Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

POSNATAL CARE

A. DEFINISI POST PARTUM


Post partum atau puerpurium (masa nifas) adalah masa penyesuaian fisik dan
fisiologis tubuh kembali mendekati sebelum hamil. Masa puerpurium atau masa nifas
dimulai setelah selesainya partus dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu atau 40 hari,
pada periode ini tubuh terus mengalami perubahan dan pemulihan kembali ke keadaan
sebelum hamil.
Periode dibagi menjadi 3 periode yaitu :
1. Immediately Post Partum : 4 jam pertama
2. Early Post Partum : minggu pertama
3. Late Post Partum : minggu kedua sampai dengan
minggu keenam
Nifas juga dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Puerpurium dini
Kepulihan dimana telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerpurium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu
3. Remote Puerpurium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu peralihan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bila
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
B. ADAPTASI PSIKOLOGIS
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :
1. Fase taking in / ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkandimana ibu
membutuhkan perlindungandan pelayanan.
2. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran barunya
dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini sistem pendukung menjadi
sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber informasi dan
penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik
3. Fase letting go / saling ketergantungan
Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem keluarga
telah menyesuaiakan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasian telah sembuh,
perasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan seksualnya telah dilakukan
kembali

C. PERUBAHAN-PERUBAHAN POST PARTUM


Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
Sistem reproduksi
1. Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses
ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi
menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu
keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca partum penurunan kadar
hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
2. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2
jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
3. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur.
Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan
mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka.
Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum,
kecuali pada bekas tempat plasenta.
4. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung
darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah
setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus
jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea
alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri. Lochea alba
bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
6. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar
minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
Sistem endokrin
1. Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta
placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar
gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen
dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar
esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra seluler
berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
2. Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak
menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui
tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating
hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat
(Bowes, 1991).
Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol
dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu
untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi
ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
Sistem pencernaan
1. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
2. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus pencernaqn menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, krotison, dan
insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
1. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan
ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan.
Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di raba.
2. Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika
disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat
dikeluarkan dari puting susu.
Sistem kardiovaskuler
1. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler.
Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi
terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan
volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum lahir.
2. Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih
tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero
plasenta tiba- tiba kembali ke sirkulasi umum (Bowes, 1991).
3. Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan
normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun
diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita
melahirkan (Bowes, 1991).30
Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis
yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin
dan melahirkan.
Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit
kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi
tidak hilang seluruhnya.
D. KOMPLIKASI POST PARTUM
1. Perdarahan
Perdarahan adalah penyebap kematian terbanyak pada wanita selama periode post
partum. Perdarahan post partum adalah : kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah
kelahiran kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:
- Kehilangan darah lebih dai 500 cc
- Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
- Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998)
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan terjadinya perdarahan
dini terjadi 24 jam setelah melahirkan. Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah
melahirkan, syok hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya, tiga
penyebap utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri
Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini
merupakan sebap utama dari perdarahan postpartum. Uterus yang sangat teregang
(hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar), partus
lama dan pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia
uteri.
b. Laserasi jalan lahir
Perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta,
Hampir sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebaBkan oleh
gangguan kontraksi uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum
lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
- Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga
masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka
- Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada uterus
setelah jalan lahir hidup.
- Inversio uteri (Wikenjosastro, 2000).
2. Infeksi puerperali
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa postpartum.
Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai adany kenaikan suhu > 38 0 dalam
2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
3. Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh infeksi puerperalis.
Bakteri vagina, pembedahan caesaria, ruptur membrane memiliki resiko tinggi
terjadinya endometritis (Novak, 1999).
4. Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau pecahnya puting
susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di awali dengan pembengkakan, mastitis
umumnya di awali pada bulan pertamapost partum (Novak, 1999).
5. Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan meningkatkan resiko
infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram
negatif lainnya.
6. Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan meningkatnya
status vena menyebapkan relaksasi sistem vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis
(pembentukan trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh darah)
dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis superfisial terjadi 1 kasus dari
500 – 750 kelahiran pada 3 hari pertama post partum.
7. Emboli
Yaitu : partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah kecil menyebapkan
kematian terbanyak di Amerika (Novak. 1999).
8. Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat sampai beberapa
minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu bingung dan merasa takut pada dirinya.
Tandanya antara lain, kurang konsentrasi, kesepian tidak aman, perasaan obsepsi
cemas, kehilangan kontrol, dan lainnya. Wanita juga mengeluh bingung, nyeri kepala,
ganguan makan, dysmenor, kesulitan menyusui, tidak tertarik pada sex, kehilanagan
semangat (Novak, 1999).
E. TANDA-TANDA BAHAYA POST PARTUM
Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir lengkap Dn kontraksi rahim
baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir
(Depkes RI, 2004). Tanda-tanda yang mengancam terjadinya robekan perineum antara
lain :
1. Kulit perineum mulai melebar dan tegang.
2. Kulit perineum berwarna pucat dan mengkilap.
3. Ada perdarahan keluar dari lubang vulva, merupakan indikasi robekan pada mukosa
vagina
F. LAKTASI
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-kelenjar
mamma untuk menghadapi laktasi ini, perubahan yang terdapat pada kedua mammae
antara lain sebagai berikut.
1. Proliferasi jaringan terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mammae dan lemak.
2. Pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan
berwarna kuning (kolostrum).
3. Hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mammae,
pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas.
4. Setelah partus, permukaan menekan estrogen dan progesterone terhadap hipofisis
hilang, timbul pengaruh hormone-hormon hipofisis kembali, antara lain laktogenik
hormone (prolaktin) yang akan mengakibatkan kelenjar-kelenjar terisi air susu
pengaruh hormone oksitosin mengakibatkan miophthelium kelenjar-kelenjar susu
berkontraksi sehingga terjadi pengeluaran susu.
Umumnya produksi air susu baru berlangsung benar pada hari ke-2 sampai ke-
3 post partum. Pada hari-hari pertama air susu mengandung kolostrum yang
merupakan cairan kuning lebih kental daripada air susu, mengandung banyak protein,
albumin dan globulin dan benda-benda kolostrum dengan diameter 0,001 – 0,025 mm.
Karena mengandung banyak protein dan mudah dicerna maka sebaiknya kolostrum
jangan dibuang. Selain pengaruh hormonal tersebut, salah satu rangsangan terbaik
untuk mengeluarkan air susu adalah dengan menyusui bagi ibu sendiri.
Kadar prolaktin akan meningkat dengan perangsangan fisik pada putting
mammae sendiri dan gonadotropin menurun pada laktasi, tetapi meningkat lagi pada
waktu frekuensi menetekkan.
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke atas, mengakibatkan
oksitosin dihasilkan sehingga air susu dapat dikeluarkan dan pula, sebagai efek
sampingan.
Memperbaiki involusi uterus. Keuntungan lain menyusui bayi sendiri ialah
akan menjelmanya rasa kasih saying sehingga bertumbuh suatu pertalian yang intim
antara ibu dan anak. Air susu ibu (ASI) mempunyai sidat melindungi bayi terhadap
infeksi seperti gastroenteritis, radang jalan pernapasan dan paru-paru, ototos media.
Sambungan air susu ibu mengandung lactoferin, lysozyme, dan immuno globulin A.
G. PEMERIKSAAN POST NATAL
Ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah
setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal ini baik dan
dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan normal bagi wanita dengan
persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu kemudian.
Pemeriksaan post natal antara lain meliputi :
a. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.
b. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain.
c. Payudara : ASI dan putting susu.
d. Dinding perut apakah ada hernia
e. Keadaan perineum
f. Kandung kemih, apakah ada sistokel dan uretrokel.
g. Rectum, apakah ada rektrokel dan pemeriksaan tonus muskulus spingter ani.
h. Adanya flour albus
i. Keadaan serviks, uterus dan adneksa.
Nasehat untuk ibu post natal :
a. Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan
b. Sebaiknya bayi disusui
c. Kerjakan gymnastic (senam nifas)
d. Untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk
menjarangkan anak.
e. Bawalah bayi anda untuk memperoleh informasi.

H. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Pengkajian fokus
Pengkajian fokus pada perdarahan post portum meurut Dongoes dan Marylin E,
(2001) sebagai berikut :
1. Alasan dan keluhan pertama masuk Rumah Sakit
Apa yang dirasakan saat itu ditujukan untuj mengenali tanda atau gajala yng
berkaitan dengan perdarahan post portum misalnya antonio uteri, retensio plasenta
robekan jalan lahir, vagina, perineum, adanya sisa selaput plsenta dan biasanya ibu
Nampak perdarahan banyak > 500 CC20
2. Riwayat kesehatan sekarang
Dikaji untuk mengetahui apakah seorang ibu menderita penyakit yang bisa
menyebabkan perdarahan post portum seperti aspek fisiologis dan psikososialnya.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Dikaji untuk mengrtahui apakah seorang ibu perah menderita penyakit yang lain
yang menyertai dan bisa memperburuk keadaan atau mempersulit penyambuhan.
Seperti penyakit diabetus mellitus dan jantung
4. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada yang
mempunyai riwayat yang sama.
Pola pengkajian kesehatan menurut (Dongoes dan Marilyn E,2001)
Sebagai berikut :
1. Aktivitas istirahat : Insomia mungkin teramat.
2. Sirkulasi : kehilangan darah selama proses post portum
3. Integritas ego : Peka rangsang, takut atau menangis sering terlihat kira-kira 3hari
setelah melahirkan “post portum blues”21
4. Eliminasi : BAK tidak teratur sampai hari ke 2dan ke 5
5. Makan dan cairan : Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira sampai
hari ke 5
6. Persepsi sensori : Tidak ada gerakan dan sensori
7. Nyeri dan ketidaknyamanan : Nyeri tekan payudara dan pembesaran dapat terjadi
diantara hari ke 3 sampai hari ke 5 post partum
8. Seksualitas
a. Uterus diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran menurun satu jari setiap
harinya
b. Lochea rubra berlanjut sampai hari ke 2
c. Payudara produksi kolostrum 24 jam pertama
9. Pengkajian Psikologis
a. Apakah pasien dalam keadaan stabil
b. Apakah pasien biasanya cemas sebelum persalinan dan masa penyembuhan
10. Data pemeriksaan Penunjang, meliputi : pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit
darah, leukosit.
Pengkajian Dasar Data Klien
a. Sirkulasi : Rembesan kontinu atau perdarahan tiba-tiba. Dapat tampak pucat, anemik.
b. Ketidaknyamanan : Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan)
Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma)
c. Keamanan : Pecah ketuban dini
d. Seksuaitas : Tinggi fundus atau baan uterus gagal kembali pada ukuran dan fungsi
kehamilan (Subinvorusi), Leukorea mungkin ada, Terus terlepasnya jaringan
Pemeriksaan Diagnostik
a. Golongan darah : Menentukan Rh, golongan ABO dan pencocokan silang
b. Jumlah darah lengkap
c. Kultur uterus dan vaginal : Mengesampingkan infeksi pasca partum
d. Urinalisis : Memastikan kerusakan kandung kemih
e. Profil koagulasi : Peningkatan degeradasi kadar produk fibrin/ produk spilit fibrin
(SDP/FSP)
f. Sonografi : Menentukan adanya jaringan plasenta yang tertahan

INTERVENSI
TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN
HASIL
1 Kekurangan volume cairan Tujuan : 1. Monitor jumlah
b/d kehilangan aktif voluma Setelah dilakukan pendarahan pasien.
cairan tindakan 2. Monitor hasil
keperawatan laboratorium pasien
selama 3x24 jam,3. Tidurkan pasien dengan
kebutuhan cairan posisi kaki lebih tinggi
klien adekuat sedang badanya tetap
Kriteria hasil : terlentang.
Perdarahan 4. Monitor tanda vital
berhenti 5. Monitor intake dan
(indicator 5) output setiap 1 jam
Hb diatas normal6. Lakukan message uterus
(indicator 5) dengan satu tangan serta
tangan lainnya diletakkan
TTV klien dalam diatas simpisis.
batas normal 7. Batasi pemeriksaan
(indicator 5) vagina dan rectum
8. Berikan infus atau cairan
intravana
9. Kolaborasi dengan tim
medis dengan pemberian
anti perdarahan
10. Berikan tranfusi whole
blood (bila perlu)
2 Nyeri akut berhubungan Tujuan : 1. Kaji nyeri setiap 6 jam,
dengan agen injuri fisik (luka Setelah dilakukan baik skala, intensitas,
jahitan perineum) tindakan lokasi, frekuensi
keperawatan 2. Ajarkan teknik relaksasi
selama 3x24 jam,3. Kaji tanda vital
nyeri klien 4. Pemberian dengan tim
brkurang medis dengan pemberian
Kriteria hasil : analgetik
Skala nyeri
berkurang
(indicator 5)
Pasien tampak
tenang (indicator
5)
3 Resiko infeksi sehubungan Tujuan : 1. Catat perubahan tanda
dengan prosedur invasif Setelah dilakukan vital
tindakan 2. Obsevasi luka dan jahitan
keperawatan perineum tiap ganti balut.
selama 3x24 jam,3. Monitor involusi uterus
tidak terjadi dan pengeluaran lochea
infeksi 4. Perhatikan kemungkinan
Kriteria hasil : infeksi ditempat lain,
Lochea tidak misalnya infeksi di
berbau (indicator saluran nafas, mastitis
5) dan saluran kencing
Tanda vital dalam5. Berikan perawatan
batas vital perineal, dan pertahankan
(indicator 5) agar pembalut Jangan
sampai terlalu basah
6. Kolaborasi dengan tim
medis dengan pemberian
zat besi dan antibuotika.

Anda mungkin juga menyukai