Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TURNAMENT (TGT)

UNTUK MENINGKATKAN HASILBELAJAR PADA MATA PELAJARAN


GEOGRAFI KELAS X DI SMAN 1 DAMPIT KABUPATEN MALANG

Oleh:
Slamet Suyadi
Sri Rahayu Wilujeng
Theofillus Brian C
Yulius Eka Yudha

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
APRIL 2018
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Sebagai suatu
proses pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu saat saja akan tetapi berlangsung secara
berkelanjutan tanpa dibatasi adanya usia yang biasanya disebut dengan istilah pendidikan
seumur hidup ( long life education ). Pendidikan menjadi suatu yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing dengan sesamanya.
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka
memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman
budaya, gender, sosial-ekonomi, dll.Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif
mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini
sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat.
Pembelajaran saat ini seharusnya berpusat terhadap siswa (student center) bukan
berpusat terhadap guru (teacher center). Guru lebih banyak memberikan materi pelajaran
melalui metode ceramah, sedangkan siswa hanya pasif dan mendengarkan, sehingga
pembelajaran terkesan membosankan dan membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam
mengikuti proses pembelajaran. Kurang bervariasinya guru dalam menggunakan metode dan
media pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran di
kelas yang berdampak terhadap hasil belajar siswa yang rendah.Berdasarkan nilai ulangan
harian pada bidang studi geografi siswa kelas X IPS 1 SMAN 1 Dampit terdapat 15 nilai di
bawah KKM. Untuk mengatasi hal ini salah satu cara penerapan model pembelajaran yang
dapat digunakan adalah pembelajaran kooperatif yang merupakan strategi belajar dengan
sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda,
dimana setiap siswa harus saling bekerja sama untuk memahami materi pelajaran. Dalam hal
ini salah salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif guru di
sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT).
Teams Games Tournament (TGT) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku kata atau ras yang berbeda.
Sehingga siswa dapat saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan pembelajaran
yang dihadapi. Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.
Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan
yang berkaitan dengan kelompok. Menurut Davied Devrie dan keith Edward
(1995) ,merupakan pembelajaran pertama dari John Hopkins.dalam model ini kelas dibagi
dalam kelompok-kelompok kecil yng beranggotakan 3 sampain dengan 5 siswa yang
berbeda-beda tingkat kemampuan,jenis kelamin,dan latar belakang etniknya.kemudian siswa
akan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecilnya,pembelajaran ini hamper sama seperti
STAD dalam setiap hal kecuali satu.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok yang
beranggotakan 3-5 siswa yang memiliki kemampuan,melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan, melibatkan siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan dan reinforment.TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6
orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda.
Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing.
Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah siswa tidak terlalu bergantung pada
guru, siswa lebih bisa mandiri, siswa dapat berpikir secara bebas artinya siswa dapat
mengembangkan kemmapuan mengungkapkan ide atau gagasan secara verbal dan dapat
membandingkan dengan ide-ide orang lain, meningkatkan motivasi belajar dan melahirkan
rangsangan untuk berpikir yang sangat berguna bagi proses pembelajaran jangka panjang,
melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan menguji ide dan pemahaman serta
meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak
menjadi riil.Selain memliki kelebihan, juga memiliki kekurangan antara lain membutuhkan
waktu yang lama karena harus memahami filosofi pembelajaran dari tim lain, penilaiajn
didasarkan atas penilaian kelompok, jawaban siswa terkadang dapat menimbulkan
pemahaman yang tidak sesuai harapan.
Berdasarkan judul yang kami ambil ini didasarkan atas rasa penasarn peneliti terhadap
model pembelajaran TGT yang memiliki banyak kelebihan yang dapat digunakan untuk
mengatasi permasalahan yang ada pada kualitas belajar kelas X SMAN 1 Dampit. Dari model
pembelajaran ini peneliti berharap agar model TGT dapat mengatasi permasalahn utama pada
siswa kelas X SMAN 1 Dampit.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, maka masalah penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan model
pembelajaran TGT?
2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran TGT terhadap hasil belajar siswa Kelas X
SMAN 1 Dampit?
Tujuan
1. Mahasiswa mampu menganalisis apakah terdapat perbedaan hasil belajar sebelum dan
sesudah menggunakan model pembelajaran TGT.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran TGT terhadap hasil
belajar siswa kelas X SMAN 1 Dampit.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Hasil Belajar
Aktivitas belajar di sekolah merupakan inti dari proses pendidikan yang dilakukan
oleh siswa. Belajar merupakan alat utama bagi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran
sebagai unsur proses pendidikan di sekolah. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar
memegang peranan yang vital. Membelajarkan merupakan proses membimbing kegiatan
belajar dan hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Sehingga penting bagi
guru memahami dengan sebaik-baiknya proses belajar agar guru dapat membimbing serta
menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi murid-muridnya. Dalam pembelajaran
terdapat penilaian terhadap hasil belajar. Hasil belajar merupakan keseluruhan keterampilan-
keterampilan dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa dalam proses belajar. Hasil
belajar dapat dilihat dengan adanya tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa tersebut.
Hasil belajar dapat digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana penguasaan
konsep siswa. Hasil belajar juga dapat digunakan untuk melihat apakah seseorang telah
melakukan proses yang efektif dan efisien, sehingga dapat ditunjukkan sampai sejauh mana
bahan yang dipelajari dapat dikuasai. Sudjana (2001 :22) berpendapat bahwa kualitas
pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan hasil. Dari segi proses, pembelajaran
dikatakan berhasil dan berkualitas jika seluruhnya atau setidaknya sebagian besar siswa
terlibat secara aktif baik fisik, mental ataupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari segi
produk, pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku dan pola pikir siswa.

l. Pengertian Hasil Belajar


Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak membelajarkan
siswa. Dari segi guru, pembelajaran diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari segi
siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang
telah dilakukan. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi
dalam proses pembelajaran.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006220) ”hasil belajar merupakan suatu puncak
proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat
berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring yang keduanya bermanfaat bagi guru dan
siswa”. Sudjana (2009:22) mengatakan hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selain itu Suprijono
(2009z7) mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan
bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan.
Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl dalam Uno (2006:35) membagi perolehan
belajar atau hasil belajar dalam 3 ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif yang terdiri atas 6 tingkatan yang berurutan dari yang paling rendah
sampai ke yang paling tinggi, yaitu: pengetahuan, mencakup kemampuan seseorang dalam
menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah
diterima; pemahaman yang mencakup kemampuan seseorang dalam mengartikan,
menafsirkan, mental ataupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari segi produk,
pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan perilaku dan pola pikir siswa
menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang
pernah diterimanya; penerapan (aplikasi) yang mencakup kemampuan seseorang dalam
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari; analisa yang merupakan kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke
dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik; sintesa
yang mencakup kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen
dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh;
evaluasi yang mencakup kemampuan seseorang dalam membentuk suatu pendapat mengenai
sesuatu atau beberapa hal, bersama dengan pertanggungiawaban pendapat itu yang
berdasarkan kriteria tertentu.
b. Ranah Afektif, adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interes,
apresiasi (penghargaan) dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ada lima,
meliputi: penerimaan yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan untuk
memperhatikan hal tersebut; partisipasi yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan,
dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; penilaian dan penentuan sikap yang mencakup
menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap; organisasi yang
mencakup kemampuan yang membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan
hidup; pembentukan pola hidup yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan
membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi. Siswa yang belajar akan memperbaiki
kemampuan-kemampuan internalnya yang afektif. Siswa mempelajari kepekaan tentang
sesuatu hal sampai pada penghayatan nilai sehingga menjadi suatu pegangan hidup.
c. Ranah Psikomotorik, terdiri dari tujuh tingkatan, yaitu: persepsi yang mencakup
kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari
adanya perbedaan yang khas tersebut; kesiapan yang mencakup kemampuan (jasmani
maupun rohani) penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau
rangkaian gerakan; gerakan terbimbing yang mencakup kemampuan melakukan gerakan
sesuai contoh, atau gerakan peniruan; gerakan terbiasa yang mencakup kemampuan
melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh; gerakan kompleks yang mencakup kemampuan
melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien
dan tepat; penyesuaian pola dan gerakan yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan
dan penyesuaian pola gerakgerik dengan persyaratan khusus yang berlaku; kreativitas yang
mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.
Klasifikasi ini mengandung suatu urutan taraf-taraf keterampilan dan pada umumnya
cenderung mengikuti urutan fase-fase dalam proses belajar motorik. Belajar berbagai
kemampuan gerak dapat dimulai dengan kepekaan rnemilah-milah sampai dengan kreativitas
pola gerak baru. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan psikomotorik mencakup
kemampuan fisik dan mental. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiilah yang paling banyak dinilai oleh para guru di
sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan keseluruhan keterampilan dan kemampuan yang dimiliki
siswa dalam proses belajar. Hasil belajar dapat dilihat dengan adanya tingkat pengetahuan
yang dimiliki siswa tersebut. Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal yang menunjang kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa dengan berbagai
kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam proses belajar. Slameto (2010:57)
menggolongkan faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu
faktorfaktor intern dan faktor-faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada di
dalam diri siswa. Faktor intern dibedakan menjadi tiga yaitu: faktor jasmaniah, faktor
psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil
belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
Hasil belajar siswa dapat dipengaruhi dari faktor intern maupun faktor ekstern. Faktor
jasmaniah yang termasuk dalam faktor intern dapat mempengaruhi hasil belajar siswa
misalnya keadaan fisik atau kondisi badan yang kurang sehat. Selain itu psikologis siswa juga
berpengaruh besar terhadap hasil belajar. Salah satu faktor psikologis yang berpengaruh
adalah minat siswa terhadap materi. Seorang siswa tidak akan belajar dengan baik jika ia
tidak menaruh minat yang besar terhadap materi.
Faktor ekstern yang mampu mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Cara orang tua mendidik anak sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar dan
memilih kebiasaan jelek akan berpengaruh bmuk terhadap anak. Sedangkan anak yang hidup
di masyarakat yang terdidik akan memiliki kebiasaan yang baik.
3. Penilaian Hasil Belajar
Hasil belajar seorang siswa dapat diketahui dari pengukuran. Pengukuran terhadap hasil
belajar menunjukkan sejauh mam bahan yang dipelajari dapat dipahamiataudikuasai
siswadandisajikan dalamtee. Tesadalahsuatucamuntuk mengadakan penilaian yang berbentuk
suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu berkai tanlain atau dengan nilai standar yang ditetapkan
(Nurkancana dan Sunartana, 1986:25). Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai
terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah pembahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar membelajarkan.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif,
afektif dan psikomotor. Penilaian proses da hasil belajar saling berkaitan satu sama lain
sebab hasil merupakan akibat dari proses.
B. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, namun sebelumnya
guru mata pelajaran telah menerapkannya dalam pembelajaran untuk tujuan-tujuan tertentu
seperti tugas-tugas/laporan kelompok. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa
untuk belajar lebih mudah memahami materi serta dapat membantu menghilangkan
kejenuhan siswa dengan beberapa aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung.
Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana siswa
belajar dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mempelajari materi pembelajaran.
1. Konsep Pembelajaran Teams Games Tournament (T GT)
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa
bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan sebuah
tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya (Slavin 2005:15).
Terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang berhasil dikembangkan peneliti-
peneliti pendidikan dan telah diterapkan pada beragam materi yang salah satunya adalah
model Teams Games Tournament (TGT). Sebagai salah satu model pembelajaran kooperatif,
TGT sangat mudah diterapkan. TGT yang dikembangkan oleh David DeVries dan Slavin
pada tahun 1978.
Menurut Slavin (2005:163) pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari 5 tahap, yaitu:
presentasi di kelas, tim (berkelompok), games (permainan), turnamen (pertandingan), dan
penghargaan kelompok. Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dari aktivitas guru dalam
menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja dalam kelompok untuk memastikan bahwa
semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran. Langkah selanjutnya diadakan turnamen
yaitu memainkan games akademik dengan anggota kelompok lain untuk menyumbangkan
skor bagi kelompoknya… Berikut tahap-tahap secara rinci model pembelajaran TGT:
a. Presentasi Kelas
Pada presentasi kelas, guru memperkenalkan materi pembelajaran yang diberikan
secara langsung atau mendiskusikan dalam kelas. Guru dalam hal ini berperan sebagai
fasilitator. Pembelajaran mengacu pada apa yang disampaikan oleh guru agar nantinya dapat
membantu siswa dalam mengikuti games dan turnamen.
b. Kelompok
Kelompok terdiri empat sampai lima orang yang heterogen misalnya berdasarkan
kemampuan akademik. Tujuan utama pembentukan kelompok adalah untuk meyakinkan
siswa bahwa semua anggota kelompok belajar dan semua anggota mempersiapkan diri untuk
mengikuti games dan turnamen dengan sebaikbaiknya. Setiap anggota kelompok diharapkan
melakukan hal yang terbaik bagi kelompoknya. Anggota kelompok saling membantu dan
bekerjasama agar dapat meningkatkan kemampuan akademik dan meningkatkan rasa percaya
diri. e. Games (Permainan) Games terdiri dari pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan bekerja kelompok.
c. Games (perm yaainan)
Games terdiri dari pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kelas dan bekerja kelompok. Kebanyakan Games terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor dan mempunyai skor menjawab benar akan
mendapat skor. Siswa melilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuei dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar akan mnedapaat skor.
d. Tournamen (Pertandingan)
Tournamen guru membuat presentasi kelas dan kelompok-kelompok. Pada turnamen
pertama, guru mengelompokkan siswa dengan kemampuan serupa yang mewakili tiap
kelompoknya.
e. Penghargaan Kelompok
Penghargaan diberikan kepada kelompok yang menang atau mendapat skor tertinggi.
Skor untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin yang diperoleh setiap anggota
kelompok yaitu dengan menjumlahkan seluruh poin yang diperoleh setiap anggota dari
turnamen kemudian dibagi dengan jumlah anggota dalam kelompok. Ada tiga penghargaan
yang diberikan berdasarkan pada rata-rata skor kelompok, yaitu: tim super, diberikan pada
kelompok dengan nilai rata-rata tertinggi. Tim sangat baik, diberikan pada kelompok dengan
nilai rata-rata tertinggi kedua dan tim baik diberikan pada kelompok dengan niai rata-rata
tertinggi ketiga (Slavin, 2005: 169).
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu:
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Sumarmi (2012:63) adalah: (1)
keterlibatan siswa dalam belajar tinggi, (2) siswa menjadi bersemangat dalam belajar, (3)
Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru tetapi melalui konstruksi
sendiri oleh siswa, (4) dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri siswa seperti kerja sama
tele-rami, bisa menerima pendapat orang lain, dan lain-lain.
Adapun kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah: (1)Pengajar pemula
tuhkyang banyak. (2)membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.(3) dapat
menimbulkan suasana gaduh dalam kelas.(4)siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah.
Model pembelajaran kooperatif TGT dalam penerapannya terdapat dimensi
kegembiraan, diharapkan siswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang
menyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat. Dimensi kegembiraan tersebut
akan mempengaruhi konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, dan kematangan
pemahaman terhadap sejumlah materi pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.

2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)


Penerapan pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Games Tournament) adalah
siswa dikelompokkan dalam kelompok heterogen dan siswa akan belajar dalam
kelompoknya. Langkah selanjutnya setiap anggota kelompok akan mengadakan turnamen
dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat kemampuannya (homogen). Penilaian
kelompok didasarkan pada nilai yang didapat selama turnamen. TGT (Teams Games
Tournament) seperti halnya model pembelajaran kooperatif yang lainnya memunculkan
adanya kelompok dan kerjasama dalam belajar. TGT seperti halnya STAD dalam setiap hal,
namun sebagai ganti kuis dan sistem penyekoran individu, TGT menggunakan turnamen
akademik. Siswa bersaing mewakili kelompok mereka dengan anggota kelompok lain yang
didasarkan pada hasil akademik yang terdahulu, Slavin (2005: 163). Menurut Sumarmi
(2012:60) ”secara garis besar langkah-langkah pembelajaran disusun dalam dua tahap, yaitu
pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan pembelajaran”. Pra kegiatan pembelajaran
menggambarkan hal yang perlu dipersiapkan dalam rencana kegiatan. Detail kegiatan
menggambarkan secara rinci aktivitas pembelajaran yang tercantum dalam rencana kegiatan.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif model TGT akan diuraikan di bawah
ini:
a) Pra Kegiatan Pembelajaran
1) Materi
Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT ini dirancang sedemikian rupa
untuk pembelajaran secara kelompok. Oleh karena itu, sebelum penyajian materi maka
peneliti harus mempersiapkan LKS terlebih dahulu yang akan dipelajari saat belajar
kelompok. Selain itu juga mempersiapkan soal-soal untuk turnamen dan kunci jawabannya.
2) Membagi siswa dalam kelompok belajar
Kelompok dalam pembelajaran kooperatif model TGT ini terdiri dari 4 orang siswa
berdasarkan akademik yang berbeda-beda. Siswa diurutkan menjadi 4 bagian yaitu kelompok
tinggi, sedang 2, dan kelompok rendah. Kelompokkelompok yang terbentuk diusahakan
berimbang baik dalam hal kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya.

3) Membagi siswa di dalam meja-meja turnamen


Dalam pembelajaran kooperatif model TGT ini tiap meja turnamen terdiri dari 4-5
siswa yang kemampuan akademiknya homogen. Gambaran pembagian siswa dalam meja
turnamen dapat dilihat pada gambar berikut:
 Kelompok A terdiri dari 4 siswa yaitu Al, A2, A3, dan A4, sedangkan kelompok B terdiri
dari 4 siswa yaitu Bl, B2, B3, dan B4 begitu pula dengan kelompok C.

 Al, Bl, dan Cl saling bertanding di meja turnamen 1 karena dari keempatnya mempunyai
kemampuan akademik yang sama yaitu kemampuan akademiknya tinggi.

 A2, B2, dan C2 saling bertanding di meja turnamen 2 karena dari keempatnya mempunyai
kemampuan akademik yang sama yaitu kemampuan akademiknya sedang 1.

 A3, B3, dan C3 saling bertanding di meja turnamen 2 karena dari keempatnya mempunyai
kemampuan akademik yang sama yaitu kemampuan akademiknya sedang 2.

 A4, B4, dan C4 saling bertanding di meja turnamen 2 karena dari keempatnya mempunyai
kemampuan akademik yang sama yaitu kemampuan akademiknya rendah.

b) Detail Kegiatan pembelajaran


1) Penyampaian Materi
Sumarmi (2012:61) menyatakan “Setiap pembelajaran kooperatif model TGT dimulai dengan
kegiatan penyajian materi oleh guru yang mencakup kegiatan pembukaan, pengembangan,
dan latihan terbimbing”. . Pembukaan Guru memberitahu apa yang akan dipelajari, mengapa
itu penting untuk dipeiajari dan seorang guru harus bisa membangkitkan keingintahuan siswa.
Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok belajar, dengan syarat-syarat kelompok
dalam pembelajaran kooperatif dan membagi kelompok baru unutk turnamen, dimana
kemampuan akademik pada kelompok baru sama/homogen atau hampir sama.
 Pengembangan
Guru memberitahu fokus yang akan dicapai dan mendemonstrasikan konsep atau
keterampilan secara aktif dengan menggunakan media pembelajarannya. Selain itu juga harus
sering menilai kemajuan siswa dengan mengajukan banyak pertanyaan, menjelaskan
mengapa jawaban itu benar dan salah.
2) Latihan terbimbing
Setelah menjelaskan dan mendemonstrasikan materi langkah selanjutnya yang
dilakukan oleh guru adalah meminta siswa untuk mengenakan soal-soal atau memberi tugas.
Hal ini dilakukan untuk memantau siswa apakah paham dengan konsep yang disampaikan.
3) Belajar Tim
Dalam belajar tim ini siswa belajar dengan menggunakan lembar kegiatan siswa.
Tugas para anggota tim adalah menguasai materi yang disampaikan di dalam kelas dan
membantu teman sekelasnya untuk menguasai materi. Setiap tim mendapatkan LKS. Jadi
dalam belajar kelompok belajar ini siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar akan
dibantu oleh siswa yang lebih paham sehingga setiap anggota kelompok mempunyai
penguasaan materi yang sama.
4) Turnamen
Setelah siswa belajar kelompok langkah selanjutnya adalah diadakan turnamen.
Dalam hal ini membagi kelompok yang terdiri dari 4 orang mempunyai pengetahuan
akademik yang homogen. Dalam turnamen ini setiap anggota kelompok turnamen akan
memainkan games akademik dalam kemampuan yang homogen. Tiap kelompok turnamen
mendapatkan satu lembar soal permainan, menurut Slavin (2005:172). Skor diberikan kepada
peserta turnamen yang menjawab soal paling cepat dan benar.
5) Rekognisi tim
Rekognisi tim dilakukan setelah skor kelompok ditotal dan rata-rata maka kelompok
yang mempunyai rata-rata tertinggi adalah juara I, sedangkan juara II mempunyai rata-rata di
di bawahnya jika ada kelompok yang mempunyai rata-rata sama maka akan diadakan
turnamen tambahan untuk menentukan kelompok yang menang.
C. Pengaruh Team Games Tournament (TGT) Hasil Belajar
Model pembelajaran Teams Games Tournament (T GT) memiliki unsurunsur pembelajaran
yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan adanya motivasi tinggi. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Sumarmi (2012:60) ”dalam penerapannya, TGT melibatkan
aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep dan prinsip yang diinginkan, sedangkan
untuk memotivasi siswa dalam TGT terdapat juga unsur reinforcement”.
1. Pengaruh Teams Games Tournament (T GT) terhadap hasil belajar merupakan suatu
kebutuhan pokok bagi seluruh manusia, baik dilakukan secara formal maupun non formal.
Peran siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat
siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang dipelajari
siswa berupa keadaan alam, benda, hewan, mbuh-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang
dijadikan bahan belajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator siswa dan memantau setiap
perkembangan siswa dalam proses belajar. Model pembelajaran TGT dilihat dari
kelebihannya menurut Sumarmi (2012:63), yaitu: keterlibatan siswa dalam belajar tinggi,
siswa menjadi bersemangat dalam belajar, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan
tujuan yang harus dicapai. Untuk mencapa hasil belajar maka perlu adanya suasana belajar
yang dapat mendukung proses belajar tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam Penelitian Tindakan Kelas( PTK). PTK merupakan penelitian
yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran dengan melakukan tindakan-tindakan
tertentu. Dalam memperbaiki pembelajaran, tindakan yang dilakukan adalah penerapan
model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Bahwa secara garis besar terdapat
empat tahapan yang lazim dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan, yaitu: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Empat tahap tersebut
merupakan langkah berurutan dalam satu siklus dan kan berhubungan dengan siklus
berikutnya.
Rancangan pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:
1. Observasi Awal
Kegiatan ini bertujuan untukm menentukan masalah yang dianggap prioritas. Kegiatan pra
penelitian berupa kegiatan observasi yang dilakukan sebelum penelitian, meliputi observasi
tentang kondisi siswa, serta mengamati permasalahan yang sering terjadi dalam proses
pembelajaran.
2. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan
bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, maka perencanaan pembelajarannya adalah sebagai
berikut :
 Menelaah materi pembelajaran dan menelaah indikator bersama tim kolaborasi
 Menyusun RPP sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan dan skenario
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament)
 Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
 Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati keterampilan guru, siswa,
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
3. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan menurut Mahmud (2011: 220) mengenai apa yang dilakukan guru atau peneliti
sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan yang diinginkan. Menurut Mulyasa
(2011:71) Tindakan mencakup prosedur dan tindakan yang dilakukan, serta proses perbaikan
yang akan dilakukan. Setiap siklus dilaksanakan satu kali pertemuan. Pembelajaran Geografi
materi potensi Sumberdaya Alam pada siklus pertama dilaksanakan melalui penerapkan
model pembelajaran TGT (Team Games Tournament). Apabila ternyata tindakan perbaikan
pada siklus pertama belum berhasil menjawab masalah yang menjadi kerisauan guru maka
terdapat siklus berikutnya yang langkah-langkahnya tetap sama dengan menerapkan model
pembelajaran TGT (Team Games Tournament) ini direncanakan dalam 3 siklus. Siklus I,
siklus II dan siklus III akan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah disusun.
4. Observasi
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau
dikenakan terhadap siswa (Mahmud: 2011, 220). Observasi mencakup prosedur perekaman
data tentang proses dan hasil implementasi tindakan yang dilakukan. (Mulyasa: 2011, 71).
Pada penelitian ini pengumpulan data tindakan kelas ini melalui observasi langsung. Saat
pelaksanaan observasi, peneliti berkolaborasi dengan guru yang mengampu kelas X sebagai
guru mitra.
5. Refleksi
Refleksi menguraikan tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
tentang proses dan dampak tindakan perbaikan yang dilakukan, serta kriteria dan rencana
tindakan pada siklus berikutnya (Mulyasa: 2011, 71).Berdasarkan hasil analisis peneliti
melakukan refleksi, yaitu mencoba mengkaji proses pembelajaran yaitu keterampilan guru
dan siswa, serta hasil belajar pada siswa kelas X pada SMAN 1 Dampit ,apakah sudah efektif
melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada siklus pertama. Kemudian tim kolaborasi
membuat tindak lanjut perbaikan untuk siklus berikutnya mengacu pada silkus sebelumnya.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan akan dilakukan di SMA Negeri 1 Dampit
Kabupaten Malang
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan pada bulan Maret sampai Mei 2018. Adapun
proses pelaksanaan penelitian sebagai berikut:

C. Subjek Penelitian
Subjek yang diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas X IPS SMAN 1
Dampit Kabupaten Malang Tahun 2017-2018
D. Tahapan Penelitian
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi sebagai berikut:
1) Menyusun RPP sesuai dengan materi.
2) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
4) Menyiapkan soal-soal untuk game.
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati ketrampilan guru dan
aktivitas siswa dan hasil belajar selama pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama meliputi kegiatan awal,
kegiatan inti, kegiatan akhir
Kegiatan Awal (10 menit)
1) Apersepsi
2) Guru menggali informasi dengan bertanya kepada siswa.
“Siapa yang mengetahui bagaimana luas wilayah Indonesia dan bagaimana potensi yang ada
di dalamnya?”
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan tema beserta pokok-pokok
materi yang akan dipelajari.
4) Guru memberikan motivasi siswa.
Kegiatan Inti ( 50 menit )
c. Eksplorasi
1) Siswa diminta berkelompok secara heterogen.
2) Guru memberikan stimulus-stimulus kecil pada siswa
3) Siswa bersama guru melakukan tanya jawab terhadap guru
d. Elaborasi
1) Siswa memperhatikan penjelasan mengenai luas wilayah dan potensinya terhadap
Sumberdaya di dalamnya. (Mengumpulkan informasi)
2) Siswa mengerjakan lembar kerja secara berkelompok
3) Siswa diminta maju menyampaikan hasil kerja kelompoknya. (Menalar/
mengolah informasi).
4) Siswa memperhatikan penjelasan tentang peraturan dan cara bermain dalam
TGT. (Mengamati)
5) Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuannya secara homogen dari
setiap kelompok. (Mengumpulkan informasi)
6) Siswa melaksanakan permainan. (Menalar/ mengolah informasi).
7) Skor dilihat dari perolehan jawaban siswa.
8) Siswa bersama-sama menghitung perolehan skor.
e. Konfirmasi
1) Pada akhir permainan, kelompok yang mendapatkan nilai paling tinggi adalah
yang menang dan mendapat reward. (Mengkomunikasikan)
2) Siswa bertanya tentang materi yang belum dipahami siswa. (Menanya)
3) Siswa bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
(Mengkomunikasikan)
f. Kegiatan Akhir (10 menit)
1) Guru memberikan soal evaluasi untuk individu.
2) Guru memberikan tindak lanjut berupa saran dan motivasi agar siswa tidak
melupakan materi yang dipelajari.
2. Observasi
Selama penelitian berlangsung peneliti bersama kolaborator melakukan pengamatan terhadap
siswa dalam kegiatan pembelajaran.Menggunakan lembar observasi untuk mengamati
keterampilan guru dalam pembelajaran. Aspek yang dinilai adalah bagaimana guru dalam
menyampaikan pelajaran dan perilaku guru selama kegiatan pembelajaran berlangsung.Selain
itu juga disediakan lembar observasi aktivitas siswa, peneliti mengamati tingkah laku siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai adalah hasil pekerjaan
tugas siswa serta perilaku siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Menggunakan
lembar observasi untuk hasil belajar siswa ranah afektif dan psikomotor selama pembelajaran
untuk mengetahui kualitas pembelajaran
Geografi selama proses pembelajaran berlangsung.
3. Refleksi
a. Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan pada siklus pertama.
b. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus pertama.
c. Membuat daftar permasalahan yang muncul pada siklus pertama.
d.. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk siklus kedua.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan metode TGT (Siberman, 2004) dengan perubahan seperlunya.
1. Membagi siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 5-6 siswa dengan jumlah setiap
tim sama.
2. Membagikan lembar tugas berisi pertanyaan yang menguji pemahaman siswa
terhadap materi yang disampaikan.meminta kepada siswa me-ngerjakan lembar tugas
yang telah dipersiapkan.
3. Menampilkan jawaban benar untuk mengetahui perolehan skor atau nilai perorangan.
4. Menjumlah perolehan skor untuk mengetahui jumlah perolehan skor atau nilai
masing-masing tim.
5. Memberikan penghargaan kepada tim pemenang.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur yang dipakai untuk mengukur fakta variabel yang
diteliti. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan ada tiga macam, yaitu:
i.Lembar observasi
Lembar observasi pada penelitian ini, terdiri dari tiga yaitu lembar observasi aktivitas siswa
pada waktu kegiatan pembelajaran, lembar observasi keterlaksanaan Team Games Turnament.
ii.Tes
Berupa soal tes yang sesuai dengan kompetensi dasar yang diajarkan, adapun bentuk soal
berupa soal uraian yang diberikan oleh guru.
3.6.3 Lembar catatan lapangan
Digunakan untuk mencatat peristiwa yang didengar, dan dilihat pada saat proses
pembelajaran berlangsung
b. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik tes berupa pretest dan post tes.
Tes. Menurut Poerwanti (2008: 4.3) tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab,
pernyataan-pernyataan yang harus dipilih atau ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus
dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta
tes. Berkaitan dengan pembelajaran, tes merupakan indikator pencapaian kompetensi.
Penelitian ini menggunakan tes tertulis. Tes tertulis digunakan untuk memperoleh data
tentang hasil belajar Geografi materi luas wilayah dan persebaran potensi yang ada di
Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran TGT (Team Games Tournament)

3.8 Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai