimaksudkan sebagai acuan tehnis fasilitas fisik
bangunan dan utilitasnya agar dapat menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
yang memadai sesuai kebutuhan.

Persyaratan tehnis unit kamar operasi rumah sakit bertujuan memberikan petunjuk agar
suatu perencanaan,perancangan dan pengelolaan bangunan unit kamar operasi
memperhatikan kaidah-kaidah pelayanana kesehatan,sehingga bangunan unit kamar
operasi di buat memenuhi standar keamanan,keselamatan,dan kenyamanan bagi pasien

4
dan pengguna bangunan lainnya serta tidak berakibat buruk bagi keduaya. Pedoman tehnis
unit kamar operasi ini akan menjadi acuan bagi pengelola unit kamar operasi

C. Ruang Lingkup Pelayanan

Unit kamar operasi merupakan tempat yang potensial menyebabkan infeksi bagi pasien
dan petugas sehingga harus dilakukan pengendalian infeksi secara menyeluruh meliputi
lingkungan unit kamar operasi, peralatan, petugas dan melaksanakan pemantauan secara
teratur dan berkesinambungan.

Pelayanan unit kamar operasi juga harus dapat mempertimbangkan aspek emosional
pasien dengan melakukan persiapan pra pembedahan yang baik dan hal ini hanya dapat
dilakukan dengan pemberian informasi yang sejelas-jelasnya kepada pasien/keluarganya.

Tehnik unit kamar operasi merupakan suatu aturan tentang bagaimana cara bekerja di unit
kamar operasi secara baik dan benar, dengan tujuan agar tidak terjadi penyulit akibat
pembedahan. Oleh karena itu semua orang yang bekerja di unit kamar operasi harus
memahami serta melaksanakan tehnik unit kamar operasi.

D. BATASAN OPERASIONAL

 Infomed Consent adalah Persetujuan tertulis dari pasien atau keluarganya terhadap
tindakan/ pembedahan /pembiusan.

 SMF ( Staf Medik Fungsional ) adalah Staf Medik Fungsional : Pengelompokan


dokter spesialis sejenis dalam suatu wadah fungsional.

 Dokter Bedah adalah Dokter spesialis dari berbagai disiplin ilmu yang diberikan
kewenangan melakukan tindakan pembedahan.

 Premedikasi adalah pemberian obat tertentu sebelum pembiusan untuk


memberikan ketenangan bagi pasien yang akan menjalani operasi termasuk juga
mengurangi hipersalivasi dan rangsangan muntah.

 Ruang Pemulihan adalah ruangan tempat pemantauan pasien pasca operasi atau
pasca pembiusan.

 Aseptik adalah tindakan untuk membersihkan alat/bahan/tempat dari kuman

 Sterilisasi adalah proses membuat alat/bahan/tempat menjadi steril atau bebas dari
kuman/suatu proses penghancuran mikro organisme dengan sporanya.

5
 Steril adalah Kondisi menunjukkan suatu alat/bahan/tempat bebas dari
mikroorganisme termasuk spora dan endospora

 On Call adalah Menyediakan tenaga/petugas unit kamar operasi dengan


memanggil ke rumah sakit.

E. Landasan Hukum

1. Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran

2. Undang-Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

3. Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

4. Peraturan pemerintah No 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan

5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 436/MenKes/SK/VI/1993


tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit

6. Peraturan Pemerintah No 755/MenKes/Per/IV/2011 tentang Penyelenggaraan


Komite Medik di Rumah Sakit.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi SDM ( Sumber Daya Manusia )

Pola ketenagaan dan kualifikas SDM Unit kamar operasi :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi formal


Keterangan
Ka Unit Unit kamar operasi Perawat Bedah Bersertifikat BLS/
1
BTCLS/PPGD
Dokter Bedah Dokter Spesialis Bersertifikat sesuai
2 Obgin, Spesialis THT, dengan spesialisnya
Spesialis mata
Koordinator Unit kamar D3 minimal Bersertifikat
operasi pengalaman 5 tahun di Managemen Unit
3
OK kamar
operasi/BTCLS/PPGD
Perawat Pelaksana unit D III keperawatan/ S 1 Bersertifikat BLS /
4 kamar operasi keperawatan BTCLS/PPGD/Dasar
Bedah

Jenis Tenaga
1. Tim bedah, terdiri dari :
a. Ahli bedah
b. Asisten Ahli Bedah
c. Perawat instrumen ( Scrub nurse )
d. Perawat Sirkuler ( Circulating nurse )
2. Tim anastesi
Dokter anastesi

B. Distribusi Ketenagaan

Pola pengaturan ketenagaan di Unit kamar operasi yaitu :


a. Dinas Pagi
Yang bertugas sejumlah 2 orang dengan keadaan 1 Unit kamar operasi dan
minimal bersertifikasi Dasar Bedah , BLS ( internal )

b. Dinas Sore
Yang bertugas sejumlah 1 orang dengan keadaan 1 unit kamar operasi dan standar
minimal bersertifikasi BLS
c. Dinas Malam

7
On call
Untuk saat ini terkait kebutuhan ketenagaan yang belum mencukupi maka setiap shif
jumlahnya tergantung dari jumlah operasi dan jam operasi untuk pengaturan ketenagaan.
Untuk tambahan tenaga apabila operasi pada pagi dan sore on call akan dipanggil

C. Pengaturan Tenaga Perawat unit kamar operasi

1. Pengaturan jadwal dinas perawat unit kamar operasi dibuat KepalaUnit Ruangan
unit kamar operasi dan disetujui Manager Keperawatan .
2. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke perawat
pelaksana unit kamar operasi setiap satu bulan yang sebelumnya sudah di
diskusikan atau di evaluasi oleh semua pelaksana sebelum jadwal tersebut
ditandatangani penanggung jawab .
3. Untuk tenaga perawat yang memiliki keperluan penting pada hari tertentu, maka
perawat tersebut dapat mengajukan permintaan dinas pada buku permintaan.
Permintaan akan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga yang ada (apa bila tenaga
cukup dan berimbang serta tidak mengganggu pelayanan, maka permintaan
disetujui).
4. Setiap tugas jaga / shift harus ada perawat penanggung jawab shift ( PJ Shift)
dengan syarat pendidikan minimal D III Keperawatan dan masa kerja minimal 2
tahun, serta memiliki sertifikat Pelatihan Bedah.
5. Jadwal dinas terbagi atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam on call
6. Apabila ada tenaga perawat jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga
sesuai jadwal yang telah ditetapkan (terencana), maka perawat yang bersangkutan
harus memberitahu penanggung jawab ruangan ± 2 jam sebelum dinas pagi, 4 jam
sebelum dinas sore atau dinas malam. Sebelum memberitahu Penanggung jawab ,
diharapkan perawat yang bersangkutan sudah mencari perawat pengganti, apabila
perawat yang bersangkutan tidak mendapatkan perawat pengganti, maka
Penanggung jawab akan mencari tenaga perawat pengganti yaitu perawat yang
hari itu libur . Apabila penanggung jawab tidak dapat pengganti saat itu
menelphone manager atau untuk minta bantuan mencarikan tenaga.

8
7. Apabila ada tenaga perawat tiba – tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan (tidak terencana), maka Penanggung jawab akan mencari perawat
pengganti yang hari itu libur . Apabila perawat pengganti tidak di dapatkan, maka
perawat yang dinas pada shift sebelumnya wajib untuk menggantikan. (Prosedur
pengaturan jadwal dinas perawat Unit kamar operasi sesuai SPO terlampir).
8. Adanya sistem oncall, apabila ada tindakan cito, tenaga kurang maka perawat unit
kamar operasi akan memanggil perawat yang oncall (sesuai SPO Pemanggilan
perawat oncall).

9
BAB III
STANDART FASILITAS

A. Denah Ruangan

Gambar Denah ruangan kamar operasi Rumah sakit RSIA Citra Insani

B. Standar Fasilitas
Ruang Unit kamar operasi memiliki bagian-bagian kamar operasi :
1. Bagian-bagian kamar operasi
Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area :
a) Area bebas / hijau (Un restricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu mengunakan pakaian khusus
kamar operasi
Area bebas meliputi :
1) Ruang tunggu pasien
2) Ruang Penanggung jawab kamar operasi
3) Ruang ganti baju
4) Ruang Istirahat dokter

10
5) Ruang makan
b) Area semi ketat / kuning (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
yang terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi
Area semi ketat meliputi :
1) Ruang persiapan /premedikasi
2) Ruang pulih (RR)
3) Ruang resusitasi bayi baru lahir
4) Ruang penempatan alat-alat medis
c) Area ketat / terbatas / merah (restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
lengkap dan melaksanakan prosedur aseptik
Area ketat meliputi :
1) Ruang cuci tangan
2) Ruang induksi
3) Ruang pembedahan
Area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar
operasi lengkap yaitu:topi, masker, baju dan celana operasi serta
melaksanakan prosedur aseptik.

2. Standar Peralatan Kamar Operasi


a. Ruang Persiapan
Ruang Persiapan/premedikasi mempunyai peralatan sebagai berikut:
- Strecher ( Kursi roda dorong )
- Tiang infus
- Rak baju pasien
- Suction pump
- Oksigen dinding
- Bedside monitor
- Bengkok Alat Cukur
b.Ruang Pemulihan

11
Ruang Pemulihan mempunyai peralatan sebagai berikut :
- Emergency Trolley berisi : Obat-obat, cairan infus, infus set,
papan resusitasi, dan peralatan sesuai standar Rumah Sakit.
- Oksigen portable
- Suction Portable
- DC Shock
- Strecher pasien
- Bedside Monitor
- Almari alkes ( Infis pump. Sharingpump dan lainnya)
- Infan warmer
c.Ruang Perawat
Kelengkapan Ruang perawat terdiri dari ;
- Buku penjadwalan jadwal operasi.
- Buku pengajuan jadwal dinas.
- Buku registrasi
- Buku telp.
- Buku ekspedisi ( PA. Penyerahan dan peminjaman alat / barang )
- Formulir – formulir pasien

a. Ruang Cuci tangan


Memiliki tempat cuci tangan, tempat sikat, desinfektan dalam
tempatnya, APD ( apron, kacamata, masker , topi ) dan tempat
desinfektan kaca mata googell.
b. Kamar Operasi
Tersedia bedside monitor, mesin anestesi, meja operasi,
Meja linen, meja mayo ( Instrument operasi ), standar infuse,
elektrocauter, mesin suction, meja anastesi dan peralatan asesoris
lainnya
c. Anestesi
Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra insani memiliki satu mesin anestesi,
dan memiliki gas medis portable yang tersedia diantaranya N2O, O2, CO2.

12
d. Instrumen Dasar
Set Instrumen yang ada di unit kamar operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak
Citra insani Dipegang oleh ruang operasi rumah sakit citra insani.
e. Resusitasi dan Gawat Darurat
Unit kamar operasi memiliki Trolley Emergency yang berisi obat-obatan
dan alkes-alkes yang telah ditetapkan dalam Standar Prosedur. Unit kamar
operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra insani siap menghadapi kejadian
bencana (disaster) dengan menyiapkan tenaga-tenaga yang terlatih.
Persyaratan Kamar Operasi
1. Letak
Letak kamar operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak Citra Insani berdekatan
dengan Unit Intensif, VK.
2. Bentuk dan Ukuran
Bentuk : Kamar Operasi tidak bersudut tajam,dinding dan langit-langit
berbentuk lengkung, warna tidak mencolok. Lantai dan dinding terbuat dari
bahan keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak menampang debu.
Ukuran kamar operasi ……………………..
3. Suhu dan Kelembaban
Suhu ruangan antara 19ᴼC - 24ᴼC dan kelembaban 35 % - 60 %
4. Sistem Penerangan
Lampu operasi, menggunakan lampu khusus sehingga tidak menyilaukan mata
dan arah sinar mudah diatur posisinya.
Lampu penerangan ruangan, menggunakan lampu pijar putih dan mudah
dibersihkan.
5. Peralatan
Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah
dibersihkan.
6. Sistem Instalasi Gas
Pipa (out let) dan konektor N2O dan O2, dibedakan warnanya dan tidak bocor
serta dilengkapi dengan sistem penghisap udara untuk mencegah penimbunan
gas anestesi.

13
7. Pintu
8. Pembagian area ( Zona )
a. Ruangan – ruangan pada bangunan ( sarana ) di bagi dalam beberapa zona:

KEBUTUHAN RUANG
Peralatan Kesehatan
Pemeliharaan Kamar Operasi
Pembersihan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruangan beserta alat-
alat standar yang ada di kamar operasi. Dilakukan dan diatur sesuai jadwal.
Tujuannya untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta
mempertahankan sterilitas.

Cara pembersihan kamar operasi ada 4 macam :


- Cara pembersihan rutin/harian, yaitu pembersihan sebelum dan sesudah
penggunaan kamar operasi agar siap pakai.
- Cara pembersihan mingguan, yaitu pembersihan yang dilakukan, untuk
pembersihan secara keseluruhan.
- Cara pembersihan sewaktu, yaitu pembersihan yang dilakukan bila kamar
operasi digunakan untuk tindakan pembedahan pada kasus infeksi.
- Cara pembersihan besar, yaitu pembersihan yang dilakukan pada tiap
bulannya dan melibatkan bagian-bagian terkait.
SISTEM SANITASI
a. Sistem air bersih
Sistem air bersih di ruang operasi bersumber dari air tanah menggunaka zet
pum yang tertampung pada penampung air towern disalur kan ke ruang
operasi.
b. Sistem pembuangan air kotor dan atau air bersih
Sistem pembuangan air kotor dan bersih disalurkan melalui pipa gorong
gorong bawah tanah yang terhubung dengan tabung septik tank.

c. Penanganan Limbah

14
Pembuangan dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung pada jenis
limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair :
- Limbah cair dibuang di tempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ke tempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
- Limbah padat/anggota tubuh ditempatkan dalam kantong/tempat tertutup
yang selanjutnya dibakar atau dikubur di rumah sakit sesuai ketentuan yang
berlaku, atau diserahterimakan kepada keluarga pasien.
- Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan rumah sakit.
- Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah
bocor.

15
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A.Penjadwalan Operasi
Pasien yang akan dioperasi berasal dari Rawat Jalan, Rawat Inap maupun Unit Gawat
Darurat. Pasien yang akan dioperasi harus menjalani beberapa persiapan diantaranya
pemeriksaan penunjang dan lain-lain yang dianggap perlu. Setelah persiapan operasi
selesai dan layak dinyatakan untuk operasi maka petugas menjadwalkan pasien ke unit
kamar operasi dengan menggunakan telepon dan form penjadwalan operasi, hal ini
berlaku untuk pasien elektif dan cito. Petugas unit kamar operasi mencatat dibuku
penjadwalan dan pada papan penjadwalan. Apabila ada pembatalan operasi maka petugas
ruangan harus segera memberitahukan ke kamar operasi.

B.Penerimaan dan Penyerahan pasien ( Sign In )


Dalam hal ini mencakup :
1. Memeriksa kembali identitas pasien
2. Memeriksa kelengkapan rekam medis pasien
3. Surat persetujuan operasi dari pasien/keluarga
4. Pemeriksaan laboratorium, rongten, EKG, dll
5. Memeriksa gigi palsu, kontak lensa, perhiasan, cat kuku, peniti, jepit rambut,
lipstik, dll
6. Mengganti baju pasien,memberi selimut dan memasang penutup kepala.
7. Menilai keadaan umum pasien/tanda-tanda vital
8. Pastikan pasien dalam keadaan puasa
Menerima dan menyerahkan pasien oleh petugas dilengkapi oleh form khusus.

C.Persiapan Operasi
1. Sebelum operasi pasien harus dipersiapkan mentalnya
2. Pemeriksaan penunjang dan yang dianggap perlu juga dipersiapkan
3. Cek kebersihan kamar operasi, bebas dari debu

16
4. Mengecek suhu dan kelengkapan serta fungsi peralatan yang akan digunakan
saat operasi
5. Menyiapkan formulir-formulir yang akan digunakan

D.Kerjasama antar Disiplin


1. Pre Operasi
- Dokter Operator menjelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan, beserta manfaat dan resiko yang mungkin terjadi.
- Melakukan proses Sign In
- Komunikasikan ke pasien untuk memberi penjelasan mengenai
tindakan,tenaga, situasi dan peralatan yang ada dikamar operasi
- Memberi dukungan mental
- Mengenalkan pasien kepada tim operasi
- Memasang sabuk pengaman agar pasien tidak jatuh dari meja operasi dan
tidak mengganggu jalannya operasi
- Memasang alat-alat pemantau hemodinamik antara lain infus, kateter, alat
monitoring, dll
- Membantu pelaksanaan pembiusan
- Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan operasinya
- Melakukan tehnik aseptik pada lapangan operasi
- Melakukan drapping (memasang duk steril)

2. Durante Operasi
- Pembedahan dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari ahli
anestesi
- Melakukan proses Time Out, dimana semua tim memperkenalkan diri,
dokter operator menjelaskan tentang pasien dan prosedurnya termasuk
resiko yang mungkin terjadi
- Semua anggota tim bekerjasama sesuai dengan peran dan fungsinya
- Melakukan pemeriksaan kelengkapan instrumen dan alat lain agar tidak
tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka ditutup.

17
3.Post Operasi
- Melakukan Sign Out
- Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan
- Menutup luka
- Dokter Operator menjelaskan bahwa operasi telah selesai dan
mengungkapkan temuan-temuan yang ada selama proses pembedahan.
- Pasien dipindahkan keruang pemulihan
- Mengawasi kondisi pasien selama masa pemulihan
- Mempertahankan jalan nafas dengan posisi ekstensi kepala
- Mengukur tanda-tanda vital
- Mengukur dan mencatat produksi urine
- Mengukur cairan masuk dan keluar
- Mengawasi tingkat kesadaran pasien berdasarkan kriteria pulih sadar
- Mengawasi adanya perdarahan pada luka

E.Pelayanan Anestesi
1. Pra anestesi
- Dokter anestesi melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien sebelum
tindakan anestesi sebelum operasi
- Dokter anestesi mempelajari hasil-hasil pemeriksaan dan konsultasi yang
diperlukan untuk melakukan anestesi
- Mendiskusikan dan menjelaskan tindakan anestesi yang akan dilakukan
kepada pasien dan keluarga
- Memastikan bahwa pasien dan keluarga telah mengerti dan
menandatangani persetujuan tindakan
- Mempersiapkan dan memastikan kelengkapan alat-alat anestesi dan obat-
obat yang akan dipergunakan
- Mengidentifikasi pasien sebelum pemberian premedikasi
- Memberikan obat premedikasi sesuai program anestesi dan mencatat nama
obat, dosis obat, cara dan waktu pemberian, tandatangan dan nama jelas
perawat yang memberikan.

18
2. Durante Anestesi
- Tindakan pemantauan selama anestesia dimulai sebelum induksi
anestesi dilakukan dan pencatatan tanda – tanda vital selama 5
menit untuk sedasi sedang dan dalam, sedangkan untuk sedasi
ringan dilakukan setiap 15 menit
- Tindakan pemantauan selama anestesi dilakukan pada semua
tindakan anestesi, seperti aneatesi umum, anestesi regional,
monitored anestesi care, dan tindakan anestesi diluar unit kamar
operasi
- Tindakan pemantauan standart, meliputi pemantauan jalan nafas,
ventilasi, oksigenasi, kardiovaskuler. Untuk operasi pada kondisi
khusus dilakukan pemantauan end Tidal CO2
- Pemantauan adekuatnya jalan nafas dan ventilasi selama anestesi

- Pemantauan adekuat tidaknya oksigenasi selama anestesi

- Pemantauan adekuat tidaknya fungsi sirkulasi pasien :


 Pemantauan tekanan darah aterial dan denyut jantung bila
memungkinkan selama 5 menit.
 Pemantauan EKG secara kontinue dari mulai sebelum
induksi anestesi.
 Setiap pasien yang mendapat anestesi, selain dari metode
pemantauan dengan perabaan denyut nadi atau auskultasi
bunyi jantung.

- Pemantauan suhu tubuh selama anestesi, bila perubahan suhu tubuh


pasien diperlukan, atau diantisipasi akan terjadi, suhu tubuh pasien
sebaiknya dipantau selama anestesi

- Pemantauan dan pencatatan jenis, jumlah dan waktu pemberian


semua obat dan bahan yang digunakan.

- Pemantauan dan pencatatan jenis, jumlah dan waktu pemberian


cairan intravena mencakup darah dan produk darah serta jumlah
urine yang keluar.

- Setiap perubahan dan perkembangan kondisi pasien selama


pemantauan anestesi dan waktunya dicatat dalam catatan anestesi.
Dokter anestesi yang bertanggung jawab melakukan verifikasi dan
dicatat dalam rekam medis pasien.

19
3.Pasca Anestesi

- Observasi tanda-tanda vital pasien mencakup tekanan darah, nadi,


RR, saturasi O2, dll
- Observasi perdarahan, kesadaran, cairan, drain, urin, kontraksi dan
keluhan pasien kemudian didokumentasikan
- Hasil pemantauan pulih sadar harus didokumentasikan dalam rekam medis
pasien dan pasien dapat dipindahkan keluar dari ruang pemulihan
(discharge) dengan menggunakan kriteria berikut :
 Pasien dewasa (usia ≥ 14 tahun) dengan skor Aldrete yaitu :
a. Nilai 9 boleh pulang ke rumah dengan persetujuan dokter yang
memberikan sedasi.
b. Nilai 6-8 ke ruang perawatan bila nilai pernafasan 2 dan tanpa nilai 0.
c. Nilai 5 ke ICU/IMC.
 Pasien anak (usia < 14 tahun) dengan skor Steward yaitu :
a. Nilai ≥ 5 ke ruang perawatan biasa tanpa nilai 0
b. Nilai < 5 ke ruang intensif

Pendamping Pasien
- Pada keadaan tertentu seperti pasien dengan kondisi kejiwaan atau
emosional yang tidak stabil dan pasien anak yang tidak dapat mengikuti
instruksi Dokter (tidak kooperatif) maka pasien tersebut dapat diijinkan
ditemani oleh keluarganya pada saat menjalani pembiusan.
- Tidak diperkenankan keluarga pasien mendampingi pasien selama
tindakan, kecuali permintaan operator pada saat durante operasi ditemukan
sesuatu dan perlu penjelasan kepada keluarga pasien.
- Saat mendampingi pasien di Unit Unit kamar operasi maka diberlakukan
ketentuan sebagai berikut:
a. Ijin mendampingi pasien di Unit Unit kamar operasi hanya diberikan
kepada 1 orang yang mewakili keluarga.
b. Pendamping harus mengikuti peraturan yang ada di Unit Unit kamar
operasi termasuk pakaian dan aksesoris khusus.
c. Pendamping tidak boleh mengganggu jalannya prosedur Anestesi

F.Laporan Operasi dan Anestesi

- Operator mengisi dengan lengkap dan jelas format laporan pembedahan termasuk
tahapan pembedahan dan instruksi pasca pembedahan
- Dokter anastesi mengisi dengan lengkap dan jelas catatan anestesi selama
pembedahan dan instruksi pengawasan efek anestesi pasca pembedahan
- Penulisan harus jelas dan lengkap tidak memakai singkatan kecuali yang disetujui
Rumah sakit, dan identitas pasien memakai stiker.
- Format dan catatan kamar operasi, laporan pembedahan kamar operasi, catatan
anestesi dimasukkan dalam status pasien

20
G.Alur Pelayanan Unit kamar operasi

- Alur Pelayanan Unit kamar operasi untuk Pasien adalah prosedur


pelayanan untuk seluruh pasien yang dilakukan tindakan di unit kamar
operasi baik pasien yang berasal dari ruang rawat inap, rawat jalan maupun
pasien UGD. Prosedur ini dimulai dari Penerimaan Pasien, Persiapan
Pasien, Proses Sign In, sampai pasien diantar ke kamar operasi dan
selanjutnya pasien dipindahkan ke ruang rawat inap/pulang. Hal ini diatur
dalam Standar Prosedur Operasional selengkapnya.
- Alur Pelayanan Unit kamar operasi untuk Petugas adalah prosedur
pelayanan untuk petugas-petugas yang masuk ke unit kamar operasi
diantaranya, dokter operator, dokter anestesi, perawat OK, perawat
anestesi, petugas farmasi bedah, administrasi unit kamar operasi, clining
service. Petugas harus masuk melalui pintu khusus petugas. Petugas harus
melepas sepatu, mengganti baju khusus, memakai alas kaki khusus, dll.
Hal ini diatur dalam Standar Prosedur Operasional selengkapnya.
- Alur Pelayanan Barang di Unit kamar operasi, yang termasuk kategori
barang unit kamar operasi adalah alkes, obat, instrumen, linen, barang
umum. Untuk lebih lengkapnya, hal ini diatur dalam Standar Prosedur
Operasional.
- Alur Pelayanan Unit kamar operasi untuk Pengunjung dan Keluarga
pasien, yang dimaksud adalah tamu unit kamar operasi serta petugas diluar
unit kamar operasi. Tamu unit kamar operasi atau petugas diluar unit
kamar operasi apabila memasuki unit kamar operasi harus mengikuti
prosedur petugas unit kamar operasi, dimana hal ini diatur dalam Standar
Prosedur Operasional selangkapnya.

BAB V

LOGISTIK

Pengelolaan Perbekalan/logistik Unit kamar operasi merupakan suatu siklus kegiatan


dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan

21
pelayanan. Tujuannya adalah untuk mengelola perbekalan Unit kamar operasi yang
efektif dan efesien dan secara tidak langsung melaksanakan pengendalian mutu pelayanan
unit kamar operasi.

Logistik Unit kamar operasi dapat dibedakan atas :

 Logistik umum
Terdiri dari alat dan bahan non medis seperti tissue, alat tulis kantor, kertas printer,
ember, baskom, keranjang, tissue, detergen dan lain lain. Diminta sesuai kebutuhan
berdasarkan laporan stok opname ke bagian logistik umum.

 Logistik medis
Terdiri dari alat-alat kesehatan seperti APD, obat-obatan anestesi, Alkes-alkes, dan lain-
lain yang diminta ke bagian logistik medis berdasarkan kebutuhan bulanan sesuai laporan
stok opname yang dilakukan 1 kali seminggu.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A.Pengertian

22
Keselamatan Pasien ( Patient Safety )

Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

Sistem tersebut meliputi :

 Asesmen resiko
 Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
 Pelaporan dan analisis insiden
 Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
 Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh :

 Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan


 Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B.Tujuan

- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit


- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
- Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

C.Tata Laksana Keselamatan Pasien

Untuk menjamin keselamatan dan keamanan pasien semua anggota tim bedah meneliti
kembali:

- Identitas pasien dengan mengecek gelang identitas yang berisi nama, tanggal
lahir, rekam medis.
- Rencana tindakan
- Jenis pemberian anestesi yang akan dipakai
- Faktor-faktor alergi
- Respon pasien selama perioperatif
- Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat/kurang teliti

Keselamatan dan Keamanan Petugas

23
- Melakukan pemeriksaan secara periodik sesuai ketentuan.
- Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi kesehatan petugas
- Perlu adanya keseimbangan antara kesejahteraan, penghargaan dan pendidikan
berkelanjutan
- Melakukan pembinaan secara terus menerus dalam rangka mempertahankan
hasil kinerja
- Membina hubungan kerjasama yang baik inter dan antara profesi, dalam
pencapaian tujuan

Keselamatan dan keamanan alat-alat

- Menyediakan pedoman/manual dalam bahasa Indonesia tentang cara


penggunaan alat-alat dan menggantungkannya pada alat tersebut
- Memeriksa secara rutin kondisi alat dan memberi label khusus untuk alat yang
rusak
- Semua petugas harus memahami penggunaan alat dengan tepat
- Melaksanakan pelatihan tentang cara penggunaan dan pemeliharaan alat secara
rutin dan berkelanjutan
- Memeriksa setiap hari ada tidaknya kebocoran pada pipa gas medis.
Pemeriksaan dilakukan oleh petugas IPSRS
- Memeriksa alat ventilasi udara agar berfungsi dengan baik
- Memasang simbol khusus untuk daerah rawan bahaya atau mempunyai resiko
mudah terbakar
- Menggunakan diatermi tidak boleh bersamaan dengan pemakaian obat bius
ether
- Memeriksa alat pemadam kebakaran agar dalam keadaan siap pakai
- Pemeriksaan secara rutin alat elektro medis yang dilakukan oleh petugas
IPSRS

Insiden keselamatan wajib dilaporkan yang meliputi :

KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD )

ADVERSE EVENT :

Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat

24
diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat
dicegah

KTD yang tidak dapat dicegah

Unpreventable Adverse Event :

Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan
pengetahuan mutakhir

KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC )

Near Miss :

Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :

 Karena “ keberuntungan”
 Karena “ pencegahan ”
 Karena “ peringanan

KESALAHAN MEDIS

Medical Errors:

Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

KEJADIAN SENTINEL

Sentinel Event :

Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya
dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti
: operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan
keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga

25
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius
pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

KEJADIAN TIDAK CIDERA (KTC)

A no harm incident

Adalah suatu insiden yang sudah terpapar kepasien tetapi tidak timbul cidera.

KONDISI POTENSIAL CIDERA-KPC

A reportable circumstance/situasi atau kondisi yang perlu dilaporkan

Adalah suatu situasi/kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi
belum terjadi insiden.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

I.Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih
tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak
berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi

26
HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di negara - negara berkembang yang
belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.

Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang
sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara
langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan di
masyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelindung,
pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan
umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik,
dll).

Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui


tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut
data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08%
pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan
WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis
karena tidak memberikan gejala.

Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan


untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua
pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal
melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak
dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas
Kesehatan”.

Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak
langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya
mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga
kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja
maksimal.

1.T.ujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

27
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai
resiko tinggi terinfeksi penyakit menular di lingkungan tempat kerjanya,
untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan
prinsip “Universal Precaution”.

2.Tindakan yang beresiko terpajan


b. Cuci tangan yang kurang benar.
c. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.
d. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman.
e. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
f. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat.
g. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

3.Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :

h. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


i. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna
mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
j. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
k. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
l. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu di Unit kamar operasi Rumah Sakit Citra Insani memiliki program
jaminan mutu yaitu :

- Melaksanakan evaluasi pelayanan dikamar operasi melalui macam-macam


audit.

28
- Melakukan survey infeksi nosokomial secara periodik dan
berkesinambungan.
- Melakukan Surgical Survey Checklist
- Menempel label indicator steril alat ke form pemakaian alat / instrument
bedah dan disimpan di status pasien
- Membuat identitas pada setiap com berisi cairan untuk operasi
- Mendokumentasikan indicator internal pada buku mampu telusur
pemakaian alat untuk operasi pasien.
- Menyerahkan form peminjaman / pemakaian instrument ke CSSD

Peningkatan Mutu Pelayanan Medik

- Untuk meningkatkan mutu pelayanan pembedahan maka setiap kasus yang


penangannanya sulit, dan melibatkan beberapa bidang Spesialisasi perlu
dilakukan pertemuan multidisiplin untuk membahas kasus tersebut.
- Penanganan kasus yang melibatkan beberapa Dokter Spesialis, harus
dikoordinasi oleh seorang Dokter Spesialis.
- Pasien/keluarga yang membutuhkan informasi menyeluruh dan
komprehensif berkaitan dengan diagnosa, penanganan dan prognosa harus
mendapatkan pelayanan tersebut melalui pertemuan antara
pasien/keluarganya dengan Tim Dokter yang menangani.

BAB IX

PENUTUP

Rancangan pedoman kerja kamar operasi ini mempunyai peranan penting karena
bermanfaat untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan perioperatif di rumah sakit.
Hendaknya pedoman kerja Kamar Operasi yang bersifat teknis dan praktis, ini dapat
dimanfaatkan serta berfungsi sebagai pedoman kerja bagi tenaga perawat di Kamar
Operasi.

29
Penyusunan rancangan Pedoman Kerja Operasi ini adalah langkah awal suatu proses yang
panjang. Sehingga memerlukan dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak dalam
penerapannya untuk mencapai tujuan.

30

Anda mungkin juga menyukai