Anda di halaman 1dari 16

Dwi Resti Pratiwi

Adaptasi Penataan Ruang Terhadap Risiko Kenaikan Muka Air Laut (Sea Level Rise) di Jakarta Utara
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No. 2, Agustus 2011, hlm.129 - 144

ADAPTASI PENATAAN RUANG TERHADAP RISIKO KENAIKAN


MUKA AIR LAUT (SEA LEVEL RISE) DI JAKARTA UTARA

Dwi Resti Pratiwi

Postgraduate University of Postdam Germany


Am Neuen Palais 10 Potsdam, Jerman
E-mail: tiez_gurl21@yahoo.com

Abstrak

Laju kenaikan muka air laut di Indonesia yang mencapai 20-100 cm dalam waktu 100 tahun
(WWF dan IPCC, 1999), mengakibatkan semakin rentannya kota-kota besar di Indonesia
terhadap dampak kenaikan muka air laut. Salah satu kota pesisir yang paling rentan ialah
Kota Jakarta, karena fungsinya sebagai Ibu Kota negara yang merupakan pusat pembangunan
Indonesia. Oleh karena itu, pada penelitian ini diidentifikasi risiko dampak kenaikan muka air
laut di Jakarta khususnya Jakarta Utara untuk memberikan alternatif adaptasi yang sesuai
dengan karakter kerentanan Kota Jakarta. Penelitian ini menilai tingkat risiko kenaikan muka
air laut di Jakarta khususnya Jakarta Utara yang 45,29% wilayahnya berada di ketinggian
dibawah 1 meter. Untuk menilai tingkat risiko tersebut terlebih dahulu dilakukan dengan
mengidentifikasi faktor kerentanan Kota Jakarta, yaitu kerentanan sosial kependudukan,
ekonomi, dan fisik kota. Penilaian bobot kerentanan ini dilakukan dengan metode AHP.
Setelah diketahui masing-masing bobot faktor kerentanan tersebut, selanjutnya dilakukan
overlay peta bahaya kenaikan muka air laut tahun 2010-2050 dengan peta kerentanan
sehingga menghasilkan peta risiko kenaikan muka air laut Kota Jakarta Utara tahun 2010-
2050. Berdasarkan hasil tinjauan lokasi berisiko dan pemanfaatan ruang menurut RTRW
2010, terdapat beberapa kawasan pengembangan penting seperti kawasan industri dan
pemanfaatan ruang pemukiman yang berada pada lokasi paling berisiko tinggi yaitu berada di
Kelurahan Penjaringan yang merupakan kelurahan berisiko tertinggi di Jakarta Utara.

Kata kunci: kenaikan muka air laut, risiko, rentan, Kota Jakarta

Abstract

The rate of sea level rise in Indonesia that reaches 20-100 cm in 100 years (WWF and IPCC,
1999) resulted in a growing vulnerability of major cities in Indonesia to the impacts of sea
level rise. One of the most vulnerable coastal cities is the city of Jakarta, as its function as a
state capital that is central to the development of Indonesia. Therefore, in this study identified
the risk impact of sea level rise in North Jakarta Jakarta in particular to provide an alternative
adaptation to suit the character of the vulnerability of Jakarta. This study assess the risk of sea
level rise in North Jakarta Jakarta, especially 45.29% of the area is located at a height below
1 meter. Assess the risk level is done by first identifying the vulnerability factor of Jakarta, the
social vulnerability of population, economic, and physical city. Weight of the vulnerability
assessment is performed by the method of AHP. Having known each weighting factor of
vulnerability, then be overlaid hazard maps of sea level rise in 2010-2050 to map the
vulnerability resulting risk maps of sea level rise in North Jakarta in 2010 to 2050. Based on
the review sites at risk and use of space by RTRW 2010, there are some important areas such
as industrial park development and utilization of space settlements that are at least high-risk
locations that are in the Village of Penjaringan which is the highest-risk villages in North
Jakarta.

Keywords: sea level rise, risk, vulnerable, City of Jakarta

129
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

1. Pendahuluan menyangga beban lingkungan yang berat


akibat pemanfaatan yang tak terkendali, tidak
Berdasarkan koreksi yang telah diumumkan teratur, serta tidak mempertimbangkan
oleh PBB tahun 2008, Indonesia memiliki penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.
garis pantai 95.181 km, yang menjadikan
Hal ini diperberat oleh kenyataan bahwa
Indonesia merupakan negara dengan garis wilayah pesisir rentan terhadap perubahan
pantai terpanjang ke-empat di dunia dimana lingkungan dan bencana alam karena pengaruh
60% penduduknya terkonsentrasi di kawasan besar dari daratan dan lautan seperti kenaikan
pesisir atau berada dalam radius 50 km dari muka air laut.
garis pantai (Soenarno, 2003). Hal itu
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan Hal itulah yang dialami oleh Kota Jakarta yang
salah satu negara pesisir yang berisiko tingggi
berfungsi sebagai Ibu Kota Indonesia, tentunya
terkena dampak perubahan iklim khususnya memiliki peran yang sangat vital bagi
dampak kenaikan muka air laut (sea level rise). pembangunan Indonesia, namun pada
Berdasarkan penelitian yang dilakukan World kenyataan kondisi saat ini pembangunan Kota
Bank dan Department for International Jakarta tidak terkendali lagi bahkan kurang
Development (2007) melaporkan bahwa suhu memperhatikan kondisi lingkungan. Hal itu
di Indonesia akan mengalami kenaikan sebesar juga yang menjadikan Kota Jakarta merupakan
1,30C sampai 4,60C pada tahun 2100 dengan kota yang berisiko terkena dampak kenaikan
laju kenaikan 0,10C sampai 0,40C yang akan
muka air laut.
meningkatkan kenaikan muka laut global di
Indonesia sebesar 20–100 cm dalam 100 tahun.
Bahaya kenaikan muka air laut di Jakarta saat
ini sudah semakin dirasakan dampaknya. Hal
Kondisi tersebut akan berdampak serius bagi itu dapat dilihat dengan kondisi lingkungan
pembangunan Indonesia, mengingat dalam
yang semakin rusak ditambah dengan
satu dekade belakangan ini, laju pemanfaatan
pembangunan di kawasan pesisir yang tidak
sumber daya pesisir mulai intensif untuk terkendali dan kurang memperhatikan daya
memenuhi kebutuhan penduduk dan kebutuhan
dukung lingkungan serta tidak
lahan pesisir untuk pemukiman. Hampir semua mempertimbangkan penggunaan teknologi
kota besar di Indonesia yaitu 75% berada di yang ramah lingkungan. Dampak yang sangat
wilayah pesisir, yang berfungsi menjadi lokasi
dirasakan di Kota Jakarta akibat kenaikan
pemukiman, perdagangan, perhubungan, muka air laut tersebut ialah peningkatan
pengembangan industri dan berbagai sektor
frekuensi dan intensitas banjir dikarenakan
lainnya. Bahkan 80% dari lokasi industri di efek pembendungan oleh adanya kenaikan
Indonesia juga terdapat di wilayah pesisir.
muka air laut yang mengurangi kecepatan
(www.lampungpost.com, 2007). Saat ini telah aliran air dan meningkatkan laju sedimentasi.
banyak pembangunan sektoral, regional,
Pendangkalan muara akan menimbulkan efek
swasta dan masyarakat mengambil tempat di pembendungan yang cukup signifikan yang
kawasan pesisir, seperti reklamasi pantai baik
berperan dalam meningkatkan frekuensi banjir
untuk sektor perikanan, pariwisata, maupun
karena kapasitas sungai yang tidak diimbangi
pengerukan untuk pertambangan lepas pantai, oleh debit sungai, hal ini dapat menyebabkan
dan pembangunan untuk menunjang sarana tergenangnya suatu daerah, yakni daerah yang
perhubungan. Berkembangnya berbagai memiliki topografi landai, kemiringan tanah
kepentingan tersebut membuat wilayah pesisir kecil dan berada di bawah permukaan laut.

130
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

Selain itu dampak lain yang sangat dirasakan tepat sasaran perlu diketahui pada lokasi mana
ialah terjadi intrusi air yang juga dipicu oleh saja yang terindentifikasi berisiko terhadap
terjadinya land subsidence, diperkirakan dampak kenaikan muka air laut. Oleh karena
diperkirakan pada periode antara 2050 hingga itu, penelitian ini bertujuan untuk
2070, maka intrusi air laut akan mencakup mengidentifikasi lokasi di Kota Jakarta Utara
50% dari luas wilayah Jakarta Utara (Fakultas yang berisiko terkena bahaya kenaikan muka
Geografi UGM, 2007). Selain itu dampak lain air laut dengan menilai seberapa besar tingkat
kenaikan muka air laut ialah terjadinya kerentanannya yang kemudian disusun
kerusakan ekosistem mangrove, erosi pantai, alternatif perencanaan adaptasi pada area
dan sedimentasi. berisiko.

Walaupun terdapat berbagai dampak kenaikan 2. Identifikasi Risiko Bencana Kenaikan


muka air laut yang telah disebutkan diatas, Muka Air Laut
namun di Jakarta khsusnya Jakarta Utara
belum banyak diupayakan kegiatan-kegiatan Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
nyata untuk antisipasinya. Hal itu dapat hasil kajian kenaikan muka air laut yang telah
dimengerti karena terjadinya bahaya kenaikan dilakukan oleh KK Oseanografi ITB (Hadi
muka air laut yang relatif belum terasa dkk, 2007), maka pada penelitian ini data yang
termasuk kepastian skenarionya sehingga diperoleh tersebut diolah kembali dengan
kesadaran masyarakat untuk melakukan menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.2
tindakan antisipasi terhadap dampak yang untuk memperoleh informasi mengenai
terjadi masih kurang dilaksanakan. Pemerintah kenaikan muka air laut di Jakarta Utara.
sendiri belum menyusun strategi dan program Tampilan peta yang digunakan dalam
yang diakomodasikan dalam kegiatan penelitian ini berbeda dengan yang digunakan
pembangunan baik secara sektor maupun oleh penelitian yang dilakukan sebelumnya
daerah. Bahkan di tingkat nasional pun saat ini yaitu Peta Land Use DKI Jakarta 2003 skala
belum ada kebijakan atau strategi khusus 1:1000 yang diperoleh dari Departemen
semacam rencana aksi nasional terkait dengan Pemetaan dan Pertahanan DKI, pada penelitian
isu perubahan iklim khususnya kenaikan muka ini digunakan peta land use Jabodetabekjur
air laut. Berdasarkan hasil wawancara 2004 skala 1:25.000.
Bappenas sendiri saat ini belum menyusun
startegi adaptasi kenaikan muka air laut, BNPB 2.1 Identifikasi Bahaya Kenaikan Muka
pun belum menyusun pedoman penilaian Air Laut Tahun 2010
kerentanan suatu wilayah terhadap bencana
kenaikan muka air laut. Berdasarkan pada Berdasarkan hasil penelitian kenaikan muka air
kondisi yang disebutkan di atas yaitu dampak laut dengan skenario maksimum yaitu 1
kenaikan muka air laut yang semakin terasa cm/tahun dengan kenaikan muka air laut
dampaknya namun belum adanya tindakan menjadi 5 cm, maka didapat daerah genangan
antisipasi berupa kebijakan dan strategi khusus yang ditunjukkan seperti pada Gambar 1 Luas
dalam merencanakan adaptasi, maka dalam daerah yang menggenangi Jakarta Utara ini
penelitian ini akan disusun alternatif rencana yaitu seluas 9.116.872,37 m2 atau
adaptasi terhadap dampak kenaikan muka air menggenangi 6,54% dari total wilayah Jakarta
laut. Namun yang perlu diketahui dalam Utara. Bila dilihat dari lokasi genangannya,
menyusun rencana adaptasi agar sesuai dan daerah yang tergenang sebagian besar bukan

131
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

berhadapan langsung dengan pantai melainkan seluruh kelurahannya tergenang dengan


daerah yang dilalui oleh sungai,yaitu Sungai kelurahan terparah yaitu Kelurahan Pluit
Pesanggrahan, Ciliwung, Sunter, dan Cakung. dengan luas genangan 1.152.019,33 m2 atau
Sungai-sungai tersebutlah yang menyebabkan 14,9% luas kawasannya tergenang.
terjadinya Jakarta Utara tergenang.
2.2 Identifikasi Bahaya Kenaikan Muka
Gambar 1 Air Laut Tahun 2020
Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka Hasil skenario maksimum penelitian kenaikan
Air Laut Tahun 2010
muka air laut 1 (satu) cm/tahun yaitu dengan
ketinggian kenaikan muka air laut 15 cm pada
tahun 2020, maka luas genangan yang
ditimbulkan akibat kenaikan muka air laut
tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
Berdasarkan hasil penelitian, luas genangan
pada tahun 2020 meningkat sebanyak 68% dari
tahun 2010, yaitu menjadi 15.491.911,5 m2
atau 11,03% dari luas Kota Jakarta Utara
tergenang.

Gambar 2
Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka
Air Laut Tahun 2020

Sumber: Hadi, dkk., 2007

Kelurahan-kelurahan yang mengalami


genangan cukup luas merupakan kelurahan
yang berada di dua kecamatan yaitu lokasi
paling barat yaitu Kecamatan Penjaringan dan
lokasi paling timur yaitu Kecamatan Cilincing.
Pada kecamatan Cilincing selain dilalui oleh
dua aliran sungai yaitu Cakung dan
Sunter,sebagian besar wilayahnya berada
diketinggian dibawah 1 (satu) m dpl (diatas
permukaan laut). Pada kecamatan ini juga
terdapat kelurahan yang mengalami daerah
genangan cukup luas yaitu Kelurahan Marunda
dengan luas genangan 2.450.218,5 m2 atau
30,9% kawasannya tergenang. Selanjutnya
kecamatan yang mengalami genangan cukup Sumber: Hadi, dkk, 2007
parah yaitu Kecamatan Penjaringan, dimana

132
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

Dibandingkan dengan tahun 2010, pada tahun dilihat pada Gambar 3, kelurahan Marunda
2020 jumlah kelurahan yang tergenang yang mengalami genangan terluas mengalami
mengalami pertambahan satu kelurahan yaitu peningkatan hingga 35% yaitu menjadi
pada Kelurahan Sungai Bambu. Walaupun 4.977.569,84 m2, sehingga mengakibatkan
lokasi Kelurahan Sungai Bambu ini tidak 62,8% luas kawasannya tergenang. Masih di
berhadapan langsung dengan pantai dan berada kecamatan yang sama dengan Marunda yaitu
diketinggian lebih dari 1 (satu) m, namun kelurahan Rorotan mengalami peningkatan
karena lokasinya yang dilalui Kali Sunter, luas genangan yang cukup pesat yaitu
mengakibatkan kelurahan ini menjadi mencapai 39,4% dari tahun 2020 dan 357%
tergenang akibat limpasan dari sungai tersebut dari tahun 2010. Hal itu dikarenakan pada
dengan luas genangannya hanya 12.383,5 m2. kelurahan ini hanya berada pada ketinggian
Kelurahan Marunda mengalami perluasan 0,1-0,6 m dpl (diatas permukaan laut),
daerah genangan pada tahun 2020 menjadi sehingga limpasan air dari kelurahan Marunda
3669410,3 m2 atau meningkat 49,7% dari cepat mengalir ke Rorotan.
tahun 2010.
Gambar 3
2.3 Identifikasi Bahaya Kenaikan Muka Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka
Air Laut Tahun 2030
Air Laut Tahun 2030

Berdasarkan hasil penelitian kenaikan muka air


laut dengan asumsi terjadi kenaikan muka air
laut setinggi 25 cm pada tahun 2030, maka
mengakibatkan daerah genangan meluas dari
tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi pada
tahun ini belum adanya adaptasi terhadap
kenaikan muka air laut. Gambar 3
menunjukkan bahwa daerah yang berada di
sekitar aliran sungai mengalami perluasan. Air
sungai tersebut meluas akibat terjadi dorongan
dari air laut. Hal tersebut juga menunjukkan
bahwa terjadi intrusi air laut ke air tawar
sehingga ketersediaan air bersih pun semakin
berkurang. Pada tahun 2030 ini, diproyeksikan
bahwa daerah genangan bertambah menjadi
40,03% dari tahun 2020 dengan kata lain
daerah ini mengalami genangan seluas
21.554.043,45 m2 atau 15,44% luas
kawasannya tergenang.
Sumber: Hadi, dkk., 2007

Kelurahan-kelurahan yang diproyeksikan 2.4 Identifikasi Bahaya Kenaikan Muka


tergenang pada tahun 2030. Dikarenakan Air Laut Tahun 2040
jumlah genangan meningkat 40,03% dari tahun
2020, maka pada tiap kelurahan pun Pada proyeksi kenaikan muka air laut tahun
mengalami perluasan daerah genangan. Dapat 2040 ini menggunakan asumsi terjadi kenaikan

133
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

muka air laut dengan ketinggian 35 cm. bertambah menjadi 29 kelurahan yaitu
Berdasarkan penelitian dilakukan, diketahui Kelurahan Kelapa Gading Timur mengalami
bahwa luas genangan akibat kenaikan muka air genangan akibat kenaikan muka air laut
laut tersebut yaitu 26.918.430,12 m2 atau walaupun luasnya tidak signifikan yaitu hanya
19,29% dari luas Kota Jakarta Utara akan 0,2% dari luas kelurahannya, sedangkan
tergenang. Luas daerah yang tergenang ini Kelurahan Marunda yang kondisi
mengalami peningkatan 24,4% dari tahun genangannya sangat luas, terus mengalami
2030. Gambar 4 menunjukkan bahwa peningkatan hingga menutupi 84% dari luas
genangan semakin meluas di Kecamatan kelurahan Jakarta Utara. Begitu juga dengan
Cilincing yang berada di bagian timur Jakarta Kelurahan Rorotan yang mengalami genangan
Utara dan Kecamatan Penjaringan yang berada cukup luas yaitu hingga 42,25%. Di
di bagian Barat Jakarta Utara. Namun, untuk Kecamatan Penjaringan juga terdapat beberapa
Kecamatan yang berada di bagian tengah kelurahan yang kondisinya cukup
seperti Kecamatan Tanjung Priuk tidak mengkhawatirkan yaitu Kelurahan Kapuk
mengalami genangan yang serius karena Muara dengan luas genangan 45% dan
dataran daerah lebih tinggi yaitu 1-2 m dpl Kelurahan Pluit dengan luas genangan 37%.
(diatas permukaan laut).
Daerah yang mengalami genangan yaitu selain
Gambar 4 berhadapan langsung dengan pantai, sebagian
Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka besar daerah tersebut berada di dekat aliran
Air Laut Tahun 2040
sungai. Akibat adanya efek pembendungan
oleh kenaikan muka air laut, maka kecepatan
aliran sungai di muara semakin lambat dan
laju sedimentasi di muara akan bertambah.
Pendangkalan muara akan menimbulkan efek
pembendungan yang cukup signifikan yang
berperan dalam meningkatkan frekuensi banjir
karena kapasitas sungai yang tidak diimbangi
oleh debit sungai. Hal ini yang menyebabkan
tergenangnya suatu daerah di sekitar aliran
sungai, selain memiliki topografi landai,
kemiringan tanah kecil. Kondisi itulah yang
terjadi di Kelurahan Marunda dan Rorotan
yang dialiri aliran Sungai Cakung serta berada
di ketinggian yang cukup rendah. Hingga
proyeksi kenaikan muka air laut tahun 2050,
Sumber: Hadi, dkk., 2007 kelurahan yang tidak tergenang yaitu
Keluarahan Kelapa Gading Barat dan Sunter
2.5 Identifikasi Bahaya Kenaikan Muka
Jaya karena kedua kelurahan itu berada di
Air Laut Tahun 2050
daerah paling selatan Jakarta Utara dan tidak
dilewati daerah rawan genangan akibat aliran
Pada Gambar 5 menunjukkan kelurahan-
sungai.
kelurahan di Jakarta Utara yang tergenang
akibat kenaikan muka air laut. Pada proyeksi
tahun 2050, jumlah kelurahan yang tergenang

134
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

Gambar 5 indeks kerentanan paling tinggi yaitu


Daerah Tergenang Akibat Kenaikan Muka Kelurahan Penjaringan. Kelurahan
Air Laut Tahun 2050 Penjaringan ini terdapat di Kecamatan
Penjaringan dengan jumlah penduduk yang
sangat padat yaitu 142,09 jiwa/ha, rumah
tangga yang berada di pemukiman kumuh
mencapai 41,89% walaupun yang tertinggi
yaitu Kelurahan Kamal Muara mencapai
61,85%. Selain itu karena Kelurahan
Penjaringan diperuntukan sebagai kawasan
industri, maka jumlah perusahaan industri di
Kelurahan ini cukup banyak yaitu berjumlah
148 perusahaan atau 10% dari total perusahaan
di Jakarta Utara berada di Kelurahan ini.
Kondisi tersebut justru menjadikan kelurahan
ini menjadi sangat rentan karena kelurahan ini
sering mengalami banjir terutama banjir rob,
bahkan pada banjir Jakarta terparah pada tahun
2007, kelurahan ini diidentifikasi sebagai
kelurahan yang mengalami banjir terparah
Sumber: Hadi, dkk., 2007 yaitu tinggi banjir saat itu mencapai 2 (meter)
dan lebih dari 4000 rumah tergenang.
2.6 Tingkat Kerentanan Terhadap
Kenaikan Muka Air Laut Gambar 6
Peta Kerentanan terhadap Kenaikan
Kerentanan total ini didapat dari hasil Muka Air Laut
gabungan atau kombinasi dari kerentanan
ekonomi, fisik, dan sosial. Pada Gambar 6
menunjukkan tingkat kerentanan terhadap
bencana kenaikan muka air laut. Dari peta
tingkat kerentanan ini diketahui bahwa
kelurahan yang tergolong kerentanan tinggi
yaitu Kalibaru dengan luas daerah rentan
239,09 ha, Kamal Muara dengan luas 597,83
ha, Kebon Bawang dengan luas 74,77 ha,
Lagoa dengan luas 156,71 ha, Penjaringan
dengan luas 447,94, Rawabadak Selatan Tabel 1
dengan luas 44,22 ha, dan Semper Barat Kelurahan Tingkat Kerentanan Tinggi
dengan luas 117,26. Total luas daerah rentan terhadap Kenaikan Muka Air Laut
Luas Kepadatan Rumah Tangga Rumah
Jumlah
Kelurahan Daerah Penduduk di Pemukiman Tangga
tinggi yaitu 1677,82 atau 12,02% dari seluruh Rentan (ha) (Jiwa/ha) Kumuh (%)
Industri
Miskin (%)
Kalibaru 239,09 183,21 24,03 19 83,52
luas Kota Jakarta Utara. Kamal
597,83 6,09 61,85 178 33,66
Muara
Kebon
74,77 332,98 11,02 5 9,13
Bawang
Pada hasil analisis tingkat kerentanan ini, Lagoa 156,71 366,51 12,67 25 17,27
Penjaringan 447,94 142,09 41,89 148 42,67
didapatkan bahwa kelurahan yang memiliki Rawabadak
44,22 329,44 11,01 2 20,52
Selatan

135
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

Luas Kepadatan Rumah Tangga Rumah


Kelurahan Daerah Penduduk di Pemukiman
Jumlah
Tangga
3.1 Alternatif Rencana Adaptasi Penataan
Industri
Semper
Rentan (ha) (Jiwa/ha) Kumuh (%) Miskin (%) Ruang (Non Struktural) Terhadap Dampak
117,26 389,95 1,6 16 13,93
Barat Kenaikan Muka Air Laut
Total 1677,82 250,039 23,439 393 31,529

Luas
Pemukiman
Panjang
Jalan di
RT belum Kondisi
Indeks
Alternatif rencana adaptasi non struktural ini
Kelurahan terlayani PAM Limbah
di Lokasi Lokasi Kerentanan
Rentan (%) Rentan (m)
(%) RT disusun berupa kebijakan dan perencanaan tata
Kalibaru 47,645 26.421,35 79,59 Lancar 0,583
Kamal
14,907 62.470,02 100 Lancar 0,478
ruang yang sesuai dengan karakteristik bahaya
Muara
Kebon
43,295 22.272,34 20 Tergenang 0,492
dan kerentanannya. Alternatif ini disusun
Bawang
Lagoa 98,654 32.041,05 10,82 Tergenang 0,527 berdasarkan pada tiap kelurahan yang memiliki
Penjaringan 58,424 49.789,80 53,92 Tergenang 0,654
Rawabadak
38,022 9993,88 36,35 Tergenang 0,496
fungsi pemanfaatan ruang tertentu dan dilihat
Selatan
Semper
74,205 29.440,47 58,59 Lancar 0,495 bagaimana tingkat risiko dari kelurahan
Barat
Total 53,593 232.428,9 51,324 0,532 tersebut, sehingga dapat menjadi bahan
Sumber: Hasil Analisis, 2009
evaluasi bagi perencanaan penataan ruang
3. Adaptasi Kenaikan Paras Muka Air Kota Jakarta Utara berbasis mitigasi
Laut Implementasi Penataan Ruang selanjutnya.

Alternatif rencana adaptasi ini disusun 1. Alternatif Rencana Adaptasi Penataan


berdasarkan identifikasi daerah berisiko Ruang (Non Struktural) Di Kecamatan
kenaikan muka air laut yang dilihat dari tingkat Penjaringan
bahaya genangannya dan karakteristik Kecamatan Penjaringan ini merupakan
kerentanan ekonomi, sosial, dan fisik kecamatan yang paling berisiko terhadap
binaannya. Selain itu alternatif ini juga dampak kenaikan muka air laut maupun banjir.
mempertimbangkan kawasan-kawasan yang Walaupun diidentifikasi sebagai wilayah yang
rawan akan bahaya banjir dan mengalami land rentan terhadap bencana khususnya banjir,
subsidence cukup parah. Alternatif yang namun daerah ini tetap menjadi pusat berbagai
disusun ini dibuat berdasarkan pada dua jenis kegiatan di Kota Jakarta baik indutri,
yaitu adaptasi non struktural dan struktural. perdagangan, pemukiman, dan kawasan
Adaptasi non struktural yaitu upaya nonteknis prioritas lainnya.
yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan Tabel 2
tentang kegiatan manusia agar sejalan dan Alternatif Rencana Adaptasi Non Struktural di
sesuai dengan upaya mitigasi struktural Kecamatan Penjaringan
maupun upaya lainnya, dalam lingkup upaya 1. Kelurahan Penjaringan
Pemanfaatan Risiko/ Perencanaan Adaptasi Non
pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu Ruang Permasalahan Struktural
peraturan, dan berupa perencanaan wilayah, Kelurahan  Perlu adanya pengendalian
dengan risiko yang ketat dari pemerintah
dan asuransi. Adaptasi struktual yaitu upaya  Kawasan tinggi terhadap terhadap kegiatan industri
industri kenaikan muka  Kawasan inii kurang cocok
untuk mengurangi kerentanan (vulnerability)  Kawasan air laut dengan untuk di bangun rumah
pemanfaatan luas genangan susun dalam mengatasi
terhadap bencana atau meminimalkan dampak ruang untuk dalam 50 tahun pemukiman kumuh
yang ditimbulkan oleh bencana dengan cara pembangu- mencapai sebaiknya dilakukan dengan
nan rumah 13,6%-40,8%, Kampung Improvement
rekayasa teknis bangunan tahan bencana. susun di kepadatan Program.
pemukiman penduduk 149  Kawasan ini juga tidak
Diharapkan hasil dari alternatif rencana kumuh dan jiwa/ha, jumlah cocok untuk dibangun
untuk industri rumah susun mewah
adaptasi ini dapat bermanfaat bagi masukan masyarakat terbanyak, 48% ataupun apartemen
dan evaluasi untuk RTRW Jakarta selanjutnya. menengah rumah tangga mengingat daerah ini rawan
dan ke atas belum terlayani banjir dan untuk
 Pengemba- air bersih, dan mengendalikan penggunaan
ngan kawasan kondisi saluran air tanah
hijau binaan limbah rumah  Perlu adanya pengendalian
tangga ketat terhadap penggunaan
tergenang. air tanah dalam

136
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

Pemanfaatan Risiko/ Perencanaan Adaptasi Non Pemanfaatan Risiko/ Perencanaan Adaptasi


Ruang Permasalahan Struktural Ruang Permasalahan Non Struktural
Kelurahan ini  Penataan bantaran sungai daerah rawan subsidence
mengalami dari pemukiman kumuh dan banjir degan  Pemerintah perlu
bahaya banjir illegal dan pertegas salah satu melaksanakan secara
terparah di mengeani peraturan GSS lokasi dengan tegas mengenai
Jakarta akibat mengingat banyaknya bahaya banjir pemanfaatan kawasan
kenaikan air pemukiman kumuh sekitar
terparah ini sebagai kawasan
pasang mencapai sungai
 Mengalami lindung dan hijau
2 m dan tidak  Pengadaan Ruang Terbuka
dilengkapi Hijau atau Taman Kota penurunan binaan, serta sebagai
dengan  Pemerintah sebaiknya permukaan daerah tangkapan air.
infrastruktur melakukan sosialisasi tanah  Melakukan upaya
pengendali pembuatan sumur biopori terparah, yaitu mengatasi masalah
banjir yang mengingat daerah tersebut dari tahun banjir dengan
memadai. merupakan daerah padat 1982-1997 pembuatan
penduduk yang sangat mencapai 9,2 “tangkapan” air hujan
rawan banjir cm atau sumur biopori
pada tiap rumah
tangga.
2. Kelurahan Pluit Sumber: Hasil Analisis, 2009
Pemanfaatan Risiko/ Perencanaan Adaptasi
Ruang Permasalahan Non Struktural
 Permasalahan utama 2. Alternatif Rencana Adaptasi Penataan
daerah ini adalah prediksi
Berisiko terhadap
dampak kenaikan
luas genangan akibat Ruang (Non Struktural) Di Kecamatan
kenaikan muka air laut
muka air laut yaitu Kelapa Gading
yang luas dan banjir,
luas genangan
sehingga permasalahan
dalam waktu 50
tersebut harus menjadi Kelapa Gading merupakan kawasan elit di
 Pusat kegiatan tahun mencapai
fokus utama dalam Jakarta Utara, sebagian besar peruntukan
penunjang 14,9%-45,8%,
menjalankan fungsi daerah
(Pasar dan lahan terbangun di
fasilitas daerah ini cukup
ini sebagai pusat berbagai lahannya digunakan sebagai kawasan kawasan
kegiatan penunjang yaitu
kesehatan/ tinggi sehingga perumahan mewah, lengkap dengan komplek
difokuskan pada adaptasi
rumah sakit) meningkatkan
sumber daya air:
 Pemukiman risiko akibat
pembangunan taman kota perkantoran, mall dan apartment. Hal ini
nelayan dan luasnya genangan.
dengan penanaman pohon disebabkan daerah ini dipercaya membawa
wisata bahari Selain itu daerah
produktif dan
ini juga
merupakan daerah
meningkatkan keberuntungan bagi suatu etnis yang
pemeliharaan berkala
dengan bahaya berdampak pada tingginya para investor
terhadap waduk Pluit
banjir yang cukup
 Peningkatan kapasitas kali
parah.
kamal yang melalui ataupun pengusaha untuk mengembangkan
kelurahan Pluit ini. kawasan ini sebagai lahan bisnis mereka.
Daratan rawa itu kemudian diurug dengan
3. Kelurahan Kamal Muara
ribuan kubik tanah, dan ditanam dengan
Pemanfaatan Risiko/ Perencanaan Adaptasi
Ruang Permasalahan Non Struktural ratusan tiang-tiang pondasi. Peraturan Daerah
 Beresiko  Perlu adanya
tinggi pengendalian yang
peruntukan lahan tak digubris, dan hasil Amdal
terhadap ketat dar pemerintah dimodifikasi sedemikian rupa agar semua
kenaikan terhadap kegiatan
muka air laut industi di kawasan ini obsesi mereka terwujud, sehingga dalam
 Kawasan
dilihat, yaitu  Mesalah pemukiman jangka waktu beberapa tahun, daerah rawa
area kumuh dilakukan
industri
 Pemanfa-
tergenang dengan Kampung yang bernama Kelapa Gading itu berubah
seluas 3,8%, Improvement Program
atan ruang menjadi sebuah kawasan elit dengan berbagai
8,5% dalam (KIP), yaitu tidak
untuk
jangka waktu hanya dengan menata fasilitas perdagangan, jasa, dan perkantoran.
pengemba-
50 tahun, fisik lingkungan
ngan rumah
susun di
60% jumlah pemukiman kumuh Padahal daerah ini rawan bahaya banjir,
penduduk tersebut tertapi juga
kawasan
tinggal di disempurnakan dengan bahkan dampak dari banjir tersebut turut
kumuh
pemukiman program yang sifatnya menggenangi beberapa kawasan elit di Kelapa
 Pelestarian kumuh, 100% lebih komprehensif.
kawasan rumah tangga Gading yaitu di Jalan Boulvard dan sekitar
Program ini lebih
lindung belum cocok dibandingkan
memiliki dengan pembangunan Mall Kelapa Gading.
jumlah rumah susun yang
industri selain menambah
terbanyak bahaya banjir juga
 Merupakan dapat menambah land

137
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

Tabel 3 tentunya diperlukan perencanaan yang


Alternatif Rencana Adaptasi Non Struktural di menyeluruh dan berkelanjutan di kawasan ini
Kecamatan Kelapa Gading dengan memperhatikan daya dukung
1. Kelurahan Kelapa Gading
Pemanfaatan Perencanaan Adaptasi lingkungan di kawasan ini, agar dampak
Resiko/ Permasalahan
Ruang Non Struktural
Kelapa Gading
meminimalisasi dampak lingkungan akibat
merupakan kelurahan  Membangun daerah pembangunan di kawasan ini.
yang diidentifikasi tangkapan air atau
relatif aman terhadap mengembangkan
 Pusat kegiatan
genangan akibat kawasan hijau binaan Tabel 4
penunjang
kenaikan muka air laut berupa taman kota
(pasar) Alternatif Rencana Adaptasi Non Struktural di
untuk beberapa tahun untuk menanggulangi
 Pengemba- masalah banjir akibat
mendatang, namun Kecamatan Pademangan
ngan kawasan
permasalahan utama pembangunan yang
perdagangan,
daerah ini ialah terus meningkat 1. Kelurahan Pademangan
jasa, dan
permasalahan banjir.  Perlu adanya ketegasan Pemanfa- Resiko/ Perencanaan Adaptasi Non
perkantoran atan Ruang Permasalahan Struktural
Selain itu dari pemerintah dalam
 Pemanfaatan pembangunan yang pengendalian Kelurahan
 Perlu adanya peningkatan
ruang untuk meningkat pembangunan untuk  Pusat Pademangan ini
pengemba- sistem drainase di
mengakibatkan daerah property ataupun kegiatan relatif aman terhadap
ngan rumah sepanjangan Jalan RE
ini rawan akan perdagangan dan jasa utama dampak kenaikan
susun atau Martadinata berupa
penurunan permukaan mengingat daerah ini eksibisi dan muka air laut, namun
apartemen konstruksi yang kuat dan
tanah, bisa dilihat saat merupakan rawa yang informasi di beberapa lokasi
bagi kokoh serta pipa yang
ini terdapat delapan berfungsi sebagai bisnis di seperti Jalan RE
masyarakat cukup lebar. Hal ini untuk
bangunan apartemen daerah resapan air Kemayoran Martadinata sebagai
pendapatan mengurangi bahaya banjir
mewah di kelurahan  Pengelolaa sistem  Pusat jalan akses memasuki
menengah dan di sepanjang jalan ini.
ini, tentunya hal itu drainase yang baik dan perkantoran ancol rawan
ke atas  Peraturan yang ketat
akan berdampak pada pembangunan polder di di Jl RE mengalami bahaya
terhadap tinggi bangunan
pengambilan air tanah Kelapa Gading harus Martadinata banjir. Selain itu di
terutama di daerah
dalam secara segera direalisasikan  Pusat daerah Kemayoran
Kemayoran yang rawan
berlebihan perdagang- mengalami
bahaya Land subsidence.
an dan jasa penurunan
 Pembangunan rumah susun
 Kawasan permukaan tanah
sebagai penanggulangan
2. Kelurahan Pegangsaan Dua pengemba- hingga 9,2 cm
masalah pemukiman kumuh
Peman- Perencanaan ngan menurut penelitian
tahun 1982-1997. dapat dikembangkan di
faatan Resiko/ Permasalahan Adaptasi Non pemanfa-
Kemayoran kawasan ini tapi perlu
Ruang Struktural atan ruang
diidentifikasi sebagai memperhatikan
Kelurahan ini diidentifikasi Perlu adanya rumah susun
daerah yang infrastruktur
tidak berisiko terhadap dampak ketegasan dan untuk
penanggulangan banjir dan
 Kawasan kenaikan muka air laut, namun peraturan yang ketat kawasan mengalami land
penyediaan sarana dan
industri saat ini yang terjadi daerah ini dari pemerintah kumuh subsidence terparah
di Jakarta. prasarana yang memadai
di sepan- merupakan salah satu daerah mengenai
jang jalan rawan banjir dan mengalami pengendalian
Pegang- penurunan permukaan tanah kegiatan industri di
saan Dua hingga 7,2 cm berdasarkan data kawasan ini dan 2. Kelurahan Ancol
dari Dep. Pertambangan dan penggunaan air Peman-
energi tanah. Resiko/ Perencanaan Adaptasi Non
faatan
Permasalahan Struktural
Sumber: Hasil Analisis, 2009 Ruang
Kelurahan Ancol  Kawasan Ancol dapat
merupakan salah satu dikatakan sebagai kawasan
3. Alternatif Rencana Adaptasi Penataan kelurahan yang primadona Jakarta karena
mengalami dampak pengembangan properti,
Ruang (Non Struktural) Di Kecamatan  Pusat
kenaikan muka air laut rekreasi, dan bisnis sangat
kegiatan
Pademangan cukup parah yaitu dalam tinggi. Oleh karena itu,
utama
jangka waktu 50 tahun pembangunan tersebut
untuk
Kecamatan Pademangan ini identik dengan perdaga-
diprediksikan mencapai perlu memperhatikan
60% kawasannya akan kondisi daya dukung
kawasan pariwisata di Jakarta karena terdapat ngan
tergenang, namun karena lingkungan secara
pakaian
saat ini sudah komprehensif tidak hanya
objek wisata Ancol yang menjadi daya tarik jadi di
dikembangkan teknologi pada lokasi ancol saja tetapi
Kawasan
utama wisata di Kota Jakarta ini. Namun yang penanggulangan bahaya melihat analisis dampak
Mangga
air pasang, maka risiko lingkungan pada kawasan
Dua
sangat disayangkan terdapat kesenjangan  Pengem-
tersebut tidak menjadi sekitar
permasalahan di kawasan  Walaupun teknologi
pembangunan di kecamatan ini yaitu bangan
ini, yaitu terdapat 40 pengendali banjir telah
super
pompa sedot banjir di dilaksanakan, tapi karena
pembangunan lebih difokuskan pada kawasan blok kawasan rekreasi dan 22 pengembanngan
bertaraf di kawasan property.
Ancol saja, sedangkan sekitarnya seperti pembangunan yang sangat
internasio Namun kawasan ini meningkat perlu
nal di
Pademangan Timur masih banyak terdapat Ancol
rawan mengalami diperhatikan dalam
penurunan permukaan penggunaan air tanah
pemukiman kumuh. Strategisnya fungsi tanah cukup parah terutama air tanah dalam
terutama di daerah karena akan berdampak
kawasan ini sebagai objek wisata andalan mangga dua, dimana dari pada penurunan permukaan

138
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

Peman- pembangunan daerah ini mengakibatkan


Resiko/ Perencanaan Adaptasi Non
faatan
Permasalahan Struktural
Ruang terjadinya land subsidence di beberapa daerah
tahun 1982 -1997 tanah. Oleh karena itu,
mengalami penurunan kawasan ini perlu di Tanjung Priok, sehingga diperlukan
hingga 7,2 cm dikembangkan teknologi
penyulingan air laut pengendalian terhadap pembangunan di
menjadi air tawar kawasan ini baik jumlah maupun tinggi
Sumber: Hasil Analisis, 2009
bangunannya; sebaiknya pemanfaatan ruang
4. Alternatif Rencana Adaptasi Penataan berupa pembangunan rumah susun untuk
Ruang (Non Struktural) Di Kecamatan mengatasi masalah pemukiman kumuh tidak
Tanjung Priok dilaksanakan di kawasan ini, mengingat sudah
Kawasan Tanjung Priok merupakan pusat sangat tingginya pembangunan di kelurahan ini
pembangunan di Jakarta Utara, mengingat untuk berbagai kegiatan.
pusat pemerintahan terdapat di kelurahan ini.
Kelurahan ini juga terdapat pelabuhan terbesar 5. Alternatif Rencana Adaptasi Penataan
di Indonesia yang berskala internasional, Ruang (Non Struktural) Di Kecamatan
sehingga kawasan ini merupakan kawasan Koja
strategis di Jakarta dan menjadi pusat distribusi Kecamatan Koja merupakan kecamatan
barang. Selain itu pusat perdagangan dan jasa dengan jumlah penduduk terpadat di Jakarta
serta industri perakitan juga terdapat di Utara, yaitu mencapai 218,4 jiwa/ha atau 29%
kawasan ini, pembangunan yang terus penduduk Jakarta Utara bermukim di
meningkat tersebut berdampak pada penurunan Kecamatan ini, sehingga sebagian besar lahan
permukaan tanah yang cukup parah, walaupun di Kecamatan ini ditujukan sebagai
dampak kenaikan muka air laut relatif tidak pemukiman. Berdasarkan RTRW 2010,
berbahaya disebabkan tingginya lokasi Kecamatan ini dikembangkan sebagai pusat
kelurahan ini. kegiatan penunjang yaitu untuk perdagangan
dan pelayanan kesehatan skala regional dan
Berdasarkan hasil identifikasi risiko kenaikan lokal. Bila ditinjau dari risiko terhadap dampak
muka air laut, dan banjir dapat diketahui kenaikan muka air laut, daerah ini relatif aman,
bahwa daerah ini relative tidak berisiko namun kecamatan ini merupakan salah satu
terhadap kedua bahaya tersebut. Walaupun daerah rawan banjir yaitu di Kelurahan
beberapa ruas Jalan Yos Sudarso terkadang Rawabadak dan Tugu Utara.
rawan akan bencana banjir. Kawasan yang
terbilang aman terhadap bahaya banjir ini, Kelurahan ini tidak berisiko tinggi terhadap
menjadikan kelurahan ini sebagai pusat kenaikan muka air laut sampai dengan 50
pembangunan di Jakarta Utara, namun yang tahun mendatang, namun bencana banjir sering
perlu diperhatikan ialah perlu adanya dialami kelurahan ini. Ada tiga alternatif
pengendalian pembangunan agar perencanaan adaptasi non struktural di
pembangunan yang ada tetap memperhatikan daerah ini antara lain: tingginya jumlah
kondisi lingkungan. penduduk di kawasan ini mengakibatkan
banyaknya pemukiman kumuh, oleh
Ada dua alternatif perencanaan adaptasi non karena itu, pembangunan rumah susun
struktural di daerah ini antara lain: walaupun untuk mengatasi permasalahan pemukiman
daerah ini aman terhadap bahaya kenaikan kumuh dapat dilakukan di kawasan ini,
muka air laut dan banjir karena berada pada
mengingat penggunaan lahan sebagai pusat
dataran tinggi, namun meningkatnya

139
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

berbagai kegiatan kota tidak terlalu tinggi; Peman-


Resiko/ Perencanaan Adaptasi Non
faatan
Permasalahan Struktural
pembangunan rumah susun tersebut perlu Ruang
kiman kelurahan ini Improvement Program
dilengkapi dengan penyediaan air bersih kumuh mencapai 9,17%  Mengatasi masalah banjir di
hingga 31% kelurahan ini dapat dilakukan
yang memadai dan sistem drainase yang  Daerah ini juga dengan pembuatan sumur
mengalami resiko biopori di tiap rumah tangga
baik; tingginya jumlah pemukiman dan banjir

rentannya daerah ini terhadap banjir, maka


3. Kelurahan Kalibaru
untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya Peman-
Resiko/ Perencanaan Adaptasi Non
faatan
Permasalahan Struktural
sosialisasi terhadap pembuatan sumur Ruang
Kelurahan Kalibaru
biopori pada tiap rumah tangga agar diidentifikasi sebagai  Pembangunan rumah susun
kelurahan beresiko untuk mengatasi
mengurangi bahaya banjir tersebut.  Pemba-
tinggi terhadap permasalahan pemukiman
ngunan
kenaikan muka air kumuh sebaiknya tidak
rumah
laut, pada tahun 2010 dilaksanakan di kelurahan
susun
hingga 2050 ini karena daerah ini
6. Alternatif Rencana Adaptasi Penataan sederha-
diprediksikan luas beresiko terhadap kenaikan
na di
Ruang (Non Struktural) Di Kecamatan kawasan
genangan pada muka air laut dan dilihat
kelurahan ini mencapai dari karakteristik
permu-
Cilincing kiman
4,5%-6,5% walaupun penduduknya yang
luas genangannya sebagian besar berekonomi
Kecamatan Cilincing merupakan kecamatan kumuh
tidak terlalu luas rendah, maka tidak
 Kawasan namun di kelurahan memungkinkan bagi
yang diprediksikan mengalami genangan industri sangat rentan bahaya mereka untuk bertempat
selektif di
terluas akibat kenaikan muka air laut, terutama Pesisir
kenaikan muka air tinggal di rumah susun,
laut, yaitu dilihat dari karena akan menambah
dan
Kelurahan Marunda yang diprediksikan 84% Perairan
tingginya penduduk beban biaya hidup mereka.
miskin yang mencapai Oleh karena itu, sebaiknya
daerahnya akan tergenang pada tahun 2050. Laut
81%, kepadatan dilakukan penataan
(PPL)
penduduk 183 jiwa/ha pemukiman kumuh dengan
Bila dilihat penggunaan lahaannya saat ini, Marunda dan tingginya luas Kampung Improvement
kawasan terbangun di Kecamatan ini belum lahan terbangun yang Program
mencapai 92%.
terlalu tinggi, sehingga saat ini Kecamatan Sumber: Hasil Analisis, 2009
Cilincing belum berisiko tinggi terhadap risiko
kenaikan muka air laut karena dampak dan Kecamatan Cilincing ini juga merupakan
kerugiannya tidak terlalu besar. daerah rawan banjir karena dilalui oleh sungai
Cakung yang merupakan daerah aliran sungai
Tabel 5 berpotensi banjir. Oleh karena itu perlu adanya
Alternatif Rencana Adaptasi Non Struktural di
perencanaan adaptasi terhadap bencana banjir
Kecamatan Koja
1. Kelurahan Sukapura tersebut, karena di Kecamatan ini terdapat dua
Peman- Perencanaan kawasan industri besar yaitu Kawasan Industri
faatan Resiko/Permasalahan Adaptasi Non
Ruang Struktural PPL Marunda dan Kawasan Berikat Nusantara
Normalisasi Cakung
Kelurahan ini berersiko terhadap
dengan memperlebar Sukapura. Pada Tabel 5 menjelaskan mengenai
keaikan muka air laut, yaitu pada
Kawasan badan sungai dan
Berikat
tahun 2050, diprediksikan luas
memperdalam untuk
alternatif rencana adaptasi terhadap kenaikan
genangan mencapai 9%. Selain
Nusantara
itu, daerah ini rawan banjir akibat
meningkatkan muka air laut dan dampaknya yaitu banjir.
Sukapura kapasitas sungai perlu
luapan air dari sungai Cakung
diselesaikan secepat
yang hanya memiliki lebar 2-5m
mungkin
3.2 Alternatif Pola Adaptasi Struktural
2. Kelurahan Cilincing pada Area Beresiko terhadap Dampak
Peman- Kenaikan Muka Air Laut
Resiko/ Perencanaan Adaptasi Non
faatan
Permasalahan Struktural
Ruang
Pemban-  Kecamatan ini  Pembangunan rumah susun di
gunan beresiko terhadap keluarahan ini akan berdampak Adaptasi struktual yaitu upaya untuk
rumah kenaikan muka air pada semakin tingginya resiko
susun laut, berdasarkan kenaikan muka air laut dan
mengurangi kerentanan (vulnerability)
sederha- hasil identifikasi banjir. Oleh karena itu, untuk terhadap bencana atau meminimalkan dampak
na di pada tahun 2010- menanggulangi masalah
kawasan 2050, luas pemukiman kumuh dapat yang ditimbulkan oleh bencana dengan cara
pemu- genangan pada dilakukan dengan Kampung

140
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

rekayasa teknis bangunan tahan bencana. daerah sekitarnya menjadi tergenang. Hal
Adaptasi ini penting untuk dilaksanakan untuk itulah yang terjadi di Kelurahan Marunda,
melindungi suatu wilayah ataupun kota Rorotan, Penjaringan, Pluit, dan lain
terhadap potensi bahaya di suatu wilayah atau sebagainya. Tanggul di sekitar sungai ini
kota tersebut. Bencana akibat kenaikan muka terutama pada kelurahan yang dilalui
air laut, banjir, ataupun land subsidence Sungai Cakung, Sungai Sunter, Sungai
tentunya akan berdampak pada rusaknya lahan Pesanggrahan, Sungai Ciliwung.
terbangun dan lingkungan yang
mengakibatkan kerugian secara ekonomi, oleh 3) Penghijauan di sekitar sungai dan waduk.
karena itu diperlukan suatu rekayasa teknologi Hal ini berfungsi sebagai daerah tangkapan
ataupun struktur bangunan untuk mengurangi air atau daerah resapan akibat luapan
kerugian tersebut. Kota Jakarta sangat rawan sungai, sehingga dapat mengurangi
akan ketiga bencana tersebut, sehingga selain dampak banjir di daerah sekitarnya.
diperlukan adaptasi non struktural yaitu berupa Penghijauan ini dilakukan di sekitar
kebijakan dan perencanaan tata ruang berbasis Sungai Cakung, Sungai Sunter, Sungau
mitigasi bencana juga perlu didukung oleh Pesanggaragan, Muara Karang, Waduk
adaptasi strukjtural untuk melindungi Kota Pluit, Sunter, dan Marunda.
Jakarta dari bahaya tersebut.
4) Pembangunan Polder. Polder adalah
Berdasarkan hasil identifikasi lokasi yang sekumpulan dataran rendah yang
berisiko kenaikan muka air laut dan tinjauan membentuk kesatuan hidrologis artifisial
terhadap bahaya banjir serta land subsidence, yang dikelilingi oleh tanggul (dijk/dike).
maka dapat dirumuskan alternatif adaptasi Pembangunan polder ini terutama pada
struktural yang sesuai dengan lokasi berisiko kawasan Kapuk Muara, Kelurahan Sutnter,
tersebut, antara lain: Kelapa Gading, dan Marunda.
1) Sea Wall/Tanggul Laut, berguna untuk
melindungi lahan dari ancaman gelombang 5) Penanaman dan pemeliharaan mangrove.
serta pelindung pantai terhadap erosi Hutan mangrove ini dapat berfungsi
pantai. Namun, banyak hal yang perlu sebagai peredam gelombang dan angin,
dipertimbangkan dalam pembangunan pelindung dari abrasi dan pengikisan
tanggul, seperti bentuk bangunan, lokasi, pantai oleh air laut, penahan intrusi air laut
stabilitas bangunan dan tanah fondasi serta ke darat, penahan lumpur dan perangkap
biaya. Oleh karena itu, sebaiknya tanggul sedimen. Selain itu, biaya penanaman dan
ini dibangun di kawasan industri, pemeliharaan hutan mangrove ini tidaklah
pemukiman, dan lain sebagainya. Kawasan mahal. Penanaman dan pemeliharaan
beresiko yang dapat dibangun tanggul, mangrove terutama di sepanjang
yaitu Sepanjang Kelurahan Kamal Muara Kelurahan Kamal Muara hingga
hingga Penjaringan dan Kelurahan Penjaringan.
Marunda hingga Cilincing.
6) Rumah Panggung. Rumah panggung
2) Tanggul di sekitar sungai. Kenaikan muka merupakan salah satu bentuk adaptasi yang
air laut mengakibatkan volume air sungai sesuai untuk perumahan yang berada di
meningkat akibat dorongan dari air laut kawasan pesisir dan sering mengalami
tersebut. Hal itu juga mengakibatkan banjir, terutama banjir air pasang.

141
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

4. Penutup tahun 2050 luas pemukiman tergenang atau


sekitar 40,47%, dan panjang jalan tergenang
Hasil identifikasi bahaya kenaikan muka air yaitu 23.805,83.
laut 2010 hingga 2050 diperoleh bahwa luas
genangan yang ditumbulkan kenaikan muka air Berdasarkan hasil tinjauan lokasi berisiko dan
laut ialah sebagai berikut: tahun 2010 Jakarta pemanfaatan lokasi tersebut menurut RTRW
Utara akan tergenang seluas 9.116.872,37 m2 2010, terdapat beberapa kawasan
atau menggenangi 6,54% dari total wilayah pengembangan penting seperti kawasan
Jakarta Utara, tahun 2020 akan tergenang industri dan pemanfaatan ruang rumah susun
seluas 15.491.911,5 m2 atau 11,03% dari luas yang berada pada lokasi paling berisiko tinggi
Kota Jakarta Utara tergenang, tahun 2030 akan yaitu Kelurahan Penjaringan, Kamal Muara,
tergenang seluas 21.554.043,45 m2 atau dan Kalibaru. Selain itu berdasarkan RTRW,
15,44% luas kawasannya tergenang, tahun Kecamatan Tanjung Priok merupakan
2040 akan tergenang 26.918.430,12 m2 atau kecamatan dengan berbagai pusat
19,29% dari luas Kota Jakarta Utara akan pengembangan kegiatan Kota Jakarta yaitu
tergenang, dan pada tahun 2050 menunjukkan kegiatan utama maupun penunjang,
bahwa 22,7% dari luas Kota Jakarta Utara atau perdagangan, jasa, perkantoran, industri, pusat
31.738.052,23 m2 akan tergenang. distribusi barang, dan pemukiman. Hal itu
yang mengakibatkan daerah ini rentan
Risiko kenaikan muka air laut memperoleh mengalami penurunan permukaan tanah, oleh
berbeda-beda tingkatannya pada tiap wilayah. karena itu perlu adanya pengendalian
Tingkat resiko dibagi menjadi tiga, yaitu risiko pembangunan di daerah ini agar dampak
ringan, sedang dan tinggi. Risiko dari dampak kenaikan muka air laut dapat diminimalisasi
kenaikan muka air laut tersebut ialah akan sedini mungkin.
menggenangi area aktivitas perkotaan atau
dalam hal ini yaitu kawasan pemukiman dan Penelitian ini telah menghasilkan alternatif
tempat kegiatan yang akan tergenang seluas adaptasi baik struktural maupun non struktural
6.983.172,99 m2 atau sekitar 12,07% dari total Kota Jakarta Utara dalam menghadapi dampak
pemukiman dan tempat kegiatan di Jakarta kenaikan muka air laut, diharapkan alternatif
Utara akan tergenang serta merusak tersebut dapat menjadi rekomendasi dalam
infrastruktur jalan sepanjang 251566,55 m atau penelitian ini. Selain itu berdasarkan hasil
sekitar 15,62% dari total panjang jalan Jakarta kesimpulan dari penelitian ini dan pantauan
Utara. dari peneliti, maka pada penelitian ini juga
disusun rekomendasi secara umum yang dapat
Kelurahan yang tergolong area berisiko tinggi memberikan masukan kepada pemerintah
hingga tahun 2050 berada di 6 (enam) daerah setempat khususnya dan masyarakat
kelurahan yaitu Kelurahan Kalibaru, Kamal umumnya:
Muara, Lagoa, Penjaringan, Rawabadak 1. Permasalahan utama yang dialami Jakarta
Selatan, dan Semper Barat. Lokasi yang Utara adalah banjir. Oleh karena itu, perlu
mengalai kerentanan tinggi berada di adanya pengelolaan sistem drainase yang
Kelurahan Penjaringan. Kelurahan Penjaringan baik dan terintegrasi antar drainase makro
atau tepatnya berada di daerah Muara Baru dan mikro dan pembangunan polder harus
merupakan daerah yang rawan banjir. segera dilaksanakan terutama di daerah
Diprediksikan di Kelurahan Penjaringan pada rawan banjir;

142
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

2. Perlu adanya pembatasan, peraturan yang distribusi barang, perdaganan, dan jasa
ketat dan tindakan yang tegas oleh terdapat di kecamatan ini. Hal ini
pemerintahan dalam mengendalikan mengakibatkan daerah ini rawan terjadi
pembangunan di kawasan beresiko, penurunan permukaan tanah akibat
terutama di Kecamatan Penjaringan yang struktur bangunan. Oleh karena itu, perlu
merupakan Kecamatan dengan berbagai adanya pengendalian pembangunan dan
pusat kegiatan baik perdagangan dan jasa, pembatasan jumlah lantai bangunan;
industri, pemukiman, dan kawasan
prioritas. Namun, pengembangan tersebut 6. Perlu mengantisipasi permasalan kenaikan
kurang memperhatikan kondisi lingkungan muka air laut di Kecamatan Cilincing
kecamatan setempat sehingga berdampak dengan menjadikan Kelurahan Marunda
pada tingginya bahaya bencana di sebagai kawasan lindung atau daerah
kecamatan ini terutama kelurahan tangkapan air, agar dapat mengurangi
Penjaringan; risiko kenaikan muka air laut bagi
kelurahan sekitarnya. Apalagi di
3. Ancol merupakan daerah primadona dan Kecamatan ini terdapat dua industri besar
daerah ini sudah dilengkapi dengan yaitu kawasan industri PPL di Kalibaru
infrastruktur pengendali banjir yang dapat dan Berikat Nusantara di Sukapura,
mengurangi resiko banjir di kawasan ini. bahkan sebagian besar penduduk di
Namun, yang perlu diperhatikan daerah Kecamatan ini merupakan penduduk
sekitarnya mengalami banjir, yaitu di Jalan pendatang yang bekerja sebagai buruh di
RE Martadinata yang berada di Kelurahan kedua industri tersebut. Hal itu yang
Pademangan dan menjadi jalan akses berdampak pada tingginya pemukiman
masuk Ancol sering mengalami banjir. kumuh di Kecamatan ini, untuk mengatasi
Oleh karena itu, diperlukan suatu permasalahan itu perlu adanya
pengembangan teknologi dalam mengatasi pengendalian jumlah penduduk pendatang
masalah tersebut; dan perlu adanya penataan pemukiman
kumuh dengan program Kampung
4. Kelapa Gading merupakan kawasan elit di Improvement Program.
Jakarta Utara yang memiliki pembangunan
yang terus meningkat dengan cepat. 7. Mengurangi penggunaan air tanah secara
namun, tidak disesuaikan dengan kondisi berlebihan yaitu dengan menerapkan
lingkungan dengan kondisi lingkungan regulasi mengenai penggunaan air tanah
Kelapa Gading yang rawan banjir dan secara lebih ketat terutama untuk industri
merupakan dataran rawa. Oleh karena itu, dan memberlakukan peraturan penggunaan
selain diperlukan pengendalian yang ketat air tanah di tingkat rumah tangga.
terhadap pembangunan di kawasan ini, Peraturan penggunaan air ini juga dapat
diperlukan pembebasan lahan unuk dilakukan dengan membuat membuat
pembangunan poler dan daerah tangkapan insentif dan disinsentif, yaitu mengurangi
air; biaya bagi para pengguna PAM, dan
menerapkan pajak bagi pengguna air
5. Tanjung Priok merupakan pusat tanah. Mengingat masih belum banyaknya
pertumbuhan Kota Jakarta Utara, berpusat rumah tangga yang belum terlayani PAM,
pemerintahan, industri, transportasi, seperti di Kelurahan Kamal Muara yang

143
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 22/No.2 Agustus 2011

hampir 100% rumah tangganya belum Daftar Pustaka


terlayani PAM, maka perlu tindakan dari
Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan
pemerintah untuk menanggulangi hal Bencana. Oktober, 2007. Pedoman
tersebut. Penyusunan Peta Risiko Bencana.
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) Provinsi DKI Jakarta. 2009.
Usulan secara umum dalam mengantisipasi Kondisi Lingkungan dan Upaya
dampak kenaikan muka air laut ialah Pengendalian Banjir di DKI Jakarta.
peningkatan kesadaran dan pengetahuan di Makalah disampaikan dalam Focus Group
Discussion: Perilaku Adaptasi Berdasarkan
masyarakat terhadap bahaya kenaikan muka air Kejadian Banjir Jakarta 2007. Jakarta, 23
laut dan bagaimana hidup beradaptasi terhadap April 2009.
dampak bahaya yang ditimbulkan tersebut. Badan Perencana Daerah. 2010. Rencana Tata
Ruang Wilayah Propinsi DKI Jakarat 2010.
Selain peningkatan kesadaran di masayarakat,
Badan Perencana Kota Jakarta. 2008. Data Saku
perlu adanya koordinasi antar lembaga Jakarta Utara.
pemerintah untuk membuat sebuar rencana Badan Pusat Statistik Jakarta. 2008. Jakarta Utara
dalam Angka.
atau kebijakan strategis yang berkaitan dengan
Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada. 2007.
mitigasi dan adaptasi terhadap bencana. Pemanasan Global. Dari
http://www.korantempo.com/korantempo/ko
Ucapan Terima Kasih ran/2009/02/28/Metro/krn.20090228.158222
.id.html. (25 Mei 2009).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hadi, S., R. Widiaratih, E. Riawan. 2007. Dampak
Kenaikan Muka Laut di Pantai Utara dan
Tommy Firman, Ir., M.Sc., Ph.d., Prof untuk
Kepulauan Seribu. Laporan Akhir Riset
arahan dan bimbingan sehingga penelitian ini Kementrian LH-ITB.
dapat ditulis. Terima kasih juga kepada dua Peta Propinsi Jakarta: www.deptan.go.id.
mitra bestari yang telah memberikan komentar Soenarno. 2003. Tinjauan Aspek Penataan Ruang
yang berharga. dalam Pengelolaan Wilayah Laut dan
Pesisir. Disampaikan dalam Seminar Umum
Dies Natalis ITS Ke-43 Di Surabaya, 8
Oktober 2003.
http://www.penataanruang.net. Diakes pada
25 Mei 2009.
Tanpa Nama. 2007. Zona Penduduk: 60 Persen
Penduduk Bermukim di Pesisir. Dari
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.ph
p?id=2007122201514418. Diakses pada (15
Juli 2009).
The World Bank dan Department for International
Development. 2007. Working Paper:
Indonesia and Climate Change.
UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan
Bencana.
UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

144

Anda mungkin juga menyukai