PENDAHULUAN
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi diare klinis
adalah 9,0% (rentang: 4,2% - 18,9%), tertinggi di Provinsi NAD (18,9%) dan terendah di D.I.
Yogyakarta (4,2%). Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare klinis >9% (NAD, Sumatera
Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten,Nusa Tenggara Barat, Nusa Tengara Timur,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat dan Papua).
Sedangkan menurut data Riskesdas pada tahun 2013 angka prevalensi mengalami penurunan
sebesar (3,5%).2,3
Menurut data Riskesdas provinsi Sumatera Barat tahun 2007 prevalensi Diare di provinsi
Sumatera Barat yang berisiko ( di atas nilai rata-rata nasonal = 8,74%) terdapat di 10 kab/kota
termasuk salah satunya kota Sawahlunto 8,96%, dan prevalensi tertinggi terdapat di kab.
Kepulauan Mentawai. Data tahun 2014 jumlah kasus diare yag datang ke sarana kesehatan
sebanyak 106.205, dimana kasus ini sedikit menurun dibandingkan kasus tahun 2013 sebesar
112.986. Prevalesi diare pada tahun 2014 di kota Sawahlunto sebanyak 165 kasus dan
merupakan peringkat ketiga tertinggi setelah kab. Sijunjung (184) dan kab. kepulauan Mentawai
(169).4,5
Di wilayah kerja Puskesmas Silugkang prevalensi diare pada tahun 2013-2016 juga
mengalami fluktuativ dan cendrung meningkat, terlihat pada table 1.2.
1.3 Tujuan
Daftar pustaka
1. Bulletin diare kemenkes RI
2. Riskesdas 2007
3. Riskesdas 2013
4. Riskesdas sumbar 2007
5. Profil kesehatan provinsi sumbar tahun 2014
6. Laporan Tahunan Puskesmas Silungkang 2015