Anda di halaman 1dari 12

PENGUNGKAPAN DAN SARANA INTERPRETIF

Pelaporan keuangan model FASB direkayasa untuk kepentingan investor, kreditor, dan pihak
lain untuk pengambilan keputusan investasi dan kredit.
Komponen Pengambilan Keputusan:
(1) Statement Keuangan
(2) Catatan atas Statement Keuangan
(3) Informasi pelengkap
(4) Sarana pelaporan keuangan lain
(5) Informasi lain / sarana interpretif
Komponen (1) dan (2) merupakan statement keuangan dasar atau disebut dengan
rerangka atau struktur akuntansi pokok. Komponen (1) dan komponen (2) diwajibkan
pengungkapannya, sedangkan komponen(3) diwajibkan pengungkapannya apabila dalam
kondisi tertentu.
Pengungkapan
Secara konseptual, pengungkapan merupakan bagian integral dari pelaporan keuangan.
Secara teknis, pengungkapan merupakan langkah akhir dalam proses akuntansi yaitu
penyajian informasi dalam bentuk seperangkat penuh statemen keuangan. Evans (2003)
mengartikan pengungkapan sebagai berikut:
Diclosure means supplying information in the financial statements, including the statements
themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures associated with
the statements. It does not extend to public or private statements by management on
information provided outside the financial statements.

Secara lebih spesifik, wolk, tearney, dan Dodd (2001) menginterpretasi pengertian
pengungkapan sebagai berikut:
Broadly interpreted, disclosure is concerned with information in both the financial statements
and supplementary communications including footnotes, post statement events,
management’s discussion and analysis of operations for the fortcoming year, financial and
operating forecast, and additional financial statements covering segmental disclosure and
extentions beyond historical cost

Evans membatasi pengertian pengungkapan hanya pada hal-hal yang menyangkut


pelaporan keuangan. Pernyataan manajemen dalam surat atau media massa lain serta
informasi di luar lingkup pelaporan keuangan tidak masuk dalam pengertian pengungkapan.
Sementara itu, Wolk, Tearney, dan Dodd memasukkan pula statemen keuangan segmental
dan statemen yang merefleksi perubahan harga sebagai bagian dari pengungkapan.

Pengungkapan juga sering dimaknai sebagai penyediaan informasi lebih dari apa yang
dapat disampaikan dalam bentuk statemen keuangan formal. Hal ini tampaknya sejalan
dengan gagasan FASB dalam rerangka konseptualnya sebagai berikut:
Although financial reporting and financial statements have essentially the same objectives,
some useful information is better provided by financial statements and some is better
provided, or can only be provided, by meansof financial reporting other than financial
statements.

Masalah teoritis pengungkapan dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan berikut ini:
1. Untuk siapa informasi diungkapkan?
2. Mengapa pengungkapan harus dilakukan?
3. Seberapa banyak dan informasi apa harus diungkapkan?
4. Bagaimana cara dan kapan mengungkapkan informasi?

A. Siapa Dituju
Rerangka konseptual telah menetapkan bahwa investor dan merupakan pihak yang
dituju oleh pelaporan keuangan sehingga pengungkapan ditujukan terutama untuk mereka.
FASB misalnya menetapkan tingkat kecanggihan para investor dan kreditor cukup tinggi
sehingga pengungkapan yang diwajibkan dapat dikatakan lebih sedikit dibanding yang
dituntut oleh SEC karena SEC mempertimbangkan pula kepentingan investor yang naïf. SEC
menuntut lebih banyak pengungkapan karena pelaporan keuangan mempunyai aspek sosial
dan public (public interest). Oleh karena itu, pengungkapan menuntut lebih dari sekadar
pelaporan keuangan tetapi meliputi pula penyampaian informasi kualitatif atau non
kuantitatif. Karena pihak yang dituju lebih luas dan model pengambilan keputusannya kurang
dapat didentifikasi, pengungkapan cenderung untuk meluas dan jarang menjadi sempit
(spesifik).

B. Fungsi atau Tujuan Pengungkapan


Secara umum, tujuan pengungkapan adalah menyajikan informasi yang dipandang
perlu untuk mencapai tujuan pelaporan keuangan dan untuk melayani berbagai pihak yang
mempunyai kepentingan berbeda-beda.
1. Tujuan melindungi
Tujuan melindungi dilandasi oleh gagasan bahwa tidak semua pemakai cukup canggih
sehingga pemakai yang naïf perlu dilindungi dengan mengungkapkan informasi yang mereka
tidak mungkin memperolehnya atau tidak mungkin mengolah informasi untuk menangkap
substansi ekonomik yang melandasi suatu pos statemen keuangan. Dengan kata lain
pengungkapan dimaksudkan untuk melindungi perlakuan manajemen yang kurang adil dan
terbuka. Dengan tujuan ini, tingkat atau volume pengungkapan akan menjadi tinggi.

Tujuan melindungi biasanya menjadi pertimbangan badan pengawas yang mendapat


autoritas untuk melakukan pengawasan terhadap pasar modal seperti SEC atau Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Hal ini dapat dipahami karena mereka bertindak demi
kepentingan publik.

2. Tujuan Informatif
Tujuan informatif dilandasi oleh gagasan bahwa pemakai yang dituju sudah jelas dengan
tingkat kecanggihan tertentu. Dengan demikian, pengungkapan diarahkan untuk menyediakan
informasi yang dapat membantu keefektifan pengambilan keputusan pemakai tersebut.
Tujuan ini biasanya melandasi penyusunan standar akuntansi untuk menentukan tingkat
pengungkapan. Dalam kenyataannya, badan pengawas seperti BAPEPAM bekerjasama
dengan penyusun standar (profesi) untuk menentuka keluasan pengungkapan. Untuk tujuan
pengawasan oleh baan kepemerintahan, terdapat pula pengungkapan yang khusus ditujukan
kepada badan pengawas melalui formulir-formulir yang harus diisi oelh perusahaan pada
waktu menyerahkan laporan tahunan maupun kuartalan.

3. Tujuan Kebutuhan Khusus


Tujuan ini merupakan gabungan dari tujuan perlindungan publik dan tujuan informatif.
Apa yang harus diungkapkan kepada publik dibatasi dengan apa yang dipandang bermanfaat
bagi pemakai yang dituju sementara untuk tujuan pengawasan, informasi tertentu harus
disampaikan kepada pangawas berdasarkan peraturan melalui formulir-formulir yang
menuntut pengungkapan secara rinci.
C. Keluasan dan Kerincian Pengungkapan
Hal ini berkaitan dengan masalah seberapa banyak informasi harus diungkapkan yang
disebut dengan tingkat pengungkapan (levels of disclosure). Evans (2003) mengidentifikais
tiga tingkat pengungkapan yaitu memadai (adequate disclosure), wajar atau etis (fair or
ethical disclosure), dan penuh (full disclosure). Tingkat ini mempunyai impikasi terhadap
apa yang harus diungkapkan.

Tingkat memadai adalah tingkat minimum yang harus dipenuhi agar statemen keuangan
secara keseluruhan tidak menyesatkan untuk kepentingan pengambilan keputusan yang
diarah. Tingkat wajar adalah tingkat yang harus dicapai agar semua pihak mendapat
perlakuan atau pelayanan informasional yang sama. Artinya, tidak ada satu pihak pun yang
kurang mendapat informasi sehingga mereka menjadi pihak yang kurang diuntungkan
posisinya. Dengan kata lain, tidak ada preferensi dalam pengungkapan informasi. Tingkat
penuh menuntut penyajian secara penuh semua informasi yang berpaut dengan pengambilan
keputusan yang diarah.

Tingkat pengungkapan yang tepat memang harus ditentukan karena terlalu banyak
informasi sama tidak menguntungkannya dengan terlalu sedikit informasi. Oleh karena itu,
diperlukan criteria atau pertimbangan untuk menentukan dan batas atas dan batas bawah.
Batas atas (kos>benefit) dan batas bawah (materialitas) dalam karakteristik kualitatif
informasi untuk pengakuan suatu pos dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan
banyaknya informasi. Dalam hal pengungkapan , batas atas (tingkat penuh) lebih banyak
menimbulkan kontroversi dibandingkan dengan batas bawah. Artinya bagi penentu
kebijakan, menentukan seberapa luas pengungkapan harus dilakukan lebih problematik
disbanding menentukan informasi mana yang tiak perlu diungkapkan.

Kendala Pengungkapan
Berbagi hal menjadi pertimbangan penyusun standar atau badan pengawas untuk
menentukan seberapa banyak informasi harus diungkapkan. Salah satu hal yang menentuka
keluasan dan kerincan pengungkapan adalah tujuan pegungkapan. Tujuan perlindungan atau
protektif biasanya menuntut pengungkapan yang lebih luas dan lebih rinci. Pengungkapan
yang lebih luas biasanya terkendala oleh keengganan perusahaan untuk menyediakan
informasi.
Kos penyediaan informasi harus lebih rinci dari benefit informasi yang disediakan.
Kendala kriteria ini adalah kesulitan menentukan manfaat informasi meskipun sampai tingkat
tertentu kos dapat diukur dengan cukup teliti bahkan dalam hal tertentu kos tersebut sangat
tidak berarti (mendekati nol). Oleh karena itu, kriteria ini akhirnya tidak pernah menjadi
pertimbangan.

Bila kos penyediaan suatu informasi dapat diabaikan, persoalannya adalah perlukah
informasi tersebut diungkapkan. Dalam hal seperti ini, keberlebihan informasi harus menjadi
pertimbangan. Betapapun kos penyediaan informasi dapat diabaikan dari segi administratif,
infirmasi tertentu sangat berharga bagi perusahaan dalam kondisi persaingan. Pengungkapan
informasi dapat menempatkan perusahaan pada posisi yang kurang menguntungkan
disbanding pesaing dan hal inilah yang menjadi kos pengungkapan bagi perusahaan sehingga
perusahaan enggan untuk mengungkapkan informasi privatnya. Penyusun standar perlu
mempertimbangkan hal ini dalam menetapkan tingkat pengungkapan.

Bagi penyusun standard, pengungkapan wajib harus dipertimbangkan atau dasar apakah
informasi yang sama sebenarnya dapat diperoleh pemakai dari sumber selain yang disediakn
melalui pelaporan keuangan atau laporan tahunan. Sumber lain ini dalam hal tertentu justru
lebih efektif daripada informasi yang disediakan perusahaan.

Pengungkapan Wajib dan Sukarela


Pengungkapan sukarela adalah pengungkpan yang dilakukan perusahaan di luar apa yang
iwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan badan pengawas. Teori pensignalan
melandasi pengungkapan sukarela ini. Manajemen selalu berusaha untuk mengungkapkan
informasi privat yang menurut pertimbangannya sangat diminati oleh investor dan pemegang
saham khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news). Manajemen
juga berminat menyampaikan informasi yang dapat meningkatkan kredibilitasnya dan
kesuksesan perusahaan meskipun informasi tersebut tidak diwajibkan. Beberapa penelitian
akademik juga menunjukkan bahwa makin besar perusahaan makin banyak pengungkapan
sekarela yang disampaikan. Pengungkapan sukarela ini merupakan solusi atas kendala
pengungkapan secar penuh. Dengan keterseiaan manajemen dalam pengungkapan sukarela
ini, tingkat pengungkapan wajib yang dapat ditetapkan iarhkan ke tingkat wajar atau bahkan
memadai tidak perlu penuh.
D. Regulasi Pengungkapan
Mempercayakan pengungkapan sepenuhnya kepada manajemen sama saja dengan
menyerahkan penyediaan informasi kepada pasar. Beberapa argumen mendukung perlunya
regulasi dalam penyediaan informasi. Alasan tersebut adalah:
1. Penyalahgunaan (abuse);
2. Eksternalitas (externalities)
3. Asimetri informasi (information asymmetry)
4. Keengganan Manajemen (management reluctance)

Semua regulasi diarahkan untuk mencegah adanya penyalahgunaan dan kecurangan oleh
para pelaku pasar modal terutama dalam masalah pengungkapan.

E. Apa yang Diungkap


Penyusun standar dan badan pengawas seperti SEC atau BAPEPAM mengeluarka
ketentuan tentang apa yang harus diungkapkan. SEC mewajibkan perusahaan publik untuk
menyusun dua laporan tahunan. Satu laporan tahunan harus diserahkan ke SEC untuk
memenuhi ketentuan dalam Securities Exchange Act 1934 dan datu laporan tahunan harus
disusun untuk keperluan pemegang saham dan pihak eksternal lainnya. Peraturan SEC yang
berkaitan dengan pelaporan dan pengungkapan antara lain adalah:
1. Securities Exchange Act 1934 yang harus dipenuhi dengan mengisi Form 10-K. Formulir ini
berisi jenis-jenis informasi apa yang harus diungkapkan dalam laporan tahunan dalam rangka
pelaporan ke SEC. Untuk laporan kuartalan, perusahaan harus menggunakan Form 10-Q.
2. Regulation S-X yang berisi ketentuan tentang format, isi, dan persyaratan statemen keuangan.
Peraturan ini juga merupakan aturan pelaksanaan Securities Act 1933 dalam rangka registrasi.
Denga peraturan ini, perusahaan harus mengisi Form S-1.
3. Regulation S-K yang memuat ketentuan tentang pengungkapan statemen nonfinansial.
Ketentuan ini sifatnya sama seperti Regulation S-X yaitu aturan pelaksanaan Securities Act
1933.

Berbagai Proposal
William mengusulkan suatu model pegungkapan yang disebut model pelaporan alternatif
lima lapis (a-five layers alternative repoting models) yaitu:
Lapis pertama: pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan yang sama dengan model yang
sekarang berlaku (models statement keuangan sebagai ciri sentral)
Lapis kedua: pos-pos yang memenuhi kriteria pengakuan tetapi bermasalah dalam hal
reliabilitas pengukuran seperti nilai merek dagang.
Lapis ketiga: pos-pos yang tidak begitu memenuhi kriteria reliabilitas dan definisi seperti
misalnya kepuan kesan konsumen.
Lapis keempat: pos-pos yang memenuhi kriteria pengukuran, keterandalan, dan keberpautan
tetapi tidak memenuhi definisi elemen seperti angka sensitifitas-risiko.
Lapis kelima: pos-pos yang tidak memenuhi definsi elemen dan juga tidak dapat diukur
secara terandalkan seperti kapital intelektual karyawan.

Model tersebut sebenarnya merupakan penjabaran pengakuan model FASB. Juga, model
tersebut lebih merupakan kriteria pengungkapan atau penyajian daripaa apa yang harus
diungkapkan. Uraian mengenai apa yang harus diungkapkan menunjukkan bahwa masalah
pengungkapan belum terjawab secara tuntas dan lingkup pengungkapan masih harus
dikembangkan baik yang wajib maupun yang sukarela. Walaupun demikian, model
pengungkapan FASB dalam rerangka konspetualnya sudah dapat dipandang cukup
komprehensif dan mantap.

F. Metode Pengungkapan
Metode pengungkapan berkaitan dengan masalah bagaimana secar teknis informasi
disajikan kepada pamakai dalam satu perangkat statemen keuangan beserta informasi lain
yang berpaut. Metode ini biasanya ditentukan secar spesifik dalam standard akuntansi atau
peraturan lain. Informasi dapat disajikan dalam pelaporan keuangan sebagai antara lain pos
statemen keuangan, catatan kaki (catatan atas laporan keuangan), pengggunaan istilah teknis
(terminologi), penjelasan dalam kurung, lampiran, penjelasan auditor dalam laporan auditor,
dan komunikasi manajemen dalam bentuk surat atau pernyataan resmi.

Sarana Interpretif
Pengungkapan dapat dikatakan sebagai saran interpretif untuk menambah kebermanfaatan
dan keterpautan informasi akuntansi yang disajikan melalui media statemen keuangan. Dalam
tataran praktis, tentu saja harus terdapat rerangka atau struktur akuntansi pokok (basic
accounting structure) atau pelaporan keuangan pokok (financial reporting proper) yang
membatasi pengungkapan sesuai denga tujuan pelaporan keuangan. Tanpa rerangka pokok
tersebut akan banyak hal yang akan dituntu untuk diungkapkan, dilampirkan, atau
dimasukkan dalam pelaporan keuangan karena pada tataran teoritis banyak sarana interpretif
yang mempunyai potensi untuk bermanfaat atau berpaut dengan keputusan investor dan
kreditor. Pelaporan keuangan pokok adalah pelaporan yang langsung ditentukan oleh standar
akuntansi atas dasar pertimbangan keterandalan (realibility) dan keberpautan (relevans).
Rerangka pokok tersebut juga diperlukan untuk membatasi tanggungjawab auditor dalam
menetapkan kewajaran statemen keuangan.

Sarana interpretif tidak hanya ditujukan dalam pelaporan keuangan eksternal tetapi juga
dalam pelaporan internal atau manajerial. Sarana interpretif dalam pelaporan internal
misalnya adalah penggunaan kos standar, pengkosan variabel (variable costing),
departementalisasi pendapatan (revenue imputation), dan pengkosan berbasis kegiatan
(activity based costing).

A. Kos dan Nilai


Dalam kondisi yang normal kos yang terjadi dapat dianggap menyatakan nilai pasar
(market value) suatu sumber ekonomi pada saat tia dibeli atau diperoleh. Nilai adalah
persepsi orang terhadap manfaat atau utilitas suatu objek yang dinyatakan dalam satuan
pengukur (biasanya unit moneter).

Argumen Pendukung
Argumen utama pendukung gagasan tersebut adalah keterpautan keputusan sebagai salah
satu kualitas informasi baiknuntuk kepentingan manajemen maupun pihak luar. Untuk
kepentingan manajemen, perhitungan laba tiap periode hendaknya mencerminkan dengan
jelas perubahan ekonomik penting termasuk rugi (losses) dan untung (gains) yang belum
terealisasi yang terjai akibat penurunan dan kenaikan nilai faktor-faktor yang maish belum
digunakan.

Argumen Penyanggah
Paton dan Littleton (1970) berpendapat bahwa adanya perubahan nilai tidak berarti bahwa
rerangkan akuntansi pokok berbasis kos tidak lagi bermanfaat sehingga harus diganti. Tujuan
utama akuntansi adalah pengukuran laba periodic dengan menggunakan proses
menandingkan kos dan pendapatan secara sistematik. Penggantian jumlah rupiah tercatat
(kos) faktor-faktor jasa dengan taksiran nilai pasar yang berlaku sekarang tidak dapat
didukung atas dasar argumen-argumen berikut ini:
1. Keterandalan data;
2. Saling kompensasi antarperiode;
3. Fluktuasi nilai merupakan gejala umum;
4. Nilai pasar dan posisi keuangan.

Simpulan
Penekanan pada kos historis atau aktual sebagai dasar pencatatan tidak berarti menolak
sama sekali adanay kelayakan dan manfaat untuk mengadakan reorganisasi modal (financial
reorganization) dan untuk menyesuaikan kembali asset, kewajiban, dan ekuitas bilamana hal
ini memang jelas-jelas diperlukan khususnya dalam kejadian yang bersifat istimewa. Revisi
ini hendaknya dilakukan dengan cara yang cukup bijaksana sehingga tidak berakibat
merugikan pihak-pihak yang berkepentingan.

B. Revisi Kos Fasilitas Fisis


Dalam beberapa hal khusus, penilaian kembali fasilitas fisis yang berakibat revisi
terhadap kos tercatat tidak dapat dihindari. Penilaian kembali biasanya dilakukan oleh
perusahaan penilai (appraisal companies). Beberapa hal khusus yang menghendaki penilaian
kembali antara lain adalah:
1. Perusahaan akn dibeli sehingga terjadi penggantian hak milik atau perubahan entitas yang
menghendaki pencatatan asset pada pada nilai perusahaan baru berdiri (fresh start).
2. Kuarsi reorganisasi untuk penyerahan defisit.
3. Penggadaian asset yang menghendaki penialian untuk menentukan nilai gadai.
4. Peraturan pemerintah yang mengharuskan revaluasi.
5. Terjadinya musibah yang menghendaki penilaian untuk keperluan ganti rugi asuransi.
6. Penilaian asset untuk keperluan penentuan nilai asuransi asset (insurance coverage).
7. Penentuan nilai asset untuk keperluan penetapan pajak.

Alasan Pendukung Revisi


Alasan yang mendukung revisi kos asset tetap secara umum bersandarkan pada alasan
yang dikemukakan dalam akuntansi berbasis nilai. Berikut adalah beberapa alasan yang
sering digunakan untuk mendukung revisi yaitu:
1. Distorsi informasi ekonomik
2. Distorsi akumulasi dana penggantian

Argumen Penyanggah
Argumen memang dapat dimaklumi, akan tetapi tidak berarti bahwa revisi kos menjadi
akternatif pemecahan yang paling tepat. Dari segi akuntansi sendiri, kos sekarang atau
pengganti sebagai bagian rerangka akuntansi pokok mempunyai beberapa kelemahan dan
keterbatasan. Seperti argumen penyanggah revisi kos secara umum, Paton dan Littleton
member argumen untuk menolak revisi kos historis fasilitas fisis.
1. Revisi terus menerus tidak praktis
Penilaian yang dilakukan terus menerus adalah pekerjaan yang mahal dan hanya dapat
diterima kalau manfaat yang diperoleh jelas-jelas menjustifikasi kos pencatatan revisi.

2. Hasil penilaian tidak meyakinkan


Nilai pengganti fasilitas fisis yang kompleks akhirnya tidak lebih daripada taksiran, dan
taksiran tersebut dalam banyak hal tidak dapat diandalkan. Pendekatan umum yang
digunakan untuk menentukan nilai pengganti adalah menghitung jumlah rupiah pembelian
atau kos sekarang seandainya perusahaan membeli fasilitas fisis yang sama. Hal ini dapat
dilakukan kalau tedapat barang yang sama dipasar umum. Pendekatan lain adalah
menghitung jumlah rupiah proses konstruksi hipotesis untuk jenis fasilitas yang sama
fungsinya.

3. Depresiasi bukan akumulasi dana


Depresiasi harus didasarkan atas nilai pengganti untuk menjamin pengumpulan dana yang
cukup untuk mengganti fasilitas fisis pada saat umurnya habis juga menimbulkan pertanyaan
yang serius. Tujuan utama akuntansi depresiasi adalah membebankan kos ke produksi dan ke
pendapatan secara layak.

Simpulan
Akuntansi fasilitas fisis atau asset tetap berwujud atas dasar kos mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan alternatif yang lain (misalnya akuntansi nilai pengganti) bilaman
ditinjau dari kebutuhan dan kondisi-kondisi perusahaan pada umumnya. Bersamaan dengan
itu, kalau keadaan tertentu memang mengharuskan adanya revisi kos fasilitas fisis maka kos
revision atau pengganti dapat diakui alam buku besar secara terpisah dengan buku besar kos
aktual sehingga data kos historis tidak menjadi hilang atau tersembunyi. Statemen keuangan
atas dasar kos pengganti harus diperlakukan sebagai pelengkap terhadap statemen keuangan
berbasis kos aktual. Jadi kos historis harus tetap merupakan bagian dari rerangka akuntansi
pokok.
C. Pengurangan Nilai Buku Fasilitas Fisis
Pengurangan dapat dilakukan kalau suatu kondisi menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan asset untuk mendatangkan lab atau kas dimasa datang. Kondisi yang dapat
menimbulkan penurunan kemampuan asset misalnya saja kalau telah menjadi jelas bahwa
jasa efektif suatu fasilitas fisis menjadi tidak mamadai lagi karena timbul teknologi baru yang
tidak terduga sebelumnya atau karena faktor khusus lainnya sehingga depresiasi akumulasi
sampai saat itu menjadi terlalu kecil.

Indikasi penurunan kemampuan


PSAK No.48 memberikan pedoman untuk mengidentifikasi adanya penurunan
kemampuan suatu asset. Secara teknis, suatu asset dikatakan mengalami penurunan
kemampuan bilamana nilai tercatat (nilai buku) asset melebihi apa yang disebut jumlah
rupiah atau jumlah terperoleh kembali. Jumlah terperoleh kembali dapat diukur atas dasar
harga jual neto asset atau atas dasar nilai pakai yaitu nilai sekarang aliran-aliran kas yang
dikontribusi oleh pemakaian asset bersangutan termasuk nlai residual pada saat penghentian
penggunaan.jumlah temperoleh kembali yang digunakan untuk mengukur adanya penurunan
kemampuan biasanya adalah yang terendah antara nilai jual neto dan nilai pakai.

Pengangguran sementara
Kalau fasilitas fisis tertentu tidak digunakan karena alasan musim atau lainnya mak
pengangguran sementara ini ini tidak dapat dijadikan alasan untuk melakukan pengurangan
besar kos asset. Demikian juga pengurangan intensitas pengggunaan sama sekali tidak dapat
dijadikan alasan untuk pengurangan kos menjadi rugi.

D. Konversi Kos ke Rupiah Daya Beli


Sering Karena daya beli dianggap stabil, rerangka akuntansi pokok atas dasar kos
histori sering disangkal manfaatnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa satuan uang
sebagai pengukur bahan oleh akuntansi tidak stabil daya belinya. Artinya, kos tercatat yang
merupakan jumlah rupiah kesepakatan akan berbeda dalam dua titik waktu yang berbeda
kalau dinyatakan dalam tingkat harga umum yang berlaku pada dua waktu tersebut. Sebagai
konsekuensi, kos historis yang diukur dengan daya beli pada saat tertentu dapat menyesatkan.
Demikian juga, dalm kondisi tertentu laba atau rugi yang dihasilkan oleh rerangka akuntansi
pokok tidak menggambarkan perubahan nilai ekonomik perusahaan yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai