Oleh :
AYU TRY SARTIKA, S. Farm., Apt.
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI
1
PERCOBAAN I
PENGENALAN BAHAN KIMIA, TANDA BAHAYA, DAN APD
Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktikum, siswa mampu:
a. Memahami arti dari setiap simbol bahaya
b. Menggunakan alat pelindung diri
c. Melakukan penanganan bahan kimia
2
1) Sub kelompok 1.1
Simbol dengan warna dasar putih, simbol merah dan berbentuk lingkaran ini
memiliki arti adanya larangan. Simbol-simbol dalam sub kelompok ini mungkin sudah
tidak asing lagi bagi anda. Beberapa simbol yang sering ditemui adalah larangan
merokok, larangan menyalakan api atau larangan untuk lewat.
2) Sub kelompok 1.2
Simbol pada sub kelompok ini memiliki warna dasar biru dengan gambar
berwarna putih dan berbentuk lingkaran. Simbol pada kelompok ini memberikan arti
bahwa pada area kerja dengan simbol tersebut wajib menggunakan alat pelindung diri.
3
4) Sub kelompok 3.1.
Simbol tanda bahaya di sub kelompok ini memiliki ciri khas berwarna hijau
dengan lambang putih dan bentuk simbol adalah kotak. Simbol-simbol ini mempunyai
arti menunjukkan lokasi peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan seperti
misalnya menunjukkan lokasi telepon terdekat, lokasi kotak P3K atau lokasi sumber
bahan bakar.
5) Sub kelompok 3.2.
Simbol dengan warna dasar merah, simbol putih dan berbentuk kotak ini
memiliki arti yang menunjukkan adanya alat atau rambu pemadam api.
4
6) Sub kelompok 3.3
Simbol pada sub kelompok ini memiliki warna dasar gambar putih dengan
simbol hitam. Simbol ini menunjukkan informasi umum seperti misalnya arah suatu
lokasi.
5
1) Alat pelindung kepala
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi
kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras
yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan
bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim serta
menjaga kebersihan kepala dan rambut. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm
pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut,
dan lain-lain.
2) Alat pelindung mata dan muka
Alat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikel-
partikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan benda-benda kecil, panas,
uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak
mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
Jenis alat pelindung mata dan muka terdiri dari kacamata pengaman (spectacles),
goggles, tameng muka (face shield), masker selam, tameng muka dan kacamata
pengaman dalam kesatuan (full face masker).
6
pengukuran menunjukan hasil pengukuran di atas nilai normal yaitu (85 db), maka
mutlak memakai pelindung telinga.
Masker
7
Respirator
8
keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi
bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja
yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan
lain-lain.
APD yang disarankan dipakai di area kerja atau laboratorium adalah sepatu.
Sandal ataupun sepatu dengan bagian tertentu yang terbuka tidak disarankan untuk
dipakai karena kulit atau bagian kaki akan terekspos dan beresiko terkena cairan
bahan kimia.
7) Pakaian pelindung
Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh
bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan
benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap
panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi,
binatang, mikro-organisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan
seperti virus, bakteri dan jamur. Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (Vests),
celemek (Apron/Coveralls), jaket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian
atau seluruh bagian badan.
Jenis APD badan yang dikenakan selama bekerja di laboratorium dikenal
dengan sebutan jas laboratorium. Untuk beberapa eksperimen laboratorium biasa,
cukup mengenakan jas laboratorium berlengan panjang yang terbuat dari bahan tidak
mudah meleleh (disarankan dari katun atau kain campuran poliester dan katun). Jas
laboratorium wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika menggunakan jas laboratorium antara lain kancing jas
laboratorium harus dalam kondisi terkancing dengan benar dan ukuran dari jas
laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya. Jas lab yang baik adalah jas
yang mampu melindungi sebagian besar tubuh namun tetap tidak mempersulit
gerakan tubuh ketika kita bekerja. Jas laboratorium merupakan pelindung badan Anda
dari tumpahan bahan kimia dan api sebelum mengenai kulit pemakainya. Jika jas
laboratorium Anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia, lepaslah jas tersebut
secepatnya.
9
dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan
(storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa
(outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard
information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia berdasarkan urutan alfabetis tidaklah
tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan untuk melakukan proses pengadministrasian.
Pengurutan secara alfabetis akan lebih tepat apabila bahan kimia sudah
dikelompokkan menurut sifat fisis, dan sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya.
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya.
Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya
yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat
terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh
karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan
zat cair flammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan
panduan umum untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan
penyimpanannya.
Bahan kimia yang tidak boleh disimpan dengan bahan kimia lain, harus
disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun,
ledakan, atau degradasi kimia. Bahan-bahan demikian disebut "incompatible" dan
harus disimpan secara terpisah. Berikut ini table bahan kimia Incompatible. Zat pada
kolom A bila kontak dengan zat kolom B akan menghasilkan racun (kolom C).
10
Bahan-bahan kimia "incompatible" berikut, bila bersentuhan (kontak) dengan
bahan kimia lain akan menghasilkan reaksi yang hebat, kebakaran atau ledakan.
Berikut ini tabel bahan-bahan reaktif.
11
12
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas.
Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan
dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan
tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan
flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan
korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah.
13
Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol
reagen jauh lebih penting. Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen
diantaranya:
1) Nama kimia dan rumusnya
2) Konsentrasi
3) Tanggal penerimaan
4) Tanggal pembuatan
5) Nama orang yang membuat reagen
6) Lama hidup
7) Tingkat bahaya
8) Klasifikasi lokasi penyimpanan
9) Nama dan alamat pabrik
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada fasilitas penyimpanan secara
tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat penyimpanan harus bersih, kering
dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan sinar matahari. Di samping itu tempat
penyimpanan harus dilengkapi dengan
Kegiatan Praktikum
a. Tuliskan simbol tanda bahaya yang pernah Anda kenal secara individu.
b. Menurut Anda, bagian tubuh mana yang harus dilindungi dari kecelakaan kerja di
laboratorium?
c. Buatlah kesimpulan
14
PERCOBAAN II
PENGENALAN ALAT
Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktikum ini, siswa mampu:
a. Memahami pengertian peralatan dasar laboratorium
b. Memahami jenis dan fungsi peralatan dasar laboratorium
c. Memahami cara membaca skala ukur instrumen
a. Penunjuk Berskala
Skala adalah susunan garis yang beraturan dengan jarak antara dua garis yang
berdekatan dibuat tetap dan mempunyai arti tertentu. Jarak antara dua garis dari skala
alat ukur geometris dapat berarti bagian dari meter atau bagian dari derajat. Secara
visual pembacaan dilakukan dengan pertolongan garis indeks atau jarum penunjuk
yang bergerak relatif terhadap skala. Posisi dari garis indeks atau jarum penunjuk pada
skala menyatakan suatu harga (hasil sudut pengukuran),
15
b. Penunjuk Berangka (Digital)
Pada alat ukur dengan penunjuk berangka kita dapat langsung mengetahui
hasil pengukuran melalui deretan angka yang ada padanya.
16
j. Penyimpanan alat gelas diatur berdasarkan kelompoknya
Kegiatan Praktikum
a. Tunjukkan dan jelaskan fungsi peralatan dasar laboratorium
b. Praktekkan cara membaca skala ukur peralatan laboratorium
c. Diskusikan cara penggunaaan alat dasar di laboratorium
d. Buat kesimpulan
17
PERCOBAAN III
TEKNIK PENGGUNAAN TIMBANGAN
Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, siswa mampu:
a. Menngunakan timbangan teknis dan anlitik dengan benar
b. Merawat timbangan dengan benar
Ketelitian sebuah neraca ditentukan oleh skala terkecil yang ada pada neraca
tersebut. Misalnya pada neraca tiga lengan, skala terkecil adalah 0.1 gram, maka
ketelitian neraca tersebut adalah 0.1 gram. Setiap alat ukur mempunyai nilai
ketidakpastian pengukuran. Nilai ketidakpastian tersebut dirumuskan sebagai berikut.
Ketidakpastian = ½ x skala terkecil.
Sehingga pada neraca tiga lengan yang mempunyai skala terkecil 0.1 gram, maka
ketidakpastian tersebut adalah ½ x 0.1 gram = 0.05 gram.
b. Neraca Analitik
Neraca analitik merupakan suatu alat yang sering digunakan di laboratorium
yang berfungsi untuk menimbang bahan/ zat yang akan digunakan sebelum
melakukan suatu percobaan yang membutuhkan suatu penimbangan. Bahan yang
ditimbang biasanya berbentuk padatan, namun tidak menutup kemungkinan untuk
18
menimbang suatu bahan yang berbentuk cairan. Selain itu neraca analitik merupakan
salah satu neraca yang memiliki tingkat ketelitian tinggi dan bermutu tinggi, sehingga
dapat ditempatkan di ruang bebas serta terhindar dari gangguan akibat aliran udara.
Neraca analitik yang digunakan di laboratorium merupakan instrumen yang akurat
yang mempunyai kemampuan mendeteksi bobot pada kisaran 100 gram sampai
dengan ± 0,0001 gram.
3) Waterpass
Digunakan untuk mengetahui dan mengatur posisi piringan timbangan pada neraca
analitik apakah sudah stabil atau belum.
4) Tombol pengaturan
Diantaranya adalah tombol rezero, mode, dan on/ off. Tombol rezero berfungsi untuk
mengatur neraca dalam keadaaan nol. Jika tombol ini sering digunakan, akan dapat
19
merusak alat neraca tersebut. Tombol rezero akan mengatur neraca pada keadaan
nol secara mendadak, sehingga neraca akan mudah rusak dan menghasilkan data
yang tidak akurat.
5) Tombol mode
Berfungsi sebagai suatu sistem konversi satuan yang digunakan dalam penimbangan.
Tombol ini akan memudahkan pengguna dalam perubahan satuan dalam
penimbangan.
6) Tombol on/ off
Berfungsi menyalakannya serta mematikan neraca. Dalam penggunaannya, neraca
analatik biasanya didiamkan selama 10-15 menit agar neraca dapat bekerja secara
maksimal dan menghasilkan data yang akurat.
20
mengetahui teknik penggunaan timbangan agar hasil penghitungan massa yang
dilakukan tepat dan sesuai dengan tujuan.
Alat ukur massa yang sering digunakan di laboratorium adalah neraca teknis
untuk menimbang benda-benda yang tidak memerlukan ketelitian tinggi, serta neraca
analitik untuk menimbang bahan- bahan dengan ketelitian yang tinggi seperti bahan
untuk membuat larutan kimia.
Alat penghitung satuan massa suatu benda dengan teknik digital memiliki
tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan penggunaan sumber
tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum
digunakan, kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat angka yang tertera
pada layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang ditimbang.
1) Teknik Penggunaan Neraca Analitik
Pada neraca analitik terdapat skala minimum dan skala maksimum. Skala
minimum pada neraca analitik adalah sebesar 0,1 mg dan skala maksimum misal
sebesar 220 mg. Neraca analitik dapat dikalibrasi dengan menggunakan anak
timbangan yang sudah diketahui bobot massanya dan dengan menekan tombol CAL
untuk mengkalibrasi. Desimal yang baik pada neraca analitik adalah sebesar 4 digit.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan bekerja dengan neraca analitik adalah:
a) Neraca analitik digital adalah neraca yang sangat peka, karena itu bekerja
dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati.
b) Sebelum mulai menimbang persiapkan semua alat bantu yang dibutuhkan dalam
penimbangan.
Langkah kerja penimbangan meliputi:
a) Persiapan pendahuluan alat-alat penimbangan yaitu siapkan alat seperti sendok/
spatula dan zat yang akan ditimbang, kaca arloji atau botol timbang, dan kertas
isap.
b) Pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca yang meliputi: periksa kebersihan
neraca (terutama piring-piring neraca), kedataran dan kesetimbangan neraca.
c) Penimbangan dapat dilakukan setelah diperoleh keadaan setimbang pada neraca
dan timbangan pada posisi nol, demikian pula setelah penimbangan selesai posisi
timbangan dikembalikan seperti semula
Hal-hal yang harus diketahui dan harus dilakukan dalam mengoperasikan
neraca digital sebelum hingga selesai melakukan penimbangan:
a) Keadaan neraca harus siap pakai
21
b) Neraca harus bersih (terutama piring-piring neraca)
c) Anak timbangan dalam keadaan lengkap
d) Persiapan pendahuluan terhadap alat bantu penimbangan
e) Pemeriksaan kedataran neraca dan kesetimbangan neraca
f) Pekerjaan penimbangan dan perhitungan hasil penimbangan
g) Melaporkan hasil penimbangan
h) Mengembalikan neraca pada keadaan semula.
Langkah kerja penimbangan dengan neraca analitik meliputi:
Persiapan alat bantu penimbangan
Untuk menimbang zat padat diperlukan:
a) Kaca arloji yang kering dan bersih, digunakan untuk menampung kelebihan zat
yang ditimbang, karena kelebihan zat tidak boleh dikembalikan ke botol zat.
b) Sendok (biasanya sendok analit spatula dari stainless steel)
c) Kertas isap untuk memegang tempat menimbang pada saat memasukan/
mengeluarkan alat timbang (dan zat) ke atau dari dalam neraca.
d) Botol timbang sebagai tempat zat yang akan ditimbang.
e) Zat yang akan ditimbang dan setelah penimbangan selesai, botol zat harus
dikembalikan ke tempatnya.
Pemeriksaan pendahuluan terhadap neraca
Pemeriksaan kebersihan neraca terutama piring-piring neraca dapat dibersihkan
menggunakan sapu-sapu yang tersedia di dekat neraca.
a) Pemeriksaan kedataran neraca dilakukan dengan cara melihat water pass, dengan
mengatur sekrup pada kaki neraca, sehingga gelembung air di water pass tepat
berada di tengah.
b) Pemeriksaan kesetimbangan neraca yang dilakukan dengan membiarkan dahulu
pointer bergoyang ke kiri dan ke kanan beberapa kali. Jika goyangan maksimum
ke kiri dan ke kanan kira-kira sama jauh maka neraca dalam keadaan setimbang.
2) Cara menggunakan neraca analitik
a) Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
b) Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
c) Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
d) Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut
22
Kegiatan Praktikum
a. Praktekan cara menggunakan neraca teknis.
b. Praktekkan cara menggunakan neraca analitik.
23
PERCOBAAN IV
TEKNIK PENGGUNAAN ALAT KIMIA FARMASI
Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan praktikum ini, siswa mampu:
a. Mengetahui cara mengukur volume cairan dengan benar
b. Mengetahui teknik menggunakan buret
24
pembacaan (0,1 ml, 0,05 ml atau 0,01 ml ) sesuai ketelitian yang anda
harapkan.
25
6) Untuk memudahkan pembacaan letakan skala pembacaan buret di depan
7) Saat membaca skala usahakan larutan dalam buret tidak bergerak
8) Biasakan membilas buret dengan cairan titer minimal 2 kali.
Memasang buret pada statif hendaknya dengan posisi yang kokoh dan tegak
lurus. Terdapat cara yang untuk meletakkan tangan pada buret. Jika tangan kanan
lebih terampil dibandingkan dengan tangan kiri maka gunakan tangan kanan untuk
mengguncang erlenmeyer dengan gerakan memutar agar tercampur merata dan
tangan kiri memegang kran buret. Sebaliknya apabila tangan kiri lebih terampil (kidal)
maka gunakan tangan kiri untuk mengguncang dan tangan kanan memegang kran
buret. Cara memegang kran buret harus benar yaitu kran buret diantara ibujari dan jari
telunjuk sehingga jari tangan melingkar penuh sekitar laras kran.
Saat mengamati skala pada buret maka mata harus sama tinggi dengan
meniskus. Membaca skala dilakukan dari atas ke bawah. Misalnya skala miniskus
terlihat 4,40 ml kalau dibaca dari atas ke bawah dan 5,60 ml jika dibaca dari bawah ke
atas. Pembacaan yang benar adalah 4,40ml. Usahakan membaca skala buret seteliti
mungkin. Buret berukuran 10 ml maka 1 skala = 0,1 ml, misalnya miniskus menunjuk
5,5 ml amati lebih seksama apakah 5,45 ml, 5,50 ml atau 5,55 ml.
26
Kegiatan Praktikum
a. Lakukan teknik mengukur volume cairan seperti yang terurai dalam uraian materi
di atas.
b. Lakukan teknik penggunaan seperti yang terurai dalam uraian materi di atas.
27
PERCOBAAN V
TEKNIK PENGGUNAAN ALAT FARMASETIKA
Tujuan Praktikum
Setelah menyelesaikan kegiatan praktikum ini, siswa mampu:
a. Mengetahui dan memahami teknik menggerus
b. Mengetahui teknik pembuatan puyer
28
Alat penggerus bahan farmasetik ada bermacam-macam. Berdasarkan ukuran
hasil penggerusannya, alat penggerus diklasifikasikan menjadi 3 yaitu kasar, sedang,
dan halus yang dinyatakan dalam satuan mesh. Berikut klasifikasinya:
a. Penggerusan kasar, partikel yang dihasilkan berukuran lebih besar dari 20 mesh.
b. Penggerusan sedang, partikel yang dihasilkan berukuran antara 200 – 20 mesh
(74 – 840 mikron).
c. Penggerusan halus, partikel yang dihasilkan berukuran lebih kecil dari 200 mesh.
b. Pulverizer/ Blender
Pulverizer merupakan mesin penggerus obat menjadi powder dengan
keunggulan bahan Cup yang kuat, khusus untuk obat dan tahan terhadap kontak
29
dengan obat. Pulverizer membantu mempercepat pembuatan obat menjadi powder.
Cara pemakaian:
1) Obat dimasukkan ke dalam cup. Posisi stop kontak “off”, kemudian cup
diletakkan dalam motor/mesin pulverizer dengan cara ditekan lalu diputar ke
kanan hingga cup terkunci.
2) Posisikan stop kontak “on”, maka obat akan jadi hancur dalam waktu 4-7 detik
dan setelah obat halus (menjadi puyer), suara motor pada pulverizer mengecil.
3) Sekali putar jangan lebih dari 10 detik, jika belum halus bisa diputar sekali lagi.
4) Biarkan cup dalam posisi terbalik beberapa saat kemudian bersihkan sisa-sisa
obat yang menempel di sela-sela mata pisau dengan kuas kecil.
5) Tidak dianjurkan untuk obat yang basah dan mengandung glukosa.
Berikut gambar beberapa alat dan bahan yang sering digunakan dalam laboratorium
farmasetik.
30
Kegiatan Praktikum
a. Praktikkan cara menggerus dengan mortar dan stamper berdasarkan petunjuk di
atas.
b. Mempraktikkan cara membungkus puyer secara manual.
31