Anda di halaman 1dari 9

Masa Orientasi Siswa SMPN 4 Astambul

5 Agustus 2014
Materi : Imtaq
Oleh : Noor Zainab,
S.Pd.I

1. Diawali dengan berdoa’


Setiap kegiatan pembelajaran akan dimulai dan diakhiri dengan doa.
2. Iman dan Taqwa
Pengertian Iman :

Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan
tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan
amal perbuatan secara nyata.

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang
keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan,
maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur
keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.

Tentang taqwa :

Taqwa : Menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

“Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang
satu (adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya
Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada
Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu. “ (QS. An nisa’: 1)

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan
yang benar. Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu dan
barangsiapa menaati Allah dan rasulNya maka sungguh dia menang dengan kemenangan yang
agung.” (QS. Al ahzab: 70-71)

Adapun selanjutnya,

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah kitab Allah (Al qur’an) dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad shallallahu’alaihiwasalam, dan seburuk-buruk perkara (dalam
urusan agama) adalah yang diada-adakan, dan semua yang diada-adakan itu adalah bid’ah,
dan semua bid’ah itu sesat, dan semua kesesatan tempatnya di neraka.
Keutamaan Taqwa :

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan” (QS. An naba’: 31)

“Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata
air- mata air” (QS. Adz dzaariyat : 15)

“katakanlah: ‘apa (adzab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah
dijanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa?’ Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi
mereka?” (QS. Al furqon : 15)

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahaminya?” (QS. Al an’am : 32)

“…bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa” (QS. At taubah: 123)

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan
kepadamu al-Furqan [2]. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan
mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al anfaal: 29)

“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa” (QS. At taubah: 4)

Letaknya taqwa :

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata:”…taqwa itu disini, seraya menunjuk ke dadanya
sebanyak tiga kali…”

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya


taqwa kepadaNya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali imron:
102)

Syaikh As sa’di -rahimahullah- menjelaskan: “Ayat di atas merupakan perintah Allah untuk
hamba-Nya yang beriman agar bertaqwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya taqwa dan tetap
bertaqwa hingga akhir hayat. Barangsiapa bersungguh-sungguh terhadap sesuatu, maka ia akan
menginggal di atas sesuatu itu. Maka barang siapa yang keadaannya, hidupnya dan
keberadaannya terus menerus di atas taqwa kepada Rabbnya dan ketaatan kepada-Nya, kematian
akan menimpanya di saat seperti itu. Allah ta’ala akan mengokohkan taqwa ketika kematiannya
dan memberinya kematian khusnul khatimah. Taqwa kepada Allah itu –menurut Ibnu Mas’ud
adalah menta’ati sehingga tidak bermaksiat, mengingat sehingga tidak melupakan, dan bersyukur
sehingga tidak mengkufuri. Ayat ini menunjukkan penjelasan hak Allah ta’ala yaitu ketaqwaan
hamba. Adapun kewajiban hamba terhadap taqwa ini, yaitu sesuai ayat: ‘bertaqwalah kepada
Allah semampu kalian’ dan penjelasan tentang taqwa itu di dalam hati dan diaplikasikan anggota
badan sangat banyak. Kesemuanya menjelaskan taqwa adalah mengerjakan perintah Allah dan
menjauhi segala laranganNya”.
3. Akhlaqul Karimah
4. Ada satu hadits Nabi yang cukup masyhur dan sering kita dengar,
berisikan wasiat beliau kepada umatnya, yakni sebagai berikut:
5. ”(-)Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. (-)Iringkanlah
perbuatan jahat itu dengan perbuatan baik, mudah-mudahan yang baik itu
akan memadam yang jahat. Dan (-)bergaullah kepada manusia dengan
akhlaq yang bagus. “

6. Amalan yang Paling Banyak Membuat Masuk Surga


7. Mar 25, 2014Muhammad Abduh Tuasikal, MScAkhlaq6
8.
9. Yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga ada dua amalan yaitu takwa
dan akhlak yang baik.
10. Yang terakhir di atas yang amat jarang ditemukan, bahkan pada orang-orang yang sudah
kenal agama. Ada yang sudah lama ngaji, sudah sekian duduk di majelis ilmu, namun ia
adalah orang yang sering lalaikan amanat. Dengan tampilannya yang jenggotan, namun
terlihat sangar (tidak murah senyum) dan kasar. Seolah-olah yang dipentingkan adalah
penampilan lahiriyah tanpa memperhatikan akhlak yang santun, amanat dan lemah
lembut. Padahal seharusnya dengan rajinnya menuntut ilmu dan sudah menjalankan
ajaran Rasul semakin terbimbing pada akhlak yang baik. Karena takwa dan akhlak baik
itulah yang mengantarkan pada surga.
11. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
ِ ُ‫َّللاِ َو ُحس ُْن ْال ُخل‬
‫ق‬ ‫اس ْال َجنهةَ فَقَا َل « ت َ ْق َوى ه‬
َ ‫ع ْن أ َ ْكث َ ِر َما يُد ِْخ ُل النه‬ ‫سو ُل ه‬
َ -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ ُ ‫سئِ َل َر‬
ُ .12
ْ ْ َ َ
» ‫ار فقا َل « الفَ ُم َوالفَ ْر ُج‬ ‫ه‬
َ ‫اس الن‬ ‫ه‬ َ ْ
َ ‫عن أكث ِر َما يُد ِْخ ُل الن‬ َ ْ َ ‫سئِ َل‬
ُ ‫ َو‬.»
13. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak
memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan
berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan
orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan
kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
14. Maksud Takwa
15. Takwa asalanya adalah menjadikan antara seorang hamba dan seseutu yang ditakuti suatu
penghalang. Sehingga takwa kepada Allah berarti menjadikan antara hamba dan Allah
suatu benteng yang dapat menghalangi dari kemarahan, murka dan siksa Allah. Takwa ini
dilakukan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi maksiat.
16. Namun takwa yang sempurna kata Ibnu Rajab Al Hambali adalah dengan mengerjakan
kewajiban, meninggalkan keharaman dan perkara syubhat, juga mengerjakan perkara
sunnah, dan meninggalkan yang makruh. Inilah derajat takwa yang paling tinggi.
17. Al Hasan Al Bashri berkata,
‫ وأدهوا ما ا ْفت ُ ِرض عليهم‬، ‫المتقون اتهقَوا ما ُح ِرم عليهم‬.18
19. “Orang yang bertakwa adalah mereka yang menjauhi hal-hal yang diharamkan dan
menunaikan berbagai kewajiban.”
20. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata,
‫ ولكن تقوى هللاِ تركُ ما ه‬، ‫والتخليط فيما بَيْنَ ذلك‬
‫حرم‬ ِ ، ‫ وال بقيام الليل‬، ‫ليس تقوى هللا بصيام النهار‬.21
‫خير إلى خير‬ ً
ٌ ‫ فهو‬، ‫فمن ُر ِزقَ بعد ذلك خيرا‬، ‫افترض هللا‬َ ‫ وأدا ُء ما‬، ‫هللا‬
22. “Takwa bukanlah hanya dengan puasa di siang hari atau mendirikan shalat malam, atau
melakukan kedua-duanya. Namun takwa adalah meninggalkan yang Allah haramkan dan
menunaikan yang Allah wajibkan. Siapa yang setelah itu dianugerahkan kebaikan, maka
itu adalah kebaikan pada kebaikan.”
23. Tholq bin Habib mengatakan,
ٍ ‫وأن تتركَ معصيةَ هللا على‬
‫نور من‬ ْ ، ‫ثواب هللا‬
َ ‫ ترجو‬، ‫نور من هللا‬ ْ ‫التقوى‬.24
ٍ ‫ على‬، ‫أن تعم َل بطاع ِة هللا‬
‫عقاب هللا‬
َ ‫تخاف‬
ُ ‫هللا‬
25. “Takwa berarti engkau menjalankan ketaatan pada Allah atas petunjuk cahaya dari Allah
dan engkau mengharap pahala dari-Nya. Termasuk dalam takwa pula adalah menjauhi
maksiat atas petunjuk cahaya dari Allah dan engkau takut akan siksa-Nya.”
26. Ibnu Mas’ud ketika menafsirkan ayat bertakwalah pada Allah dengan sebenar-benarnya
takwa yang terdapat dalam surat Ali Imran ayat 102, beliau berkata,
ْ .27
‫ وأن يُشكر فال يُكفر‬، ‫ ويُذكر فال ينسى‬، ‫أن يُطاع فال يُعصى‬
28. “Maksud ayat tersebut adalah Allah itu ditaati, tidak bermaksiat pada-Nya. Allah itu terus
diingat, tidak melupakan-Nya. Nikmat Allah itu disyukuri, tidak diingkari.” (HR. Al
Hakim secara marfu’, namun mauquf lebih shahih).
29. Yang dimaksud bersyukur pada Allah adalah dengan melakukan ketaatan pada-Nya.
30. Adapun maksud mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya adalah selalu mengingat
Allah dengan hati pada setiap gerakan dan diamnya, begitu saat berucap. Semuanya
dilakukan hanya untuk meraih pahala dari Allah. Begitu pula larangan-Nya pun dijauhi.
(Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 397-402)
31. Maksud Akhlak yang Baik
32. Dalam hadits Abu Dzar disebutkan,
‫س ٍن‬ ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
َ ‫ق َح‬ َ ‫ق النه‬ َ ‫سيِئَةَ ْال َح‬
ِ ‫سنَةَ ت َْم ُح َها َوخَا ِل‬ ‫َّللاَ َح ْيث ُ َما ُك ْنتَ َوأَتْبِعِ ال ه‬
‫ق ه‬ ِ ‫ات ه‬.33
34. “Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Ikutilah kejelekan dengan
kebaikan niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut dan berakhlaklah dengan
manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa
At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
35. Ibnu Rajab mengatakan bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian dari takwa. Akhlak
disebutkan secara bersendirian karena ingin ditunjukkan pentingnya akhlak. Sebab
banyak yang menyangka bahwa takwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa
memperhatikan hak sesama. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 454).
36. Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang baik sebagai tanda
kesempurnaan iman. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
َ ْ‫أ َ ْك َم ُل ْال ُمؤْ ِمنِينَ إِي َمانًا أَح‬.37
‫سنُ ُه ْم ُخلُقًا‬
38. “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”
(HR. Abu Daud no. 4682 dan Ibnu Majah no. 1162. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan)
39. Akhlak yang baik (husnul khuluq) ditafsirkan oleh para salaf dengan menyebutkan
beberapa contoh. Al Hasan Al Bashri mengatakan,
ُ ‫ ُح‬.40
‫ الكر ُم والبذلة واالحتما ُل‬: ‫سن الخلق‬
41. “Akhlak yang baik adalah ramah, dermawan, dan bisa menahan amarah.”
42. Asy Sya’bi berkata bahwa akhlak yang baik adalah,
‫ وكان الشعبي كذلك‬، ‫شر الحسن‬
ُ ‫البذلة والعطية وال ِب‬.43
44. “Bersikap dermawan, suka memberi, dan memberi kegembiraan pada orang lain.”
Demikianlah Asy Sya’bi, ia gemar melakukan hal itu.
45. Ibnul Mubarok mengatakan bahwa akhlak yang baik adalah,
‫وكف األذى‬
ُّ ُ ‫ هو بس‬.46
، ‫ وبذ ُل المعروف‬، ‫ط الوجه‬
47. “Bermuka manis, gemar melakukan kebaikan dan menahan diri dari menyakiti orang
lain.”
48. Imam Ahmad berkata,
ُ
‫يكون من الناس‬ ‫أن تحتم َل ما‬ ُ ‫ ُح‬: ‫ وعنه أنهه قال‬، ‫ب وال تحْ تده‬
ْ ‫سن الخلق‬ َ ‫ض‬ ْ ‫سن الخلق‬
َ ‫أن ال ت َغ‬ ُ ‫ ُح‬.49
50. “Akhlak yang baik adalah jangan engkau marah dan cepat naik darah.” Beliau juga
berkata, “Berakhlak yang baik adalah bisa menahan amarah di hadapan manusia.”
51. Ishaq bin Rohuwyah berkata tentang akhlak yang baik,
ُ ‫ هو بس‬.52
ْ ، ‫ط الوج ِه‬
‫وأن ال تغضب‬
53. “Bermuka manis dan jangan marah.” (Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 457-458).
54. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita sifat takwa dan akhlak yang mulia. Hanya
Allah yang memberi taufik dan hidayah.
55. —
56. Selesai disusun menjelang Zhuhur, 24 Jumadal Ula 1435 H di Pesantren Darush Sholihin
Gunungkidul
57.
58. Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

59. Keutamaan Menuntut Ilmu


60. Rasulullah bersabda tentang keutamaan menuntut ilmu sebagai berikut :
‫ِإلى اْل َجنه ِة (رواه مسلم‬
َ ‫ط ِر ْيقًا‬ َ ‫س فِ ْي ِه ِع ْل ًما‬
َ ُ‫س هه َل هللاُ لَه‬ ُ ‫ط ْر َِيقًا َْيلت َِم‬
َ َ‫سلَك‬ َ ‫) ْمََ ن‬
Perhatikan terjemahan secara harfiah dibawah ini :
Arti Harfiah Cara Membaca Tulisan Arab
Barang siapa yang menempuh Man salaka ‫سلَك‬ َ ‫ْمََ ن‬
suatu jalan Thoriiqon ً
‫ط ْر َِيقا‬ َ
Ilmu ‘ilman ْ
‫ِعل ًما‬
Allah akan memudahkan Sahhalalloohu ُ‫س هه َل هللا‬ َ
Baginya Lahu ُ ‫لَه‬
Jalan menuju surga Thoriiqon ilal jannah ‫ِإلى اْل َجنه ِة‬
َ ‫ط ِر ْيقًا‬
َ
61. Terjemah secara lengkap :
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan
baginya jalan ke surga (HR Muslim)
Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan didapat. Karena
dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah Swt dan dengan ilmu pula
seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu
adalah orang yang sedang menuju surga Allah.
Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak mengenal batas usia,
baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat dilaksanakan di
sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak, belajar sendiri, penelitian atau
diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid.
Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu, kehidupan di dunia
terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa lebih halus.
Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula. Sebab beribadah tanpa
didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh karena itu dengan mengamalkan
ilmu di jalan Allah merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan dapat
memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga Allah.
Allah sangat mencintai orang-orang yang berilmu, sehingga orang yang berilmu yang
didasarkan atas iman akan diangkat derajatnya oleh Allah, sebagaimana firman-Nya:
َُ‫ير‬
ُ ‫َخ ِب‬ َ‫ِب َما تَ ْع َملُون‬ ُ‫َوهللا‬ ٍ ‫ْال ِع ْل َم دَ َر َجا‬
‫ت‬ ‫َوالهذِينَ أُوتُوا‬ ‫ِمن ُك ْم‬ ‫َءا َمنُوا‬ َ‫َي ْرفَعِ هللاُ الهذِين‬
Artinya :
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-Mujadalah : 11)
Keutamaan lainnya dari ilmu adalah dapat mencapai kebahagiaan baik di dunia ataupun
di akhirat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi :
‫ْاآلخ َرةِ فَ َعلَ ْي ِه ِباْل ِع ْل ِم َو َم ْن أ َ َرادَ ُه َما فَ َعلَ ْي ِه ِباْل ِع ْل ِم (رواه الطبراني‬
ِ َ‫) َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه ِباْل ِع ْل ِم َو َم ْن أ َ َراد‬
Artinya
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan
barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan
barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu (HR.
Thabrani)
Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki ilmu yang
dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain :
1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg
manusia kepada jalan yang benar
2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang
mulia beserta orang-orang yang beriman
3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan,
baik rohani maupun jasmani
4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik di
dunia maupun di akhirat
62. Adab Seorang Murid Kepada Guru

2. Refleksi dari Keimanan dan Ketaqwaan terhadap aktivitas yang dilakukan siswa.

Firman Allah dalam Al Qur’an Surat Attin yang berunyi;


“Laqod kholaqqnal insa napi ahsani taqwim” artinya ; sesunguhnya kami ciptakan manusia
dengan sebaik-baik bentuk dan di ayat berikutnya difirmankan Allah adalah “Tsumma rodadna
hu aspala saapilin” artinya ; kemudian kami kami kembalikan dia serendah-rendah orang yang
rendah.Ini berarti manusia disuruh dan diperintahkan oleh Allah untuk menjaga dan memelihara
anggota tubuh yang sudah dicptakan Allah.

1. Akhlak Siswa Terhadap Guru


Siswa adalah orang yang belajar kepada guru, siswa pula yang menentukan kualitas ajar
seorang guru. Jika siswanya kurang pintar setelah mendapat pendidikan, maka ada dua
kemungkinan, yakni: siswanya kurang mencerna pelajaran yang ditransfer guru (atau
sang guru tidak dapat memberikan metode terbaik pada saat pelajaran diberikan), atau
sang siswa tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan guru.

Dua kemungkinan di atas, sangatlah lumrah. Yang pasti sang guru tidak mau disalahkan
alias guru beralasan bahwa siswa tersebut memang tidak mampu mengikuti pelajaran
(siswanya ber-IQ rendah). Kalau mau jujur, guru pun harus dapat mengevaluasi metode
yang digunakan dalam pendidikan, apakah sesuai dengan tingkat kecerdasan, tingkat
usia, tingkat emosi dan sebagainya. Hal ini perlu dilakukan oleh seorang guru, agar ilmu
yang ditransfer dapat diterima dengan baik. Selain itu seorang siswa pun harus
mengakomodir segala yang diberitakan oleh guru dalam segala hal yang berhubungan
dengan pendidikan, dengan tujuan agar siswanya itu menjadi orang yang berguna.

Seorang siswa wajib berbuat baik kepada guru dalam arti menghormati, memuliakan
dengan ucapan dan perbuatan, sebagai balas jasa atas kebaikan yang diberikannya. Siswa
berbuat baik dan berakhlak mulia atau bertingkah laku kepada guru dengan dasar
pemikiran sebagai berikut:

2. Memuliakan dan menghormati guru termasuk satu perintah agama

Sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Muliakanlah orang yang kamu belajar
darinya”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi), “Muliakanlah guru-guru Al-Qur’an (agama),
karena barang siapa yang memuliakan mereka berarti ia memuliakan aku”. (HR. Abul
Hasan Al-Mawardi)

Penyair Mesir Ahmad Syauki Bey mengatakan :

“Berdiri dan hormatilah guru, dan berilah ia penghargaan, (karena) seorang guru itu
hampir saja merupakan Tuhan”. (HR. Abul Hasan Al-Mawardi)

3. Guru adalah orang yang sangat mulia

Dalam sejarah nabi disebutkan, bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad SAW keluar
rumah. Tiba-tiba beliau melihat ada dua majlis yang berbeda. Majlis yang pertama adalah
orang-orang yang beribadah yang sedang berdoa kepada Allah dengan segala kecintaan
kepadaNya, sedang majlis yang kedua ialah majlis pendidikan dan pengajaran yang
terdiri dari guru dan sejumlah murid-muridnya. Melihat dua macam majlis yang berbeda
Nabi bersabda: “Adapun mereka dari majlis ibadah mereka sedang berdoa kepada Allah.
Jika Allah mau, Allah menerima doa mereka, dan jika Allah mau, Allah menolak doa
mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majlis pengajaran manusia. Sesungguhnya
aku diutus Tuhan adalah untuk menjadi guru. (HR. Ahmad)

4. Guru adalah orang yang sangat besar jasanya dalam memberikan ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan mental kepada siswa
Bekal ini jika diamalkan jauh lebih berharga dari pada harta benda. Orang yang ingin
sukses di dunia dan akhirat harus dengan ilmu. Sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa
yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Barang siapa yang menghendaki
akhirat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akhirat
kedua-duanya, wajib juga mempunyai ilmu. (HR. Ahmad)

5. Dilihat dari segi usia, maka pada umumnya guru lebih tua dari pada muridnya,
sedangkan orang muda wajib menghormati orang yang lebih tua

Sabda Rasulullah SAW: “Bukan dari umatku, orang yang tidak sayang kepada yang
lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua.” (HR. Abu Daud dan
Turmudzi)

6. Cara Berakhlak Terhadap Guru

Banyak cara yang dapat dilakukan seorang siswa dalam rangka berakhlak terhadap
seorang guru, di antaranya adalah sebagai berikut:

7. Menghormati dan memuliakannya serta mengagungkannya menurut cara yang wajar dan
dilakukan karana Allah.
8. Berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik.
9. Tidak merepotkan guru dengan banyak pertanyaan.
10. Dengan meletihkan guru dengan berbagai pertanyaan dan beban lainnya.
11. Jangan berjalan dihadapannya.
12. Jangan duduk ditempat duduknya.
13. Jangan mulai berbicara kecuali setelah mendapat izin darinya.
14. Jangan membukakan rahasia guru.
15. Jangan melawan dan menipu guru.
16. Meminta ma’af jika berkata keliru dihadapan guru.
17. Memuliakan keluarganya.
18. Memuliakan sahabat karib guru.

Adapun kode etik terhadap guru meliputi :

Ibn jama’ah menyusun kode etik yaitu:

 Murid harus mengikuti guru yang dikenal baik akhlak, tinggi ilmu dan keahlian,
berwibawa, santun dan penyayang. Ia tidak mengikuti guru yang tinggi ilmunya tetapi
tidak saleh, tidak waras, atau tercela akhlaknya.
 Murid harus mengikuti dan mematuhi guru. Menurut ibn jama’ah rasa hina dan kecil di
depan guru merupakan pangkal keberhasilan dan kemuliaan. Ia memberikan umpama
lain, yaitu penuntut ilmu ibarat orang lari dari kebodohan seperti lari dari singa ganas. Ia
percaya kepada orang penunjuk jalan lari.
 Murid harus mengagungkan guru dan meyakini kesempurnaan ilmunya. Orang yang
berhasil hingga menjadi ilmuwan besar, sama sekali tidak boleh berhenti menghormati
guru.
 Murid harus mengingat hak guru atas dirinya sepanjang hayat dan setelah wafa. Ia
menghormati sepanjang hidup guru, meski wafat. Murid tetap mengamalkan dan
mengembangkan ajaran guru.
 Murid bersikap sabar terhadap perlakuan kasar atau akhlak buruk guru. Hendaknya
berusaha untuk memaafkan perlakuan kasar, turut memohon ampun dan bertaubat untuk
guru.
 Murid harus menunjukkan rasa berterima kasih terhadap ajaran guru. Melalui itulah ia
mengetahui apa yang harus dilakukan dan dihindari. Ia memperoleh keselamatan dunia
dan akhirat. Meskipun guru menyampaikan informasi yang sudah di ketahui murid, ia
harus menunjukan rasa ingin tahu tinggi terhadap informasi.
 Murid tidak mendatangi guru tanpa izin lebih dahulu, baik guru sedang sendiri maupun
bersama orang lain. Jika telah meminta izin dan tidak memperoleh. Ia tidak boleh
mengulangi minta izin. Jika ragu apakah guru mendengar suaranya, ia bisa
mengulanginya paling banyak tiga kali.
 Harus duduk sopan didepan guru. Missalnya, duduk bersila dengan tawadu’, tenang,
diam, posisi duduk sedapat mungkin berhadapan dengan guru, atentif terhadap perkataan
guru sehingga tidak membuat guru mengulangi perkataan. Tidak di benarkan berpaling
atau menoleh tanpa keperluan jelas, terutama saat guru berbicara kepadanya.
 Bekomunikasi dengan guru secara santun dan lemah- lembut. Ketika guru keliru baik
khilaf atau karena tidak tahu, sementara murid mengetahui, ia harus menjaga perasaan
agar tidak terlihat perubahan wajahnya. Hendaknya menunggu sampai guru menyadari
kekeliruan. Bila setelah menunggu tidak ada indikasi guru menyadari kekeliruan, murid
mengingatkan secara halus.
 Jika guru mengungkapkan satu soal, atau kisah atau sepenggal sair yang sudah dihafal
murid, ia harus tetap mendengarkan dengan antusias, seolah-olah belum pernah
mendengar.
 Murid tidak boleh menjawab pertanyaan guru meskipun mengetahui, kecuali guru
memberi isyaratia memberi jawaban.
 Murid harus mengamalkan tayamun (mengutamakan yang kanan). Ketika memberi
sesuatu kepada guru. Harus menjaga sikap wajar, tidak terlalu dekat hingga jaraknya
terkesan mengganggu guru. Tidak pula terlalu jauh hingga harus merentangkan tangan
secara berlebihan yang mengesankan kurang serius.

Anda mungkin juga menyukai