Internal Water Treatment

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap pabrik umumnya membutuhkan air bersih untuk pengolahan, untuk


kebutuhan rumah tangga dan air umpan boiler membutuhkan kemurnian yang
memenuhi persyaratan air minum. Sumber air untuk kualitas air tersebut sudah
jarang dijumpai dalam jumlah yang sangat besar untuk konsumsi pabrik, oleh sebab
itu perlu pemurnian dan perlakuan yang menghasilkan air sesuai dengan kebutuhan.
Air alam yang bersih dan murni hanya memerlukan sedikit pengawasan. Berdasarkan
sumber air alam, yang selalu mengandung senyawa-senyawa kimia, maka diperlukan
beberapa perlakuan sebelum digunakan di pabrik.
Kebutuhan energi dan sistem pemanasan dalam industri umumnya dipenuhi
dengan cara memanfaatkan steam yang dibangkitkan dalam suatu ketel (boiler). Air
yang berasal dari sungai, danau, dan sumur, tidak dapat langsung digunakan untuk
air umpan ketel. Air yang digunakan harus diolah terlebih dahulu, karena jika tidak,
maka masa pakai ketel akan berkurang. Penggunaan air umpan ketel yang tidak
memenuhi persyaratan akan menimbulkan beberapa masalah, antara lain :
a. Pembentukan kerak
b. Terjadinya korosi
c. Pembentukan busa
Secara umum untuk mengatasi masalah yang ada pada ketel, pengolahan air
umpan ketel (boiler) dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengolahan eksternal dan
pengolahan internal. Kedua proses pengolahan ini saling berhubungan satu sama lain
dan tidak dapat dipisahkan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Air


Sebelum digunakan sebagai umpan air yang berasal dari berbagai jenis sumber,
air mengalami pengolahan pendahuluan (pengolahan eksternal ), air umpan boiler
harus mengalami pengolahan khusus. Pengolahan ini menggunakan berbagai macam
zat kimia, yang diinjeksikan /ditambahkan ke air umpan boiler. Penambahan bahan
kimia ini diharapkan dapat digunakan untuk mencegah berbagai akibat yang dapat
merugikan performansi kerja dari ketel. Penambahan bahan-bahan kimia pada air
umpan boiler merupakan proses yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu
diolah atau tidak sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa
hal tidak diperlukan, sehingga air dapat langsung digunakan setelah penambahan
beberapa bahan-bahan kimia saja. Contoh penambahan bahan-bahan kimia pada air
umpan ketel tanpa harus mengalami pengolahan terlebih dahulu adalah :
- apabila ketel beroperasi pada tekanan rendah atau sedang
- apabila sejumlah besar kondensat digunakan kembali sebagai air umpan
- atau bila air baku yang digunakan untuk air umpan ketel telah memiliki
kualitas yang baik
Proses pengolahan air dengan penambahan bahan-bahan kimia ini memiliki
beberapa kesulitan. Kesulitan yang utama adalah adalah bila kesadahan air umpan
sangat tinggi sehingga banyak lumpur yang terbentuk. Hal ini dapat menaikkan
jumlah blow down. Pengolahan air umpan ketel dengan penambahan bahan-bahan
kimia yang dilakukan tanpa pengolahan pendahuluan (pengolahan eksternal) juga
memperbesar kemungkinan pembentukan kerak pada sistem sebelum ketel dan pada
saluran-saluran air umpan (Setiadi, 2007).
Air yang digunakan sebagai air umpan boiler harus memenuhi spesifikasi agar:
1. Peralatan boiler yang digunakan tidak rusak.
2. Efesiensi pembakaran tinggi.
3. Menghasilkan steam (uap) dengan kualitas yang baik.

2
Pengotor yang biasanya diperhatikan dalam pengolahan air umpan boiler
adalah:
a. Padatan terlarut seperti karbonat, klorida dan garam-garam kalsium
b. Padatan tersuspensi
c. Gas terlarut seperti oksigen dan karbon dioksida
Tujuan dari pengolahan air yaitu,
1. Mencegah Pembentukan Kerak
Garam-garam Magnesium dan Kalsium terlarut yang dikenal sebagai
kesadahan dalam suasana panas akan tertimbun dalam permukaan tube boiler
membentuk kerak senyawa karbonat pada saat air dipanaskan menjadi steam. Kerak
yang terjadi menyebabkan terjadi dalam tube-tube boiler. Timbunan lain yang biasa
terjadi dalam tube dalam boiler berupa: sulfat berupa endapan yang lebih keras dari
endapan tersebut, silica merupakan deposit yang sangat keras dan getas.
Hal ini biasanya merupakan akibat dari pengolahan air yang menggunakan
senyawa turunan phospat. Sludge (lumpur) phospat biasanya berwarna coklat dan
lembut. Tumbuhan kerak dan lumpr akan berakibat terjadinya penyumbatan tube dan
pemanasan berlebihan setempat sebagai perlu pemeliharaan yang lebih sering. The is
bureau of mines mengemukakan bahwa ketebalan kerak sampai 1/32 inch akan
menyerap energi panas dari bahan baker sebanyak 7 % sedangkan jika ketebalan
mencapai 1/9 inch energi panas yang terbuang mencapai 16 % (Wiranata, 2013).

2. Mencegah Korosi
Gas terlarut yang sering menimbulkan korosi pada tube boiler adalah O2 dan
CO2. Gas CO2 selain berasal dari air uapan juga berasal dari dekomposist karbonat
dalam air uapan. Gas CO2 akan menurunkan nilai pH air. Oksigen yang larut dalam
air uapan yang padas dengan cepat akan melkukan oksidasi dengan metal :
Fe Fe2O3
Dimana Fe2O3 yang terentuk bersifat lebih katodik dari logam Fe, sehingga
dapat mengakibatkan serangan korosi sumur (pitting corrosion). Apabila air terlalu
asam (pH>7) maka air akan melarutkan lapisan pelindung logam yaitu Fe2O4
(magnetide) yang ada, selanjutnya dapat melarutkan logam Fe yang terdapat
didalamnya.
3
Fe2O4 + 8 H+ 3 Fe2 + + 4 H2O
Seragam korosi terhadap logam Fe mengikuti reaksi :
Fe + 2H+ Fe + H2(g)
Fe + 3H+ Fe3+ + 1,5H2 ( g )
Serangan korosi tersebut sering terjadi pada lapisan yang mengalami retakan
Fe3O4 atau sambungan celahan logam. Jika ada ion Ce maka Fe2+ akan permukaan
logam mengakibatkan retakan (hydrogen tracking). Jika pH air lebih tinggi dari 11.
air yang bersifat alkalis akan merapuhkan pelindung Fe3O4 sehingga logam Fe dan
FeO akan larut mengikuti reaksi :
FeO + 2NaOH Na2FeO2 + H2O
Fe + 2NaOH Na2FeO2 + H2
Hal ini yang dikenal dengan cacstic crading. Ion klorida ini dapat terbawa
steam. Ion klorida mampu berpenitrasi ke dalam lapisan logam yang akan
mengakibatkan timbulnya retakan di dalam logam (chloride cracking corrosion)
dengan mekanisme :
Fe Fe2+ + 2e
Fe2+ + 2Cl FeCl2
(Wiranata, 2013)

3. Mencegah Carryover
Senyawa-senyawa tertentu yang terkandung dalam feed water bias
menyebabkan foaming (pembusaan) dan terbawanya senyawa pengatr ke aliran
steam sehingga kualitas steam menjadi menurun.
Feed water harus memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam
tabel di bawah ini :

4
Tabel 2.1 Parameter Kualitas Air Umpan Boiler
Parameter Satuan Pengendalian Batas
pH Unit 10,5 – 11,5
Conductivity μmhos/cm 5000, max
TDS Ppm 3500, max
P-Alkalinity ppm -
M-Alkalinity ppm 800, max
O-Alkalinity ppm 2,5 x SiO2, min
Total Hardness ppm -
Silica ppm 150, max
Besi ppm 2, max
Phospat Residual ppm 20 – 50
Sulfite Residual ppm 20 – 50
pH kondensat unit 8,0 – 9,0
(Wiranata, 2013)

2.2 Internal Treatment


Pengolahan air secara internal (internal water treatment) adalah proses
penambahan/penginjeksian suatu atau beberapa bahan kimia (chemicals) ke dalam
air yang akan digunakan untuk proses maupun pendukung proses. Pengolahan air
secara internal merupakan proses yang esensial, terlepas dari kenyataan apakah air
itu diolah atau sebelumnya. Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa
hal tidak diperlukan, sehingga air dapat langsung diolah dengan cara pengolahan
internal saja.
Keuntungan pengolahan air secara internal adalah meniadakan kebutuhan
peralatan pengolahan eksternal yang ekstensif . Hal ini merupakan keuntungan dalam
segi ekonomi. Selain itu, kesederhanaan program pengolahan secara internal
memungkinkan penghematan dalam tenaga kerja untuk pengumpanan dan
pengendalian.
Masalah-masalah umum yang membutuhkan pengolahan internal adalah :

5
1. Masalah korosi
Untuk mencegah korosi dan scale digunakan bahan-bahan anorganik seperti
kromat, seng, orthophospat maupun bahan organik seperti polimer sintetik, organic
nitrogen compounds, dan organic phosphorous compounds. Kekurangan penggunaan
poliphospat adalah jika poliphospat berubah menjadi orthophospat, yang dapat
bereaksi dengan kalsium membentuk calsium phospat scale. Untuk mencegah ini pH
sistem perlu dijaga sekitar 7,0 dan juga perlu ditambahkan polimer sintetik untuk
menstabilkan calsium poliphospat.
2. Masalah pembentukan kerak
Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan untuk menghambat terjadinya
deposit :
a. Threshold inhibitor
Bahan kimia jenis ini adalah poliphospat dan organophosphorous dan polimer
seperti poliacrilatea dapat digunakan untuk mengurangi pengendapan yang
ditimbulkan kalsium, besi dan mangan.
b. Dispersant
Bahan kimia jenis ini adalah polielektrolit. Tujuan dari bahan kimia ini adalah
untuk mencegah pengendapan dari dari padatan yang tersuspensi.
c. Surfactants
Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah deposit padatan dengan cara ini
adalah surface active agents. Bahan-bahan kimia jenis ini mengakibatkan padatan-
padatan tersuspensi tetap bergerak dalam air sehingga mencegah deposit. Surface
active agents yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya deposit akibat
mikroorganisme adalah dengan penambahan biocides. Biocides ini dapat digunakan
untuk membunuh koloni mikroba. Biocide yang sering digunakan adalah chlorine,
yang efektif bekerja pada pH 7,0. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah
bromide, karena bromide tetap efektif pada pH tinggi.
d. Pengubah susunan kristal
Contoh dari bahan kimia jenis ini adalah tannin, lignin, dan polimer sintetik.
Dengan penambahan bahan kimia jenis ini, deposit tetap terbentuk tapi dengan
struktur yang lemah, sehingga mudah dihancurkan (Setiadi, 2007).

6
2.3 Pengolahan Air secara Internal dengan Penambahan Bahan Kimia
Tujuan penambahan bahan-bahan dalam proses pengolahan air umpan boiler
adalah sebagai berikut :
2.3.1 Mencegah Kerak pada Boiler
Kerak pada ketel dapat terjadi karena pengendapan (precipitation) langsung
dari zat pengotor pada permukaan perpindahan panas, atau karena pengendapan zat
tersuspensi dalam air yang kemudian, melekat pada logam dan menjadi keras. Kerak
dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan-lanjut setempat (local overheating) dan
logam ketel gagal berfungsi (failure). Macam-macam kerak yang dapat terbentuk
akibat senyawa-senyawa impurities pada air umpan ketel ditunjukkan pada Tabel 2.2
di bawah ini.

Tabel 2.2 Macam-Macam Kerak pada Ketel (Boiler)


Nama Menurut
Senyawa Rumus Senyawa
Minerologi
Kalsium karbonat Calcite/aragonit CaCO3
Kalsium sulfat Anhydrite CaSO4
Magnesium hidroksida Brucite Mg(OH)2
Basic calcium phosphat Hydroxypatite 3Ca(PO4)2.Mg(OH)2
Magnesium hydroxyphosphat --- Mg3(PO4)2.Mg(OH)2
Besi oksida Haematit, geothit Fe2O3.FeOOH
Kalsium dan magnesium Serpentin 3MgO.2SiO2.2H2O
Silikat Analcite Na2O.Al2O3.4SiO2.2H2O
Acmite Na2O.Fe2O3.4SiO2
Xonottile CaO.5SiO2.H2O
Pectolite Na2O.4CaO.6SiO2.H2O
(Setiadi, 2007)

Bereaksi dengan kesadahan dan kandungan silika air umpan dan mencegah
pengendapannya pada permukaan logam ketel sebagai kerak. Ion-ion kalsium dapat
diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit (3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2) dan kalsium
karbonat (CaCO3), dan ion-ion magnesium dan silika diendapkan dalam bentuk
sarpentin (2MgSiO3.Mg(OH)2.H2O), magnesium silikat (MgSiO2) dan magnesium
hidroksida (Mg(OH)2). Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
3Ca2+ + 2PO43- Ca3(PO4)2
Ca2+ + HCO3- + OH CaCO3 + H2O
7
Mg2+ + 2OH Mg(OH)2
3Mg2+ + 2OH- + 2SiO32- + H2O 2MgSiO3.Mg(OH)2.H2O
4Mg2+ + 2OH- + 2PO43- 2Mg3(PO4)2.Mg(OH)2
pH yang cukup baik untuk proses ini adalah di atas 9,5. Kondisi ini
memungkinkan pembentukan endapan yang dapat mengalir dengan mudah pada saat
dilakukan blow down. Penggunaan bahan-bahan kimia khusus untuk mengendalikan
pembentukan kerak (chelating agents) merupakan alternatif lain yang dapat
dilakukan. Bahan-bahan kimia ini bersama ion-ion seperti kalsium dan magnesium
dapat membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air. Penggunaan chelating
agents ini hanya sesuai untuk boiler bertekanan rendah dan air umpan ketel dengan
kesadahan yang rendah (1-2 ppm). Contoh dari chelating agent adalah NTA (nitrilo
triacetic acid) dan EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid) (Setiadi, 2007).

2.3.2 Anti Busa (Antifoaming)


Pembentukan busa (foaming) adalah peristiwa pembentukan gelembung-
gelembung di atas permukaan air dalam drum boiler. Penyebab timbulnya busa
adalah adanya kontaminasi oleh zat-zat organik atau zat-zat kimia yang ada dalam air
ketel tidak terkontrol dengan baik. Busa dapat mempersempit ruang pelepasan uap-
panas (steam-release space) dan dapat menyebabkan terbawanya air serta kotoran-
kotoran bersama-sama uap air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh hal ini adalah
terjadinya endapan dan korosi pada logam-logam dalam sistem ketel.
Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan
terlarut dan tersuspensi dalam air ketel sampai taraf tertentu tanpa terjadi carry over.
Pembentukan carry-over dapat terjadi akibat disain ketel yang kurang baik, alat
pemisah steam dan air yang tidak efektif atau akibat level air yang tinggi. Busa dapat
terbentuk akibat adanya padatan yang terlarut atau tersuspensi dalam air, alkalinitas
atau akibat masuknya material yang dapat merangsang pembentukan busa seperti
kondensat steam yang terkontaminasi oleh minyak. Penggunaan senyawa-senyawa
pencegah pembentukan busa (anti foam agents), dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini, akan tetapi cara yang lebih ekonomis adalah dengan melakukan
pengolahan air yang baik, peningkatan blow down dari ketel dan menghilangkan

8
senyawa yang dapat membantu pembentukan busa dari kondensat steam yang didaur
ulang (recycle) (Setiadi, 2007).
Agen antifoaming mencegah masalah-masalah yang terakumulasi dari boiler
dengan mengontrol foaming (pembusaan) yang disebabkan oleh peningkatan
konsentrasi padatan yang larut dan tersuspensi pada air boiler, atau karena
kontaminasi air boiler dengan minyak, lemak, dan bahan organik. Minyak jarak dan
minyak biji kapas biasa digunakan sebagai agen antifoaming pada masa lalu. Namun,
karena pengaruhnya tidak memadai dan terkadang mendorong pembentukan busa,
saat ini minyak tersebut tidak digunakan lagi. Saat ini, beberapa jenis amina, alkohol,
ester asam lemak dan lain sebagainya digunakan sebagai agen antifoaming. Bahan-
bahan kimia tersebut menunjukkan pengaruh yang sangat baik dalam dosis yang
sedikit (Santo, 1999).

2.3.3 Pengikat Oksigen


Salah satu penyebab terjadinya korosi pada boiler adalah oksigen dalam air
umpan boiler. Oleh karena itu, oksigen harus disingkirkan sebelum air diumpankan
ke dalam boiler. Menurut ASME Research Commitee on Steam & Water in Thermal
Power Systems misalnya, kadar oksigen dalam air umpan boiler untuk boiler tekanan
rendah disarankan kurang dari 40 ppb sedangkan untuk boiler tekanan tinggi
disarankan kurang dari 7 ppb (trace). Penyingkiran oksigen dari air umpan boiler
dapat dilakukan secara fisik dan kimia. Penyingkiran oksigen secara fisik dilakukan
dengan cara deaerasi. Akan tetapi kadar oksigen terlarut dalam air keluaran deaerator
dibatasi oleh kelarutan oksigen. Untuk mencapai kadar oksigen yang sangat rendah
(kurang dari 7 ppb/trace) penyingkiran oksigen harus melibatkan bahan kimia
(Putrawan, dkk., 2010).
Menghilangkan oksigen dari air dan menyediakan alkalinitas yang cukup untuk
mencegah korosi ketel. Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan ketel
meskipun sudah melewati tahap deaerasi. Kandungan oksigen ini harus dihilangkan
untuk mencegah terjadinya korosi. Bahan kimia yang ditambahkan untuk mengikat
oksigen disebut pengikat oksigen (oxygen scavenger). Pengikat oksigen yang baik
memiliki kemampuan menurunkan oksigen hingga kadar yang rendah dan stabil pada

9
temperatur tinggi. Pengikat oksigen yang paling sering digunakan adalah natrium
sulfit (Na2SO3) dan hidrazin (N2H4) (Iwata, 1985).
Natrium sulfit mampu bereaksi dengan oksigen dengan cepat. Reaksi antara
natrium sulfit dengan oksigen adalah:
2Na2SO3 + O2 → 2Na2SO4
Dari reaksi di atas, kebutuhan natrium sulfit untuk menyingkirkan satu ppm O2
adalah 7,9 ppm. Kelemahan natrium sulfit terletak pada produk reaksi yang
dihasilkan. Senyawa sulfat yang dihasilkan akan meningkatkan total padatan terlarut
(TDS) dalam air umpan boiler. Pada tekanan tinggi, senyawa-senyawa sulfat yang
terlarut tersebut akan mengkristal membentuk kerak. Kerak akan menghambat
perpindahan panas dan dapat juga menimbulkan erosi jika lepas dari dinding.
Hidrazin merupakan suatu senyawa kimia yang sangat reaktif terhadap oksigen
serta larut dalam air dan alkohol. Reaksi antara hidrazin dengan oksigen adalah :
N2H4 + O2 → 2H2O + N2
Hasil reaksi berupa gas nitrogen dan air sehingga total padatan terlarut (TDS)
air tidak meningkat. Laju reaksi hidrazin dengan oksigen tidak secepat reaksi natrium
sulfit dengan oksigen, tetapi dapat ditingkatkan dengan penambahan katalis.
Berdasarkan reaksi di atas, kebutuhan hidrazin untuk menyingkirkan satu ppm O2
adalah satu ppm. Hidrazin memiliki sifat fisik yang mirip dengan air karena nilai
densitas hidrazin sedikit di atas densitas air.
Walaupun sangat baik sebagai pengikat oksigen, hidrazin merupakan senyawa
yang berbahaya bagi kesehatan. Hidrazin sangat beracun, dapat menyebabkan
gangguan pernapasan dan bersifat karsinogenik. Bahan kimia yang dapat
menggantikan peran hidrazin sebagai pengikat oksigen adalah hidroxylamine,
erythorbic acid dan karbohidrazida. Di antara alternatif tersebut, karbohidrazida
merupakan alternatif yang paling tepat karena memiliki kemampuan mengikat
oksigen yang hampir sama dengan hidrazin dan juga aman bagi kesehatan maupun
lingkungan (Putrawan dkk, 2010).

10
2.4 Jenis-Jenis Bahan Kimia yang Digunakan pada Pengolahan Internal dan
Fungsinya
Jenis, fungsi, dan ciri-ciri dari bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan
air pada boiler dengan pengolahan internal dapat dijelaskan dan dilihat pada tabel
2.3.
Tabel 2.3 Jenis, Fungsi, dan Ciri-Ciri Bahan Kimia yang Digunakan untuk
Pengolahan Air Boiler

Jenis Fungsi Bahan Kimia


Natrium hidroksida
Mengontrol pH dan alkalinitas air Natrium karbonat
Agen Pengontrol
umpan boiler untuk mencegah Natrium fosfat
Alkalinitas dan pH
korosi dan kerak Natrium polifosfat
Phosporic acid
Mengontrol kerak dengan
merubah komponen yang Natrium hidroksida
memiliki kesadahan pada air Natrium fosfat
Pencegah kerak
boiler menjadi endapan yang tak Natrium polifosfat
larut untuk dibuang dari sistem Kalium fosfat
dengan hembusan air
Mendispersikan padatan yang
Polimer sintetis
tersuspensi pada air boiler
Tanin
Sludge dispersants sehingga dapat dengan mudah
Sodium lignin sulfonates
dibuang dengan hembusan untuk
Pati
mencegah timbulnya kerak
Natrium sulfit
Hydrazine
Menghilangkan kandungan
Sakarida
Penghilang oksigen oksigen dari air umpan boiler dan
Tanin
air boiler untuk mencegah korosi
Amina
Polifenol
Mencegah terbentuknya sabun
Agen Antifoaming pada air boiler untuk mencegah Surfaktan
masalah yang lainnya
Amonia
Kontrol pH dari kondensat dan Morfolin
Penghambat korosi
membentuk lapisan pelindung Sikloheksilamin
untuk jalur kondensat
untuk mencegah korosi Alkilamina
Hidroksil amina
(Santo, 1999)

11
Tujuan utama dari aplikasi penggunaan bahan-bahan kimia pada tabel 2.2 yaitu
sebagai berikut:
1. Komponen yang menyebakan kerak dirubah menjadi lumpur halus yang
tersuspensi sehingga dapat dengan mudah dihilangkan dari boiler dengan
hembusan air untuk mencegah pembentukan kerak pada permukaan pemanas
boiler.
2. pH dari air pada boiler dijaga pada rentang sifat basa yang memadai untuk
mencegah korosi dan pembentukan kerak silika dengan menjaga silika dalam
air dalam bentuk larutan.
3. Oksigen yang larut dalam air deihilangkan dari air umpan dan air boiler untuk
mencegah korosi.
4. pH dari kondensat dijaga rentang yang tepat untuk mencegah korosi dari jalur
kondensat oleh oksigen dan karbondioksida.
5. Mencegah dari akumulasi masalah-masalah yang ada pada boiler.
(Santo, 1999).

12
BAB III
PENUTUP

Pengolahan internal adalah penambahan bahan kimia ke boiler untuk


mencegah pembentukan kerak dan mencegah terjadinya korosi. Dalam mencegah
kerak pada boiler, senyawa pembentuk kerak diubah menjadi lumpur yang mengalir
bebas, yang dapat dibuang dengan blowdown atau dihembuskan dengan air. Metode
ini terbatas pada boiler dimana air umpan mengandung garam sadah yang rendah,
dengan tekanan rendah, kandungan TDS tinggi dalam boiler dapat ditoleransi, dan
jika jumlah airnya kecil. Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi maka laju blowdown
yang tinggi diperlukan untuk membuang lumpur. Adanya kerak dapat menghambat
kinerja boiler dalam menghasilkan steam dan mengurangi efisiensi kerja dari boiler.
Senyawa yang umum digunakan untuk menangani masalah kerak yaitu sodium
karbonat, sodium aluminat, sodium fosfat, sodium sulfit dan senyawa inorganik.
Masalah lainnya yang ada yaitu karena adanya foaming yang disebabkan karena
adanya bahan-bahan yang menyebabkan reaksi penyabunan sehoingga terbentuk
busa, misalnya sisa-sisa bahan organik, minyak, dan asam lemak amina di dalam
boiler. Adanya busa (foam) pada boiler dapat menyebabkan masalah baru termasuk
masalah korosi dan kerak. Untuk itu dibutuhkan agen antifoaming pada proses di
pengolahan air umpan boiler dan air pada boiler. Selain karena terbentuknya kerak
dan pembusaan (foaming), masalah lain yaitu adanya kandungan oksigen dalam air
yang dapat menyebabkan terjadinya korosi. Untuk mencegah korosi digunakan
bahan-bahan anorganik seperti kromat, seng, orthophospat maupun bahan organik
seperti polimer sintetik, organic nitrogen compounds, dan organic phosphorous
compounds.

13
DAFTAR PUSTAKA

Iwata, O. dkk. (1985), Kurita Handbook of Water Treatment, Edisi Pertama. Kurita
Water Industries Ltd.
Putrawan, I Dewa Gede Arsa., Alfandran Ihsan, dan Sofyan. 2010. Pembuatan
Karbohidrazida. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010
Santo, Takahide. 1999. Kurita Handbook of Water Treatment. Edisi Kedua. Kurita
Water Industries Ltd.
Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Diktat Kuliah. Institut
Teknologi Bandung
Wiranata, Agung. 2013. Pengolahan Air untuk Umpan Boiler dengan Cara
Penambahan Phosphat (Internal Treatment). Politeknik Negeri Sriwijaya

14

Anda mungkin juga menyukai