PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit kardiovaskular (PKV),menurut buku pedoman
Depkes RI (2007), adalah kelainan yang terjadi pada organ jantung
dan pembuluh darah dengan akibat terjadinya gangguan
fungsional, anatomis serta sistem hemodinamis. Penyakit
kardiovaskular dengan angka kejadian dan mortalitas paling tinggi
adalah PJK yang disebabkan iskemia miokard.
Faktor risiko yang memengaruhi penyakit kardiovaskular
terbagi dua, yaitu faktor risiko yang dapat diubah (modified risk) dan
yang tidak dapat diubah (unmodified risk). Modified risk antara lain
hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, kurang aktivitas fisik, diet
tinggi lemak jenuh dan stress. Unmodified risk yaitu, riwayat
keluarga, umur, dan jenis kelamin. Berdasarkan faktor-faktor risiko
di atas, hipertensi dan dislipidemia adalah faktor risiko utama dari
penyakit kardiovaskular.
Dislipidemia sebagai perubahan abnormalitas profil lipid,
ditandai dengan peningkatan kolesterol total, trigliserida,kolesterol
Low Density Lipoprotein (LDL) dan penurunan kolesterol High
Density Lipoprotein (HDL). Menurut WHO Community study of the
elderly di Jawa Tengah tahun 1990, angka morbiditas pada
dislipidemia merupakan faktor risik mayor terjadinya PJK.
Angina Pektoris Stabil (APS) dan Sindroma Koroner Akut
(SKA) adalah manifestasi klinis yang paling sering pada PJK yang
terjadi secara akut. APS memiliki plak yang stabil, sementara plak
pada SKA cenderung tidak stabil. Manifestasi klinis SKA adalah
angina pektoris tidak stabil (APTS), infark miokard dengan elevasi
segmen ST (STEMI: ST segment elevation myocardialinfarction),
dan infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST
1
segment elevation myocardial infarction).(Wikan Tamara Tyasning,
2018)
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui nama dan prinsip kerja dari alat treadmill yang
digunakan dalam pemeriksaan pada penyakit angina pectoris serta
prosedur dan teknik-teknik yang digunakan pada pemeriksaan
tersebut.
C. MANFAAT
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
mahasiswa dapat lebih memahami tentang nama dan prinsip kerja
dari alat treadmill yang digunakan dalam pemeriksaan pada
penyakit Angina Pectoris serta prosedur dan teknik-teknik yang
digunakan pada pemeriksaan tersebut.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Angina adalah nyeri dada akibat kurangnya darah dan
oksigen yang menuju jantung. Ini bisa menjadi gejala penyakit arteri
koroner, atau aterosklerosis di mana terjadi penumpukan kolesterol
dan lemak (plak) di dalam arteri koroner jantung. Angina juga dapat
disebabkan oleh kejang otot di area arteri koroner. Sedangkan
angina tidak stabil atau angina pektoris adalah kondisi yang bisa
membuat dada terasa nyeri tiba-tiba. Angina pektoris ini juga sering
disebut sebagai angin duduk. Biasanya nyeri dada yang muncul
tidak dapat diprediksi, bisa terjadi saat Anda sedang santai, dan
belum tentu hilang saat beristirahat atau minum obat. Angina tidak
stabil adalah penyakit serius yang harus segera ditangani. (Lika
Aprilia Samiadi, 2018)
Angina Pectoris adalah suatu kondisi dimana penderita
merasakan nyeri di bagian dada yang disebabkan oleh otot-otot
jantung yang kurang memperoleh pasokan darah yang umumnya
disebabkan karena terjadinya gangguan pada pembuluh darah
menuju jantung. Perlu di ketahui pula berdasarkan penyebabnya
tersebut, angina pectoris juga dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu
stable angina dan unstable angina.
1. Stable Angina atau Angina Stabil
Adalah merupakan tipe yang paling umum dari jenis angina
pectoris. Munculnya jenis penyakit angin duduk ini biasanya
masih bisa diketahui dengan mudah dan bisa diprediksi.
Misalnya saja ketika Anda sedang menaiki tangga lalu muncul
rasa nyeri kemungkinan Anda sedang mengalami angina
pectoris.
3
Stable angina bisa terjadi ketika seseorang mengerahkan
tenaganya secara ekstra untuk beraktivitas dalam waktu kurang
dari 5 menit. Untuk mengatasinya sebaiknya segera istirahatkan
tubuh Anda dan mengkonsumsi obat yang sesuai dengan gejala
yang Anda rasakan.
2. Unstable Angina
Adalah merupakan jenis penyakit angin duduk yang lebih
berbahaya tetapi kurang umum terjadi di masyarakat. Lebih
parahnya lagi, gejala munculnya unstable angina sulit atau
bahkan tidak dapat diprediksi. Rasa nyeri yang diderita oleh
penderita unstable angina ini akan berlangsung lebih lama dan
terjadi lebih sering. Perlu di ketahui, bahwa unstable angina
berbeda dengan penyakit jantung yang biasanya juga
menimbulkan rasa nyeri di bagian dada. Tetapi unstable angina
ini bisa menjadi penyebab timbulnya serangan jantung pada
seseorang.
3. Variant Angina
Juga dikenal sebagai angina prinzmental. Angina jenis ini
dapat terjadi saat seseorang beristirahat atau tidur. Variant
angina dapat diatasi dengan minum obat yang sesuai. Angina
ini terjadi biasanya antara tengah malam dan pagi hari. Nyeri
angina yang bersifat spontan disertai elevasi segmen ST pada
EKG, di duga disebabkan oleh spasme arteri coroner. Angina ini
biasanya muncul pada tengah malam dan pagi hari yang
disebabkan oleh Vasospasma. Vasospasma adalah kekejangan
yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronari dan
berkurangnya aliran darah kejantung. Angina jenis ini jarang
terjadi.
4
B. ETIOLOGI
Selain penyebab utama terjadinya angina pectoris karena
kurangnya pasokan darah yang mengandung oksigen ke jantung
masih ada faktor lain yang berperan sebagai penyebab penyakit
tersebut. Berikut ini akan dijelaskan faktor penyebab terjadinya
angina pectoris yang perlu Anda ketahui, yaitu :
1. Usia
Bertambahnya usia seseorang juga berpengaruh pada
kinerja organ tubuh yang semakin menurun. Hal ini salah
satunya terjadi pada arteri jantung yang fungsinya semakin
menurun seiring bertambahnya usianya seseorang. Tentu hal ini
bisa menjadi penyebab terjadinya angina pectoris pada
seseorang.
2. Hipertensi
.
5
5. Kebiasaan merokok
Kebiasaan merokok sebetulnya sangat berdampak buruk
pada kesehatan seseorang terutama munculnya kerusakan
dinding arteri, penggumpalan darah dan munculnya plak pada
arteri. Jika arteri mengalami gangguan atau kerusakan bisa
menghalangi aliran darah menuju jantung. Kebiasaan merokok
akan membuat kandungan oksigen dalam darah semakin
menurun dan semakin meningkatkan risiko terjadinya angina
pectoris.
6. Mengkonsumsi Alkohol Berlebihan.
6
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada
ketidak adekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang
diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (aterosklerosis koroner).Tidak diketahui secara pasti apa
penyebab aterosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor
tunggal yang bertanggungjawab atas perkembangan
aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan penyakir arteri koroner
yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan
meningkat, makakebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner
berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak darah dan oksigen ke otot
jantung. Namun apabila arteri coroner mengalami kekauan atau
menyempit akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
(Pelebaran/Peregangan) sebagai respon terhadap peningkatan
kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan suplai
darah)miokardium. Berkurangnya kadar oksigen memaksa
miokardium mengubah metabolisme yang bersifat aerobik menjadi
metabolisme yang anaerobik.Metabolisme anaerobik dengan
perantaraan lintasan glikolitik jauh lebih tidak efisien apabila
dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui
fosforilasioksidatif dan siklus Kreb.
Pembentukan fosfat berenergi tinggi mengalami penurunan
yang cukup besar. Hasil akhir metabolisme anaerobik ini, yaitu
asam laktat, akan tertimbun sehingga mengurangi pH sel dan
menimbulkan nyeri.Kombinasi dari hipoksia, berkurangnya jumlah
energi yang tersedia serta asidosis menyebabkan gangguan fungsi
ventrikel kiri. Kekuatan kontraksi daerah miokardium yang
terserang berkurang; serabut-serabutnya memendek sehingga
kekuatan dan kecepatannya berkurang. Selain itu,gerakan dinding
segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal; bagian
7
tersebut akan menonjol keluar setiap kali ventrikel
berkontraksi.Berkurangya daya kontraksi dan gangguan gerakan
jantung mengubah hemodinamika. Respon hemodinamika dapat
berubah-ubah, sesuai dengan ukuran segmen yang mengalami
iskemia dan derajat respon refleks kompensasi oleh system saraf
otonom. Berkurangnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah
jantung dengan mengurangi volume sekuncup (jumlah darah yang
dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut).
Angina pectoris adalah rasa sakit dada yang berkaitan
dengan iskemia miokardium. Mekanismenya yang tepat bagaimana
iskemi menimbulkan rasa sakit masih belum jelas. Agaknya
reseptor saraf rasa sakit terangsang oleh metabolik yang tertimbun
atau oleh suatu zat kimia antara yang belum diketahui atau oleh
sters mekanik lokal akibat kontraksi miokardium yang abnormal.
Jadi secara khas rasa sakit digambarkan sebgai suatu tekanan
substernal, kadang-kadang menyebar turun kesisi medial lengan
kiri. Tetapi banyak pasien tak pernah mengalami angina yang pas;
rasa sakit angina dapat menyerupai rasa sakit karena maldigesti
atau sakit gigi. Pada dasarnya angina dipercepat oleh aktivitas
yang meningkatkan miokardium akan oksigen, seperti latihan fisik.
Sedangkan angina akan hilang dalam beberapa menit dengan
istirahat atau Nitrogliserin. (Gulz-Ravenclaw Cheonsa
Grangerweasly, 2012)
D. MANIFESTASI KLNIK
Manifestasi klinis yang terjadi pada penderita Angina
pectoris adalah klien mengalami nyeri seperti diperas, diikat atau
tertekan (biasanya tidak menusuk), terjepit, terasa panas didaerah
pericardium, sternal, atau substernum dada, kemungkinan
menyebar ke lengan, permukaan dalam tangan kiri, permukaan
ulnar jari manis dan jari kelingking, rahang bawah, atau thoraks
8
yang menghilang selama 2-10 menit. Rasa sesak, tercekik dan
kualitas yang terus menerus. Perasaan yang lemah dilengan atas,
pergelangan tangan dan tangan yang menyertai nyeri. Pada angina
stabil dan tidak stabil, nyeri biasanya berkurang dengan istirahat.
Angina prinzmental tidak mereda dengan istirahat tetapi biasanya
menghilang selama 5 menit. Adapun pencetus terjadinya angina
pectoris yaitu latihan fisik, pajanan terhadap dingin, makan
makanan berat dan stress. (Anonim, 2018)
E. KOMPLIKASI
Komplikasi paling berbahaya yang mungkin terjadi pada
angina adalah serangan jantung. Kondisi ini membutuhkan
penanganan segera di rumah sakit. Gejala yang yang dapat muncul
pada serangan jantung, meliputi:Nyeri dada seperti ditekan untuk
waktu yang lama dan berulang-ulang.
1. Nyeri menyebar ke anggota tubuh lainnya seperti punggung,
bahu, lengan, rahang, gigi, dan perut.
2. Nyeri perut berkepanjangan.
3. Merasa gelisah.
4. Mengalami serangan panik.
5. Mual.
6. Muntah.
7. Napas pendek.
8. Keringat dingin.
9. Pingsan.
10. Mengalami kesulitan berbicara dan bergerak.
9
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Angina pektoris tidak mudah untuk didiagnosa karena ada
beberapa penyakit yang memiliki gejala yang sama, contohnya
penyakit asam lambung. Adapun test yang akan dilakukan untuk
mendiagnosis angina pectoris yaitu:
1. Elektrokardiogram (EKG)
untuk memeriksa aliran listrik jantung dan memantau jika
terdapat interupsi pada irama jantung.
2. Ekokardiogram
yaitu pemindaian jantung menggunakan gelombang suara
untuk mengidentifikasi kerusakan pada otot jantung dan aliran
darah yang tersendat.
3. Foto Rontgen dan CT scan.
Pemindaian ini dilakukan untuk memeriksa kondisi otot,
pembuluh darah dan ukuran jantung, dan paru-paru.
4. Tes darah lanjutan,
untuk memeriksa jika terdapat kebocoran enzim jantung di
dalam darah.
5. Tes toleransi olahraga (ETT),
untuk memantau toleransi jantung saat melakukan olahraga
ringan hingga berat. Tes ini umumnya dilakukan di atas mesin
treadmill atau sepeda statis.
6. Myocardial perfusion scintigraphy (MPS),
untuk memeriksa aliran darah menuju otot jantung pada
saat melakukan olahraga dan saat beristirahat, dengan
menyuntikkan zat radioaktif pada pembuluh darah dan dipantau
menggunakan alat pemindaian khusus. MPS pada penderita
yang tidak mampu berolahraga, dapat dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan yang dapat meningkatkan kerja
jantung seperti saat sedang beraktivitas.
10
7. Angiogram koroner,
untuk memeriksa kondisi arteri jantung dengan
menyuntikkan zat pewarna (bahan kontras) khusus dan
dipantau dengan memasukkan selang tipis dan lentur (kateter)
melalui pembuluh darah besar di paha atau lengan menuju
ruang jantung. Meskipun jarang terjadi, tes ini berisiko
mengakibatkan komplikasi seperti serangan jantung dan stroke.
Dokter biasanya akan merekomendasikan tes ini jika diagnosis
angina belum ditemukan atau pasien mengalami angina tidak
stabil.(AloDokter)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan medis angina adalah untuk
menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk meningkatkan
suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi
farmakologi dan control terhadap faktor resiko. Secara bedah
tujuan ini dapat dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung
melalui bedah pintas arteri coroner atau angioplasty coroner
transluminar perkutan(PCTA = percutaneous transluminal coronary
angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi antara terapi medis
dan pembedahan.
Tiga teknik utama menawarkan penyembuhan bagi klien
dengan penyakit erteri coroner mencakup penggunaan alat
intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser
untuk menguapkan plak dan endarterektomi coroner perkutan untuk
mengangkut obstruksi. Ilmu pengetahuan terus berkembang untuk
mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang di derita
pasien. (Hafiko Andresni dkk, 2013)
Pada waktu mendapat serangan angina obat yang paling
baik adalah preparat nitrogliserin atau derivatnya yang diberikan
secara sublingual. Dosis nitrogliserin bervariasi dari 0,5-1 tablet,
11
yang dapat diulang sampai beberapa kali pemberian. Untuk
mencegah timbulnya serangan angina dapat dipakai beberapa
preparat yaitu: 1 gr actiry nitrase, seperti isosorbidnitrat atau
nitrogliserin dalam bentuk salep atau refard/sustained.
H. PENCEGAHAN
Langkah pencegahan angina dengan menerapkan pola
hidup sehat. Tujuan mencegah terjadinya serangan angina pada
orang-orang yang belum pernah mengalami serangan jantung
berupa penerapan pola hidup sehat juga dapat mengurangi tingkat
keparahan gejala angina pada penderitanya.
Langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah angina,
antara lain: melakukan olahraga ringan, seperti bersepeda
santai,berjalan, atau berenang. Selain dapat menurunkan berat
bdan, olahraga juga dapat membuat peredaran darah menjadi
lancar dan menurunkan tekanan darah, sehingga jantung dan
pembuluh coroner tetap sehat.
Agar bisa tetap bekerja dengan baik, seseorang dianjurkan
mengkonsumsi makanan yang sehat. Makanan yang sehat untuk
jantung harus kaya akan serat. Biasanya terdapat pada buah-
buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian utuh. Selain serat, makan
yang mengandung lemak tidak jenuh juga dapat membantu
menurunkan penyumbatan pembuluh darah. makanan yang
mengandung lemak tak jenuh adalah ikan tuna, salmon, tahu dan
minyak zaitun.
Agar terhindar dari angina, hindarilah makanan yang terlalu
banyak mengandung garam. Jumlah garam yang
direkomendasikan untuk kesehatan adalah sekitar satu sendok the
per hari. Terlalu banyak mengkonsumsi garam, dapat memicu
hipertensi. Selain garam, waspadai makan yang mengandung
lemak jenuh, santan, keju, gorengan dan mentega. Lemak jenuh
12
dapat mengendap didalam arteri dan menghambat peredaran
darah.
Berat badan juga penting untuk dipertahankan. Bila kita
mengalami kegemukan, jantung akan lebih sulit mengedarkan
darah sehingga harus memompa darah lebih keras. Sehingga hal
ini dapat meningkatkan tekanan darah dan memicu angina.
Pada orang yang merokok, bahan yang terkandung didalam
rokok dapat menghambat arteri dan meningkatkan tekanan darah.
jika kondisi itu sampai terjadi, akan mendapat risiko bukan saja
mengalami angina, tapi juga terkena stroke dan serangan jantung
yang berdampak buruk. (Anonim, 2017)
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. ALAT TREADMILL
14
B. PRINSIP KERJA ALAT TREADMILL
Dasar fisiologi uji latih jantung adalah latihan dinamik. Telah
diketahui latihan dinamik memberikan serial kompleks
penyesuaian kardiovaskuler yang terjadi akibat peningkatan suplai
darah ke otot gerak sesuai dengan kebutuhan metabolisme yang
terjadi, disamping upaya untuk mempertahankan suplai darah ke
organ vital seperti otak dan jantung.
Secara umum akibat latihan dinamik dapat terjadi
peningkatan curah jantung (cardiac output), tekanan darah arterial
meningkat, tahanan/resistensi perifer meningkat. Apabila terjadi
pengurangan suplai darah ke organ vital seperti jantung akan
mengakibatkan perubahan pada rekaman listrik jantung (EKG)
ataupun rekaman listrik ke otak. Khusus pada EKG akan terlihat
perubahan segmen ST berupa ST depresi atau ST elevasi.
2. Persiapan Alat
a. Satu set alat treadmill
b. Kertas printer teradmill
c. Emergencytroly lengkap dan defibilator
d. Plester
15
e. Elektrode
f. Oksigen
g. Tensimeter dan stetoscpoe
h. Jelly
i. Alkohol 70 % dan kassa non steril
j. Tissue/Handuk kecil
k. Celana, baju dan sepatu yang layak dipakai untuk treadmill.
3. Cara kerja
a. Pasien di anamnesa dan menjelaskan tentang tata
cara,maksud, manfaat dan resiko dari treadmill.
b. Menentukan target HR submaximal dan maximal (target HR
max : 220 dikurang umur dan submaximal adalah 85 % dari
target HR max)
c. Pasien menandatangani formulir informed consent.
d. Pasien dipersilahkan ganti pakaian, celana dan sepatu
treadmill yang telah disediakan.
e. Pasien berbaring denagn tenang di tempat tidur
f. Bersihkan tubuh pasien pada lokasi pemasangan electrode
dengan menggunakan kassa alkohol.
g. Tempelkan electrode sesuai dengan tempat yang sudah
ditentukan.
h. Sambungkan dengan kabel treadmill
i. Fiksasi electrode dengan sempurna
j. Tekan saklar pada mesin treadmill kemudian saklar power
pada PC.
k. Masukkan data pasien, caranya :
1) Tekan new test
2) Klik new pasien
3) Isi data yang ada pada new pasien, nama dan tangga lahir
16
l. Sebelum melakukan pretest, lakukan perekaman ECG,
caranya :
1) Pilih resting ECG
2) Tekan OK
3) Pilih ECG acquisition (muncul gambaran ECG)
4) Jika gambaran ECG sudah bagus, klik post test review
5) Klik print
6) Klik initial screen
m. Memulai treadmill
1) Pilih new test
2) Pilih exercise
3) Tekan pretest (keluar
n. Setelah HR tercapai
o. Matikan layar computer dan alat treadmill jika sudah tidak ada
pasien dan tidak ada petugas yang standby.
17
BAB IV
PENUTUP
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN 1
1. IDENTITAS PASIEN
A. Biodata Pasien:
Nama : Tn.”MH”
Umur : 48 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Kawin
Alamat :Sengkang
Tanggal Pengkajian : 27 Juli 2018
Diagnosa Medis : Angina Pectoris Stabil
B. Riwayat Penyakit : Diabetes Mellitus tipe 2
C. Pemeriksaan Penunjang :
a) pemeriksaan EKG
20
b) Treadmil Tes
c) Echocardiography
21
a. Untuk menegakkan diagnostic PJK
b. Untuk mengevaluasi keluhan : nyeri dada, sesak nafas, dan
lain-lain
c. Untuk mengevaluasi kapasitas kemampuan fungsional
d. Untuk mengevaluasi adanya aritmia
e. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan.
Hasil:
22
Gambar 4: Hasil Treadmill (Stage 1)
23
gambar 6: hasil treadmill (stage 3)
24
gambar 8: hasil treadmill (Recovery)
1. Fase Istirahat
a. Tekanan darah : 110/67 mmHg (berbaring), 107/72 mmHg
(berdiri)
b. Denyut jantung : 72 x/menit (berbaring), 66 x/menit (berdiri).
c. EKG : Normal
2. Fase Latihan
a. Protokol : Bruce
b. Durasi : 09 menit 28 detik
c. Rekaman EKG :
1) Rekaman ST : Normal
2) Aritmia : Ves
3) Perubahan gelombang R : Normal
d. Dihentikan karena : THR tercapai (146 x/menit)
e. Perubahan hemodinamik
1) Denyut jantung : Approprite, puncak 150 x/menit
25
2) Tekanan darah : Respon hipertensi, 166/115 mmHg
Tekanan darah puncak latihan 160/72 mmHg
3. Fase Recovery
a. Segmen ST : Normal
b. Aritmia : VES
4. Kesimpulan
a. ULJB dengan Treadmill terhadap penyakit jantung koroner :
Negatif
b. Respon tekanan darah : Approprite
c. Tingkat kesegaran jasmani : Baik
d. Klasifikasi fungsional : I (Normal)
e. Kapasitas aerobik : 10,9 Metz
Alat-alat :
1. Mesin Treadmill
2. Monitor hemodinamik untuk Treadmil
3. Tensimeter
4. Trolley Emergency
5. Electrode
26
LAMPIRAN 2
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien.
Nama : Tn. “MH”
Umur : 48Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : Diploma Sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sengkang
Status Perkawinan : kawin
2. Pengkajian primer:
a. Airway :Normal
b. Breathing : Normal
c. Circulation : Normal
3. Pengkajian sekunder:
a. Pemeriksaan TTV:
TD : 110/67 mmHg
HR : 72 x/menit
b. Keluhan utama: nyeri dada pada saat beristirahat ataupun
beraktivitas.
27
B. ANALISIS DATA
1. Data subjektif : Pasien mengeluh nyeri dada pada saat
beraktivitas ataupun beristirahat
2. Data objektif:
a. TD : 110/67 mmHg
b. HR : 72 x/menit
28
C. WEB OF CAUTION ( WOC)
- Aterosklerosis
- Spasme pembuluh Stress Latihan fisik
darah
Vasokontriksi
Jantung
Aliran O2 ↑ kekurangan O2
Curah jantung ↓
29
D. DIAGNOSIS MEDIS
Dx. Angina Pectoris Stabil
F. IMPLEMENTASI
1. Melakukan pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG)
2. Melakukan pemeriksaan Treadmil tes
G. EVALUASI
30
Gambar 11: Hasil Treadmill (Stage 1)
31
gambar 13: hasil treadmill (stage 3)
32
gambar 15: hasil treadmill (Recovery)
1. Fase Istirahat
a. Tekanan darah : 110/67 mmHg (berbaring), 107/72 mmHg
(berdiri)
b. Denyut jantung : 72 x/menit (berbaring), 66 x/menit (berdiri).
c. EKG : Normal
2. Fase Latihan
a. Protokol : Bruce
b. Durasi : 09 menit 28 detik
c. Rekaman EKG :
1) Rekaman ST : Normal
2) Aritmia : Ves
3) Perubahan gelombang R : Normal
33
d. Dihentikan karena : THR tercapai (146 x/menit)
e. Perubahan hemodinamik
1) Denyut jantung : Approprite, puncak 150 x/menit
2) Tekanan darah : Respon hipertensi, 166/115 mmHg
Tekanan darah puncak latihan 160/72 mmHg
3. Fase Recovery
a. Segmen ST : Normal
b. Aritmia : VES
4. Kesimpulan
a. ULJB dengan Treadmill terhadap penyakit jantung koroner :
Negatif
b. Respon tekanan darah : Approprite
c. Tingkat kesegaran jasmani : Baik
d. Klasifikasi fungsional : I (Normal)
e. Kapasitas aerobik : 10,9 Metz
f. Anjuran untuk melakukan olahraga :
1) Jalan kaki/jogging : 4 km/30 menit
2) Lari : 4 km/30 menit
3) Bersepeda : 10 km/30 menit
34