Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pada tahap ini, klien lansia pada umumnya berkata “Ya, benar aku,
tetapi…” Kemarahan biasanya mereda dan klien lansia dapat menimbulkan kesan
sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Akan tetapi, pada
tahap tawar – menawar ini banyak orang cenderung untuk menyelesakan urusan
rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan beberapa hal,
misalnya membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang yang tercita
yang ditinggalkan.
Pada tahap ini, klien lansia pada hakikatnya berkata “Ya, benar aku.” Hal
ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena klien lansia sedang dalam
suasana berkabung. Di masa lampau, ia sudah kehilangan orang yang dicintai dan
sekarang ia meninggalkan semua hal menyenangkan yang telah dinikmatinya.
Selam tahap ini, klien lansia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis.
Saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping klien lansia yang
sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
Tahap ini ditandai dengan sikap menerima kematian. Menjelang saat ini,
klien lansia telah menyelesaikan segala urusan yang belum selesai dan mungkin
tidak ingin berbicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar-
menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan. Seseorang
mungkin saja lama ada dalam tahap menerima, tetapi bukan tahap pasrah yang
berarti kekalahan. Dengan kata lain, pasrah pada maut bukan berarti menerima
maut.
C. Pengaruh Kematian
Pengaruh kematian terhadap klien lansia:
1. Bersikap kritis terhadap cara perawatan
2. Keluarga dapat menerima kondisinya
3. Terputusnya komunikasi dengan orang yang menjelang maut
4. Penyesalan keluarga dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak
dapat mengatasi rasa sedih
5. Pengalihan tanggung jawab dan beban ekonomi
6. Keluarga menolak diagnosis. Penolakan tersebut dapat memperbesar beban
emosi keluarga
7. Mempersoalkan kemampuan tim kesehatan
E. Proses Keperawatan
Perawat professional dalam memberi asuhan keperawatan harus menggunakan
peroses keperawatan yang tahapnya sebagai berikut.
1. Pengkajian
Pengkajian ialah tahap pertama proses keperawatan. Sebelum perawat dapat
merencanakan asuhan keperawatan pada pasien yang tidak ada harapan
sembuh, perawat harus mengidentifikasi dan menetapkan masalah pasien
terlebih dahulu. Oleh karena itu, tahap ini meliputi pengumpulan data, analisis
data mengenai status kesehatan, dan berakhir dengan penegakan diagnosis
keperawatan, yaitu pernyataan tentang masalah pasien yang dapat diintervensi.
Tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus-menerus
mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan untuk
merencanakan asuhan keperawatannya secara perseoragan.
Pengumpulan data dimulai dengan upaya untuk mengenal pasien dan
keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan
jiwanya. Rencana pengobatan apa yang telah dilaksanakan? Tindakan apa saja
yang telah diberikan? Adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya,
dan pada tahap proses kematian yang mana pasien berada? Apakah ia
menderita rasa nyeri? Apakah anggota keluarganya mengetahui prognosisnya
dan bagaimana reaksi mereka? Filsafat apa yang dianut oleh pasien dan
keluarganya mengenai hidup dan mati. Pengkajian keadaan, kebutuhan, dan
masalah kesehatan/keperawatan pasien khususnya. Sikap pasien terhadap
penyakitnya, antara lain apakah pasien tabah terhadap penyakitnya, apakah
pasien menyadari tentang keadaanya?
a. Perasaan Takut. Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang
tidak terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit
terminal, terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang
ganas. Perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehat apabila
sedang merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa
nyeri pasien dengna cara yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa nyeri,
walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghiang
rasa nyeeri, seperti aspirin, dehidrokodein, dan dektromoramid. Apabila
orang berbicara tentang perasaan takut mereka terhadap maut, respon
mereka secara tipikal mencakup perasaan takut tentang hal yang tidak jelas,
takut meninggalkan orang yang dicintai, kehilangan martabat, urusan yang
belum selesai, dan sebagainya.
Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan
mengalami kematian terssebut. Dalam menghadapi kematian ini, pada
umumnya orang merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan
terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stress.
b. Emosi. Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang ajal kematian,
antara lain mencela danmudah marah.
c. Tanda Vital. Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu
badan, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis
yang mengaturnya berkaitan satu sama lain. Seiap perubahan yang
berlainan dengan keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang
penting untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.
d. Kesadaran. Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas
waspada, yang merupakan ekpresi tentang apa yang dilihat, didengar,
dialami, dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak, gerak
tekan dan sikap, bersifat adekuat, yaitu tepat dan sesuai (Mahar Mardjono
dan P. Sidharta, 1981).
e. Fungsi Tubuh. Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap
organ memiliki fungsi khusus.
Tingkat Kesadaran
1) Komposmentis 1) Sadar sempurna
2) Apatis 2) Tidak ada perasaan/kesadaran
menurun (masa bodoh)
3) Somnolen 3) Kelelahan (mengantuk berat)
4) Soporus 4) Tidur lelap patologis (tidur
pulas)
5) Subkoma 5) Keadaan tidak sadar/hampir
koma
6) Koma 6) Keadaan pingsan lama disertai
dengan penurunan daya reaksi
(keadaan tidak sadar walaupun
dirangsang dengan apapun/tidak
dapat disadarkan)