Anda di halaman 1dari 17

1.

Pengertian
Ca.Gaster merupakan neoplasma maligna yang ditemukan
dilambung. Karsinoma merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling
sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6% dari semua kematian akibat
kanker (Price, 2001).

2. Anatomi Fisiologi

Lambung
Lambung merupakan sebuah kantung muskuler yang letaknya antara
esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen di bawah diafragma.
Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya
gerakan peristaltik, tekanan organ lain, tekanan organ lain dan postur
tubuh. Struktur lambung.
a. Fundusventrikuli
Bagian ini menonjol ke atas, terletak di sebelah kiri osteum
kardiakum dan biasanya berisi gas. Pada batas dengan esophagus
terdapat katup sfingter kardiak.
b. Korpus ventrikuli
Bagian ini merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan
mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum
pylorus merupakan muara bagian distal dan berlanjut ke
duodenum.
c. Antrum pylorus
Merupakan bagian lambung yang berbentuk tabung dan
mempunyai otot yang tebal membentuk sfincter pylorus. Antrum
pylorus merupakan muara distal yang berlanjut ke duodenum.
d. Kurvantura minor
Terletak di sebelah kanan lambung dan terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pylorus. Kurvantura minor dihubungkan ke
hepar oleh omentum minor. Suatu lipatan ganda dari peritoneum.
e. Oesteum kariakum
Merupakan tempat esophagus bagian abdomen masuk ke lambung.
Pada bagian ini terdapat orifisium pylorus yang tidak mempunyai
sfincter khusus, hanya berbentuk cincin yang membuka dan
menutup osteum dengan kontraksi dan relaksasi. Osteum dapat
tertutup oleh lipatan membran mukosa dan serta otot pada dasar
esophagus.
Fungsilambung:
Lambung menampung makanan yang masuk melalui esophagus,
menghancurkan makanan dengan gerakan peristaltik lambung dan
getah lambung. Penghancuran makanan dilakukan dengan dua
cara:
1) Mekanis : menyimpan, mencampur dengan sekret lambung dan
mengeluarkan kimus ke dalam usus. Pendorongan makanan terjadi
secara gerakan peristaltik setiap 20 detik
2)Kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam
lambung dan enzim-enzim tergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain pepsin asam garam, renin dan lapisan
lambung.
1. Pepsin, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan
pepton) agar dapat diabsorbsi di intestinum minor.
2. Asam garam (HCl) mengasamkan makanan sebagai antiseptik
dan desinfektan yang masuk ke dalam makanan. Disamping itu
mengubah pepsinogen menjadi pepsin dalam suasana asam.
3. Renin, sebagai ragi pembekuan susu dan membentuk kasein dan
kaseinogen dari protein
4. Lapisan lambung memecah lemak menjadi asam lemak untuk
merangsang sekresi getah lambung. Sekresi getah lambung,Sekresi
getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan apabila
melihat, mencium, dan merasakan makanan maka sekresi lambung
akan terangsang, karena pengaruh saraf sehingga menimbulkan
rangsang kimiawi yang menyebabkan dinding lambung
melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung. Sekresi
getah lambung mengalami 3 fase yaitu:

a. Fase serebral
Antisipasi dari makan menyebabkan stimulus merambat dari otak
ke nervus vagus sampai ke lambung yang merupakan kelenjar yang
terstimulasi untuk mensekresi hormon gastrin yang disekresi oleh
membran mukosa kanalis pylorus yang menghasilkan getah
lambung.
b. Fase gastric
Pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi
c. Fase intestinal
Masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah
lambung membentuk lebih banyak gastrin.

Sfingter pylorus mengendalikan pengosongan lambung walaupun pylorus


tetap terbuka. Kontraksi antrum akan diikuti oleh kontraksi pylorus dan
duodenum. Apabila suatu gelombang peristaltik kuat sampai di antrum
maka tekanan isi antrum naik dan diikuti oleh kontraksi pylorus sehingga
mendorong kembali sebagian besar isi antrum yang masih bersifat padat
ke korpus lambung, hanya sejumlah kecil yang masuk ke duodenum pada
setiap kali kontraksi.

3. Klasifikasi
Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan
histopatologis dapat dibagi atas :
Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub
mukosa yang berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak
rata, perdarahan dengan atau tanpa ulserasi
Tipe II (superficial type)

Dapat dibagi atas 3 sub tipe.

II.a. (Elevated type) :Tampaknya sedikit elevasi mukosa lambung. Hampir


seperti tipe I, terdapat sedikit elevasi dan lebih meluas dan melebar.
II.b. (Flat type): Tidak terlihat elevasi atau depresi pada mukosa dan hanya
terlihat perubahan pada warna mukosa

II.c. (Depressed type): Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir


tidak rata (iregular) hiperemik / perdarahan.

Type III. (Excavated type)


II c. II c dan II a  III atau III Menyerupai Bormann II (tumor ganas
lanjut) dan sering disertai kombinasi seperti II c

Advanced gastric cancer (tumor ganas lanjut).


Menurut klasifikasi Bormann dapat dibagi atas :
1. Bormann I.
Bentuknya berupa polipoid karsinoma yang sering juga disebut sebagai
fungating dan mukosa di sekitar tumor atropik dan iregular.
2. Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta
mukosa sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat
nekrotik dengan warna kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman.
Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
3. Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
4. Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada
dinding dan infiltrasi difus pada seluruh mukosa.

4. Patofisiologi
Seperti pada umumnya tumor ganas ditempat lain penyebab tumor gaster
juga belum diketahui secara pasti. Faktor yag mempermudah timbulnya
tumor ganas gaster adalah perubahan mukosa yang abnormal antara lain
seperti gastritis atropik, polip di gaster, dan anemia pernisiosa. Di samping
itu juga pengaruh keadaan lingkungan mungkin memegang peran penting
terutama pada penyakit gaster seperti dinegara Jepang, Chili, Irlandia,
Australia, Rusia dan Skandinavia. Ternyata pada orang jepang yang telah
lama meninggalkan jepang, frekuensi tumor ganas gaster lebih rendah.
Dapat disimpulkan bahwa kebiasaaan hidup mempunyai peran penting,
makanan panas dapat merupakan faktor timbulnya tumor ganas seperti
juga makanan yang di asap, ikan asin yang mungkin mempermudah
timbuknya tumor ganas gaster.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor herediter, dan
faktor infeksi H. Pylori.
Karsinoma gaster berasal dari pertumbuhan epitel pada membran mukosa
gaster. Kabanyakan karsinoma gaster berkembang pada bagian bawah
gaster. Sedangkan pada atrofi gaster disapatkan bagian atas gaster dan
secara multisenter.
Karsinoma gaster terlihat beberapa bentuk.
1. Seperempatnya berasal dari propria yang berbentuk fungating yang
tumbuh ke lumen sebagai massa.
2. Seperempatnya berbentuktumor yang berulserasi.
3. Massa yang tumbuh melalui dinding menginvasi lapisan otot.
4. Penyebarannya melalui dinding yang disemari penyebaran pada
permukaan.
5. Bentuk linisplastika.
6. Sepertiganya karsinoma berbagai bentuk di atas.
Prognosis yang baik berhubungan dengan bentuk polipoid dan kemudian
berbentuk ulserasi dan yang paling jelek ada bentuk scirrhous. Penyebaran
karsinoma gaster sering kehati, arteri hepatika dan celiac, pankreas dan
hilus selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan bagian lain
saluran cerna.
5. Etiologi
Penyebab dari karsinoma Gaster sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun para penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan
merupakan faktor penting dalam kejadian karsinoma Gaster. Makanan
tersebut seperti ;
1. Gastritis kronis.
2. Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
3. Herediter.
4. Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau
diasapkan.
5. Sering makan makanan yang terlalu pedas.
6. Kurang makanan yang mengandung serat.
7. Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik dan ko-
karsinogenik.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala karsinoma kolo-rektal tergantung dari lokasi dan
besarnya tumor :
a. Nyeri
b. Penurunan Berat badan.
c. Muntah
d. Anoreksia.
e. Disfagia.
f. Nausea.
g. Kelemahan.
h. Hematemasis.
i. Regurgitasi.
j. Mudah kenyang.
k. Asites ( perut membesar).
l. Keram abdomen, Darah yang nyata atau samar dalam tinja
m. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis
makan.
7. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan fisis.
Pemeriksaan fisis dapat membantu diagnosis berupa berat badan menurun
dan anemia. Didaerah epigastrium mungkin ditemukan suatu massa dan
jika telah terjadi metastasis ke hati, teraba hati yang iregular, dan kadang-
kadang kelenjar limfe klavikula teraba.
2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda
dengan berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai
dengan komprsi.
3. Gastroskopi dan Biopsi.
Pemeriksaan gastroskopi banyak sekali membantu diagnosis untuk melihat
adanya tumor gaster. Pada pemeriksaan Okuda (1969) dengan biopsi
ditemukan 94 % pasien dengan tumor ganas gaster sedangkan dengan
sitologi lavse hanya didapatkan 50 %.
4. Pemeriksaan darah pada tinja.
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood),
untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5. Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor
ganas lambung dengan hasil 80 – 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu
dilengkapi dengan pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.
8. Komplikasi
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronik.
2. Hematemesis.
Hematemesis yang masif dan melena dapat terjadi pada tumor ganas
lambung sehingga dapat menimbulkan anemia.
3. Obstruksi.
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang
disertai keluhan mintah-muntah.
4. Adhesi.
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
9. Penatalaksanaan
1. Bedah
jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah
pembedahan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah
dapat dilakukan sebagai tindakan paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila
tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa Ca pada irisan
lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar
limfa secukupnya.
2. Radiasi
Pengobatan dengan radiasi memperlihatkan kurang berhasil.
3. Kemoterapi
Pada tumor ganas dapat dilakukan pemberian obat secara tunggal atau
kombinsi kemoterapi. Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU,
trimetrexote, mitonisin C, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan
hasil 18 – 30 %.

B. Konsep Dasar Keperawatan


A. Pengkajian
a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
 Apakah ada riwayat kanker pada keluarga
 Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
 Lingkungan tempat tinggal klien
 Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
 Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok,
alkohol, obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.
b. Nutrisi metabolik
 Jenis, frekuensi dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi
sehari
 Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
nutrisi
 Adanya kebiasaan merokok, alkohol dan mengkonsumsi obat-obatan
tertentu.
 Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
 Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
 Adanya makanan tambahan
 Napsu makan berlebih/kurang
 Kebersihan makanan yang dikonsumsi
c. Eliminasi
 Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah
pengontrolan
 Adanya mencret bercampur darah
 Adanya Diare dan konstipasi
 Warna feses, bentuk feses, dan bau
 Adanya nyeri waktu BAB
d. Aktivitas dan latihan
 Kebiasaan aktivitas sehari hari
 Kebiasaan olah raga
 Rasa sakit saat melakukan aktivitas
e. Tidur dan istirahat
 Adanya gejala susah tidur/insomnia
 Kebiasaan tidur per 24 jam
f. Persepsi kognitif
 Gangguan pengenalan (orientasi) terhadap tempat, waktu dan orang
 Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
 Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
 Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
g. Persepsi dan konsep diri
 Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
h. Peran dan hubungan dengan sesama
 Klien hidup sendiri/keluarga
 Klien merasa terisolasi
 Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
i. Reproduksi dan seksualitas
 Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
 Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
 Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
 Mekanisme koping yang biasa digunakan
 Respon emosional klien terhadap status saat ini
 Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k. Sistem kepercayaan
 Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu

A. Diagnosa Keperawatan
a. Pre-Op
1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan
4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
b. Post-Op
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur
invasif atau intervensi operasi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status puasa.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder terhadap prosedur invasive.
5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil
pengobatan kanker.

C. Rencana Keperawatan
a. Pre-Operasi
Dp 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 2. Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan


Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan
pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
medik
R/ memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima
kenyataan penyakit dan pengobatan
Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
Hasil yang diharapkan:
– Nutrisi klien terpenuhi
– Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu
makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi
mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam
lemak

Dp 4. Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Intoleransi aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan:
Klien menunjukkan peningkatan toleransi dalam beraktivitas yang ditandai
dengan: tidak mengeluh lemas, klien beraktivitas secara bertahap.
Rencana Tindakan :
1. Sediakan waktu istirahat yang cukup.
R/ Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam
proses penyembuhan.
2. Kaji keluhan klien saat beraktivitas.
R/ Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
3. Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
R/ Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
4. Bantu memenuhi kebutuhan klien.
R/ Terpenuhinya kebutuhan klien.

Post-Operasi
Dp 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
– Suara nafas vesikuler
– Bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan
Rencana tindakan :
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi,
krekels, ronchi.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas
dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya:
penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat).
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
R/ Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan
dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
3. Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah,
ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.
R/ Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses
kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
Misalnya infeksi, reaksi alergi.
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala
tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan
dengan menggunakan gravitasi. Sokongan tangan/kaki dengan meja,
bantal, dll membantu menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat
ekspansi dada.
5. Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya: debu, asap dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat, mentriger episode
akut.
6. Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
R/ Memberikan pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dyspnea dan menurunkan jebakan udara.
7. Observasi karakteristik batuk misalnya menetap, batuk pendek, basah.
Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
R/ Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia,
sakit akut atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi
atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
8. Tingkatkan masukan cairan antara sebagai pengganti makanan.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret. Mempermudah
pengeluaran. Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama makan dapat meningkatkan distensi gaster dan
tekanan pada diafragma.

Dp 2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap


prosedur invasif atau intervensi operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
1. Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
R/ mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2. Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
R/ dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
3. Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
R/ tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
R/ analgetik efektif untuk mengatasi nyeri

Dp 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


status puasa.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
– Nutrisi klien terpenuhi
– Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
1. Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
R/ Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
2. Kaji kebiasaan makan klien.
R/ Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu
makan klien.
3. Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
R/ Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi
mual.
4. Timbang berat badan bila memungkinkan.
R/ Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
R/ Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam
lemak

Dp 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan


sekunder terhadap prosedur invasive.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Hasil yang diharapkan :
– Tidak ada tanda-tanda infeksi.
– Proses penyembuhan luka tepat waktu.
Rencana tindakan:
1. Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.
R/ Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.
2. Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.
R/ Deteksi dini terjadinya proses infeksi.
3. Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.
R/ Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi,
membantu mengurangi ansietas.
4. Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.
R/ Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

Dp 5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil


pengobatan kanker
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
1. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
R/ pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan
pasien
2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan
ketakutannya
R/ Untuk mengurangi kecemasan
3. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa
medik
R/ Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
R/ Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima
kenyataan penyakit dan pengobatan
Dp 5. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.
Rencana tindakan :
1. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan
penanganannya.
R/ Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.
2. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.
R/ Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.
3. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan
perawatan di rumah.
R/ Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.
4. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.
R/ Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses
adaptasi.

Anda mungkin juga menyukai