Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Bangunan merupakan sebuah struktur yang dirancang oleh manusia yang
terdiri atas dinding, atap, dan beberapa jendela sebagai alat sirkulasi udara dan juga
celah untuk masuknya cahaya yang didirikan secara struktural. Bangunan memiliki
ragam bentuk, ukuran, dan fungsi sesuai kebutuhan. Contoh bentuk bagunanadalah
gedung galeri seni.
Gedung galeri seni merupakan suatu ruang dimana sekelompok orang
ataupun secara individu dapat mengumpulkan karya seni dan memperlihatkannya
kepada masyarakat atau kelompok penikmat seni lainnya sebagai bentuk apresiasi
diri.
Dengan berkembangnya seni di Indonesia terutama di Jakarta membuat para
penikmat seni dan juga para seniman membutuhkan wadah untuk melakukan
kegiatan seni tersebut. Wadah tersebut adalah sebuah Galeri yang dapat menunjang
aktifitas pergelaran pentas seni pameran atau pentas seni lainya yang dimana dapat
menunjang kegiatan pengunjung selaku penikmat seni.
Berdasarkan Ernst Neufert (Neufert, 1999), ruang untuk memperagakan hasil
karya seni, benda-benda budaya dan ilmu pengetahuan harus memenuhi persyaratan
berikut:
• Benar-benar terlindung dari pengrusakan, pencurian, kebakaran, kelembaban,
kekeringan, cahaya matahari langsung dan debu.
• Setiap peragaan harus mendapat pencahayaan yang baik.
• Biasanya ruang pamer hasil karya dibagi berdasarkan dengan koleksi yang ada.
• Peragaan benda-benda hendaknya dapat dilihat tanpa kesulitan sudut pandang
manusia biasanya 54o atau 27o dari ketinggian mata sehingga dapat disesuaikan
dengan hasil karya yang diberi cahaya pada jarak 10 m.
Dari poin diatas menunjukan dimana sebuah pameran karya seni harus
terlindung dari pencahayaan langsung terhadap karya, maka di butuhkan sebuah
bangunan yang memiliki konstruksi dinding masif untuk menjaga sebuah karya seni
yang di pamerkan.

1
2

Konstruksi dinding masif merupakan dinding yang berfungsi sebagai pemikul


beban (load bearing wall). Biasanya dinding ini terbuat dari batu bata, bata ringan,
beton, beton bertulang, dan lain – lain. (Juned Maros, 2012)
Batu bata sering dipilih sebagai bahan pokok utama penyusun bangunan
karena harganya yang relatif murah, mudah diperoleh, memiliki kekuatan yang
cukup tinggi, tahan terhadap pengaruh cuaca, dan tahan terhadap api.Pada umumnya
pembuatan bata merah dengan cara dibakar dengan suhu 800°C sehingga tidak
hancur bila direndam dalam air, sedangkan pembakarannya menggunakan sekam
padi atau kayu bakar yang dapat menimbulkan polusi udara melalui emisi CO2.
Disamping itu juga pembuatan batu bata merah dipengaruhi oleh cuaca maka apabila
kondisi cuaca yang kurang baik akan sangat mempengaruhi pembuatan batu bata dan
produktivitas akan menurun sehingga batu bata akan sulit untuk didapatkan.
Sedangkan bahan dasar bata merah biasanya diambil dari galian tanah sawah yang
subur atau tanah liat, hal ini dapat merusak lingkungan lokal disebabkan karena
pertambangan tanah liat secara berlebihan. (Birdyant Goritman, 2012)

Gambar 1. Bata Merah


Sumber : http://bataijo.indonetwork.co.id/

Perkembangan teknologi banyak ditemukan material sebagai pengganti


penggunaan material batu bata yaitu material yang sekarang lebih di kenal sebagai
bata ringan atau hebel. Material hebel ditemukan sebagai pengganti material batu
bata agar mudah dalam pengerjaan, mempercepat pembangunan dan menghemat
penggunaan material dengan ukuran yang relatif lebih besar di bandingkan dengan
material batu bata. Namun seiring berkembangnya teknologi penggunaan material
hebel secara berlebihan menyebabkan pengrusakan lingkungan, dikarenakan bahan
3

yang digunakan dalam pembuatan hebel adalah semen, pasir silika dan kapur.
Dimana pengambilan bahan kapur dengan cara penghancuran gunung yang
menyebabkan pengrusakan lingkungan.
Seiringdenganperkembanganteknologibanyakditemukan material material
lain yang dapatmenggantikanpenggunaanbatubatadan bata ringan hebel yang
lebihramahterhadaplingkungan, diantaranyaadalahpenggunaan material
daurulangdarilimbahbatubara, Fly ashdan limbah abu sekam padi.Namun
penggunaan limbah abu sekam padi dan serbuk batu-tabas yang ditambahkan dengan
semen sebagai perekat dan dicampur dengan tanah liat serta tanpa mengalami proses
pembakaran. Sebanyak lima jenis campuran dibuat dengan proporsi total abu sekam
padi dan serbuk batu tabas 30%, tanah liat 60% dan semen sebanyak 10% dari
persentase berat campuran. Penggunaan limbah abu sekam padi masih terdapat bahan
yang sumbernya bila diambil dapat terjadi pengrusakan lingkungan.(Ketut
Sedarsana, 2011)
Menurut Sri Prabandiyani Retno Wardani, Salah satu penanganan lingkungan
yang dapat diterapkanadalah memanfaatkan limbah Fly ashuntuk keperluan bahan
bangunan, namun hasil pemanfaatan tersebut belum dapat dimasyarakatkan secara
optimal, karena berdasarkan PP. No.85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun (B3), Fly ashdan bottom ash dikategorikan sebagai
limbah B3 karena terdapat kandungan oksida logam berat yang akan mengalami
pelindian secara alami dan mencemari lingkungan.
Batubara adalah bahan bakar fosil, di mana di Indonesia tersedia
cadangannya dalam jumlah yang cukup melimpah dan diperkirakan mencapai 38,9
miliar ton. Dari jumlah tersebut sekitar 67 % tersebar di Sumatera, 32% di
Kalimantan dan sisanya tersebar di Pulau Jawa, Sulawesi dan Irian Jaya. Dengan
kualitas batubara yang baik dan dengan jumlah yang besar tersebut serta tingkat
produksi saat ini, batubara dapat menjadi sumber energi bagi Indonesia selama
ratusan tahun. Bahan bakar fosil (batubara) tetap saja merupakan sumber pamasok
utama, meskipun pilihan terhadap sumber daya energi telah meluas kepada sumber-
sumber yang bersih dan dapat diperbaharui, seperti tenaga surya, air, ombak dan
panas bumi, namun begitupun pertumbuhan pemakaian energi nuklir tidak dapat
diharapkan karena tekanan masyarakat.
Produksi batubara pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 153juta ton,
sedangkan pemakaian dalam negeri pada tahun tersebut adalah 108 juta ton,
4

sedangkan sisanya 45 juta ton merupakan jumlah yang dapat diekspor. Dari
pembakaran batubara dihasilkan sekitar 5% polutan padat yang berupa abu (Fly ash
dan bottom ash), di mana sekitar 10-20% adalah bottom ash dan sekitar 80-90% Fly
ash dari total abu yang dihasilkan.
Limbahbatubara yang berlebihinidapat di reproduksisebagaiFly ash yang
dapatdigunakanuntukalternatif material bangunandan sebagai alternatif penggunaan
bata merah yang semakin banyak penggunaanya dan merusak daerah lokal
pembuatan bata merah tersebut.
Fly ashmempunyai butiran yang cukup halus, yaitu lolos ayakan 45 mili icron
5-27% dan berwarna abu-abu kehitaman. Sifat kimia yang dimiliki oleh Fly
ashberupa silika dan alumina dengan presentase mencapai 80%. Adanya kemiripan
sifat-sifat ini menjadikan Fly ashsebagai material pengganti untuk mengurangi
jumlah semen sebagai material penyusun bangunan mutu tinggi. (ACI Comittee 226)
Penggunaan material yang melingkupi Sustainable Elements pada bangunan
sebagai dasar pembentuk bangunan di harapkan agar menambah kesadaran
masyarakat akan peduli lingkungan, dengan cara mengaplikasikanya pada sebuah
bangunan publik yaitu galeri.
Sustainable Element dalam pembahasan ini sendiri dapat diartikan sebagai
material sebagai pengganti batu bata merah dan bata ringan yaitu Fly ashmerupakan
material berkelanjutan yang dapat dicari, diolah, dan digunakan secara terus
menerus.
Keberadaan galeri seni rupa kontemporer yang didirikan di Pasar Minggu ini
diharapkan dapat mempengaruhi masyarakat akan kepedulian terhadap lingkungan
dengan menggunakan material daur ulang, mengatasi masalah kebutuhan ruang yang
mampu menampung kegiatan seni rupa dengan maksimal dan diharapkan dapat
membantu dan memberikan informasi seni pada masyarakat serta dapat dijadikan
sebagai pemicu perkembangan dunia seni khususnya pemanfaatan material daur
ulang di Jakarta Selatan.
5

Gambar 2.Diagram Pengaruh Galeri dan Daur Ulang

Lokasi yang di pilih adalah Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Lokasi ini
berdekatan dengan Universitas Nasional, SMA 28 dan Galeri Salihara, dimana di
lihat dari tingkat kepadatan acara yang di adakan di Galeri Salihara hingga
kurangnya wadah yang untuk menampung acara pameran seni yang akan di adakan
disana.
Kebutuhan seni atau sosial budaya masyarakat dapat terpenuhi karena
berbagai jenis pertunjukkan seni atau pameran seni dapat dilaksanakan di sana.
Apabila kebutuhan masyarakat pada suatu area terpenuhi, tingkat kepuasan
masyarakatnya akan meningkat, dan dengan menigkatnya kepuasan masyarakat
maka kualitas hidup terutama masyarakat di area tersebut akan meningkat serta
dengan penggunaan daur ulang material di harapkan agar masyarakat lebih peduli
terhadap lingkungan dengan pemanfaatan daur ulang material.
Uraian masalah yang sudah dijelaskan dalam latar belakang, dan lemahnya
pemahaman saat ini mengenai Fly ash, setidaknya dapat memberikan alasan yang
signifikan untuk dapat memberikan jawaban, bahwa Fly ashdapat menjadi material
pengganti dari adanya material bata merah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
di awal paragraf.
6

1.2 RumusanMasalah
Dari uraianlatarbelakang di atas,
makarumusanmasalahdalampenelitianiniadalah :
Bagaimana MenerapkanFly ashsebagai pengganti bahan bangunan bata
ringan pada galeri seni di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian


Penerapan material daur ulang Fly ashsebagai pengganti bahan bangunan
bata ringanpada bangunangaleri di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

1.4 RuangLingkup Penelitian


Penerapan penggunaan material daurulangFly
ashsebagaipenggantibahanbangunanbataringanpada bangunangaleriseni.

1.5 State of The Art(Tinjauan Pustaka)


Berbagai kajian tentang material daur ulangFly ashtelah banyak dilakukan
oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penelitian-penelitian tersebut sebenarnya mempunyai
satu tujuan yaitu sebagai landasan dalam menerapkan Sustainable kedalam desain
bangunan. Penelitian-penelitian tentang pengertian daur ulang material Fly ashyang
telah dipelajari oleh penulis memberikan kesimpulan tentang mengaplikasian konsep
desain material daur ulang Fly ashpada Galeri seni.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian penggunaan campuran semen dan Fly
ashuntuk stabilisasi tanah oleh sejumlah peneliti sebagai pengganti pemakaian semen
saja (yang menimbulkan retak-retak), akan tetapi penggunaan bahan aditif tersebut
(semen + Fly ash) yang digunakan relatif sangat tinggi (lebih 15% dari berat kering
tanah aslinya), sehingga tidak ekonomis. (Sri Prabandiyani Retno, 2008)
Globalisasi dan dinamika perubahan cepat telah memberi kesempatan,
sekaliguskerentanan dalam berbagai bidang, termasuk proses penciptaan arsitektur.
Seringkali kerentanan diperburuk oleh lemahnya pemahaman dan kecenderungan
untuk memudahkan persoalan. (Widjaja Martokusumo, 2013)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan naiknya peranan
batubara dalam penyediaan energi nasional, akan menjadi problem lingkungan yang
cukup serius kedepannya, bila limbah Fly ash yang dihasilkan dari pembakaran
batubara tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal. Mengoptimalkan pemanfaatan
7

Fly ash dapat digunakan untuk stabilisasi tanah maupun keperluan lain dibidang
teknik sipil, yanglingkungan dan sekaligus sebagai tambahan sumber penghasilan
dan devisa Negaradapat membantu pemerintah dalam mengatasi dampak
pencemaran. (Sri Prabandiyani Retno, 2008)
Jadidaribeberapabuku dan jurnal yang ada,dapatdisimpulkanbahwabahwa
penggunaan material Fly ashsangat dekat dengan pemanfaatan daur ulang material
yang akan di gunakan sebagai material pada desain galeri seni.
8

Anda mungkin juga menyukai