Internal Water Treatment
Internal Water Treatment
Internal Water Treatment
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Pengotor yang biasanya diperhatikan dalam pengolahan air umpan boiler
adalah:
a. Padatan terlarut seperti karbonat, klorida dan garam-garam kalsium
b. Padatan tersuspensi
c. Gas terlarut seperti oksigen dan karbon dioksida
Tujuan dari pengolahan air yaitu,
1. Mencegah Pembentukan Kerak
Garam-garam Magnesium dan Kalsium terlarut yang dikenal sebagai
kesadahan dalam suasana panas akan tertimbun dalam permukaan tube boiler
membentuk kerak senyawa karbonat pada saat air dipanaskan menjadi steam. Kerak
yang terjadi menyebabkan terjadi dalam tube-tube boiler. Timbunan lain yang biasa
terjadi dalam tube dalam boiler berupa: sulfat berupa endapan yang lebih keras dari
endapan tersebut, silica merupakan deposit yang sangat keras dan getas.
Hal ini biasanya merupakan akibat dari pengolahan air yang menggunakan
senyawa turunan phospat. Sludge (lumpur) phospat biasanya berwarna coklat dan
lembut. Tumbuhan kerak dan lumpr akan berakibat terjadinya penyumbatan tube dan
pemanasan berlebihan setempat sebagai perlu pemeliharaan yang lebih sering. The is
bureau of mines mengemukakan bahwa ketebalan kerak sampai 1/32 inch akan
menyerap energi panas dari bahan baker sebanyak 7 % sedangkan jika ketebalan
mencapai 1/9 inch energi panas yang terbuang mencapai 16 % (Wiranata, 2013).
2. Mencegah Korosi
Gas terlarut yang sering menimbulkan korosi pada tube boiler adalah O2 dan
CO2. Gas CO2 selain berasal dari air uapan juga berasal dari dekomposist karbonat
dalam air uapan. Gas CO2 akan menurunkan nilai pH air. Oksigen yang larut dalam
air uapan yang padas dengan cepat akan melkukan oksidasi dengan metal :
Fe Fe2O3
Dimana Fe2O3 yang terentuk bersifat lebih katodik dari logam Fe, sehingga
dapat mengakibatkan serangan korosi sumur (pitting corrosion). Apabila air terlalu
asam (pH>7) maka air akan melarutkan lapisan pelindung logam yaitu Fe2O4
(magnetide) yang ada, selanjutnya dapat melarutkan logam Fe yang terdapat
didalamnya.
3
Fe2O4 + 8 H+ 3 Fe2 + + 4 H2O
Seragam korosi terhadap logam Fe mengikuti reaksi :
Fe + 2H+ Fe + H2(g)
Fe + 3H+ Fe3+ + 1,5H2 ( g )
Serangan korosi tersebut sering terjadi pada lapisan yang mengalami retakan
Fe3O4 atau sambungan celahan logam. Jika ada ion Ce maka Fe2+ akan permukaan
logam mengakibatkan retakan (hydrogen tracking). Jika pH air lebih tinggi dari 11.
air yang bersifat alkalis akan merapuhkan pelindung Fe3O4 sehingga logam Fe dan
FeO akan larut mengikuti reaksi :
FeO + 2NaOH Na2FeO2 + H2O
Fe + 2NaOH Na2FeO2 + H2
Hal ini yang dikenal dengan cacstic crading. Ion klorida ini dapat terbawa
steam. Ion klorida mampu berpenitrasi ke dalam lapisan logam yang akan
mengakibatkan timbulnya retakan di dalam logam (chloride cracking corrosion)
dengan mekanisme :
Fe Fe2+ + 2e
Fe2+ + 2Cl FeCl2
(Wiranata, 2013)
3. Mencegah Carryover
Senyawa-senyawa tertentu yang terkandung dalam feed water bias
menyebabkan foaming (pembusaan) dan terbawanya senyawa pengatr ke aliran
steam sehingga kualitas steam menjadi menurun.
Feed water harus memenuhi prasyarat tertentu seperti yang diuraikan dalam
tabel di bawah ini :
4
Tabel 2.1 Parameter Kualitas Air Umpan Boiler
Parameter Satuan Pengendalian Batas
pH Unit 10,5 – 11,5
Conductivity μmhos/cm 5000, max
TDS Ppm 3500, max
P-Alkalinity ppm -
M-Alkalinity ppm 800, max
O-Alkalinity ppm 2,5 x SiO2, min
Total Hardness ppm -
Silica ppm 150, max
Besi ppm 2, max
Phospat Residual ppm 20 – 50
Sulfite Residual ppm 20 – 50
pH kondensat unit 8,0 – 9,0
(Wiranata, 2013)
5
1. Masalah korosi
Untuk mencegah korosi dan scale digunakan bahan-bahan anorganik seperti
kromat, seng, orthophospat maupun bahan organik seperti polimer sintetik, organic
nitrogen compounds, dan organic phosphorous compounds. Kekurangan penggunaan
poliphospat adalah jika poliphospat berubah menjadi orthophospat, yang dapat
bereaksi dengan kalsium membentuk calsium phospat scale. Untuk mencegah ini pH
sistem perlu dijaga sekitar 7,0 dan juga perlu ditambahkan polimer sintetik untuk
menstabilkan calsium poliphospat.
2. Masalah pembentukan kerak
Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan untuk menghambat terjadinya
deposit :
a. Threshold inhibitor
Bahan kimia jenis ini adalah poliphospat dan organophosphorous dan polimer
seperti poliacrilatea dapat digunakan untuk mengurangi pengendapan yang
ditimbulkan kalsium, besi dan mangan.
b. Dispersant
Bahan kimia jenis ini adalah polielektrolit. Tujuan dari bahan kimia ini adalah
untuk mencegah pengendapan dari dari padatan yang tersuspensi.
c. Surfactants
Bahan kimia yang digunakan untuk mencegah deposit padatan dengan cara ini
adalah surface active agents. Bahan-bahan kimia jenis ini mengakibatkan padatan-
padatan tersuspensi tetap bergerak dalam air sehingga mencegah deposit. Surface
active agents yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya deposit akibat
mikroorganisme adalah dengan penambahan biocides. Biocides ini dapat digunakan
untuk membunuh koloni mikroba. Biocide yang sering digunakan adalah chlorine,
yang efektif bekerja pada pH 7,0. Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah
bromide, karena bromide tetap efektif pada pH tinggi.
d. Pengubah susunan kristal
Contoh dari bahan kimia jenis ini adalah tannin, lignin, dan polimer sintetik.
Dengan penambahan bahan kimia jenis ini, deposit tetap terbentuk tapi dengan
struktur yang lemah, sehingga mudah dihancurkan (Setiadi, 2007).
6
2.3 Pengolahan Air secara Internal dengan Penambahan Bahan Kimia
Tujuan penambahan bahan-bahan dalam proses pengolahan air umpan boiler
adalah sebagai berikut :
2.3.1 Mencegah Kerak pada Boiler
Kerak pada ketel dapat terjadi karena pengendapan (precipitation) langsung
dari zat pengotor pada permukaan perpindahan panas, atau karena pengendapan zat
tersuspensi dalam air yang kemudian, melekat pada logam dan menjadi keras. Kerak
dapat mengakibatkan terjadinya pemanasan-lanjut setempat (local overheating) dan
logam ketel gagal berfungsi (failure). Macam-macam kerak yang dapat terbentuk
akibat senyawa-senyawa impurities pada air umpan ketel ditunjukkan pada Tabel 2.2
di bawah ini.
Bereaksi dengan kesadahan dan kandungan silika air umpan dan mencegah
pengendapannya pada permukaan logam ketel sebagai kerak. Ion-ion kalsium dapat
diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit (3Ca3(PO4)2.Ca(OH)2) dan kalsium
karbonat (CaCO3), dan ion-ion magnesium dan silika diendapkan dalam bentuk
sarpentin (2MgSiO3.Mg(OH)2.H2O), magnesium silikat (MgSiO2) dan magnesium
hidroksida (Mg(OH)2). Reaksi-reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
3Ca2+ + 2PO43- Ca3(PO4)2
Ca2+ + HCO3- + OH CaCO3 + H2O
7
Mg2+ + 2OH Mg(OH)2
3Mg2+ + 2OH- + 2SiO32- + H2O 2MgSiO3.Mg(OH)2.H2O
4Mg2+ + 2OH- + 2PO43- 2Mg3(PO4)2.Mg(OH)2
pH yang cukup baik untuk proses ini adalah di atas 9,5. Kondisi ini
memungkinkan pembentukan endapan yang dapat mengalir dengan mudah pada saat
dilakukan blow down. Penggunaan bahan-bahan kimia khusus untuk mengendalikan
pembentukan kerak (chelating agents) merupakan alternatif lain yang dapat
dilakukan. Bahan-bahan kimia ini bersama ion-ion seperti kalsium dan magnesium
dapat membentuk senyawa kompleks yang larut dalam air. Penggunaan chelating
agents ini hanya sesuai untuk boiler bertekanan rendah dan air umpan ketel dengan
kesadahan yang rendah (1-2 ppm). Contoh dari chelating agent adalah NTA (nitrilo
triacetic acid) dan EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid) (Setiadi, 2007).
8
senyawa yang dapat membantu pembentukan busa dari kondensat steam yang didaur
ulang (recycle) (Setiadi, 2007).
Agen antifoaming mencegah masalah-masalah yang terakumulasi dari boiler
dengan mengontrol foaming (pembusaan) yang disebabkan oleh peningkatan
konsentrasi padatan yang larut dan tersuspensi pada air boiler, atau karena
kontaminasi air boiler dengan minyak, lemak, dan bahan organik. Minyak jarak dan
minyak biji kapas biasa digunakan sebagai agen antifoaming pada masa lalu. Namun,
karena pengaruhnya tidak memadai dan terkadang mendorong pembentukan busa,
saat ini minyak tersebut tidak digunakan lagi. Saat ini, beberapa jenis amina, alkohol,
ester asam lemak dan lain sebagainya digunakan sebagai agen antifoaming. Bahan-
bahan kimia tersebut menunjukkan pengaruh yang sangat baik dalam dosis yang
sedikit (Santo, 1999).
9
temperatur tinggi. Pengikat oksigen yang paling sering digunakan adalah natrium
sulfit (Na2SO3) dan hidrazin (N2H4) (Iwata, 1985).
Natrium sulfit mampu bereaksi dengan oksigen dengan cepat. Reaksi antara
natrium sulfit dengan oksigen adalah:
2Na2SO3 + O2 → 2Na2SO4
Dari reaksi di atas, kebutuhan natrium sulfit untuk menyingkirkan satu ppm O2
adalah 7,9 ppm. Kelemahan natrium sulfit terletak pada produk reaksi yang
dihasilkan. Senyawa sulfat yang dihasilkan akan meningkatkan total padatan terlarut
(TDS) dalam air umpan boiler. Pada tekanan tinggi, senyawa-senyawa sulfat yang
terlarut tersebut akan mengkristal membentuk kerak. Kerak akan menghambat
perpindahan panas dan dapat juga menimbulkan erosi jika lepas dari dinding.
Hidrazin merupakan suatu senyawa kimia yang sangat reaktif terhadap oksigen
serta larut dalam air dan alkohol. Reaksi antara hidrazin dengan oksigen adalah :
N2H4 + O2 → 2H2O + N2
Hasil reaksi berupa gas nitrogen dan air sehingga total padatan terlarut (TDS)
air tidak meningkat. Laju reaksi hidrazin dengan oksigen tidak secepat reaksi natrium
sulfit dengan oksigen, tetapi dapat ditingkatkan dengan penambahan katalis.
Berdasarkan reaksi di atas, kebutuhan hidrazin untuk menyingkirkan satu ppm O2
adalah satu ppm. Hidrazin memiliki sifat fisik yang mirip dengan air karena nilai
densitas hidrazin sedikit di atas densitas air.
Walaupun sangat baik sebagai pengikat oksigen, hidrazin merupakan senyawa
yang berbahaya bagi kesehatan. Hidrazin sangat beracun, dapat menyebabkan
gangguan pernapasan dan bersifat karsinogenik. Bahan kimia yang dapat
menggantikan peran hidrazin sebagai pengikat oksigen adalah hidroxylamine,
erythorbic acid dan karbohidrazida. Di antara alternatif tersebut, karbohidrazida
merupakan alternatif yang paling tepat karena memiliki kemampuan mengikat
oksigen yang hampir sama dengan hidrazin dan juga aman bagi kesehatan maupun
lingkungan (Putrawan dkk, 2010).
10
2.4 Jenis-Jenis Bahan Kimia yang Digunakan pada Pengolahan Internal dan
Fungsinya
Jenis, fungsi, dan ciri-ciri dari bahan kimia yang digunakan untuk pengolahan
air pada boiler dengan pengolahan internal dapat dijelaskan dan dilihat pada tabel
2.3.
Tabel 2.3 Jenis, Fungsi, dan Ciri-Ciri Bahan Kimia yang Digunakan untuk
Pengolahan Air Boiler
11
Tujuan utama dari aplikasi penggunaan bahan-bahan kimia pada tabel 2.2 yaitu
sebagai berikut:
1. Komponen yang menyebakan kerak dirubah menjadi lumpur halus yang
tersuspensi sehingga dapat dengan mudah dihilangkan dari boiler dengan
hembusan air untuk mencegah pembentukan kerak pada permukaan pemanas
boiler.
2. pH dari air pada boiler dijaga pada rentang sifat basa yang memadai untuk
mencegah korosi dan pembentukan kerak silika dengan menjaga silika dalam
air dalam bentuk larutan.
3. Oksigen yang larut dalam air deihilangkan dari air umpan dan air boiler untuk
mencegah korosi.
4. pH dari kondensat dijaga rentang yang tepat untuk mencegah korosi dari jalur
kondensat oleh oksigen dan karbondioksida.
5. Mencegah dari akumulasi masalah-masalah yang ada pada boiler.
(Santo, 1999).
12
BAB III
PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
Iwata, O. dkk. (1985), Kurita Handbook of Water Treatment, Edisi Pertama. Kurita
Water Industries Ltd.
Putrawan, I Dewa Gede Arsa., Alfandran Ihsan, dan Sofyan. 2010. Pembuatan
Karbohidrazida. Seminar Rekayasa Kimia dan Proses 2010
Santo, Takahide. 1999. Kurita Handbook of Water Treatment. Edisi Kedua. Kurita
Water Industries Ltd.
Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan dan Penyediaan Air. Diktat Kuliah. Institut
Teknologi Bandung
Wiranata, Agung. 2013. Pengolahan Air untuk Umpan Boiler dengan Cara
Penambahan Phosphat (Internal Treatment). Politeknik Negeri Sriwijaya
14