Anda di halaman 1dari 1

LATAR BELAKANG

Adopsi adalah pengangkatan anak oleh sepasang suami istri untuk dijakdikan anak sah menurut
hokum. Anak yang diangkat tidak boleh anak kandung suami atau istri tersebut, yang diperolehnya di luar
perkawinan itu. Secara etimologi yiatu, pengangkatan anak beraasl dari kata “adoptie” bahasa Belanda atau
‘adopt’ bahasa Inggris. Pengertian dalam bahasa Belanda menurut kamus hokum, berarti pengangkatan
seorang anak untuk sebagai anak kandungnya sendiri. Adopsi biasanuya dilakukan untuk meneruskan
keturunan, karena pasangan suami istri tersebut tidak mempunyai anak. Adopsi juga sering dilakukan untuk
mengurus kepentingan tertentu dalam keluarga. Syaratnya, anak yang diangkat harus dalam status anak,
artinya ada selisih usia yang wajar antara anak yang diangkat dan orang tua. Adopsi harus dilakukan sesuai
dengan prosedur hokum yang berlaku.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau Bugerlijk Weetboek (BW) yang berlaku di
Indonesia tidak mengenal lembaga adopsi, yang diatur dalam KUHPerdata adalah adopsi atau pengangkatan
anak diluar kawin yaitu yang terdapat dalam Bab XII bagian ke III pasal 280 sampai dengan pasal 290
KUHPerdata. Namun ketentuan ini bisa dikatakan tidak ada hubungannya dengan adopsi, karena pada asas nya
KUHPerdata tidak mengenal adopsi.40 Tidak diaturnya lembaga adopsi karena KUHPerdata merupakan
produk pemerintahan Hindia Belanda dimana dalam hukum (masyarakat) Belanda sendiri tidak mengenal
lembaga adopsi.

Sebagaimana ketentuan dalam PP No 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak dalam
pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa Pengangkatan anak adalah suatu perbuatan hukum yang mengalihkan
seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas
perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkat.

Anda mungkin juga menyukai