Adaptasi Penataan Ruang Terhadap Risiko Kenaikan Muka Air Laut (Sea Level Rise) di Jakarta Utara
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No. 2, Agustus 2011, hlm.129 - 144
Abstrak
Laju kenaikan muka air laut di Indonesia yang mencapai 20-100 cm dalam waktu 100 tahun
(WWF dan IPCC, 1999), mengakibatkan semakin rentannya kota-kota besar di Indonesia
terhadap dampak kenaikan muka air laut. Salah satu kota pesisir yang paling rentan ialah
Kota Jakarta, karena fungsinya sebagai Ibu Kota negara yang merupakan pusat pembangunan
Indonesia. Oleh karena itu, pada penelitian ini diidentifikasi risiko dampak kenaikan muka air
laut di Jakarta khususnya Jakarta Utara untuk memberikan alternatif adaptasi yang sesuai
dengan karakter kerentanan Kota Jakarta. Penelitian ini menilai tingkat risiko kenaikan muka
air laut di Jakarta khususnya Jakarta Utara yang 45,29% wilayahnya berada di ketinggian
dibawah 1 meter. Untuk menilai tingkat risiko tersebut terlebih dahulu dilakukan dengan
mengidentifikasi faktor kerentanan Kota Jakarta, yaitu kerentanan sosial kependudukan,
ekonomi, dan fisik kota. Penilaian bobot kerentanan ini dilakukan dengan metode AHP.
Setelah diketahui masing-masing bobot faktor kerentanan tersebut, selanjutnya dilakukan
overlay peta bahaya kenaikan muka air laut tahun 2010-2050 dengan peta kerentanan
sehingga menghasilkan peta risiko kenaikan muka air laut Kota Jakarta Utara tahun 2010-
2050. Berdasarkan hasil tinjauan lokasi berisiko dan pemanfaatan ruang menurut RTRW
2010, terdapat beberapa kawasan pengembangan penting seperti kawasan industri dan
pemanfaatan ruang pemukiman yang berada pada lokasi paling berisiko tinggi yaitu berada di
Kelurahan Penjaringan yang merupakan kelurahan berisiko tertinggi di Jakarta Utara.
Kata kunci: kenaikan muka air laut, risiko, rentan, Kota Jakarta
Abstract
The rate of sea level rise in Indonesia that reaches 20-100 cm in 100 years (WWF and IPCC,
1999) resulted in a growing vulnerability of major cities in Indonesia to the impacts of sea
level rise. One of the most vulnerable coastal cities is the city of Jakarta, as its function as a
state capital that is central to the development of Indonesia. Therefore, in this study identified
the risk impact of sea level rise in North Jakarta Jakarta in particular to provide an alternative
adaptation to suit the character of the vulnerability of Jakarta. This study assess the risk of sea
level rise in North Jakarta Jakarta, especially 45.29% of the area is located at a height below
1 meter. Assess the risk level is done by first identifying the vulnerability factor of Jakarta, the
social vulnerability of population, economic, and physical city. Weight of the vulnerability
assessment is performed by the method of AHP. Having known each weighting factor of
vulnerability, then be overlaid hazard maps of sea level rise in 2010-2050 to map the
vulnerability resulting risk maps of sea level rise in North Jakarta in 2010 to 2050. Based on
the review sites at risk and use of space by RTRW 2010, there are some important areas such
as industrial park development and utilization of space settlements that are at least high-risk
locations that are in the Village of Penjaringan which is the highest-risk villages in North
Jakarta.
129
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
130
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
Selain itu dampak lain yang sangat dirasakan tepat sasaran perlu diketahui pada lokasi mana
ialah terjadi intrusi air yang juga dipicu oleh saja yang terindentifikasi berisiko terhadap
terjadinya land subsidence, diperkirakan dampak kenaikan muka air laut. Oleh karena
diperkirakan pada periode antara 2050 hingga itu, penelitian ini bertujuan untuk
2070, maka intrusi air laut akan mencakup mengidentifikasi lokasi di Kota Jakarta Utara
50% dari luas wilayah Jakarta Utara (Fakultas yang berisiko terkena bahaya kenaikan muka
Geografi UGM, 2007). Selain itu dampak lain air laut dengan menilai seberapa besar tingkat
kenaikan muka air laut ialah terjadinya kerentanannya yang kemudian disusun
kerusakan ekosistem mangrove, erosi pantai, alternatif perencanaan adaptasi pada area
dan sedimentasi. berisiko.
131
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
Gambar 2
Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka
Air Laut Tahun 2020
132
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
Dibandingkan dengan tahun 2010, pada tahun dilihat pada Gambar 3, kelurahan Marunda
2020 jumlah kelurahan yang tergenang yang mengalami genangan terluas mengalami
mengalami pertambahan satu kelurahan yaitu peningkatan hingga 35% yaitu menjadi
pada Kelurahan Sungai Bambu. Walaupun 4.977.569,84 m2, sehingga mengakibatkan
lokasi Kelurahan Sungai Bambu ini tidak 62,8% luas kawasannya tergenang. Masih di
berhadapan langsung dengan pantai dan berada kecamatan yang sama dengan Marunda yaitu
diketinggian lebih dari 1 (satu) m, namun kelurahan Rorotan mengalami peningkatan
karena lokasinya yang dilalui Kali Sunter, luas genangan yang cukup pesat yaitu
mengakibatkan kelurahan ini menjadi mencapai 39,4% dari tahun 2020 dan 357%
tergenang akibat limpasan dari sungai tersebut dari tahun 2010. Hal itu dikarenakan pada
dengan luas genangannya hanya 12.383,5 m2. kelurahan ini hanya berada pada ketinggian
Kelurahan Marunda mengalami perluasan 0,1-0,6 m dpl (diatas permukaan laut),
daerah genangan pada tahun 2020 menjadi sehingga limpasan air dari kelurahan Marunda
3669410,3 m2 atau meningkat 49,7% dari cepat mengalir ke Rorotan.
tahun 2010.
Gambar 3
2.3 Identifikasi Bahaya Kenaikan Muka Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka
Air Laut Tahun 2030
Air Laut Tahun 2030
133
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
muka air laut dengan ketinggian 35 cm. bertambah menjadi 29 kelurahan yaitu
Berdasarkan penelitian dilakukan, diketahui Kelurahan Kelapa Gading Timur mengalami
bahwa luas genangan akibat kenaikan muka air genangan akibat kenaikan muka air laut
laut tersebut yaitu 26.918.430,12 m2 atau walaupun luasnya tidak signifikan yaitu hanya
19,29% dari luas Kota Jakarta Utara akan 0,2% dari luas kelurahannya, sedangkan
tergenang. Luas daerah yang tergenang ini Kelurahan Marunda yang kondisi
mengalami peningkatan 24,4% dari tahun genangannya sangat luas, terus mengalami
2030. Gambar 4 menunjukkan bahwa peningkatan hingga menutupi 84% dari luas
genangan semakin meluas di Kecamatan kelurahan Jakarta Utara. Begitu juga dengan
Cilincing yang berada di bagian timur Jakarta Kelurahan Rorotan yang mengalami genangan
Utara dan Kecamatan Penjaringan yang berada cukup luas yaitu hingga 42,25%. Di
di bagian Barat Jakarta Utara. Namun, untuk Kecamatan Penjaringan juga terdapat beberapa
Kecamatan yang berada di bagian tengah kelurahan yang kondisinya cukup
seperti Kecamatan Tanjung Priuk tidak mengkhawatirkan yaitu Kelurahan Kapuk
mengalami genangan yang serius karena Muara dengan luas genangan 45% dan
dataran daerah lebih tinggi yaitu 1-2 m dpl Kelurahan Pluit dengan luas genangan 37%.
(diatas permukaan laut).
Daerah yang mengalami genangan yaitu selain
Gambar 4 berhadapan langsung dengan pantai, sebagian
Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka besar daerah tersebut berada di dekat aliran
Air Laut Tahun 2040
sungai. Akibat adanya efek pembendungan
oleh kenaikan muka air laut, maka kecepatan
aliran sungai di muara semakin lambat dan
laju sedimentasi di muara akan bertambah.
Pendangkalan muara akan menimbulkan efek
pembendungan yang cukup signifikan yang
berperan dalam meningkatkan frekuensi banjir
karena kapasitas sungai yang tidak diimbangi
oleh debit sungai. Hal ini yang menyebabkan
tergenangnya suatu daerah di sekitar aliran
sungai, selain memiliki topografi landai,
kemiringan tanah kecil. Kondisi itulah yang
terjadi di Kelurahan Marunda dan Rorotan
yang dialiri aliran Sungai Cakung serta berada
di ketinggian yang cukup rendah. Hingga
proyeksi kenaikan muka air laut tahun 2050,
Sumber: Hadi, dkk., 2007 kelurahan yang tidak tergenang yaitu
Keluarahan Kelapa Gading Barat dan Sunter
2.5 Identifikasi Bahaya Kenaikan Muka
Jaya karena kedua kelurahan itu berada di
Air Laut Tahun 2050
daerah paling selatan Jakarta Utara dan tidak
dilewati daerah rawan genangan akibat aliran
Pada Gambar 5 menunjukkan kelurahan-
sungai.
kelurahan di Jakarta Utara yang tergenang
akibat kenaikan muka air laut. Pada proyeksi
tahun 2050, jumlah kelurahan yang tergenang
134
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
135
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
Luas
Pemukiman
Panjang
Jalan di
RT belum Kondisi
Indeks
Alternatif rencana adaptasi non struktural ini
Kelurahan terlayani PAM Limbah
di Lokasi Lokasi Kerentanan
Rentan (%) Rentan (m)
(%) RT disusun berupa kebijakan dan perencanaan tata
Kalibaru 47,645 26.421,35 79,59 Lancar 0,583
Kamal
14,907 62.470,02 100 Lancar 0,478
ruang yang sesuai dengan karakteristik bahaya
Muara
Kebon
43,295 22.272,34 20 Tergenang 0,492
dan kerentanannya. Alternatif ini disusun
Bawang
Lagoa 98,654 32.041,05 10,82 Tergenang 0,527 berdasarkan pada tiap kelurahan yang memiliki
Penjaringan 58,424 49.789,80 53,92 Tergenang 0,654
Rawabadak
38,022 9993,88 36,35 Tergenang 0,496
fungsi pemanfaatan ruang tertentu dan dilihat
Selatan
Semper
74,205 29.440,47 58,59 Lancar 0,495 bagaimana tingkat risiko dari kelurahan
Barat
Total 53,593 232.428,9 51,324 0,532 tersebut, sehingga dapat menjadi bahan
Sumber: Hasil Analisis, 2009
evaluasi bagi perencanaan penataan ruang
3. Adaptasi Kenaikan Paras Muka Air Kota Jakarta Utara berbasis mitigasi
Laut Implementasi Penataan Ruang selanjutnya.
136
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
137
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
138
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
139
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
140
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
rekayasa teknis bangunan tahan bencana. daerah sekitarnya menjadi tergenang. Hal
Adaptasi ini penting untuk dilaksanakan untuk itulah yang terjadi di Kelurahan Marunda,
melindungi suatu wilayah ataupun kota Rorotan, Penjaringan, Pluit, dan lain
terhadap potensi bahaya di suatu wilayah atau sebagainya. Tanggul di sekitar sungai ini
kota tersebut. Bencana akibat kenaikan muka terutama pada kelurahan yang dilalui
air laut, banjir, ataupun land subsidence Sungai Cakung, Sungai Sunter, Sungai
tentunya akan berdampak pada rusaknya lahan Pesanggrahan, Sungai Ciliwung.
terbangun dan lingkungan yang
mengakibatkan kerugian secara ekonomi, oleh 3) Penghijauan di sekitar sungai dan waduk.
karena itu diperlukan suatu rekayasa teknologi Hal ini berfungsi sebagai daerah tangkapan
ataupun struktur bangunan untuk mengurangi air atau daerah resapan akibat luapan
kerugian tersebut. Kota Jakarta sangat rawan sungai, sehingga dapat mengurangi
akan ketiga bencana tersebut, sehingga selain dampak banjir di daerah sekitarnya.
diperlukan adaptasi non struktural yaitu berupa Penghijauan ini dilakukan di sekitar
kebijakan dan perencanaan tata ruang berbasis Sungai Cakung, Sungai Sunter, Sungau
mitigasi bencana juga perlu didukung oleh Pesanggaragan, Muara Karang, Waduk
adaptasi strukjtural untuk melindungi Kota Pluit, Sunter, dan Marunda.
Jakarta dari bahaya tersebut.
4) Pembangunan Polder. Polder adalah
Berdasarkan hasil identifikasi lokasi yang sekumpulan dataran rendah yang
berisiko kenaikan muka air laut dan tinjauan membentuk kesatuan hidrologis artifisial
terhadap bahaya banjir serta land subsidence, yang dikelilingi oleh tanggul (dijk/dike).
maka dapat dirumuskan alternatif adaptasi Pembangunan polder ini terutama pada
struktural yang sesuai dengan lokasi berisiko kawasan Kapuk Muara, Kelurahan Sutnter,
tersebut, antara lain: Kelapa Gading, dan Marunda.
1) Sea Wall/Tanggul Laut, berguna untuk
melindungi lahan dari ancaman gelombang 5) Penanaman dan pemeliharaan mangrove.
serta pelindung pantai terhadap erosi Hutan mangrove ini dapat berfungsi
pantai. Namun, banyak hal yang perlu sebagai peredam gelombang dan angin,
dipertimbangkan dalam pembangunan pelindung dari abrasi dan pengikisan
tanggul, seperti bentuk bangunan, lokasi, pantai oleh air laut, penahan intrusi air laut
stabilitas bangunan dan tanah fondasi serta ke darat, penahan lumpur dan perangkap
biaya. Oleh karena itu, sebaiknya tanggul sedimen. Selain itu, biaya penanaman dan
ini dibangun di kawasan industri, pemeliharaan hutan mangrove ini tidaklah
pemukiman, dan lain sebagainya. Kawasan mahal. Penanaman dan pemeliharaan
beresiko yang dapat dibangun tanggul, mangrove terutama di sepanjang
yaitu Sepanjang Kelurahan Kamal Muara Kelurahan Kamal Muara hingga
hingga Penjaringan dan Kelurahan Penjaringan.
Marunda hingga Cilincing.
6) Rumah Panggung. Rumah panggung
2) Tanggul di sekitar sungai. Kenaikan muka merupakan salah satu bentuk adaptasi yang
air laut mengakibatkan volume air sungai sesuai untuk perumahan yang berada di
meningkat akibat dorongan dari air laut kawasan pesisir dan sering mengalami
tersebut. Hal itu juga mengakibatkan banjir, terutama banjir air pasang.
141
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
142
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
2. Perlu adanya pembatasan, peraturan yang distribusi barang, perdaganan, dan jasa
ketat dan tindakan yang tegas oleh terdapat di kecamatan ini. Hal ini
pemerintahan dalam mengendalikan mengakibatkan daerah ini rawan terjadi
pembangunan di kawasan beresiko, penurunan permukaan tanah akibat
terutama di Kecamatan Penjaringan yang struktur bangunan. Oleh karena itu, perlu
merupakan Kecamatan dengan berbagai adanya pengendalian pembangunan dan
pusat kegiatan baik perdagangan dan jasa, pembatasan jumlah lantai bangunan;
industri, pemukiman, dan kawasan
prioritas. Namun, pengembangan tersebut 6. Perlu mengantisipasi permasalan kenaikan
kurang memperhatikan kondisi lingkungan muka air laut di Kecamatan Cilincing
kecamatan setempat sehingga berdampak dengan menjadikan Kelurahan Marunda
pada tingginya bahaya bencana di sebagai kawasan lindung atau daerah
kecamatan ini terutama kelurahan tangkapan air, agar dapat mengurangi
Penjaringan; risiko kenaikan muka air laut bagi
kelurahan sekitarnya. Apalagi di
3. Ancol merupakan daerah primadona dan Kecamatan ini terdapat dua industri besar
daerah ini sudah dilengkapi dengan yaitu kawasan industri PPL di Kalibaru
infrastruktur pengendali banjir yang dapat dan Berikat Nusantara di Sukapura,
mengurangi resiko banjir di kawasan ini. bahkan sebagian besar penduduk di
Namun, yang perlu diperhatikan daerah Kecamatan ini merupakan penduduk
sekitarnya mengalami banjir, yaitu di Jalan pendatang yang bekerja sebagai buruh di
RE Martadinata yang berada di Kelurahan kedua industri tersebut. Hal itu yang
Pademangan dan menjadi jalan akses berdampak pada tingginya pemukiman
masuk Ancol sering mengalami banjir. kumuh di Kecamatan ini, untuk mengatasi
Oleh karena itu, diperlukan suatu permasalahan itu perlu adanya
pengembangan teknologi dalam mengatasi pengendalian jumlah penduduk pendatang
masalah tersebut; dan perlu adanya penataan pemukiman
kumuh dengan program Kampung
4. Kelapa Gading merupakan kawasan elit di Improvement Program.
Jakarta Utara yang memiliki pembangunan
yang terus meningkat dengan cepat. 7. Mengurangi penggunaan air tanah secara
namun, tidak disesuaikan dengan kondisi berlebihan yaitu dengan menerapkan
lingkungan dengan kondisi lingkungan regulasi mengenai penggunaan air tanah
Kelapa Gading yang rawan banjir dan secara lebih ketat terutama untuk industri
merupakan dataran rawa. Oleh karena itu, dan memberlakukan peraturan penggunaan
selain diperlukan pengendalian yang ketat air tanah di tingkat rumah tangga.
terhadap pembangunan di kawasan ini, Peraturan penggunaan air ini juga dapat
diperlukan pembebasan lahan unuk dilakukan dengan membuat membuat
pembangunan poler dan daerah tangkapan insentif dan disinsentif, yaitu mengurangi
air; biaya bagi para pengguna PAM, dan
menerapkan pajak bagi pengguna air
5. Tanjung Priok merupakan pusat tanah. Mengingat masih belum banyaknya
pertumbuhan Kota Jakarta Utara, berpusat rumah tangga yang belum terlayani PAM,
pemerintahan, industri, transportasi, seperti di Kelurahan Kamal Muara yang
143
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011
144